Claim Missing Document
Check
Articles

Manajemen Fisioterapi pada Penderita Interstitial Lung Disease di RSUD Dungus Madiun: Case Report Motik, Annisa Firsita; Komalasari, Dwi Rosella; Utami, Mulatsih Nita
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Interstitial Lung Disease merupakan sekumpulan penyakit paru yang ditandai dengan adanya fibrosis atau jaringan parut di jaringan interstitial. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan paru-paru untuk mendapatkan cukup oksigen, sehingga akan mengalami kesulitan dalam bernapas, kelelahan, dan penurunan toleransi aktivitas. Case Presentation: Case report ini merupakan single subject research, dimana subjek diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 9x terapi dan dilakukan evaluasi untuk melihat efek dari pemberian terapi yaitu nebulizer, breathing control, pursed lip breathing, TEE (thoracic expansion exercise), dan stretching otot sternocleiodomastoideus pada kondisi Interstitial Lung Disease. Management and Outcome: Intervensi fisioterapi yang diberikan berdasarkan hasil dari assessment subjektif dan objektif pasien. Pemberian intervensi fisioterapi dilakukan sebanyak 9x dalam waktu 3 hari, dan dilakukan evaluasi sebanyak 2x dalam sehari. Outcome yang di evaluasi adalah vital sign, ekspansi thorax, skala sesak, serta kemampuan fungsional. Hasil studi adalah vital sign cenderung stabil, adanya peningkatan ekspansi thorax, serta skala sesak dan kemampuan fungsional tetap memiliki skor yang sama. Discussion: Pemberian intervensi nebulizer diberikan untuk melonggarkan jalan napas sehingga mucus dapat keluar, breathing control untuk memperbaiki pola napas, pursed lip breathing (PLB) mengurangi sesak dengan meningkatkan compliance paru untuk melatih otot pernapasan agar berfungsi dengan baik, TEE (thoracic expansion exercise) untuk meningkatkan ekspansi thorax, serta stretching otot sternocleiodomastoideus untuk mengurangi tightness/kekakuan akibat overuse. Conclusion: Manajemen fisioterapi berupa nebulizer, breathing control, pursed lip breathing, TEE (thoracic expansion exercise) dapat mengurangi sesak, memperbaiki pola pernapasan, meningkatkan ekspansi thorax, serta mempertahankan kemampuan fungsional pasien.
Managemen Fisioterapi pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi: Case Report Saadah, Raihanah Nur; Komalasari, Dwi Rosella; Muazarroh, Salma
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Cerebral Palsy merupakan kelainan permanen pada anak, kelainan ini menyebabkan berubahnya postur dan gerak yang disebabkan karena keterbatasan dalam beraktifitas. Kelainan ini disebabkan karena gangguan non-progresif pada fase awal perkembangan otak janin atau bayi. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efek penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy spastik quadriplegi. Case Presentation: yaitu single subject research yang didasarkan pada anak laki-laki usia 6 tahun dengan diagnosis Cerebral Palsy spastik quadriplegi. Pemberian intervensi selama 4 kali pertemuan dalam jangka waktu 1 bulan. Management and Outcome: neurosenso motor reflex, Myofascial Release, neuro developmental treatment dan head control. Conclutions: Pada penelitian ini belum didapatkan perubahan pada spastisitas otot, kemampuan sensoris, gross motor serta activity daily living pada anak dengan kondisi Cerebral Palsy spastik quadriplegi. Penulis berharap pada penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengetahui efek pemberian intervesi fisioterapi pada anak Cerebral Palsy quadriplegi.
Validity and Reliability of The Numeric Rating Scale in Non-Myogenic Low Back Pain Patients Adha, Faradila Risky; Komalasari, Dwi Rosella
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Pain is the main problem in LBP that can reduce quality of life. Several tools are used to determine the pain, including Numeric Rating Scale (NRS). NRS need validity and reliability to evaluate pain. Objective: To determine the validity and intra-rater and inter-rater reliability of the NRS in Non-Myogenic Low Back Pain patients. Methods: This research was an observational study with a methodological approach using a purposive sampling technique. The total sample were 55 people. Results: The validity of NRS showed well with p<0.001 and r calculated was higher than 0.9 (higher than r table=0.260). SEM value: 0.20 and MDC: 0.55. While, intra-rater and inter-rater reliability of NRS was very high, with Cronbach Alpha and ICC being more than 0.9 and p<0.05. Conclusion: The NRS was valid and reliable in terms of intra-rater and inter-rater for measuring the level of pain in non-myogenic low back pain.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Osteoarthritis Knee Bilateral di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo: Case Report Azzahra, Najla Lutfhi; Komalasari, Dwi Rosella; Sari, Priyanika Candra
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Seiring bertambahnya usia, maka semakin banyak permasalahan degeneratif yang dialami oleh lansia, salah satunya yaitu Osteoarthritis Knee. Osteoarthritis Knee merupakan penyakit sendi degeneratif yang biasanya disebabkan oleh keausan dan hilangnya tulang rawan artikular secara progresif yang berdampak pada penurunan fungsi fisik. Presentasi Kasus: Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun sebagai pensiunan teknisi mesin mengeluhkan nyeri dan kaku pada kedua lututnya namun lebih berat pada lutut kiri daripada lutut kanan sejak 5 bulan yang lalu (Juni 2023). Pasien merasakan nyeri saat posisi jongkok ke berdiri dan naik turun tangga. Berdasarkan hasil inspeksi statis didapatkan postur tubuh pasien kifosis, bentuk kaki pasien normal, sedangkan pada inspeksi dinamis terlihat langkah kaki pasien saat berjalan terlihat pendek. Hasil palpasi didapatkan bahwa tidak terdapat bengkak pada knee joint dan suhu normal pada knee joint. Hasil pemeriksaan fisik oleh fisioterapi didapatkan adanya nyeri tekan dan nyeri gerak knee joint, penurunan kekuatan otot hamstring dan quadriceps, dan keterbatasan lingkup gerak sendi fleksi knee joint. Manajemen dan Hasil: Setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan exercise berupa range of motion exercise (heel slide) dan resistance exercise sebanyak 3 kali diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan nyeri tekan dan nyeri gerak pada knee joint, peningkatan lingkup gerak sendi fleksi knee joint, peningkatan kekuatan otot fleksor dan ekstensor knee joint, dan peningkatan kemampuan fungsional pada pasien. Pembahasan: Infrared berfungsi untuk menstimulasi reseptor panas sehingga mengurangi rasa nyeri serta meningkatkan kekuatan otot. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) banyak digunakan dalam penatalaksanaan OA Knee untuk mengurangi nyeri dan memfasilitasi kinerja aktivitas terapeutik untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi. Exercise therapy merupakan salah satu terapi latihan non-farmakologis yang sangat utama untuk OA knee yang telah terbukti menunda perkembangan penyakit, menghilangkan rasa sakit, dan meningkatkan fungsi lutut. Beberapa jenis latihan untuk OA Knee, yaitu resistance exercise atau latihan ketahanan untuk memperkuat otot di sekitar lutut dan range of motion exercise untuk menambah lingkup gerak sendi. Kesimpulan: Intervensi fisioterapi berupa Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan exercise berupa range of motion exercise (heel slide) dan resistance exercise terbukti efektif pada kasus Osteoarthritis Knee Bilateral.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Dengan Post-Op Coronary Artery Bypass Graft (CABG): A Case Study Putri, Aprilia Nurlita Dwi; Komalasari, Dwi Rosella; Gani, Purnomo; Dewi, Diani Qomara
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan tindakan pembedahan pada kasus penyakit jantung koroner dengan cara memotong dan mengganti arteri yang tersumbat dengan pembuluh darah arteri yang sehat. Pasien yang menjalani pasca operasi CABG biasanya mengalami penurunan kapasitas fungsional paru, sesak napas, nyeri, penurunan ekspansi toraks, retensi sputum, dan penurunan ventilasi paru Presentasi Kasus: seorang pasien 60 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi, Semarang dengan diagnosa medis pasca Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) et causa Coronary Artery Disease Involving 3 Vessels Disease (CAD3VD) mengeluhkan nyeri pada sekitar bekas sayatan daerah dada, kesulitan dalam batuk, sesak napas, badan terasa lemah serta leher dan pundak terasa pegal-pegal sehari setelah menjalankan operasi. Manajemen dan Hasil: intervensi fisioterapi yang diberikan pada kasus pasca operasi CABG adalah Diaphragmatic breathing exercise, Deep breathing exercise, Latihan batuk efektif, stretching otot bantu nafas, mobilisasi bertahap. Evaluasi yang dinilai adalah derajat nyeri dan sesak napas, ekspansi thoraks, dan kemampuan aktivitas fungsional pasien. Diskusi: Program fisioterapi untuk kasus pasca operasi CABG selama tiga kali pertemuan bertujuan untuk menurunkan derajat nyeri dan sesak napas, meningkatkan aktivitas fungsional serta mengeluarkan secret akibat terhalangnya jalan napas. Dengan semua banyak resiko komplikasi yang terjadi, program fisioterapi bertujuan untuk mencegah kompikasi yang telah disebutkan diatas. Kesimpulan: Setelah dilakukan fisioterapi pada kasus pasca operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft) dengan terapi latihan didapatkan hasil penurunan derajat nyeri dan sesak napas, peningkatan ekspansi thorak dan kemampuan kemampuan fungsional.
Manajemen Fisioterapi pada Post Sectio Caesarea et Causa Preeklamsia: Studi Kasus Zalfa, Raden Andrea; Komalasari, Dwi Rosella; Isak, Galih Adhi
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Persalinan secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu persalinan spontan dan persalinan dengan melakukan tindakan operasi pada bagian perut atau lebih dikenal dengan sectio caesarea atau operasi cesar, dimana keduanya memiliki dampak pasca melahirkan. Perawatan pasca melahirkan merupakan salah satu hal yang penting, terutama pasca sectio caesarea. Nyeri, bengkak, dan penurunan kekuatan otot merupakan kemungkinan yang akan terjadi yang akan mempengaruhi kinerja aktivitas fungsional seseorang. Pemberian terapi oleh fisioterapis merupakan awal untuk proses penyembuhan dari beberapa masalah tersebut dan menghindari dampak lainnya Presentasi Kasus: Ny NA, usia 42 tahun, dengan diagnosa post sectio caesarea et causa preeklamsia, mengeluhkan nyeri pada luka incisi, odema atau bengkak pada daerah pergelangan kaki, kesulitan untuk bergerak, serta mengalami keterbatasan aktivitas fungsional pada hari ke 2 dan 3 pasca operasi. Pasien dilakukan intervensi fisioterapi di rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Manajemen dan Hasil: Pasien menjalani terapi dua kali dalam dua hari berturut-turut dengan program fisioterapi yang meliputi kontraksi isometrik, pelvic floor exercise, free active exercise, ankle pumping exercise, dan latihan transfer-ambulasi. Pasien dievaluasi menggunakan pengukuran nyeri dengan NPRS, LGS dengan Goniometer, odema dengan pengukuran figure of eight, dan aktivitas fungsional dengan Barthel Index Kesimpulan: Setelah mendapat intervensi fisioterapi pada kasus post sectio caesarea dengan memberikan 2x pertemuan program terapi dapat membantu mengurangi nyeri incisi, mengurangi odem, meningkatkan kekuatan otot, dan dapat meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
Manajemen Fisioterapi pada Pasien Congenital Heart Failure: Studi Kasus Nabilah, Hana Laila; Komalasari, Dwi Rosella; Pratama, I Putu Aditya
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkenalan: Congestive Heart Failure (CHF)adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016, terdapat 23 juta kematian akibat gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) pada tahun 2015, atau sekitar 54% dari seluruh kematian. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus CHF memiliki banyak variasi tergantung dengan tindakan dan kondisi pasien. Pasien dengan riwayat CHF cenderung memiliki penurunan kemampuan fungsional sehari-hari. Presentasi Kasus: Pada kasus ini pasien laki-laki usia 67 tahun pasca Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan riwayat CHF. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan suka merokok. Pasien sempat menjalani rawat inap pada tahun 2022. Kemudian kambuh kembali pada tahun 2023 dan dilakukan tindakan operasi pemasangan ring. Saat ini menjalani rehabilitasi pada fase II di PJK RSUP I.G.N.G. Ngoerah Hospital Bali. Manajemen dan Hasil: Treatment yang diberikan kepada pasien terdiri dari pemanasan, inti, dan pendinginan. Pemanasan yang dilakukan yakni senam secara berkelompok selama 10-15 menit. Untuk latihan inti diberikan latihan jalan cepat maupun jogging diatas treadmill dengan kecepatan yang ditingkatkan. Sedangkan pendinginan diberikan latihan ergo arm cycle selama 10 menit. Pemberian treatment diberikan sebanyak 12 kali dan dilakukan seminggu 5 kali. Hasil evaluasi menggunakan six minute walking test (6MWT) didapatkan peningkatan jarak, kapasitas aerobic dan Heart Rate Walking Speed Index (HRWSI). Serta terdapat penurunan tingkat lelah menggunakan borg scale. Diskusi: Pemberian rehabilitasi medik dengan bentuk exercise diketahui dapat meningkatkan fungsi endotel vaskuler dan fungsi saraf otonom serta dapat menekan sistem inflamasi dan oksidative stress pada pasien CAD. Cardiac Rehabilitation (CR) pada pasien pasca-CABG dilakukan terutama untuk memfasilitasi pemulihan setelah operasi dan untuk meningkatkan kapasitas olahraga dan kualitas hidup. Pemberian terapi atau latihan sesuai dengan pedoman. Kesimpulan:Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus CHF dengan pemberian latihan pemanasan, inti, dan pendinginan selama 12 pertemuan memiliki hasil yang relatif membaik. Berdasarkan hasil yang didapatkan berdasarkan evaluasi menggunakan six minute walking test (6MWT) terdapat peningkatan jarak dan kapasitas aerobic, serta penurunan tingkat kelelahan pada pasien.
Penyuluhan Postur Tubuh pada Anak Sekolah Dasar di SDN 03 Plosokerep Sragen Musyafa, Zafaf; Az-zahra, Fadhilah; Wijayanti, Wahyu Kusuma; Putri, Adelia Kurnia; Silaen, Nevada Bulandari; Arianti, Bella; Nurma, Hanifah Dwi; Aquariza, Eliska Elok; Perdana, Suryo Saputra; Komalasari, Dwi Rosella; Santoso, Totok Budi; Dewangga, Mahendra Wahyu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 2 No. 11 (2025): Januari
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v2i11.1906

Abstract

Masa kanak - kanak adalah masa yang paling penting saat masa pertumbuhan sistem muskuloskeletal. Gangguan postural disebabkan oleh beberapa faktor contohnya penggunaan tas yang salah, cara duduk yang salah serta posisi bermain handphone yg salah. Tujuan dari pengabdian ini adalah sebagai bentuk koreksi dan edukasi sejak dini kepada anak-anak yang diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit gangguan postural karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak-anak dimasa yang akan datang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SDN 03 Plosokerep oleh tim mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kegiatan diawali dengan ice breaking dilanjutkan dengan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal siswa, lalu diakhiri dengan post-test. Hasil penyuluhan koreksi postur tubuh siswa dan siswi SDN 03 Desa Plosokerep menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan.
Management Physiotherapy Post Injection of the Platelet Rich Plasma (PRP) in the Case of Anterior Cruciate Ligament Tear: A Case Report Sari, Wahyu Anita; Komalasari, Dwi Rosella; Maulana, Hakny
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2022: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.736 KB)

Abstract

Background: Anterior Cruciate Ligament (ACL) tear is a partial or complete tear of the ACL ligament. A torn ACL doesn't heal on its own. ALC tear can be treated with surgical and nonsurgical procedures, namely Platelet Rich Plasma (PRP) injectionandexercise.Objective: To report on the results of therapy in the treatment of ACL tears with PRP injection and exerciseMethods: Respondents aged 30 years experienced an ACL tear. After the PRP injection therapy, the patient was treated with Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) and an exercise program: quadriceps setting, hamstring setting, Straight Leg Raise (SLR), gluteus setting, bridging, walking squat, step up and step down, and balance training for approximately 1 hour each training session for 3 weeks with meetings 2 times a weekResults: Prior to the intervention, the patient complained of pain in his left knee and limited functional activities such as standing for more than 20 minutes, going up and down stairs and praying. Results after 3 weeks of physiotherapy intervention, there was a decrease in pain (silent pain: from 7 to 0, motion pain: from 10 to 5, tenderness: from 8 to 3) and an increase in functional activity.Conclusion: Observation of post-PRP injection on the ACL tear with Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) modality and an exercise program designed systematically and given from the start provide benefits in increasing functional activity.
Perbedaan Diabetic Peripheral Neurophaty dan Kekuatan Otot terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Tipe 2 Berdasarkan Durasi Diabetes Mellitus Komalasari, Dwi Rosella; Pratiwi, Rossy Eka; Rahman, Farid; Ningrum, Tyas Sari Ratna Ningrum
FISIO MU: Physiotherapy Evidences Vol 4, No.2 Juli 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/fisiomu.v4i2.5041

Abstract

Latar belakang: Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah jenis DM dengan angka kejadian paling tinggi dari pada jenis lainnya. DPN merupakan komplikasi yang banyak terjadi pada DM tipe2 yang berkontribusi terhadap penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah. Kondisi hiperglikemi dan durasi yanng lama diduga menjadi faktor pemicu terjadinya DPN yang akan mengganggu kualitas hidup pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian DPN, kekuatan otot ekstremitas bawah dan kualitas hidup serta untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien antara penderita DM tipe 2 durasi 5-10 tahun dan >10 tahun. Metode: Terdapat 2 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 121 responden yang dilakukan di Grha Diabetika Surakarta. DPN diperiksa dengan menggunakan tes MNSI, kekuatan otot ekstremitas bawah dengan tes FTSTS dan kuisioner WHOQoL digunakan untuk mengevaluasi kualitas hidup. Hasil: Pada kelompok DM tipe 2 durasi >10 tahun menunjukkan kejadian DPN lebih banyak dan penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah dan kualitas hidup disbanding kelompok DM tipe 2 durasi 5-10 tahun (p<0.05). Faktor kekuatan otot ekstremitas bawah menjadi faktor utama yang mempengaruhi kualitas hidup pasien DMT2 durasi >10 tahun. Kesimpulan: DM tipe 2 dengan durasi lebih dari 10 tahun akan memberikan komplikasi signifikan terhadap kejadian DPN, penurunan kekuatan otot dan kualitas hidup. Kekuatan otot ekstremitas bawah menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien DM tipe 2 dengan durasi >10 tahun.
Co-Authors Abdul Haris Adha, Faradila Risky Afifatuzzahra, Sabina Agustyaningsih, Nur Afni Amanda, Mutiara Sabta Ananda, Risti Aquariza, Eliska Elok Arianti, Bella Arif Pristianto Az-Zahra, Fadhilah Azzahra, Najla Lutfhi Billa, Azizah Shalsa Chaiyawat, Pakaratee Dermin, D Dewangga, Mahendra Wahyu Dewi, Diani Qomara Fadhilla, Fahra Fadilah, Yustitya Aprila Nur Farid Rahman Firdaus, Muhammad Rais Hasan Fitriani, Dessy Fitriyah, Oktaviani Gani, Purnomo Hamidah, Nilam Nur Hanafi, Muhammad Isa Handayani, Tri Mukti Hifayati, Laily Maulida Nur Isak, Galih Adhi Ismadi, I Isnaini Herawati Izzuddin, Amar Maulana Jannah, Hanabila Rawdhatul Kaidah, Muh Anugerah Dzul Khairullah, Fakhri Khotimah, Annisa Khusnul Kurniahadi, Tsania Haifa’ Kurniasari, Fitri Lathifani, Nabila Rizka Masitha, Sita Maulana, Hakny Minalloh, Aldin Nasrun Motik, Annisa Firsita Muazarroh, Salma Musyafa, Zafaf Nabilah, Hana Laila Ningrum, Tyas Sari Ratna Ningrum Nurma, Hanifah Dwi Perdana, Suryo Saputra Prakoeswa, Ramona Sigit Pratama, I Putu Aditya Pratiwi, Rossy Eka Prayitno, P Putra, Rezky Guna Putri, Adelia Kurnia Putri, Aprilia Nurlita Dwi Putri, Fatati Nurainni Putri, Nafisa Destriana Putri, Sulista Ramona, Dela Rendranandini, Widya Rosidah, Nikmatur Saadah, Raihanah Nur Safari Wahyu Jatmiko Salatina, Alfi Salsabila, Dika Tiara Saputro, Sigit Sari, Etik Yunita Sari, Mely Erlika Sari, Priyanika Candra Setiawan, Rizki Setyaningratri, Yeni Silaen, Nevada Bulandari Sukatwo, S Susanti, Eka Widya Syinta, Ahmada Norma Taufik Eko Susilo Tiara Fatmarizka Totok Budi Santoso Umi Budi Rahayu Utami, Mulatsih Nita Vitasari, Lingga Wahyu Anita Sari wahyuni wahyuni Wardhani, Desvita Savitri Kusuma Wijayanti, Christina Wahyu Wijayanti, Wahyu Kusuma Yanuar, Reza Arshad Yulia Rahmawati, Yulia Zain, Siti Azzura Zalfa, Raden Andrea Zulfah, Khairina