Pandemi COVID-19 telah mempercepat penerapan teknologi digital dalam pendidikan termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang menuntut keseimbangan antara pembelajaran teoritis dan praktikal. Namun, setelah pandemi berakhir, muncul pertanyaan mengenai sejauh mana teknologi tersebut tetap relevan dan diterima oleh guru maupun siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan dan keberlanjutan penggunaan teknologi digital dalam kegiatan belajar mengajar di SMK Kota Depok pasca pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode structural equation modeling–partial least squares (SEM–PLS) terhadap 99 responden (63 siswa dan 36 guru). Instrumen berupa kuesioner Likert lima poin mencakup lima konstruk utama: komunikasi, kemudahan, efektivitas, biaya, dan minat keberlanjutan. Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 pada konstruk komunikasi, kemudahan, dan minat, menandakan konsistensi internal yang baik, sementara konstruk efektivitas (0,595) dan biaya (0,491) berada di bawah ambang batas. Uji validitas konvergen menunjukkan Outer Loading > 0,70 pada 73% indikator guru dan 58% indikator siswa. Analisis struktural memperlihatkan bahwa hipotesis tentang keinginan melanjutkan penggunaan teknologi signifikan (p < 0.05), sedangkan hipotesis kesesuaian teknologi dengan kebutuhan hanya didukung sebagian. Temuan ini menegaskan bahwa model pembelajaran hibrida menjadi pilihan paling relevan untuk mendukung keberlanjutan pembelajaran digital di SMK.