Claim Missing Document
Check
Articles

INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA REMAJA DI INDONESIA: PREVALENSI, FAKTOR RESIKO DAN UPAYA PENCEGAHAN Vatrisya, Gischa; Febliyanti, Dwisha; Anggraini, Debie
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 2 (2024): Juni
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan global yang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Prevalensi IMS tertinggi terjadi pada kelompok remaja dan dewasa muda akibat perilaku seksual berisiko. Hal ini perlu ditangani serius mengingat dampak jangka panjang dari IMS. Literatur review ini dilakukan dengan mencari 13 artikel periode 2015-2023 terkait IMS pada remaja di Indonesia. Artikel yang dipilih merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan berbagai desain studi. Review difokuskan pada prevalensi, faktor risiko, serta upaya pencegahan IMS pada remaja. Prevalensi IMS di Indonesia cukup tinggi, terutama HIV/AIDS (0,3%), sifilis (1,2%), dan gonore. Faktor risiko utama adalah perilaku seksual berisiko seperti berganti pasangan dan tidak menggunakan kondom. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi juga berperan. Upaya pencegahan yang efektif antara lain edukasi dan konseling, peningkatan akses tes kesehatan reproduksi, strategi ABC (abstinence, be faithful, condom), pre-exposure prophylaxis (PrEP), media informasi, dan peran teman sebaya. IMS merupakan tantangan serius bagi kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Diperlukan strategi pencegahan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Penelitian lanjutan juga dibutuhkan untuk memantau efektivitas program pencegahan IMS yang ada saat ini.
HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Ilham, Diko; Anggraini, Debie; Zulyati Oktora, Meta
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 3 (2024): September
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v1i3.1493

Abstract

Latar Belakang : Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan saluran pencernaan dimana isi lambung berulang kali kembali ke kerongkongan, menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi. Mulas, regurgitasi, odynophagia, mual, kesulitan menelan, dan kesulitan tidur di malam hari hanyalah beberapa tanda dan gejala klinis GERD. Gastroesophageal reflux disease adalah penyakit sistem pencernaan cukup umum di masyarakat, tidak terkecuali pada mahasiswa yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari hari dan mengurangi kualitas hidup mahasiswa. Salah satu hal yang mempengaruhi awal mula terjadinya GERD adalah pola makan. Mahasiswa di perguruan tinggi memiliki kebiasaan makan yang buruk, mereka sering memilih makanan cepat saji, camilan, dan makanan asam atau pedas, yang meningkatkan kemungkinan terkena GERD. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola amakn terhadap kejadian Gastroesophageal Reflux Disease pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan metode cross sectional menggunakan data primer dengan jumlah sampel 60 responden. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisia bivariat menggunaka uji chi-square. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ini mahasiswa yang positif mengalami GERD sebanyak 16 orang (22,7%) dan mahasiswa yang memiliki pola makan kurang baik yaitu sebanyak 19 orang (31,7%). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan pola makan terhadap kejaidan GERD (p=0,000). Kesimpulan: Penelitian ini terdapat hubungan bermakna antara pola makan terhadap kejadian Gastroesophageal Reflux Disease pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
HUBUNGAN MENGONSUMSI KOPI TERHADAP KEJADIAN GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH ANGKATAN 2020 Supardi, Muhammad Miftah; Anggraini, Debie; Hamda, Rialta
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 3 (2024): September
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v1i3.1498

Abstract

Latar belakang : Dalam kehidupan mahasiswa, banyak yang berpendapat bahwa mengopi merupakan kegiatan yang digemari, Faktor yang dapat menyebabkan kejadian GERD yaitu mengkonsumsi kopi yang berlebihan. Mahasiswa kedokteran cenderung lebih memungkinkan mengkonsumsi minuman yang bekafein. Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan mengkonsumsi kopi terhadap kejadian gastroesophageal reflux disease (GERD) pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas baiturrahmah angkatan 2020. Metode : Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang penyakit dalam. Pelaksanaan penelitian di fakultas kedokteran universitas baiturrahmah dengan pengambilan data primer periode juli 2023 – desember 2023. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi terjangkau pada penelitian adalah mahasiswi program studi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah angkatan 2020 sebanyak 60 sampel dengan teknik random sampling. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square, pengolahan data menggunakan komputerisasi program SPSS versi IBM 25.0. Hasil : Kejadian GERD sebanyak 28 orang (46,7%), Konsumsi kopi terbanyak adalah sedang yaitu 26 orang (43,3%) dan Ada hubungan antara konsumsi kopi terhadap kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2020 (p=0,018). Kesimpulan : Terbukti ada hubungan antara konsumsi kopi terhadap kejadian GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2020.
SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA Ramadhani, Novia; Adilah, Putri; Zulyati Oktora, Meta; Anggraini, Debie
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 3 (2024): September
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v1i3.1500

Abstract

Latar belakang: Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan kondisi yang mana individu bisa mengetahui kemampuan yang dimiliki untuk mencegah tekanan hidup yang normal, produktif dalam bekerja, dan ikut serta dalam berperan pada komunitasnya. Tanpa disadari media sosial dapat menjadi bumerang bagi penggunanya. media sosial dapat menimbulkan masalah pada kesehatan mental pada penggunanya. Tujuan : untuk mengetahui apakah media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental pada ramaja. Metode: metode yang digunakan dalam systematic literature review ini adalah PRISMA yang diambil dari jurnal nasional dan jurnal internasional. Penelusuran artikel yang direview melalui database Google Scholar dengan kata kunci pencarian yaitu; hubungan, media sosial, kesehatan mental, remaja. Hasil: berdasarkan hasil pencarian didapatkan 20 jurnal yang dilakukan review dengan hasil terdapat dampak media social terhadap Kesehatan mental remaja. Simpulan: Dari data yang didapatkan bahwa memang terdapat hubungan antara bermain media sosial dengan kesehatan mental pada remaja. Semakin lama remaja bermain media sosial, hal itu akan berpengaruh pada kesehatan mental, karena para remaja akan fokus dengan dunianya sendiri dan tidak peduli dengan keadaan sekitar dan ketika sang remaja tidak bermain media sosial, remaja akan merasa stresss karna mereka sudah kecanduan dalam menggunakan media sosial.
Pengaruh Protein Terhadap Status Gizi, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0-12 Tahun Febrian, Muhammad Reyhan; Anggraeni, Verindra; Anggraini, Debie
An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol 11, No 2 (2024): AN-NADAA JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (DESEMBER)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/ann.v11i2.15622

Abstract

Latar Belakang: Tingkat kognisi dan kecerdasan seseorang, serta perkembangan fisik, sistem saraf, dan otaknya, semuanya sangat dipengaruhi oleh nutrisinya. Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk mencapai hasil pertumbuhan dan perkembangan yang sejalan dengan potensi genetik. Ketika seorang anak bertumbuh, tubuhnya mengalami perubahan yang menyebabkan ia menjadi lebih besar dan kuat, namun ketika ia berkembang, tubuhnya menjadi lebih mampu melakukan bentuk dan fungsi yang kompleks. Pasalnya, anak adalah masa depan bangsa dan negara. Nutrisi yang tepat memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Pertumbuhan dan perkembangan dibantu oleh makanan dengan komposisi gizi yang benar; pangan sehat adalah pangan yang disesuaikan dengan usia dan tingkat aktivitas konsumen.Tujuan: untuk memastikan bahwa tubuh dapat melakukan pemeliharaan, pertumbuhan, perbaikan bagian-bagian yang tua atau rusak, dan reproduksi sistem energi fisik secara maksimal dengan memenuhi kebutuhan nutrisi.Metode: Teknik analisis digunakan dengan mempelajari literatur dari berbagai jurnal nasional dan internasional.Hasil: Menurut temuan penelitian, dorongan terhadap pertumbuhan fisik dan mental anak berkorelasi positif dengan perkembangan mereka.Kesimpulan: Nutrisi yang tepat bagi seorang anak sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang sehat. Setiap anak membutuhkan kalori, protein, lemak, hidrat (karbohidrat), vitamin, dan mineral, serta air susu ibu (ASI) bagi bayi hingga umur 6 bulan dan setelah 6 bulan ASI harus didampingi dengan MPASI. Diharapkan nutrisi yang diberikan kepada anak dengan menu harus seimbang dan porsi besar, disesuaikan dengan apa yang dapat diterima anak.
IMUNOPATOGENESIS LEPTOSPIROSIS Anggraini, Debie; Reni Lenggogeni
Nusantara Hasana Journal Vol. 4 No. 6 (2024): Nusantara Hasana Journal, November 2024
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v4i6.1263

Abstract

Leptospirosis is a zoonotic disease caused by bacteria from the genus *Leptospira*. This disease is one of the infectious diseases that are widespread throughout the world, especially in tropical and subtropical areas. Leptospirosis is transmitted to humans through direct contact with water, soil, or materials contaminated by the urine of infected animals. Animals such as rats, dogs, and livestock are often the main reservoirs of this bacteria. Humans can be infected when their skin or mucosa comes into contact with water or soil containing *Leptospira* bacteria, especially during floods or when working in wet environments. Clinically, leptospirosis can vary from asymptomatic infection to severe disease that can be fatal. Severe clinical manifestations, known as Weil's disease, can involve organ failure, including liver and kidney, and severe bleeding. In the context of the hematological and immunological systems, leptospirosis can cause disorders of blood cell function, including hemolytic anemia, thrombocytopenia, and changes in the leukocyte profile. The immune response to *Leptospira* is critical in determining disease severity, with uncontrolled immune mechanisms contributing to tissue and organ damage.
INTERLEUKIN-18 LEVELS IN SCHIZOPHRENIA PATIENTS RECEIVING ANTI-PSYCHOTIC THERAPY AT THE PSYCHIATRIC POLYCLINIC OF SITI RAHMAH ISLAMIC HOSPITAL Hasni, Dita; Anggraini, Debie; Anissa, Mutiara
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol. 12 No. 1 (2025): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Univers
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/jkk.v12i1.475

Abstract

The use of antipsychotic therapy is effective in managing symptoms and has become a cornerstone in the treatment of patients with schizophrenia. However, antipsychotics have side effects on the immune system, particularly affecting Interleukin 18 (IL-18) levels. Therefore, it is important to assess IL-18 levels in schizophrenic patients receiving antipsychotic therapy. Objective: To determine IL-18 levels in schizophrenic patients undergoing antipsychotic therapy and receiving outpatient care at the RSI Siti Rahmah Padang clinic. This descriptive study recruited 25 schizophrenic patients receiving antipsychotic therapy who voluntarily participated. IL-18 levels were measured using the ELISA method from patient serum. Results: In 25 schizophrenia patients who received antipsychotic therapy, IL 18 levels were obtained as much as 483.7 SD ± 27.3 ng/ml. The subjects were aged 36-45 years (60%), 88% were male, and 64% were using atypical antipsychotics. Schizophrenic patients receiving antipsychotic therapy at RSI Siti Rahmah Padang showed elevated IL-18 levels.
HUBUNGAN ANTARA KADAR GULA DARAH PUASA DENGAN RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR PADA LANSIA Putri, Berliana Amani; Salsabilla, Intania; Anggraini, Debie
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 4 (2024): Desember
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v1i4.1890

Abstract

Kadar glukosa darah puasa (GDP) yang abnormal merupakan faktor risiko signifikan untuk penyakit kardiovaskular, terutama pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kadar GDP dan risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan tinjauan literatur terkini. Studi ini merupakan tinjauan sistematis terhadap literatur yang diperoleh dari berbagai database ilmiah menggunakan kata kunci seperti “fasting blood glucose,” “cardiovascular disease,” dan “elderly.” Hasil menunjukkan bahwa kadar GDP ≥85 mg/dL berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas kardiovaskular, termasuk stroke iskemik dan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Lansia dengan hipertensi atau diabetes memiliki risiko lebih tinggi jika kadar GDP mereka berada di luar rentang optimal (85-124 mg/dL). Selain itu, model prediktif berbasis pembelajaran mesin menunjukkan potensi dalam mendeteksi diabetes pada individu dengan kadar GDP normal. Berdasarkan temuan ini, kadar GDP yang tidak normal, baik rendah maupun tinggi, berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada lansia. Deteksi dini dan pengelolaan kadar GDP yang efektif sangat penting untuk meminimalkan risiko kardiovaskular pada populasi ini.
KONSUMSI TEH TERHADAP PENYERAPAN ZAT BESI DAN RESIKO ANEMIA PADA REMAJA putri, Anindya Firrizqi kaurtania; Putri, Mesya Andira; Humairah, Zahrati; Anggraini, Debie
Journal of Public Health Science Vol. 1 No. 4 (2024): Desember
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v1i4.1891

Abstract

Kebiasaan minum teh setelah makan, terutama di kalangan remaja, dapat berdampak negatif pada proses absorpsi zat besi karena kadar tanin dalam teh. Zat besi adalah mineral penting untuk mencegah anemia, yang pada remaja dapat memengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan kebiasaan tersebut dengan penyerapan zat besi dan risiko anemia pada remaja. Penelitian dilakukan menggunakan metode systematic review berdasarkan pedoman PRISMA 2020, dengan mencari literatur di PubMed dan Google Scholar menggunakan kata kunci seperti “tea consumption,” “iron absorption,” “anemia,” dan “adolescents.” Dari hasil pencarian, lima artikel yang relevan dianalisis lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan bahwa minum teh setelah makan secara signifikan mengurangi penyerapan zat besi, terutama pada remaja dengan asupan zat besi rendah, sehingga meningkatkan risiko anemia. Berdasarkan temuan ini, kebiasaan minum teh setelah makan perlu dihindari, dan edukasi mengenai waktu konsumsi teh yang tepat menjadi sangat penting untuk mencegah anemia dan memastikan remaja mendapatkan penyerapan zat besi yang optimal.
EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN TERAPI ZAT BESI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, FERRITIN, DAN SATURASI FERRITIN PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI Habibullah, Muhammad Nabil; Fenando, Dolvi Brillian; Pernanda, Muhammad Zikri; Anggraini, Debie
Journal of Public Health Science Vol. 2 No. 1 (2025): Maret
Publisher : Yayasan Nuraini Ibrahim Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70248/jophs.v2i1.1888

Abstract

Latar belakang: Anemia defisiensi besi adalah komplikasi umum pada pasien penyakit ginjal kronis (CKD) yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Terapi zat besi, baik oral maupun intravena, digunakan untuk meningkatkan kadar hemoglobin (Hb), ferritin, dan saturasi transferin (TSAT). Namun, perbandingan efektivitas dan profil keamanan berbagai jenis terapi masih perlu dievaluasi lebih lanjut. Metode: Penelitian ini adalah tinjauan sistematis yang dilakukan berdasarkan protokol PRISMA-P, dengan pencarian literatur dari tahun 2021 hingga 2025 melalui basis data PubMed dan EBSCO. Studi yang dipilih melibatkan pasien CKD dengan anemia defisiensi besi, dengan hasil yang diukur berupa peningkatan Hb, ferritin, TSAT, dan efek klinis terapi. Analisis mencakup perbandingan berbagai formulasi zat besi, baik oral maupun intravena. Hasil: Tinjauan terhadap tujuh jurnal menunjukkan bahwa terapi zat besi secara signifikan meningkatkan kadar Hb, ferritin, dan TSAT pada pasien CKD dengan anemia defisiensi besi. Ferric citrate hydrate (oral) dan ferric derisomaltose (intravena) menunjukkan efektivitas tinggi, dengan ferric derisomaltose memberikan respons hematologi yang lebih cepat dan profil keamanan yang lebih baik dibandingkan iron sucrose. Terapi oral seperti ferric sodium EDTA memberikan manfaat tambahan berupa penurunan parameter inflamasi seperti C-reactive protein (CRP). Sebagian besar terapi memiliki profil keamanan yang baik, dengan efek samping ringan, kecuali ferrous sulfate yang sering menimbulkan masalah gastrointestinal. Kesimpulan: Terapi zat besi, baik oral maupun intravena, efektif dan aman untuk meningkatkan Hb, ferritin, dan TSAT pada pasien CKD dengan anemia defisiensi besi. Pemilihan jenis terapi harus mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien, efektivitas, dan risiko efek samping untuk memaksimalkan manfaat terapi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efek jangka panjang dan membandingkan langsung formulasi yang berbeda.
Co-Authors Ade Putra, Idriyan Adelin, Prima Adilah, Putri Aisyaa Bintang Shafiera Aliefia, Desi Amelia, Rinita Anandikha, Tri Anggraeni, Verindra Anissa, mutiara Annisa, Zahra Dwi Ashan, Haves Ayu Hamama Pitra, Dian Bila, Salsha Bunga Najla Amelia Dafidela, Windi Dewi , Nadia Purnama Djong Hon Tjong Efriza Ekawati, Yessi Evra, Nidya Naysa Faadilah, Afkaar Febliyanti, Dwisha Febrian, Muhammad Reyhan Fenando, Dolvi Brillian Fharel, Muhammad Fitri, Vika Samila Habibullah, Muhammad Nabil Haiga, Yuri Hamama Pitra, Dian Ayu Hamda, Rialta Handayani Gusmira, Yuni Hasni, Dita Helmizar, Roland Hirowati Ali, Hirowati Humaira, Zikra Humairah, Zahrati Ibnu Fikrya, Annisa Ilham, Diko Inkha Prajadina Ivan, Muhamad Jefri, Muhamad Junisa, Diva Efrilia Kumala, Olivitari Lastari, Lastari Lestari, Apriliyana Puji liana, nana Madina Munawaroh Mahatma, Gangga Malik, Rifkind Maulana, Muhammad Hafidz Habib Meiriska, Indri Putri Melly , Ariyanti Melya Susanti Morawati, Soufni Muhamad Ivan Muhammad Fharel Mulyani, Intan Munawaroh, Madina Nirmala Nirmala, Nirmala Nurwiyeni Oktora, Meta Zulyati Pendri Hariyani , Insil Pernanda, Muhammad Zikri Pratama Putri, Cindy Munawaroh Pratama, Muhammad Tjico Aidil Putri, Afni Mesna putri, Anindya Firrizqi kaurtania Putri, Berliana Amani Putri, Mesya Andira Putriyuni, Anandia Raditya, Rahmat Rafli, Rhandyka Rahma Triyana Rahmadika Akbar, Resti Ramadhani, Novia Reni Lenggogeni Rhandyka Rafli Rika Amran Roland Helmizar Roza Linda, Melia Salsabilla, Intania Salsabilla, Salsabilla Saputri, Rahmi Agu Sari, Meri Ponda Seres Triola Sjaaf, Fidiariani Supardi, Muhammad Miftah Surya Dana, Teguh Tri Septiana, Vina Vatrisya, Gischa Wanandri, Puja Wettry Sagita, Agnesia Yarni, Sisca Dwi Zakiyah, Nabila Jihan Zulyati Oktora, Meta