Claim Missing Document
Check
Articles

Potensi Dedak dan Bekatul Beras Sebagai Ingredient Pangan dan Produk Pangan Fungsional Astawan, Made; Febrinda, Andi Early
JURNAL PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.69 KB) | DOI: 10.33964/jp.v19i1.104

Abstract

Dedak dan bekatul adalah produk sampingan dari proses penggilingan beras. Dedak (rice bran) terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah lembaga, sedangkan bekatul terdiri atas lapisan dalam butiran beras yaitu aleuron/kulit ari beras serta sebagian kecil endosperma. Dalam proses penggilingan padi di Indonesia dedak dihasilkan pada proses penyosohan pertama, sedangkan bekatul pada proses penyosohan kedua. Dedak dan bekatul mengandung nilai gizi yang lebih tinggi daripada endosperma (sehari-hari dikenal sebagai beras). Karbohidrat utama di dalam dedak padi adalah hemiselulosa, selulosa, pati dan b-glucan. Tiga asam lemak utama di dalam dedak dan bekatul beras adalah palmitat, oleat dan linoleat. Minyak dedak mentah (crude rice bran oil) mengandung 3-4 persen wax dan sekitar 4 persen lipid tak tersaponifikasi. Antioksidan potensial seperti oryzanol dan vitamin E juga ditemukan di dalam dedak beras. Dedak dan bekatul beras juga kaya vitamin B kompleks. Komponen mineralnya antara lain besi, aluminium, kalsium, magnesium, mangan, fosfor, dan seng. Kandungan gizi dan karakteristik fungsional yang dimiliki dedak dan bekatul beras merupakan potensi untuk pemanfaatan keduanya sebagai pangan fungsional dan food ingredient. Permasalahan utama dalam pemanfaatan dedak dan bekatul adalah mudah tengik akibat reaksi yang menjurus kepada ketengikan hidrolitik dan ketengikan oksidatif.Upaya stabilisasi dedak dan bekatul beras dapat dilakukan melalui inaktivasi enzim lipase dan lipoksigenase, antara lain dengan pengaturan pH, pemanasan kering, pemanasan uap, penggunaan energi microwave, pemakaian uap etanol, hingga pemanfaatan antioksidan.
Evaluasi Nilai Gizi Protein Tepung Tempe yang Terbuat dari Varietas Kedelai Impor dan Lokal Evaluation on Protein Nutritional Value of Tempe Flour Made from Imported and Local Soybean Varieties Astawan, Made; Mursyid, Mursyid; Muchtadi, Deddy; Wresdiyati, Tutik; Bintari, Siti Harnina; Suwarno, Maryani
JURNAL PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.31 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i1.48

Abstract

Tempe merupakan produk olahan fermentasi kedelai asli Indonesia. Telah diketahui bahwa kandungan gizi tempe lebih baik dibandingkan kedelai yang tidak difermentasi. Masalah utama tempe adalah umur simpan yang relatif rendah. Salah satu alternatif pengolahan tempe adalah tepung tempe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas protein tepung tempe yang terbuat dari kedelai impor dan lokal. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague-Dawley sebagai hewan model. Tikus dibagi 4 kelompok berdasarkan sumber protein dalam ransum, yaitu tepung tempe kedelai impor Genetically Modified Organism (GMO)/hasil rekayasa genetika, tepung tempe kedelai impor non-GMO, tepung tempe kedelai lokal Grobogan, dan kasein sebagai kontrol. Parameter kualitas protein diukur berdasarkan metode pertumbuhan dan metode keseimbangan nitrogen. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai food convertion efficiency (FCE), protein efficiency ratio (PER), dan net protein ratio (NPR) dari semua jenis tepung tempe. Nilai true protein digestibility (TPD) tepung tempe kedelai grobogan dan non-GMO tidak berbeda nyata, namun nyata lebih tinggi dari tepung tempe kedelai GMO, dan lebih rendah dari kasein. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai biological value (BV) dan net protein utilization (NPU) semua sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum nilai gizi protein tepung tempe kedelai lokal Grobogan tidak berbeda dengan tepung tempe kedelai impor non-GMO.Tempe is a fermented soybean product from Indonesia. It has been known that nutritional values of tempe are better than unfermented soybean. The main problem of tempe product is its short shelf life. An alternative way to solve this problem is tempe flour. The objective of this research was to evaluate the protein nutritional quality of tempe flours made from imported and local soybeans. This research used albino Sprague-Dawley rats as an animal model. The rats were divided into 4 groups based on protein source of the diet, namely: tempe flour of imported Genetically Modified Organism (GMO) soybean, tempe flour of imported non-GMO soybean, tempe flour of local Grobogan soybean, and casein as a control. Protein nutritional parameters were observed based on growth of rats and nitrogen balance methods. The results showed that there were no significant different of food conversion efficiency (FCE), protein efficiency ratio (PER), and net protein ratio (NPR) values from all of tempe flours. True protein digestibility (TPD) value of Grobogan and non-GMO tempe flours was not different, but higher than GMO soybean tempe flour, and lower than casein. There were no significant different of biological value (BV) and net protein utilization (NPU) values from all samples. This research concluded that generally the nutritional quality of protein of tempe flour from local Grobogan soybean tempe flour was not different from the protein quality of import non-GMOZT. 
Isotlavon Kedelai sebagai Antikanker Astawan, Made; Early Febrinda, Andi
JURNAL PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.752 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i3.244

Abstract

Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari penduduk Asia, termasuk Indonesia. Kedelai merupakan sumber utama isoflavon. Konsumsi isoflavon pada sebagian besar negara Asia adalah 25-45 mg/orang/hari. Jepang merupakan negara yang konsumsi isoflavonnya tertinggi di dunia, yaitu 200 mg/orang/hari. Di negara-negara Barat konsumsinya kurang dari 5 mg/orang/hari. Beberapa tahun terakhir ini, muncul peringatan tentang bahaya konsumsi kedelai dan hasil olahannya, khususnya dalam literatur populer seperti artikel koran dan majalah, serta beberapa situs tidak resmi di internet. Informasi tersebut umumnya berasal dari penerjemahan yang salah atas hasil-hasil studi yang lemah dan kurang mendasar. Sesungguhnya di dalam kedelai terkandung berbagai komponen yang mempunyai sifat antikanker, seperti: inhibitor protease, fitat, saponin, fitosterol, asam lemak omega-3, dan isoflavon. Isoflavon saat ini banyak diteliti karena potensinya dalam mencegah dan mengatasi berbagai gangguan kesehatan, khususnya kanker. Beberapa mekanisme dasar isoflavon sebagai antikanker adalah: anti-estrogen, penghambatan aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas antioksidan, dan peningkatan fungsi kekebalan sel. Tulisan ini mengulas peranan isoflavon kedelai sebagai zat antikanker. Produk kedelai yang mengandung isoflavonoid berperan dalam pencegahan beberapa jenis kanker seperti kanker payudara, kanker prostat, kanker paru-paru, kanker kolon, dan kanker endometrial. Konsentrasi senyawa ini dalam plasma dapat dengan mudah mencapai level aktif secara biologis tanpa efek racun. Melalui efek penghambatan faktor dan angiogenesis, genistein dapat menjadi penghambat umum dalam pertumbuhan kanker. Melalui modulasi transport obat, genistein dapat menjadi additive yang baik untuk menyempurnakan terapi kanker. Efek biologis yang digambarkan dapat juga digunakan sebagai strategi pencegahan bagi penyakit lain seperti kardiovaskulerdan osteoporosis melalui efek estrogenik dan antioksidatif yang dimilikinya.
Kemampuan Yogurt Sinbiotik Berbasis Probiotik Lokal dalam Mencegah Diare dan Meningkatkan Imunitas Tikus Putih (Rattus norvegicus) Astawan , Made; Wresdiyati , Tutik ; Isnafia Arief , Irma ; Dwi Utami, Septi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.018 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.134

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengamati kemampuan yogurt sinbiotik yang mengandung probiotik lokal (Lactobacillus acidophilus 2B4) sebagai antidiare pada tikus yang terinfeksi Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), dan untuk mendeteksi dampak terhadap karakteristik imunomodulator (jumlah sel limfosit, kadar malonaldehid/MDA hati, dan aktivitas antioksidan superoksida dismutase/SOD hati). Infeksi EPEC (10 7 cfu/ml/hari) yang dilakukan secara oral ke tikus selama tujuh hari berturut-turut secara nyata menyebabkan diare ringan tanpa penurunan berat badan. Pemberian secara oral yogurt sinbiotik yang mengandung 10 9 cfu bakteri asam laktat/ml/hari selama 21 hari secara nyata meningkatkan respons imun tikus, yang ditunjukkan dengan meningkatnya sel limfosit di hari ke-14, penurunan MDA hati pada hari ke 14 dan 21, dan meningkatnya aktivitas SOD hati pada hari ke-14.
Pemanfaatan α-Tokoferol untuk Meningkatkan Profil Superoksida Dismutase (SOD) Ginjal Tikus di Bawah Kondisi Stres Wresdiyati, Tutik; Astawan, Made; Fithriani, Diini; Adnyane, I Ketut Mudite; Hidayati, Mustika
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 13, No 3 (2008): October 2008
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.948 KB) | DOI: 10.24002/biota.v13i3.2568

Abstract

Stress condition has been reported decreased the level of intracellular antioxidant, especially superoxide dismutase (SOD). The condition can lead to certain cell impairment and finally can reach to the degenerative processes, such as aging and carcinogenesis. We need several alternative treatments to solve the severe problem under antioxidant defiency status caused by stress condition. The aim of the study was to observe the effect of α-tocopherol on increasing the profile of superoxide dismutase (SOD) in the kidney of rats under stress condition. The stress condition was achieved by five days fasting together with smimming for 5 min/day and only drinking distiled water ad libitum. α-tocopherol was orally administrated at a dose of 60 mg/Kg/BW/day for seven days. By measuring SOD activity and Cu,Zn-SOD imunohistochemically, showed that α-tocopherol has effect on increasing the profile of intracellular antioxidant in the rats kidney tissue under stress condition.
Pemanfaatan Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) untuk Mengatasi Kelainan Antioksidan Intrasel Superoxide Dismutase (SOD) Hati Tikus Di Bawah Kondisi Stres Wresdiyati, Tutik; Astawan, Made; Adnyane, I Ketut Mudite; Prasetyawati, Renny Candra
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 10, No 2 (2005): June 2005
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266 KB) | DOI: 10.24002/biota.v10i2.2848

Abstract

This study was conducted to evaluate the activity of ginger oleoresin (Zingiber officinale) on the intracelluler antioxidant-superoxide dismutase (SOD) in the liver of rats under stress condition. A total of twuenty five Wistar rats were used for this study. They were divided into five groups ; (1)K (control), (2) S (stress), (3)O + S (oleoresin followed by stress), (4) S + O (stress followed by oleoresin and (5) O + S +O (oleoresin followed by stress then oleoresin). The dose of oleoresin is 60mg/Kg/BW/day for seven days. Stress condition was done by five days fasting and smimming for five minutes/day, while drinking water was provided ad libitum to all groups. The results showed that ginger oleoresin significantly decreased malonaldehyde (MDA) and elevated SOD activity. The immunohistochemical evaluation also showed that ginger oleoresin increased the content of copper,zinc-superoxide dismutase (Cu,Zn-SOD) in the liver of rats under stress condition. These effects were showed in the tissues of rats treated by ginger oleoresin before or after stress or combination of both.
Pengaruh Konsumsi Tempe dari Kedelai Germinasi dan Non-Germinasi Terhadap Profil Darah Tikus Diabetes Astawan, Made
JURNAL PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.116 KB) | DOI: 10.33964/jp.v28i2.439

Abstract

Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik akibat kurangnya produksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Tempe memiliki efek hipoglikemik yang dapat memperbaiki fungsi sel pankreas. Germinasi kedelai dapat meningkatkan komponen bioaktif yang dapat mencegah penyakit DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi ransum tepung tempe dari kedelai germinasi (TKG) dan tepung tempe dari kedelai non-germinasi (TNG) terhadap profil darah tikus DM. Profil darah yang diamati meliputi kadar glukosa darah, analisis hematologi (hemoglobin, leukosit, eritrosit, hematokrit, dan trombosit), serta analisis biokimia serum (kolesterol, trigliserida, LDL, HDL, dan albumin). Kelompok tikus DM yang mengonsumsi ransum TNG dan TKG selama 32 hari memiliki penurunan kadar glukosa darah yang lebih besar dibandingkan kelompok tikus DM yang mengonsumsi kasein (kontrol positif). Tikus kelompok TKG memiliki kadar hemoglobin sebesar 14,1 g/dL, hematokrit 37,3 persen,  dan eritrosit 7,9 juta/mm3 yang mendekati nilai pada tikus normal (kontrol negatif), yaitu masing-masing sebesar 13,4 g/dL,  34,6 persen dan 7,6 juta/mm3. Tikus kelompok TKG memiliki kadar trigliserida (64,0 mg/dL)  yang lebih rendah dari tikus kelompok TNG (89,4 mg/dL). Kadar LDL tikus dari kelompok  TKG (9,2 mg/dL) tidak berbeda secara nyata (p>0,05) dengan kelompok kontrol negatif (3,4 mg/dL). Konsumsi TNG dan TKG tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap parameter leukosit, trombosit, kolesterol, dan HDL tikus diabetes.
Probiotik Indigenus Meningkatkan Profil Kesehatan Usus Halus Tikus yang Diinfeksi Enteropathogenic E. coli Wresdiyati, Tutik; Laila, Sri Rahmatul; Setiorini, Yeni; Arief, Irma Isnafia; Astawan, Made
Majalah Kedokteran Bandung Vol 45, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1515.255 KB)

Abstract

Telah dilaporkan bahwa probiotik dapat memelihara keseimbangan mikroflora usus dan meningkatkan sistem imun usus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian probiotik indigenous Lactobacillus fermentum dan Lactobacillus plantarum pada profil kesehatan usus halus tikus yang diinfeksi Enteropathogenic E. coli (EPEC). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus–November 2011 di Institut Pertanian Bogor. Sebanyak 90 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley telah digunakan dan dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif (A), perlakuan Lactobacillus plantarum (B), perlakuan Lactobacillus fermentum (C), perlakuan Lactobacillus plantarum dan EPEC (D), perlakuan Lactobacillus fermentum dan EPEC (E), dan perlakuan EPEC (F). Perlakuan dilaksanakan selama 21 hari. Setelah tikus dikorbankan, usus halus diproses menggunakan metode embedding standar dengan parafin dan diwarnai memakai hematoksilin eosin. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan rancangan acak lengkap analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan L. fermentum dan L. plantarum dapat menurunkan persentase kerusakan vili usus halus 14–62% dan meningkatkan tebal mukosa usus halus 14–29%. Simpulan, perlakuan probiotik indigenous L. fermentum dan L. plantarum dapat meningkatkan kesehatan usus halus. L. fermentum lebih baik dalam menghambat kerusakan usus halus tikus yang diinfeksi EPEC. [MKB. 2013;45(2):78–85]Kata kunci: Enteropathogenic E. coli (EPEC), probiotik, usus halus Indigenous Probiotic Increased the Health Profile of Small Intestine in Enteropathogenic E. coli Infected RatsIt was reported that probiotics could maintain the balance of intestinal microfloral and increase intestinal immune system. The objective of this study was to analyze the influence of indigenous probiotic Lactobacillus fermentum and Lactobacillus plantarum on the morphological profile of small intestine of Enteropathogenic E. coli (EPEC)- infected rats. This study was done from August to November 2011 at Bogor Agricultural University. A total of 90 male rats Sprague Dawley were used in this study. They were devided into 6 groups; negative control (A), Lactobacillus plantarum treated (B), Lactobacillus fermentum treated (C), Lactobacillus plantarum and EPEC treated (D), Lactobacillus fermentum and EPEC treated (E), and EPEC infected group (F). The treatments were done for 21 days. Small intestine tissues were processed using paraffin embedding standard method and stained with haematoxylin eosin. The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). The results showed that L. fermentum and L. plantarum treatments decreased percentage of small intenstine villi damage (14 to 62%) and increased the thickness of small intestine mucosa (14 to 29%). In conclusions, treatment of indigenous probiotic L. fermentum and L. plantarum increase the health of small intestine. L. fermentum give better effect in inhibiting the damage of small intestine of rats, which under EPEC infection. [MKB. 2013;45(2):78–85]Key words: Enteropathogenic E. coli (EPEC), probiotic, small intestine DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v45n2.110
THE EFFECT OF SOYBEANS GERMINATION ON NUTRITION POTENTIALS AND BIOACTIVE COMPONENTS OF FRESH AND SEMANGIT TEMPE Astawan, Made
JURNAL PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.024 KB) | DOI: 10.33964/jp.v29i1.460

Abstract

Tempe is a traditional food from Indonesian made from soybeans fermented with Rhizopus spp. Based on the fermentation time, tempeh is divided into fresh tempeh and semangit tempe. Purpose of this study to determine the difference in chemical composition between fresh tempe flour from germination soybean (SG) and non-germination (SNG) and semangit tempe flour made from germination soybean (TG) and non-germination (TNG). Stage of the research include soybean germination process for 24 hours, making fresh tempe (48 hours fermentation), making semangit tempeh (120 hours fermentation), the process of making fresh tempe flour and semangit tempe flour. Analysis carried out on all tempeh flour includes yield, proximate, crude fiber, antioxidants and isoflavones. The process of germination of soybean as a raw material and the addition of fermentation time had no significant effect (p> 0,05) on the nutritional component, but had a significant effect (p <0,05) on the isoflavone levels and antioxidant activity of fresh tempe flour and semangit tempe flour produced. TNG has the highest levels of isidlavone daidzein and genistein, which are 432,8 and 707,8 ?g / g, respectively. TNG has the highest antioxidant capacity (IC50 value of 2109 ppm) which is significantly better than SG and SNG, but not significantly different from TG.
COMPARISON OF PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS AND AMINO ACID COMPOSITION OF WATER-SOLUBLE TEMPE FLOUR AND COMMERCIAL SOYBEANPROTEIN ISOLATE Astawan, Made; Cahyani, Ananda Putri; Maulidyanti, Leonita; Wresdiyati, Tuti
JURNAL PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.459 KB) | DOI: 10.33964/jp.v29i1.462

Abstract

The aim of this research was to compared the physicochemical characteristics and amino acid composition of conventional water-soluble tempe flour (CWSTF), germinated soybean water-soluble tempe flour (GSWSTF) and commercial soy protein isolate (CPI). Water-soluble tempe flour was made from defatted flour and alkali extraction-isoelectric precipitation. The yield of CWSTF, GSWSTF, and CPI were not significantly different (p>0.05). Proximate analysis of CWSTF and GSWSTF showed significantly different from CPI except water content (p<0.05). The essential amino acids in CWSTF and GSWSTF are lysine, leucine, isoleucine, phenylalanine, valine, methionine, and threonine. Analysis of the physical characteristic CWSTF and GSWSTF showed significantly different (p<0.05) with CPI in colors, aw, and bulk density in a lower with CPI.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Adurrasyid, Zaid Afifah, Diana N. Afrilia Sandra Ramadhani Agata Tantri Atmaja Ahmad Sulaeman Ahmad Syauqy Alamsah Firdaus Alfia Ansarullah Ali, Muhammad Saddam Amilia Dayatri Uray Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Ananda Putri Cahyani Ananda Putri Cahyani Andi Early Febrinda Ani Karmila Anjani, Gemala Ans Budi Hartanta ANZS BUDY HARTANTA Arif - Hartoyo Armando M Saragih Ati Widya Perana Ayu P.G Prayudani Azka Lathifah Zahratu Azra B.A. Susila Santosa Bambang Purwantara Bella Dinar Fauqii Cahyani Bernadetha Beatrix Sibarani C Hanny Wijaya Cahyani, Ananda Putri Chitisankul, Wanida T. Dadang Supriatna Dadang Supriatna Dadang Supriatna Dadi Hidayat Maskar Dahrulsyah - - Damayanti, Aprilia F. Deddy - Muchtadi Deddy Muchtadi Deddy Muchtadi Deddy Muchtadi Deddy Muchtadi DEDDY MUCHTADI Deddy Muchtadi Diana Nur Afifah, Diana Nur Diini Fithriani Dini Wulan Dari Dodik Briawan Dwi Febiyanti - Dwi Utami, Septi Eiichiro Fukusaki Elis Nurhayati Endang Mahati Endang Prangdimurti Evy Damayanthi Fanie Herdiani Fithriani, Diini Fransiska R Zakaria Hadi Riyadi Hadi Susilo Arifin Hadiningtias, Primanisa Hamzah Alfarisi Hardinsyah Hazmi, Khaidar Herpandi . Hidayati, Mustika I Komang Gede Wiryawan Ichsani, Nadya Ika Wirya Wirawanti Ikeu Tanziha Inas Suci Rahmawati Indira Saputra Intan Kusumawati Irma Isnafia Arief Isnafia Arief , Irma Jefriaman Sirait Karnila, Rahman Karnila Ketut Adnyane Mudite Khaidar Hazmi Komang G Wiryawan Komari Komari Komari Komari Lasmiati, Ni Nengah Laut, Bimaris Tranoya Leonita Maulidyanti LUSIA YUNI HASTANTI Manalu, Johanes Marojahan Mardhiyyah, Yunita Siti Maryani Suwarno Maryani Suwarno Maryani Suwarno Maulidyanti, Leonita Muchtadi, Deddy Muhamad Firdaus Muhamad Firdaus Muhamad Syukur Muhammad Agus Muljanto Muhammad Aries Muhammad Ichsan Mursyid . Mursyid Mursyid Mustika Hidayati Nadya Ichsani Nafisah Nancy Dewi Yuliana nFN Akhyar Ni Nengah Lasmiati Novita, Rias R. Nur Wulandari Nurani Istiqomah Nurhayati Arifin Nurhayati H.S. Arifin Nurhayati Nurhayati Nurhayati, Elis Nurina Rachma Adiningsih Palupi, Nurheni Sri Perana, Ati Widya Prasetyawati, Renny Candra Prayudani, Ayu P G Prayudani, Ayu Putri Gitanjali Prima Yaumil Fajri Putri, Sastia P. Putri, Sastia Prama Putty Anggi Lestari Rachma Adiningsih, Nurina Rafidha Irdiani Rahmawati, Irma Sarita Rahmawati, Siti Irma Ramadhani, Afrilia Sandra Ramdhani, Rizal Pauzan Ratnaningsih Eko S. Renny Candra Prasetyawati Rimbawan , Rini Kesenja Rita Khairina RR. Ella Evrita Hestiandari Rudy R Nitibaskara Saithong, Pramuan Salsabila Salsabila Sam Herodian Sandra Arifin Aziz Saputra, Indira Saragih, Armando M SARASWATI SARASWATI Sarwono Waspadji Sarwono Waspadji Sarwono Waspadji Sastia Prama Putri Septi Dwi Utami Setyawati S Karyono Setyawati S. K. Setyawati S. Karyono Setyawati, Amalia Rani Sibarani, Bernadetha Beatrix Siti Harnina Bintari Siti Sa'diah Siti Sadiah Slamet Widodo Soewarno S Soekarto Soewarno Soekarto Sri Anna Marliyati Sri Rahmatul Laila Sri Widowati Sri Widowati Sugeng Heri Suseno Sukarno Sukarno Suliantari . Sundari, Fitria Suci Suratno, Yuhlanny Dewi Sussi Astuti Sutrisno Koswara Taopik Ridwan TATI NURHAYATI Tika Pratiwi Khumairoh Tita Aviana Tjahja Muhandri Tryas, Anisha Ayuning Tuti Wresdiyati Tutik Wresdiyati Utami, Sri Inten V Prihananto Vera Di Nurwati Winiati P. Rahayu Winiati Pudji Rahayu Wresdiyati, Tuti Yana Nurdiana Yeni Setiorini Yeni Setiorini Yenni MS Nababan Yuhlanny Dewi Suratno Yuspihana Fitrial