p-Index From 2020 - 2025
5.917
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) MANAJEMEN HUTAN TROPIKA Journal of Tropical Forest Management Jurnal Gizi dan Pangan Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Forum Pasca Sarjana Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment) Jurnal Planologi Sultan Agung Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota SAINS DAN MATEMATIKA Jurnal Ilmu Lingkungan TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Jurnal Ilmu Komputer dan Agri-Informatika Jurnal Sumberdaya Lahan Analisis Kebijakan Pertanian JTSL (Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan) Journal of Degraded and Mining Lands Management Journal of Regional and City Planning Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Jurnal Tataloka Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik MAJALAH ILMIAH GLOBE Journal of Regional and Rural Development Planning Journal of Socioeconomics and Development Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Analisis Kebijakan Pertanian Jurnal Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan Iklim Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Makara Journal of Technology Journal Research of Social Science, Economics, and Management International Journal of Integrative Sciences International Journal of Multidisciplinary Approach Research and Science Jurnal Ekonomi Pembangunan Jurnal Teknik Sipil Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital
Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS PERENCANAAN PRIORITAS JARINGAN JALAN UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN TANA TORAJA Gersony Miri; Baba Barus; Soekmana Soma
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 1 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.195 KB) | DOI: 10.29244/jitl.16.1.1-8

Abstract

Jaringan jalan merupakan salah satu penunjang kegiatan perekonomian yang bermuara pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Kabupaten Tana Toraja memiliki 166 ruas jalan kabupaten dengan total panjang 1,252 km yang sebagian besar (74.24%) berada dalam kondisi rusak. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan pendanaan karena keterbatasan anggaran, akibatnya semua ruas jalan tidak dapat tertangani seluruhnya, sehingga membutuhkan prioritas jaringan jalan yang perlu ditangani untuk pengembangan wilayahnya ke depan. Penelitian ini menggunakan metode analisis skalogram untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat pelayanan dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan persepsi stakeholder terhadap faktor yang menjadi prioritas dalam memilih jaringan jalan yang akan ditangani. Hasil penelitian menunjukkan 2 kecamatan merupakan pusat pelayanan (Hirarki I), 5 kecamatan merupakan subpusat pelayanan (Hirarki II), dan 12 kecamatan merupakan wilayah hinterland (Hirarki III). Dari analisis AHP diperoleh pilihan prioritas jaringan jalan berdasarkan potensi obyek wisata. Sehingga jaringan jalan yang dapat diprioritaskan adalah: 1). Alternatif I, terdiri atas: (i) Jalan lingkar wisata, (ii) Kokkang – Buakayu, (iii) Pasobo – Kondodewata, (iv) Tetebassi – Kondoran, (v) Batupapan – Rantekurra; 2). Alternatif II, terdiri atas: (i) Jalan lingkar wisata, (ii) Kokkang – Buakayu, (iii) Pasobo – Kondodewata, (iv) Tetebassi – Kondoran, (v) Batupapan – Rantekurra, (vi) Makale – Kaduaja.
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Siti Maesaroh; Baba Barus; Laode Syamsul Iman
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 2 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.643 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.2.45-51

Abstract

Wilayah pantai Kabupaten Pandeglang saat ini dipenuhi oleh aktivitas ekonomi dan mempunyai potensi pengembangan dengan berbagai problem. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi problem dan menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi pemanfaatannya serta kesesuaiannya secara ruang untuk perikanan, budidaya perikanan, pariwisata marin, pelabuhan perikanan, dan konservasi laut. Analisis dilakukan dengan pencarian kriteria melalui pendapat ahli melalui metode Proses Analisis Jaringan (ANP – Analytic Network Process) dan analisis spasial tumpang-tindih. Pembobotan kriteria dan parameter mempunyai pengaruh bersama dalam pengelompokan fungsi kebijakan, ekologi dan sosial-ekonomi. Kriteria yang berperan adalah perencanaan ruang provinsi (RTRWP) dan kabupaten (RTRWK), transportasi, struktur populasi, infrastruktur, kesesuaian fisik, penggunaan lahan dan risiko ancaman bahaya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya perikanan laut adalah wilayah pantai kecamatan Pagelaran hingga Panimbang. Daerah konservasi terletak di perairan Taman Jaya di sekitar pulau Badul. Wilayah yang sesuai untuk daerah pariwisata adalah Sukaresmi ke Tanjung Jaya serta pulau-pulau kecil di Ujung Kulon. Pelabuhan perikanan sesuai dibangun di kampung Caringin, Cigondong, Pejamben dan Teluk. Daerah paling sesuai untuk aktivitas perikanan di Kecamatan Labuan, Panimbang dan Sukaresmi.
PENENTUAN INDEKS BAHAYA KEKERINGAN AGRO-HIDROLOGI: STUDI KASUS WILAYAH SUNGAI KARIANGO SULAWESI SELATAN Muhammad Munawir Syarif; Baba Barus; Sabri Effendy
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 1 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1587.66 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.1.12-19

Abstract

Kekeringan agro-hidrologi dapat diartikan sebagai kekurangan air permukaan, air tanah dan mencukupi untuk tanaman dan kebutuhan masyarakat untuk jangka waktu tertentu. Sejauh ini belum ada indeks kekerigan agro-hidrologi yang menggabungkan faktor iklim, air permukaan, dan air bawah permukaan tanah. Penelitian ini merumuskan sebuah indeks bahaya kekeringan (Ibk) sebagai indikator kekeringan agro-hidrologi. Model yang dikembangkan dari kombinasi curah hujan musim kering, kedalaman air tanah, jarak sumber air, tekstur tanah dan indeks ketersediaan air bagi tanaman dengan menggunakan metode penginderaan jauh dan GIS. Indeks bahaya kekeringan agro-hidrologi yang telah dikembangkan adalah Ibk= (0.33CH) + (0.27KAT) + (0.20SA) + (0.13T) + (0.0WSVI) dengan hasil validasi model menunjukkan kemiripan yang tinggi kekeringan di lapangan.
PEMETAAN LAHAN SAWAH DAN POTENSINYA UNTUK PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN PASAMAN BARAT, SUMATERA BARAT Muhammad Zulfikar; Baba Barus; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 1 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.581 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.1.20-28

Abstract

Kabupaten Pasaman Barat terbentuk dari pemekaran Kabupaten Pasaman melalui Keputusan Pemerintah No.38 / 2003 tanggal 18 Desember 2003. Sejak tahun 1990 masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Pasaman adalah konversi lahan pertanian ke penggunaan lain yang sangat cepat, terutama lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit. Pengesahan UU No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B), diharapkan dapat mengendalikan laju perubahan penggunaan lahan pertanian ke penggunaan lain. Peraturan ini masih baru, sehingga implementasi peraturan ini belum banyak dilakukan, termasuk perencanaan dan penetapan wilayah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap faktor utama yang mempengaruhi penentuan lahan sawah berkelanjutan, (2) untuk menganalisis proyeksi kebutuhan luas sawah di tingkat kabupaten, dan (3) untuk menentukan area sawah berkelanjutan di wilayah penelitian berdasarkan batas wilayah kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fisik yaitu ketersediaan aktual dan potensial (kesesuaian lahan), diutamakan dalam penentuan sawah yang akan dipertahankan. Ketersediaan lahan sawah eksisting di Kabupaten Pasaman Barat masih cukup untuk mencukupi kebutuhan pangan lokal selama kurang lebih 20 tahun yang akan datang. Terdapat lahan sawah (aktual) seluas 27,317 ha yang cocok untuk dilindungi di Kecamatan Barru, dengan penggunaan lahan eksisting berupa sawah irigasi (budidaya). Selain itu, terdapat lahan potensial untuk dilindungi seluas 9,871 ha, dengan penggunaan lahan eksisting berupa semak-semak, rawa dan rawa lebak. Lahan yang diusulkan di lindungi dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: area yang surplus produksi, adanya irigasi, dan penerimaan oleh masyarakat. Lahan yang mencakup ketiga kriteria tersebut terdapat seluas 18,670 ha yang terdistribusi di beberapa kecamatan.
PEMETAAN LAHAN BERPOTENSI UNTUK MENDUKUNG USULAN PERENCANAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN (STUDI KASUS: PROVINSI JAWA BARAT) Dwi Ratnawati Christina; Ernan Rustiadi; Baba Barus
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.479 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.1.29-36

Abstract

Dengan dibuatnya UU No 41, 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) diharapkan mampu mengontrol kecepatan konversi lahan sawah ke penggunaan lain. Peraturan ini masih baru sehingga belum banyak diimplementasikan, termasuk penentuan wilayah, lahan utama dan lahan cadangan. Jawa Barat adalah provinsi kontributor pangan beras terbesar secara nasional, yang didukung dengan adanya lahan sawah yang potensial. Analisis spasial dapat digunakan untuk menentukan daerah lahan potensial pertanian pangan berkelanjutan di provinsi berbasis data dan informasi pendukung. Tujuan studi ini adalah (1) menginventarisasi data dan informasi untuk identifikasi lahan potensial perlindungan lahan pangan berkelanjutan, (2) mengindentifikasi lahan pangan potensial di tingkat provinsi dan kabupaten, dan (3) mengembangkan data dan informasi lokasi potensial untuk diusulkan menjadi kawasan, lahan pangan utama dan lahan cadangan perlindungan lahan pangan berkelanjutan pada tingkat provinsi dan kabupaten. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor utama dalam penentuan daerah pertanian pangan berkelanjutan adalah ketersediaan lahan. Di tingkat provinsi, hasil menunjukkan adanya usulan perencanan wilayah yang umum, termasuk penggabungan beberapa kawasan yang kecil dan indikasi adanya daerah lahan utama dan cadangan. Usulan perencanaan pada tingkat provinsi dapat dipakai sebagai referensi dalam persiapan usulan pada tingkat kabupaten, dengan data yang lebih detil pada kawasan, lahan utama dan cadangan, bersamaan dengan prediksi luasan lahan. Pada tingkat kabupaten, implementasi PLP2B sebaiknya diintergrasikan dengan partisipasi masyarakat.
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUNG REFORMA AGRARIA: STUDI KASUS PROVINSI RIAU DAN JAWA BARAT Baba Barus; Dyah Retno Panuju; Diar Shiddiq
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.553 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.25-34

Abstract

Pemerintah khususnya Badan Pertanahan Nasional meluncurkan program pemerintah yang dinamai dengan Reforma Agraria Plus. Program reforma agraria tersebut mempertimbangkan berbagai kriteria lahan antara lain kualitas dan ketersediaan lahan, variabel akses pasar untuk pemanfaatan lahan yang optimum. Salah satu bentuk reforma agraria plus adalah program redistribusi lahan. Percepatan redistribusi lahan dapat dilakukan jika proses identifikasi lahan tersedia memanfaatkan teknologi informasi spasial untuk efisiensi waktu dan cakupan area. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pilihan variabel penting untuk mengidentifikasi lahan tersedia untuk alokasi program reforma agraria. Penelitian dilakukan di Provinsi Riau dan Jawa Barat. Identifikasi lahan tersedia diawali dengan penyusunan database. Selanjutnya berdasarkan kriteria status kawasan, kesesuaian fisik, status penguasaan, dan penutupan lahan, luas lahan ditapis dengan metode evaluasi kriteria jamak dan dua alternatif. Alternatif-1 adalah kriteria ideal yaitu tingkat kesesuaian minimum S3, bukan lahan HGU, penggunaan untuk pertanian dan bukan kawasan lindung serta dekat jalan; dan alternatif-2 sama dengan alternatif-1 kecuali penguasaan HGU dalam waktu dekat (< 5 tahun) habis. Luas lahan yang diperoleh didistribusikan ke masyarakat petani/nelayan berlahan sempit. Hasil penelitian menunjukan penerapan kombinasi variabel terpilih yang berbeda dalam proses filter menghasilkan luasan berbeda. Hasil identifikasi luas lahan tersedia untuk alokasi program reforma agraria di Jawa Barat dan Riau menunjukkan bahwa kebutuhan hidup minimum masyarakat kedua lokasi berbeda. Perbedaan standar kebutuhan hidup minimum dan struktur harga serta tingkat kesuburan wilayah berimplikasi pada perbedaan luas lahan minimum bagi petani. Petani di Jawa Barat membutuhkan lahan lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan petani di Riau. Lahan tersedia di Riau menyebar di seluruh kabupaten/kota, sedangkan di Jawa Barat beberapa kabupaten tidak terdapat lahan tersedia untuk alokasi khususnya di wilayah Kabupaten Bekasi, Cirebon, Indramayu, dan kota Depok.
REGRESI LOGISTIK BINER DAN RASIONAL UNTUK ANALISIS BAHAYA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN CIANJUR Reni Kusumo Tejo; Dwi Putro Tejo Baskoro; Baba Barus
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.302 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.35-41

Abstract

Sepanjang tahun 2002-2007 Cianjur telah mengalami 33 kali kejadian longsor. Tujuan penelitian ini adalah: (i) mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap bahaya tanah longsor di Kabupaten Cianjur, dan (ii) menganalisis bahaya tanah longsor di Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap bahaya longsor di Kabupaten Cianjur adalah analisis regresi logistik biner dan analisis rasional. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner dan rasional, curah hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya longsor di daerah penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien parameter curah hujan yang tertinggi pada ketiga persamaan (0.542 pada hasil menggunakan SPSS, 0.920 pada hasil menggunakan Idrisi, dan 0.29 pada hasil analisis rasional). Kejadian longsor dipengaruhi terutama oleh kelas curah hujan yang tinggi. Ketiga peta bahaya longsor menghasilkan lokasi-lokasi untuk kelas bahaya sedang sampai tinggi. Pada peta bahaya longsor hasil regresi logistik biner menggunakan SPSS, kelas bahaya sedang sampai tinggi terdapat di bagian barat laut dan tenggara Cianjur. Pada peta hasil analisis menggunakan Idrisi, kelas tersebut di bagian tengah dan bagian utara Kabupaten Cianjur. Peta bahaya longsor hasil rasional, kelas bahaya longsor sedang dominan dan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Cianjur. Peta bahaya longsor hasil regresi logistik biner menggunakan Idrisi lebih baik dibandingkan dua peta bahaya lainnya, karena mempunyai nilai koefisien determinan terbesar yaitu 0.980. Kata kunci: Regresi logistik biner, bahaya, tanah longsor, rasional
MODEL SPASIAL KERUSAKAN LAHAN DAN PENCEMARAN AIR AKIBAT KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RAYA, KALIMANTAN BARAT Romiyanto Romiyanto; Baba Barus; Untung Sudadi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 2 (2015): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (903.742 KB) | DOI: 10.29244/jitl.17.2.47-53

Abstract

Illegal gold mining activities create mine pits, taillings, stressed vegetation and unvegetated land. The aims of this study were to identify and to develop spatial model of land degradation and water pollution caused by illegal gold mining activities in Raya watershed, West Kalimantan. The spatial land degradation model was developed by multiplication the score of mine age and type of mine tailings, while the scores for water pollution was based on the results of spatial distribution analysis of the water’s total dissolved solids (TDS) and Hg concentration levels in Lake Serantangan. Vegetations of the degraded area showed nutrient deficiency and toxicity symptoms. Based on the NDVI (normalized difference vegetation index), the degraded area generated a value range of 0.1-0.6. Mine land in the study area were classified as rather degraded (29.33%), degraded (28.70%), and severe degraded (41.97% of the total 4,551 ha area). While, 65.87% or 83 ha of the Lake Serantangan area was classified as severely polluted based on the water’s concentration of Hg and TDS. The accuracy of the spatial model developed was 88.30 and 82.57% for land degradation and water pollution, respectively. Keywords: Illegal gold mining, land degradation, spatial model, water pollution
PEMANTAUAN BAHAYA KEKERINGAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Nina Widiana Darojati; Baba Barus; Euis Sunarti
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 2 (2015): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1052.876 KB) | DOI: 10.29244/jitl.17.2.60-68

Abstract

Kekeringan sebagai peristiwa alam dan menyerang secara perlahan, telah menimbulkan kerugian bagi petani di Kabupaten Indramayu. Mengingat kekeringan merupakan kejadian yang dapat berulang, maka perlu dilakukan upaya pemantauan dan mengidentifikasi faktor-faktor bahaya kekeringan, agar dapat dikembangkan model bahaya kekeringan. Disamping itu, perlu dilakukan pemetaan untuk diketahui sebaran kekeringan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan pertanian dan kebijakan lainnya, serta dapat meminimalkan kerugian yang mungkin di alami di kemudian hari. Penelitian ini menggunakan metode dengan mengidentifikasi faktor-faktor bahaya kekeringan dan mengembangkan model kekeringan. Tiap-tiap faktor diberi skor dan bobot berdasarkan urutan kepentingan atau pengaruhnya terhadap bahaya kekeringan kemudian digabungkan dengan metode MCE (Multi Criteria Evaluation). Model diterapkan pada 3 (tiga) titik tahun yaitu 2003, 2008 dan 2012 dalam dua versi. Versi 1 yakni dengan tidak menyertakan jarak dari jaringan irigasi dan versi 2 adalah dengan menyertakan jarak dari jaringan irigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahaya kekeringan yang memiliki pengaruh paling besar sampai dengan paling rendah adalah curah hujan, penggunaan lahan, jarak ke sumber air, tekstur tanah, suhu permukaan tanah, sehingga diperoleh model dengan formulasi: H=(0.34SPI)+(0.20L)+(0.19B)+(0.17Jt)+(0.10LST). Sebaran bahaya kekeringan pada model versi 2 memiliki luasan bahaya kekeringan lebih sedikit dari model versi 1 dan memiliki nilai akurasi lebih rendah dari versi 1. Model versi 2 merupakan kondisi ideal, tetapi jaringan irigasi kurang berperan pada masa musim kemarau. Sementara itu, model versi 1 memiliki tingkat validasi yang cukup signifikan. Versi 1 merupakan kondisi yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. Kata kunci: Kekeringan, bahaya, suhu tanah, evaluasi multi kriteria, Indek Standar Curah Hujan
KETERKAITAN FAKTOR BIOFISIK DAN PENGUASAAN LAHAN HUTAN DENGAN KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DALAM PERSPEKTIF PENATAAN RUANG : STUDI KASUS PADA WILAYAH HTI DI JAMBI Andri Yushar Andria; Baba Barus; Fredian Tonny Nasdian
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 12 No 1 (2010): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.211 KB) | DOI: 10.29244/jitl.12.1.15-22

Abstract

The occurrence of forest fire in Jambi can be considered as an annual phenomenon. It happenes almost every year in every type of land uses, including industrial timber plantation area of PT Wirakarya Sakti. The drivers of fire are a combination between natural factors and an anthropogenic factor, which in this case is traditional land preparation activity conducted by local farmer. To maintain their source of livelihoods, farmers convert forest land into seasonal agricultural land (ladang) using ‘slash and burn’ method. This activity occures along with the changes in social economic condition. Currently, although this circumstance has existed for a long time, availability of information regarding forest fire-prone area especially in industrial timber plantation is really minutes. Based on this condition, this study aims to model and develop spatial information on the vulnerability forest fire in industrial timber plantation (HTI) area. The specific objectives are: 1) To identify biophysical factors that affect of forest fire, 2) To identify the significance of community activities and land tenure factors to forest fires event in the area, 3) To analyze communities motivations and actions in regards to forest fire events, and 4) To analyze synergy between actual land use with HTI Spatial Planning (RTR-HTI). The results of using logistic regression analysis showed that the most significance biophysical variable are soil type and rainfall, while on the anthropogenic variable are the distance from land and the distancefrom road. Pearson correlation analysis and regression analysis suggested that community motivations and actions are affected by social indicators. Based on these facts, spatial analysis using GIS was conducted. The result showed that the value of land use suitable (LUS) was 88.1% (218,289 ha) and not suitable was 11.9% (29,589 ha) from the land allocation of RTR-HTI. Using Analytic Hierarchy Process (AHP), the relative importance weight for each factor was derivied to be included in hazard model. The hazard map showed that fire hazard can be classified into high category (118,925 ha), moderate category (175,272ha) and low category (11,369 ha). Keywords: land use, land tenure community, vulnerability forest fire
Co-Authors A Akbar Achmad, Alfredian Ade Mirza Roslinawati Adi Jaya, Adi Afan Ray Mahardika Ake Wihadanto Akhmad Fauzi Alamin Yang First Alfin Murtadho Aminah, Mimin Andhi Trisnaputra Andrea Emma Pravitasari, Andrea Emma Andri Yushar Andria Ardhy Firdian Arya Hadi Dharmawan Asnelly Ridha Daulay Atang Sutandi Azis, Muh. Ikhsan Bakri, Subhan Bambang Hendro Trisasongko Bambang Juanda Bambang P. Noorachmat Bambang Pramudya Bobby A. Palem Boedi Tjahjono Bratakusumah, Deddy S. Budi Mulyanto Budi Nugroho Budi Prasetyo Cahyana, Destika Chiharu Hongo Chiharu Hongo, Chiharu Corry Nurmala Danang Pramudita, Danang Darda Effendi Darmawan Darmawan Deddy S. Bratakusumah Deddy S. Bratakusumah Denis Muba Pandapotan Simanihuruk Desi Nadalia Dessy Arianti Destika Cahyana Diar Shiddiq Didit Okta Pribadi Didit Okta Pribadi Djuanda, Bambang Djuara P Lubis DP Tejo Baskoro, DP Tejo Drajat Martianto Dwi Maryanto, Dwi Dwi Putro Tejo Baskoro Dwi Ratnawati Christina Dyah Ita Mardianingsih Dyah R Panuju Dyah R. Panuju Dyah R. Panuju Dyah Retno Panuju Edy Djauhari Purwakusumah Eka Intan Kumala Putri Emilia Syafitri Endriatmo Soetarto Enni Dwi Wahjunie Erliza Noor Ernan Rustiadi Euis Sunarti Faris Rahmadian Fauzi, Firman Fitri Insani Fredian Tonny Nasdian Fredinan Yulianda Gatot Yulianto Gersony Miri Hana Indriana Hans Moravia Hari Agung Hari Agung Adrianto Hari Wijayanto Harisman Edi Harmes Harmes harmes harmes Hartono, Arif Herianto Hermanto Siregar Hidayah, Nursantri Hilda Nurul Hidayati Imas Sukaesih Sitanggang Indraprahasta, Galuh Syahbana Irzaman, Irzaman Iskandar Iskandar Iswandi Umar Iwan Kurniawan Khursatul Munibah Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kusumastuti, Ayu Candra Kusumawati, Balkis Lala M Kolopaking Laode Syamsul Iman Latifah Kosim Darusman M Habibi Yadi Irawanata M Munawir Mahmud A. Raimadoya Mahmud A. Raimadoya Mazlan Mira Harimurti Mohamad Rafi Muhamad Firdaus Muhammad Ardiansyah Muhammad Ardiansyah Muhammad Firdaus Muhammad Hikmat Muhammad Munawir Syarif Muhammad Mu’min Fahimuddin Muhammad Zulfikar Nadia Shalehah Nandi Kosmaryandi NINA WIDIANA DAROJATI Nina Widiana Darojati Nindya Ayu Wardani Nur Febrianti Nur Febrianti Nur Febrianti Nur Febrianti Purwanto, Moh Yanuar Jarwadi Purwono Purwono Puspita, Gita Qalbi, Andria Harfani Rahmi Fajarini Reni Kusumo Tejo Reni Kusumo Tejo Reza Hanjaya Ricky Ricky Ricky, Ricky Rifyan Ruman Rilus Kinseng Rini Ariani Amir Rizaldi Boer Romiyanto Romiyanto Sabila, Salma Sabri Effendy Setia Hadi Sigit, Gunardi Siska Amelia Sitanggang, Imas S. Siti Faizah Zauhairah Siti Maesaroh Siti Nurisyah Soekmana Soma Sri Malahayati Yusuf Sri Mulatsih Subhan Bakri Suci Sri Utami Sutjipto Sukiptiyah Sukiptiyah Sukiptiyah Sukiptiyah Sumardani Kusmajaya Suria Darma Tarigan Suryadi Suryadi Suryadi Suryadi Suwardi Suwardi Syahbana, Galuh Syaiful Anwar Syamsul Arifin Taopik Ridwan Tb Iwan Mulyawan Tenda, Edwin Tivianton, Tommy Andryan Tommi Tommi Tommi Tommi, Tommi Tommi, Tommi Tono Tono Tuni, Muhd. Siraz Uciningsih, Winda Ugeng Wijanarko Umar Mansyur Untung Sudadi Vincentius P Siregar Wahyu Iskandar Wahyu Iskandar Werenfridus Taena Widada, Rasyid Widiatmaka Yani Nurhadryani Yiyi Sulaeman Yoyoh Indaryanti Yuda Pringgo Bayusukmara Yunito, Muhammad Rahmanda Yuri Ardhya Stanny Yusuf, Sri Malahayati Zluyan Firdaus Afif