Claim Missing Document
Check
Articles

LARVA AVERTEBRATA LAUT DI AIR "BALLAST" DAN PERAIRAN LAUT DI PELABUHAN BITUNG, SELAT LEMBE, SULAWESI UTARA Ompi, Medy
ZOO INDONESIA Vol 19, No 1 (2010): Juli 2010
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8836.49 KB)

Abstract

Penelitian larva
Status Nudibranchia di perairan pantai Desa Teep Minahasa Selatan dan selat Lembeh Bitung Pungus, Faldy; Kaligis, Georis; Ompi, Medy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 2 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.2.2017.15919

Abstract

Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi jenis-jenis Nudibranchia di Perairan Selat Lembeh Bitung dan Pantai Desa Teep Minahasa Selatan. 2) mengetahui kelimpahan Nudibranchia di wilayah perairan Selat Lembeh Bitung dan Pantai Desa Teep Minahasa Selatan. Jenis Nudibranchia yang ditemukan di Perairan Desa Teep Minahasa Selatan ada 10 spesies yaitu Chromodoris annae, Dorisprismatica atromarginata, Glossodoris cincta, Goniobranchus reticulatus, Nembrotha kubaryana, Phyllidia coelestis, Phyllidia picta, Phyllidia varicosa, Phyllidiela nigra, Phyllidiela pustulosa dan Perairan Selat Lembeh ada 11 spesies yaitu Chromodoris annae, Discodoris boholiensis, Goniobranchus hintuanensis, Goniobranchus verrieri, Hypselodoris sp, Hypselodoris infucata, Hypselodoris tyroni, Hyspelodoris zephyra, Phyllidia picta, Phyllidiela pustulosa, Tambja gabrielae. Perairan Desa Teep Minahasa Selatan ditemukan Phyllidiela pustulosa dengan jumlah 6 individu yang memiliki kepadatan spesies 2 ind/500 m2 dan, sedangkan kepadatan kedua tertinggi yaitu spesies Phyllidiela nigra berjumlah 3 individu dengan kepadatan 1 ind/500 m2. Kemudian 8 jenis lainnya, masing-masing species ditemukan 1 individu saja dengan kepadatan 0,33 ind/500 m2. Perairan Selat Lembeh ada 2 spesies yang banyak ditemukan yaitu Goniobranchus hintuanensis dan Phyllidiela pustulosa dengan masing-masing individu 3 serta memiliki kepadatan spesies 1 ind/500 m2, sedangkan tingkat kepadatan kedua tertinggi ada pada semua genus  Hypselodoris  yang memiliki jumlah individu yang sama yaitu 2 individu dengan kepadatan 0,67 ind/500 m2. Kemudian 5 spesies lainnya yaitu Chromodoris annae, Discodoris boholiensis, Goniobranchus verrieri, Phyllidia picta dan Tambja gabriela, masing-masing species memiliki kepadatan 0,33 ind/500 m2.
Morfologi Sargassum sp dI kepulauan RAJA AMPAT, PAPUA BARAT Pansing, Jenita; Gerung, Grevo; Sondak, Calvyn; Wagey, Billy; Ompi, Medy; Kondoy, Khristin
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 1 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.1.2017.14990

Abstract

Sargassum sp. merupakan salah satu sumberdaya alam pesisir yang memiliki fungsi ekologis dan ekonomis bagi masyarakat pesisir. Di Kepulauan Raja Ampat ini belum banyak alga Sargassum yang di eksplorasi. Alga Sargassum memiliki berbagai macam bentuk morfologi tallus, misalnya ada yang berbentuk seperti benang yang halus, bercabang banyak, berbentuk gelembung, daun yang lebar, bergerigi pada bagian daun dan bertalus lebar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan mendeskripsikan morfologi Sargassum yang ditemukan di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Dari hasil penelitian ditemukan ada 4 spesies di Pulau Yeftip Yefnawam (S. paniculatum, S. grevillei, S. cristaefolium), dan yang ditemukan di Pulau Salawati (S. polycystum).
Sebaran spasial foraminifera bentik pada terumbu karang Pulau Bunaken Sulawesi Utara Paringgi, Ezra; Mamuaja, Jane; Rampengan, Royke; Ompi, Medy; Roeroe, Kakaskasen; Rembet, Unstain
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.1.2018.20118

Abstract

Foraminifera diklasifikasikan ke dalam Kingdom Protista, masuk dalam Filum Protozoa dan didefinisikan sebagai organisme bersel tunggal yang hidup secara akuatik (terutama di laut), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan foraminifera bentik yang ditemukan pada Pulau Bunaken dan menyajikan sebaran spasial dari masing-masing kelompok fungsional dan genus foraminifera bentik, serta menganalisis kualitas lingkungan perairan berdasarkan komposisi foraminifera bentik.  Teridentifikasi 37 spesies foraminifera bentik dari 20 Genus yang tersebar pada 6 stasiun pengambilan sampel. Genus-genus tersebut terdiri dari : Amphistegina, Archaias, Baculogypsina, Calcarina, Heterostegina, Marginopora, Peneroplis, Planorbulinella, Sorites, Eponides, Pyrgo, Quinqueloculina, Rotorbis, Textulariina, Spiroloculina, Triloculina, Elphidium, Ammonia, Polymorphiniina dan Neorotalia. Hasil perhitungan FoRAM Index (FI) pada daerah penelitian lebih besar dari 4 yaitu berkisar dari 7.75 hingga 9.06.
Estimasi potensi karbon pada sedimen ekosistem mangrove di pesisir Taman Nasional Bunaken bagian utara Verisandria, Rio; Schaduw, Joshian; Sondak, Calvyn; Ompi, Medy; Rumengan, Antonius; Rangan, Jety
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.1.2018.20567

Abstract

Ekosistem mangrove merupakan salah satu potensi yang menjadi parameter untuk dikaji dari ekosistem Blue Carbon. Mangrove memanfaatkan CO2 untuk proses fotosintesis dan menyimpannya dalam stok biomassa dan sedimen sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Perkiraan penyimpanan karbon pada ekosistem mangrove begitu besar sehingga penting untuk menghitung persentase estimasi simpanan karbon pada ekosistem mangrove terutama pada sedimen mangrove. Telah dilakukan penelitian untuk mengestimasi simpanan karbon pada sedimen ekosistem mangrove yang tumbuh di Pesisir Taman Nasional Bunaken bagian Utara. Pengambilan sampel sedimen mangrove dilakukan dengan teknik Purpose Sampling dan data yang diperoleh dianalisis dengan metode Loss on Ignition. Nilai rata-rata densitas sedimen tanah tertinggi terletak pada lapisan kedalaman 60-100 cm, yaitu pada bagian depan dan tengah masing-masing sebesar 0,78 g/cm3 dan 0,80 g/cm3. Pada titik bagian belakang terletak di kedalaman 0-30 cm yaitu 0,90 g/cm3. Nilai rata-rata persentase karbon tertinggi terletak pada lapisan kedalaman 60-100 cm, masing-masing bagian depan sebesar 20,61%; bagian tengah sebesar 22,01%; dan bagian belakang sebesar 16,18%. Nilai rata-rata simpanan karbon pada sedimen ekosistem mangrove di Pesisir Taman Nasional Bunaken bagian Utara tersebar di 5 lokasi, yaitu di Molas sebesar 126,61 Mg ha-1; di Meras sebesar 157,01 Mg ha-1; di Tongkaina sebesar 138,26 Mg ha-1; di Bahowo sebesar 40,25 Mg ha-1; dan di Tiwoho sebesar 136,54 Mg ha-1.
PENEMPELAN LARVA SIPUT LAUT (HALIOTIS VARIA) : SUATU PERCOBAAN DI LABORATORIUM Ompi, Medy; Kawung, Nickson; Calvyn, Calvyn; Sondak, F. A.
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 15, No 3 (2010): October 2010
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.816 KB) | DOI: 10.24002/biota.v15i3.2597

Abstract

Settlement of abalone (Haliotis varia) focusing on substrate quality and larval behavior were studied. Four types of substrate, shell and mucous, algae Gracilaria sp and Halimeda sp, and plastic petri-dish were used to test whether the larva might respond and settle on those substrates. At the same time, the mortality of larvae was also determined during the settlement. Without petri-dish, substrate of shell and mucous, algae, as well as polyvinyl chloride (PVC) plate were tested to find out substrate preferences when settlements occured. The result showed that variation of substrata, shell and mucous, algae and plastic ?petri-dish? possessed a stimuli responded by larva to settle. Shell and mucous as well as substrate algae were attractive among of substrata, since high of settlement on it were recorded. High larval mortality on shell and mucous as well as on substrata of algae were recorded. Substrate of shell and mucous and alga were favorable to substrata when settling. Several factors affecting settlement of larval abalone were discussed.
SETTLEMENT BEHAVIOUR AND SIZE OF MUSSEL LARVAE FROM THE FAMILY MYTILIDAE (Brachidontes erosus (Lamarck, 1819), Brachidontes rostratus (Dunker, 1857), Trichomya hirsutus (Lamarck, 1819), and Mytilus galloprovincialis Lamarck, 1819 Medy Ompi
JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT Vol 13, No 3 (2010): Volume 13, Number 3, Year 2010
Publisher : JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.711 KB)

Abstract

This study examines the settlement behaviour of the mytilids Mytilus galloprovincialis, Brachidontes erosus, Brachidontes rostratus, and Trichomya hirsutus larvae in response to different substrata: which were byssus threads of these four mussel species, coconut thread, and Polyvinyl chloride (PVC).  The number of settlers on different substrata in the laboratory was analysed separately for each species using One-way ANOVA.  A significant effect of substratum was found for all species tested.  Larvae of T. hirsutus and B. erosus settled preferentially on conspecific byssus threads, while B. rostratus and M. galloprovincialis showed a similar trend.  Settlement data from the field was analysed using two-way ANOVA with species and substrata as the main effect. Settlement was effected by species, but not by substrata.  However, the overall settlement pattern indicated a conspecific preference with the lowest number of settlers on PVC substratum.  Small size of settlement larvae of B erosus comparing to settlement larvae of T hirsutus, M galloprovinciallis, and B rostratus was observed.     
Penempelan Larva Siput Laut (Haliotis varia) : Suatu Percobaan di Laboratorium Medy Ompi; Nickson Kawung; Calvyn Calvyn; F. A. Sondak
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 15, No 3 (2010): October 2010
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v15i3.2597

Abstract

Settlement of abalone (Haliotis varia) focusing on substrate quality and larval behavior were studied. Four types of substrate, shell and mucous, algae Gracilaria sp and Halimeda sp, and plastic petri-dish were used to test whether the larva might respond and settle on those substrates. At the same time, the mortality of larvae was also determined during the settlement. Without petri-dish, substrate of shell and mucous, algae, as well as polyvinyl chloride (PVC) plate were tested to find out substrate preferences when settlements occured. The result showed that variation of substrata, shell and mucous, algae and plastic “petri-dish” possessed a stimuli responded by larva to settle. Shell and mucous as well as substrate algae were attractive among of substrata, since high of settlement on it were recorded. High larval mortality on shell and mucous as well as on substrata of algae were recorded. Substrate of shell and mucous and alga were favorable to substrata when settling. Several factors affecting settlement of larval abalone were discussed.
The Reproductive Patterns of Two South Australian Mytilid Species: Brachidontes erosus (Lamarck, 1819) and Brachidontes rostratus (Dunker, 1857). Medy Ompi
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 11, No 2 (2006): June 2006
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v11i2.2633

Abstract

Pola reproduksi dari dua jenis Kerang, Brachidontes erosus dan Brachidontes rostratus di perairan laut Port Lincoln, Australia Selatan, Australia ditentukan berdasarkan ukuran telur, pola settlement selama 18 bulan, dan juga aktivitas pemijahan di laboratorium. Gamet dari B. erosus nampak mulai berkembang pada bulan Februari dan mencapai puncak pada bulan September, sekaligus sebagai awal pemijahan, yang mencapai klimaks pada bulan November sampai bulan Januari. Jenis B. rostratus nampak memiliki dua puncak matang gonad, yang satu terjadi di bulan Juli dan puncak matang gonad kedua terjadi pada bulan November sampai Februari. Puncak pemijahan dari jenis ini berada di bulan Februari sampai dengan April. Kerang B. erosus memiliki ukuran diameter telur lebih besar dibandingkan dengan jenis kerang B. rostratus. Faktor-faktor seperti makanan, suhu perairan, karakter kerang dan kondisi perairan lainnya kemungkinan mempengaruhi pola reproduksi kedua jenis kerang ini.
LARVA AVERTEBRATA LAUT DI AIR "BALLAST" DAN PERAIRAN LAUT DI PELABUHAN BITUNG, SELAT LEMBE, SULAWESI UTARA Medy Ompi
ZOO INDONESIA Vol 19, No 1 (2010): Juli 2010
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v19i1.2392

Abstract

Penelitian larva
Co-Authors Adnan S. Wantasen Alex D Kambey Andika R Balansada Angkouw, Esther D. Anna Rejeki Simbolon Antonius P Rumengan Antonius P. Rumengan Antonius Rumengan Ari B. Rondonuwu Azzahra Aulina Billy Th Wagey Billy Theodorus Wagey Boneka, Farnis B. Boneka Calvyn Calvyn Calvyn F. A. Sondak, Calvyn F. A. Calvyn, Calvyn Carolus P Paruntu Carolus Paulus Paruntu Chatrien A Sinyal Cyska Lumenta Dairivaldo, Kettang Legrant Darus S. Paransa Darwasito, Suria daud, fitran Diah Anggraini Wulandari Djamaaludin, Rignolda Ekel, Jouvan Randy Erly Y. Kaligis Erly Y. Kaligis, Erly Y. Ernawati Widyastuti Esry T. Opa F. A. Sondak Farnis B Boneka Farnis B. Boneka Farnis B. Boneka Fernando Gultom, Fernando Fontje Georis Judri Kaligis Frans Lumoindong Fransine B. Manginsela Ginting, Elvy Like Grevo S Gerung Gulo, Puji Eli Arnita Handayani, Maymanah Indri Manembu Jane M. Mamuaja Janny D. Kusen Jety K Rangan Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Joshian N.W. Schaduw Kaligis, Early Y. Kaligis, Erly Yosef Kaligis, Georis Kasenda, Vildo Kaunang, Stella T. Kawung, Nickson Khristin I. F. Kondoy, Khristin I. F. Klaudio Mauli Kumampung, Deislie Roxmerie H. Kumentas, Veronicha Kurniati Kemer Lalita, Jans D. Lawrence J. L. Lumingas Lawrence J.L. Lumingas Lintang, Rosita A.J. Lumingas, Aaron R. T. Lumuindong, Frans Luturkey, Maureen Fenesya Mamangkey, Gustaf N. Mamangkey, Noldy G.F Mamangkey, Noldy Gustaf Frans Mamuaja, Jane M. Manaida, Frendi Manembu, Indri Shelovita Manembu Manengkey, Hermanto Wem Kling Mantiri, Desy M. H Menajang, Febry S. I. Natalie D Rumampuk Nego E Bataragoa Nickson J. Kawung, Nickson J. Nickson Kawung Ode Mantra, Syahrun Otinus Lokbere Palit, Deyti A. Pangkey, Henneke D. Pansing, Jenita Paransa, Darus Sa’adah Johanis Paringgi, Ezra Paulus, James Pelle, Wilmy E. Petrick Billy Podung, Thania Theresia Polan, Threis S. Pratasik, Silvester B. Pungus, Faldy Rampengan, Royke Rangan, Jety Rangan, Jety K. Rembet, Unstain Rene C. Kepel, Rene C. Rignolda Djamaludin Rimper, Abraham M. Rimper, Joice R. T. S. L Rimper, Joice Rinefi T.S.L Rizald Max Rompas, Rizald Max Roeroe, Kakaskasen Andreas Rose OSE Mantiri Royke M. Rampengan Ruddy D Moningkey Rumampuk, Natalie Detty C Rumengan, Antonius Petrus Rustikasari, Irna Salaki, Meiske S. Sambali, Hariyani Saragih, Hans S. R. P. Sarif Hidayat Sondak, F. A. Stella T. Kaunang Stenly Wullur Sumilat, Deiske Adeleine Suria Darwisito Susan M. Sumampouw Suzanne L Undap Tambunan, Rose Agustin Tilaar , Sandra Veibe Warouw Verisandria, Rio Winda M Mingkid