Claim Missing Document
Check
Articles

Estetika Rumpaka Tembang Cianjuran Wanda Panambih Karya Mang Bakang: Kajian Semiotika dan Etnolinguistik Mulyani, Noni; Nurjanah, Nunuy; Isnendes, Retty; Nurhuda, Denny Adrian
SAWERIGADING Vol 31, No 1 (2025): Sawerigading, Edisi Juni 2025
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v31i1.1343

Abstract

The uniqueness of dongkari and the lexical richness of symbols and meanings in Cianjuran songs are of particular interest to the author to study. The aesthetic object of this research is the lyrics of Mang Bakang's tembang Cianjuran wanda panambih entitled Jalan Satapak. The purpose of this research is to explore the content of Jalan Satapak lyrics as a Cianjuran wanda panambih song through semiotic and ethnolinguistic studies. Semiotic studies focus on icons, indices, and symbols in song literature, while ethnolinguistic studies refer to seven cultural elements within the boundaries of the relationship between language and religious systems, language in foklor, and the relationship between language and art. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques are done through literature study. Based on the results of the analysis, there are six icons, eleven indexes, and five symbols contained in the lyrics as a Cianjuran wanda panambih song entitled Jalan Satapak by Mang Bakang. Furthermore, in the results of ethnolinguistic studies, there is an attachment between language and religion and god, language as a folkloric cultural inheritance, and language as a medium of artistic creativity.  AbstrakKeunikan dongkari serta kekayaan leksikal simbol dan makna pada tembang Cianjuran menjadi daya tarik khusus penulis untuk dikaji. Objek estetis pada penelitian ini yakni lirik tembang Cianjuran wanda panambih karya Mang Bakang yang berjudul Jalan Satapak. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengeksplor isi lirik Jalan Satapak sebagai tembang Cianjuran wanda panambih melalui kajian semiotika dan etnolinguistik. Pada kajian semiotika berfokus pada ikon, indeks, dan simbol pada sastra lagu, sementara kajian etnolinguistik merujuk pada tujuh unsur budaya dalam batasan hubungan antara bahasa dengan sistem religi, bahasa dalam foklor, dan hubungan bahasa dengan seni. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis, terdapat terdapat enam ikon, sebelas indeks, dan lima simbol yang terkandung dalam lirik sebagai tembang Cianjuran wanda panambih yang berjudul Jalan Satapak karya Mang Bakang. Selanjutnya pada hasil kajian etnolinguistik, terdapat keterikatan antara bahasa dengan agama dan tuhannya, bahasa sebagai pewarisan budaya folklor, dan bahasa sebagai media kreativitas seni.
Language Attitude of Millennial Sundanese Speakers: A Sociolinguistic Perspective Trianto, Ikmal; Muniroh, R. Dian Dia-an; Gunawan, Wawan; Isnendes, Retty; Wirza, Yanty
JURNAL ARBITRER Vol. 12 No. 2 (2025)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.12.2.192-209.2025

Abstract

This study aims to identify the language attitude tendencies of the millennial Sundanese-speaking group in the city of Bandung, along with the factors that influence them. A sociolinguistic approach using a mixed-methods design is employed to measure the dominance of language attitudes among millennials within various domains of their daily communication. This can indicate whether this generation is inclined to maintain their mother tongue or shift toward using other languages in their interactions. A total of 97 individuals responded to the distributed questionnaire; however, only 80 met the predetermined criteria. In this context, the researcher utilized a modified version of the instrument developed by Cohn (2013). In addition, interviews and observations were conducted to gain a deeper perspective on the language attitude tendencies of this millennial group. Millennials like Indonesian and international languages better than Sundanese online because they perceive them as more functional and global. However, though Sundanese use declines in everyday life, a significant majority of respondents are also concerned about language conservation and have encouraged electronic means of preserving Sundanese to thrive in new communication spaces. This study determines that while millennials are cognizant of Sundanese’s cultural and identity value, pragmatic limitations such as speech-level complexity and technological influence are contributing factors in its gradual decline. The findings emphasize the need for innovative strategies, including online content creation and policy implementation, to preserve the use and liveliness of Sundanese among the younger generations.
STRUKTUR NARATIF VLADIMIR PROPP PADA CERITA RAKYAT IKAN DEWA DI KABUPATEN KUNINGAN Rohaedi, Edi; Koswara, Dedi; Isnendes, Retty
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 19 No 2 (2023): Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fon.v19i2.7360

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menguji cobakan teori struktur naratif Vladimir Propp terhadap cerita rakyat ikan dewa di Kabupaten Kuningan, dengan mengambil sampel satu dari tiga versi cerita rakyat ikan dewa yang didapat di lapangan. Latar belakang penelitian ini adalah sebagai upaya pelestarian sastra lisan yang kini sudah hampir hilang dikarenakan perkembangan teknologi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskrriptif, data penelitian merupakan cerita rakyat yang bersumber langsung dari lapangan, observasi, dokumentasi dan wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dan deskripsi analisi digunakan untuk mengolah data menerapkan pendekatan struktur naratif Vladimir Propp.  Hasil dari penelitian ini, membuktikan bahwa pendekatan struktur naratif Vladimir Propp dapat digunakan untuk menganalisis cerita rakyat yang berasal dari lapangan, dengan ditemukanya 21 fungsi pelaku, yang didistribusikan ke dalam tiga lingkungan aksi, dan terdapat tiga pola atau pergerakan cerita sengan skema (α)-J-a-Z-Q-E-Rs-↑-B-↑-β-B-E-B-N-B-J-F-K-B-F-T-(X). Selain itu, struktur naratif Vladimir Propp bukan hanya menggambarkan struktur naratif sebuah karya sastra, akan tetapi dapat mengetahui karakter tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut, seperti yang digambarkan oleh tokoh Sunan Gunung Jati dalam cerita tersebut.Kata kunci 1;, cerita rakyat, ikan dewa, kuningan, struktur  VLADIMIR PROPP'S NARRATIVE STRUCTURE ON THE FOLKLORE OF THE GOD FISH IN KUNINGAN REGENCY ABSTRACT: This study aims to test Vladimir Propp's narrative structure theory on the folklore of ikan dewa in Kuningan Regency, by taking a sample of one of three versions of the folklore of ikan dewa obtained in the field. The background of this research is as an effort to preserve oral literature which is now almost lost due to technological developments. This research is a qualitative research with a descriptive approach, the research data is folklore that comes directly from the field, observations, documentation and interviews are used as data collection techniques and descriptive analysis is used to process data using Vladimir Propp's narrative structure approach. The results of this study prove that Vladimir Propp's narrative structure approach can be used to analyze folklore originating from the field, by finding 21 actors' functions, which are distributed into three action environments, and there are three patterns or story movements with schemes (α)- J-a-Z-Q-E-Rs-↑-B-↑-β-B-E-B-N-B-J-F-K-B-F-T-(X). In addition, Vladimir Propp's narrative structure not only describes the narrative structure of a literary work, but can identify the characters in the story, as depicted by the character Sunan Gunung Jati in the story.Keywords 1;, folklore, ikan dewa, kuningan, structure
Mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Sastra dan Budaya Lokal: Temuan dari FGD Kolaboratif UPI–UNDIKSHA Koswara, Dedi; Darajat, Danan; Alamsyah, Zulfikar; Isnendes, Retty; Suherman, Agus
Dimasatra Vol 5, No 1 (2025): April
Publisher : Faculty of Language and Literature Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/dm.v5i1.75630

Abstract

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru dan dosen pengajar bahasa daerah mengenai implementasi Kurikulum Merdeka dan capaian pembelajarannya, khususnya dalam konteks pembelajaran sastra dan budaya lokal. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sunda Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Bali. Latar belakang kegiatan ini didasari oleh tantangan dalam dunia pendidikan pascapandemi Covid-19, yang menuntut adanya penyesuaian terhadap kurikulum serta penerapan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel, adaptif, dan kontekstual terhadap lingkungan budaya peserta didik. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dengan mengintegrasikan metode ceramah, diskusi, dan simulasi. Subjek kegiatan difokuskan pada guru bahasa daerah dan dosen pengampu mata kuliah bahasa dan budaya daerah di lingkungan UPI dan Undiksha, serta se-Indonesia. Hasil FGD menunjukkan bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan pemahaman peserta terhadap prinsip-prinsip dasar Kurikulum Merdeka, capaian pembelajarannya, serta strategi integrasi nilai-nilai budaya lokal, seperti budaya Sunda dan Bali, ke dalam proses pembelajaran. Selain memberikan dampak langsung dalam peningkatan kompetensi peserta, kegiatan ini juga menghasilkan sejumlah luaran akademik, di antaranya: (1) artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, (2) buku hasil kegiatan, (3) artikel populer di media massa, serta (4) pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Temuan dan pengalaman dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model implementatif bagi institusi pendidikan lainnya dalam mengembangkan kurikulum berbasis kearifan lokal secara lebih sistematis dan berkelanjutan.
KAJIAN STRUKTURAL DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK DALAM NASKAH DRAMA GÉNJLONG KARATON KARYA DIAN HENDRAYANA Nugraha, Asep Suhendar; Koswara, Dedi; Isnendes, Retty; Rahmat, Wahyudi
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 20, No 1 (2025): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v20i1.8402

Abstract

Abstrak Penelitian ini didasari oleh pentingnya meneliti ilmu kejiwaan dalam naskah drama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita drama, struktur naskah drama, dan psikologi humanistik yang terkandung dalam naskah drama Génjlong Karaton karya Dian Hendrayana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif-kualitatif, tekniknya studi pustaka. Hasil dalam penelitian ini yaitu secara struktur cerita terbilang lengkap karena semua aspek tergambar jelas dalam naskah dramanya. Secara struktur naskah terbilang tidak lengkap karena ada beberapa aspek yang tidak tergambar dalam naskah dramanya yaitu prolog, aside, dan epilog. Sedangkan lima tingkatan kebutuhan manusia semuanya tergambar jelas dalam naskah drama “Génjlong Karaton” karya Dian Hendrayana. Kata-kata Kunci: kajian struktural; naskah drama; psikologi humanis Abstract This research is based on the importance of examining psychology in drama scripts. This research aims to find out the structure of the drama story, the structure of the drama script, and the humanistic psychology contained in the drama script “Génjlong Karaton” by Dian Hendrayana. The method used in this research is descriptive-qualitative; the technique is a literature study. The results in this study are that the story structure is fairly complete because all aspects can be found in the script. Structurally, the drama script is incomplete because there are several aspects that are not reflected in the drama script, namely the prologue, the aside, and the epilogue. The five levels of human needs are clearly depicted in the drama script “Génjlong Karaton” by Dian Hendrayana.