Articles
KAJIAN PENGUKURAN UNTUK PENGARSIPAN DESAIN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI BATANG JAWA TENGAH
Bandi Sasmito;
Samuel Samuel;
Dian Agus Widiarso
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 1, No 02 (2018): Volume 01 Issue 02 Year 2018
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (408.033 KB)
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2018.3702
Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki produksi kapal yang cukup tinggi. Kapal terbuat dari kayu dengan ukuran kurang dari 30 GT (Gross Tonnage). Pembangunan kapal kayu di kabupaten Batang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pembangunan kapal belum memiliki basic desian sebagai acuan pembuatan kapal. Acuan dalam pelaksanaan pembangunan kapal berdasarkan pengalaman yang dimiliki secara turun-temurun. Metode yang digunakan meliputi pengukuran kapal dan pengenalan software sebagai alat bantu untuk menggambar. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan Pengabdian masyarakat ini adalah meningkatnya pengetahuan tentang design kapal yang akan mendukung produktifitas kapal. Galangan kapal tradisional juga dapat mengikuti kemajuan teknologi modern dalam mendesain kapal.
KAJIAN DETEKSI DAN PENENTUAN GARIS PANTAI DENGAN METODE TERESTRIS DAN PENGINDRAAN JAUH
Bandi Sasmito;
Andri Suprayogi
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 2, No 02 (2019): Volume 02 Issue 02 Year 2019
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (427.294 KB)
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2019.6442
Pemetaan pesisir meliputi wilayah daratan dan perairan, batas antara darat dan air (laut) disebut garis pantai. Permukaan laut secara periodik berubah atau yang umum disebut pasang surut air, sehingga batas darat dan air juga berubah. Pemetaan dengan data dasar citra satelit sekarang sudah umum dilakukan. Citra satelit merekam sesaat pada suatu waktu tertentu, jika pada wilayah pantai tentunya adalah batas darat dan laut adalah ketinggian air sesaat yang terekam oleh citra sehingga garis pantai akan berbeda antar perekaman. Kajian ini akan membahas bagaimana penentuan garis pantai dengan mengunakan metode gabungan terestris dan penginderaan jauh (data citra) dengan memperhatikan waktu perekaman dan tinggi air sesaat. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-8 dan pengukuran terestris menggunakan metode GNSS (Global Navigation Satelite System). Hasil yang diharapkan adalah metode hibrid dalam penentuan garis pantai sehingga dapat digunakan dalam produksi peta pada wilayah pesisir.
ANALISIS DAMPAK FREKUENSI KUNJUNGAN WISATAWAN LAWANG SEWU TERHADAP TOTAL ECONOMIC VALUE
Nurhadi Bashit;
Sawitri Subiyanto;
Bandi Sasmito;
Selli Angelita Sitepu
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 01 (2020): Volume 03 Issue 01 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (197.273 KB)
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2020.7671
Kota Semarang memiliki banyak bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu. Wisata Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Keberadaan Lawang Sewu memberikan peluang masyarakat sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya dalam bidang pariwisata. Lawang Sewu memiliki peluang untuk berkembang dengan meningkatnya frekuensi kunjungan dari wisatawan sehingga peran wisatawan sangatlah penting dalam perkembangan pariwisata Lawang Sewu. Daya tarik objek wisata memberikan peningkatan frekuensi kunjungan dari tahun ke tahun. Frekuensi kunjungan wisatawan dapat dianalisis tentang pengembangan objek wisata berdasarkan frekuensi kunjungan. Pengembangan pariwisata dapat dilihat dengan menggunakan Metode Biaya Perjalanan (TCM) dan Metode Penilaian Kontinjensi (CVM) untuk menentukan nilai WTP (Kesediaan Membayar) untuk melihat pengembangan pariwisata. Metode pengambilan sampel (responden) adalah nonprobability sampling dengan teknik insidental sampling, yaitu untuk responden yang kebetulan ditemukan di lokasi wawancara. Pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda maka perhitungan untuk menentukan nilai penggunaan langsung (DUV) dan untuk menentukan nilai keberadaan (EV) menggunakan perangkat lunak Maple 17. Hasil penelitian ini besaran Consumer Surplus sebesar Rp. 35.169.196,-. Berdasarkan proses perhitungan dan penilaian diperoleh Total Economic Value (TEV) Kawasan Lawang Sewu sebesar Rp. 24.298.525.308.440,- pada tahun 2015, Rp. 30.381.191.942.980,- pada tahun 2016 dan Rp. 34.303.510.184.660,- pada tahun 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ke Lawang Sewu adalah total biaya, usia, lama kunjungan dan lokasi alternatif. Peningkatan frekuensi kunjungan ke Lawang Sewu menjadikan Total Economic Value meningkat.
KAJIAN PERUBAHAN POLA KAWASAN TERBANGUN BERDASARKAN METODE INDEX-BASED BUILT-UP INDEX (IBI) DI JAKARTA UTARA
Yudo Prasetyo;
Nurhadi Bashit;
Bandi Sasmito
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 02 (2020): Volume 03 Issue 02 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2020.9198
Kota Jakarta Utara merupakan bagian dari propinsi DKI Jakarta memiliki permasalahan berkaitan dengan penurunan muka tanah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh banyaknya pembangunan yang berakibat semakin padatnya jumlah bangunan menjadi beban terhadap daya dukung tanah pada lingkungan di Jakarta yang mana sebagian besar wilayahnya adalah alluvial. Dikutip dari BPS Kota Jakarta Utara realisasi perizinan IMB mencatatkan dari tahun 2016 hingga 2018 berjumlah 5.862 bangunan, jumlah tersebut hanya bangunan non tempat tinggal. Kemudian, untuk mengetahui perubahan kawasan terbangun digunakan citra Sentinel 2 dari tahun 2016 hingga 2019 melalui proses klasifikasi bangunan dengan algoritma Index-based Built-up Index (IBI). Algoritma IBI merupakan kombinasi dari 3 algoritma yaitu, Normalized Difference Built-up Index (NDBI), Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) dan Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI). Kemudian, hasil dari metode IBI perubahan lahan terbangun dengan total seluas 228 hektar/tahun, sementara perubahan kelurahan terluas di Marunda seluas 57 hektar/tahun dan terkecil di Kelurahan Pekoja seluas 0,01 hektar/tahun, korelasi keduanya menunjukkan berkorelasi kuat 32%, 44% berkorelasi lemah dan 24 % diantara keduanya tidak berkorelasi. Pemanfaatan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam rencana pembangunan di Kota Jakarta Utara juga sebagai mitigasi penurunan muka tanah.
PERBANDINGAN METODE FUZZY C-MEANS DAN K-MEANS UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN KRIMINALITAS DI KOTA SEMARANG
Hana Sugiastu Firdaus;
Arief Laila Nugraha;
Bandi Sasmito;
Moehammad Awaluddin
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 4, No 01 (2021): Volume 04 Issue 01 Year 2021
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2021.9219
Kriminalitas merupakan salah satu masalah penting di wilayah perkotaan termasuk di Kota Semarang. namun di Polrestabes Kota Semarang selama ini hanya mencatat laporan terjadinya kriminalitas tanpa memvisualisasikan ke dalam bentuk informasi spasial. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan pihak berwenang dalam memetakan dan monitoring sebaran daerah rawan kriminalitas. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan metode clustering untuk menentukan metode yang paling baik untuk memetakan daerah rawan kriminalitas di Kota Semarang. Metode clustering yang digunakan yaitu Fuzzy C-Means dan K-Means. Metode Fuzzy C-Means adalah pengelompokan data ditentukan oleh derajat keanggotaan, sedangkan metode K-Means adalah pengelompokan data ditentukan dari centroid kejadian kriminalitas. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 1.965 kasus kriminalitas selama kurun waktu tahun 2016-2018. Daerah tingkat kerawanan dari kedua metode tersebut mempunyai hasil yang berbeda-beda. Nilai uji pengolahan metode Fuzzy C-Means sebesar 0,818 dikategorikan baik karena mendekati angka 1. Hasil verifikasi dari kedua metode terhadap data kriminalitas tahun 2019, menunjukan nilai metode Fuzzy C-Means lebih baik dengan persentase sebesar 71,23 %.
ANALISIS LUAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT JAWA TENGAH PADA BEBERAPA SISTEM PROYEKSI DAN SISTEM KOORDINAT
Moehammad Awaluddin;
Fauzi Janu Ammarohman;
Arief Laila Nugraha;
Bandi Sasmito;
Khofifatul Azizah
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 02 (2020): Volume 03 Issue 02 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2020.9201
Permendagri No. 141 tahun 2017 menyebutkan bahwa Peta Batas Daerah termasuk Peta Batas Pengelolaan Wilayah Laut menggunakan sistem proyeksi Transverse Mercator dan sistem koordinat UTM. Sistem proyeksi ini bersifat konform yang mempertahankan bentuk (sudut) tetapi tidak mempertahankan luas dan jarak. Penelitian ini menghitung perbedaan luas pada beberapa sistem proyeksi dan sistem koordinat di batas pengelolaan wilayah laut Provinsi Jawa Tengah. Sistem proyeksi dan sistem koordinat yang digunakan adalah: Proyeksi Lambert Silinder Equal Area, Proyeksi UTM Zona 49 Selatan, Proyeksi Transverse Mercator dan Proyeksi Mercator dengan dua sistem koordinat yang berbeda. Selisih luas dihitung terhadap luas hasil proyeksi Lambert Silinder Equal Area yang mempertahankan luas pada sistem proyeksinya. Luas daerah pengelolaan wilayah laut Provinsi Jawa Tengah pada proyeksi UTM dan Transverse Mercator mempunyai persentasi selisih luas yang kecil jika dibandingkan dengan luas proyeksi Lambert Silinder Equal Area. Besarnya persentase selisih luas tidak signifikan sehingga penarikan batas pengelolaan wilayah laut Provinsi Jawa Tengah dapat dilakukan pada sistem proyeksi konform UTM. Perbedaan persentasi luas yang besar pada proyeksi Mercator dibandingkan dengan proyeksi UTM dan Transverse Mercator disebabkan letak daerah yang berjarak paling jauh pada garis yang mempunyai distorsi nol.Permendagri No. 141 of 2017 states that the regional boundary map including the maritime area management boundary map uses the Transverse Mercator projection system and the UTM coordinate system. This projection system is conform projection which maintains shape (angle) but does not maintain area and distance. This study calculates the area differences in several projection systems and coordinate in the management boundaries of the sea territory of The Central Java Province. The projection system and coordinate system used are: Equal Area Cylindrical Lambert Projection, UTM Projection zone 49 south, Transverse Mercator Projection and Mercator Projection with two different coordinate systems. The difference in area is calculated against the projected area of the Lambert Cylindrical Equal Area which maintains the area of the projection system. The area of the sea management area of Central Java Province in the UTM and Transverse Mercator projections has a small percentage difference in area when compared to the projected area of the Lambert Cylindrical Equal Area. The magnitude of the percentage difference in area is not significant so that the drawing of boundaries for the management of the sea area of Central Java Province can be carried out on the UTM conforming projection system. The bigger percentage of area difference of the Mercator projection compared to the UTM and Transverse Mercator projections is due to the location of the area that is the farthest away from the line which has zero distortion.
PRA-KAJIAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER UNTUK PENDUGAAN SEDIMEN PERAIRAN DANGKAL
Bandi Sasmito;
Hana Sugiastu Firdaus;
Moehammad Awaluddin;
Arief Laila Nugraha
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 02 (2020): Volume 03 Issue 02 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2020.9211
ABSTRAK Studi ini mengkaji tentang penggunaan data Echosounder Multibeam (MBES) untuk pendugaan sedimen perairan dangkal dengan wilayah studi Pantai Kartini Jepara. Sedimentasi merupakan salah satu proses yang terjadi disebabkan oleh alam dan aktivitas manusia yang berujung pada pengendapan. MBES digunakan untuk pemetaan seperti kolom air dan pemetaan backscatter. Nilai intensitas gelombang akustik yang dipancarkan dihubungkan dengan uji laboratorium sedimen, rentang kelas tertentu yang dihasilkan dari nilai intensitas gelombang akustik menunjukkan klasifikasi sedimen yang ada di dasar perairan dimana perbedaan klasifikasi dipengaruhi yang dipancarkan oleh instrumen, sehingga penyebaran sedimen dapat terpetakan di dasar perairan. Pra-studi ini melakukan kajian terhadap pengambilan data gelombang akustik dengan MBES dan pengambilan sampel sedimen yang kemudian dilakukan uji laboratorium untuk nantinya dilanjutkan pada pendugaan sedimen.Kata kunci: Nilai Intensitas Akustik, Multibeam Echosounder, Sedimen, Pantai ABSTRACT This study examines the use of Multibeam Echosounder (MBES) data to estimate shallow water sediment in the study area of Kartini Beach, Jepara. Sedimentation is a process that occurs due to nature and human activities that lead to deposition. MBES is used for mappings such as water column and backscatter mapping. The emitted acoustic wave intensity value is related to the sediment laboratory test, the range of a certain class resulting from the acoustic wave intensity value shows the classification of sediment in the bottom of the water where classification differences are influenced by the emission by the instrument, so that the distribution of sediment can be mapped on the bottom of the water This pre-study conducted a study on acoustic wave data collection using MBES and sediment sampling which was then carried out by laboratory tests to later proceed with sediment estimation. Keywords: Acoustic Intensity Value, Multibeam Echosounder, Sediment, Beach
ANALISIS PREDIKSI NILAI BIOMASSA ATAS PERMUKAAN (ABOVEGROUND BIOMASS) POHON KARET MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-1A TERHADAP USIA TEGAKAN
Galih Pratiwi;
Bandi Sasmito;
Nurhadi Bashit
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 4, No 01 (2021): Volume 04 Issue 01 Year 2021
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2021.11482
Jumlah cadangan karbon dapat diketahui berdasarkan nilai biomassa hutan yang ada didalamnya sehingga diperlukan informasi alokasi biomasa setiap bagian pohon agar membantu program pemantauan cadangan karbon hutan, diantaranya informasi biomassa atas permukaan. Biomassa atas permukaan memiliki kontribusi paling besar dari biomassa total, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan usia suatu pohon memiliki pengaruh terhadap nilai biomassa yang dihasilkan. Perhitungan nilai biomassa yang akurat hanya dilakukan dengan metode destruktif atau non-destruktif sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghitung nilai biomassa dalam cakupan yang luas sehingga penggunaan metode penginderaan jauh dan pemodelan merupakan langkah yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi nilai biomassa atas permukaan (Above Ground Biomass atau AGB) pohon karet berdasarkan usia tegakan pohon menggunakan metode Multivariate Linear Regression (MLR). Berdasarkan hasil pengolahan bahwa usia memiliki hubungan dengan nilai biomassa atas permukaan ditunjukkan nilai R2 = 0,694. Hasil pemodelan antara backscatter VH dan VV Sentinel-1A dengan biomassa lapangan didapatkan persamaan Y= 20,034*VH + 15,308*VV + 523,305 (R2=0,592). Hasil total prediksi nilai biomassa atas permukaan kebun karet Afdelling Setro sebesar 84.158,840 ton dengan luas 702 ha.
MODEL SPASIAL MONITORING PERKEMBANGAN KAWASAN TERBANGUN DENGAN EBBI DI KOTA SEMARANG
Bandi Sasmito
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 2, No 01 (2019): Volume 02 Issue 01 Year 2019
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (565.862 KB)
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2019.5016
Kawasan terbangun di Kota Semarang mengalami perkembangan pesat. Perencanaan dan pengawasan diperlukan agar tidak berdampak pada semakin sedikitnya tutupan lahan vegetasi. Pemetaan skala besar perlu dilakukan dengan cepat serta berdimensi waktu untuk seluruh kawasan. Pengindraan jauh adalah teknologi yang memungkinkan untuk membangun model spasial semacam ini. Pada penelitian ini digunakan algoritma Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI) untuk melakukan monitoring perkembangan kawasan terbangun di Kota Semarang. Algoritma EBBI dipilih karena dapat membedakan antara lahan kosong dan kawasan terbangun dengan sangat baik. Analisis perubahan luas kawasan terbangun dan lahan kosong dilakukan multi temporal pada tahun 2013, 2015, dan 2018. Hasil dari analisis tersebut digunakan untuk monitoring perkembangan kawasan terbangun di Kota Semarang.
KAJIAN PEMBUATAN ACCURACY MASK CITRA DAN KORELASINYA DENGAN KONDISI TOPOGRAFI
Andri Suprayogi;
Bandi Sasmito
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 2, No 02 (2019): Volume 02 Issue 02 Year 2019
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (892.318 KB)
|
DOI: 10.14710/elipsoida.2019.6441
Peta dasar dengan skala besar didapatkan salah satunya dengan penegakan kondisi geometrik citra satelit beresolusi tinggi untuk menghilangkan pergeseran pada hasil perekaman yang disebabkan oleh bervariasinya tinggi permukaan bumi. Representasi kualitas geometrik citra dengan nilai RMS bersifat keseluruhan sebagai rerata (means) dengan nilai akurasi masing-masing titik ICP. Representasi ini menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan tingkat akurasi dari masing-masing piksel penyusun citra. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji pembuatan geometric accuracy mask dari citra yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas hasil-hasil digitasi dengan penentuan korelasi spasial antara layer kesalahan dengan kondisi topografi area studi sebagai sumber utama kesalahan pergeseran relief. Kesalahan ICP memiliki variasi yang berkisar antara 1.05 hingga 1,83 meter dimana hasil interpolasi IDW dari titik kesalahan menunjukkan nilai sebaran grid yang secara umum memiliki nilai antara titik-titik ICP. Nilai dari piksel yang berada di luar basis antar titik ICP diekstrapolasi dan dapat menunjukkan perubahan yang semakin besar, atau semakin kecil tergantung gradasi dari interpolasi antar titik. Diperoleh pula bahwa terdapat korelasi lokal yang lebih besar antara nilai kesalahan citra dengan nilai ketinggian dibanding terhadap nilai kelerengan.