Claim Missing Document
Check
Articles

Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Selada (Lactuca sativa L.) dalam Akuaponika pada Kolam Gurami dan Kolam Nila Rofiq Fariudin, Endang Sulistyaningsih, Sriyanto Waluyo
Vegetalika Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.1619

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dua kultivar selada (Lactuca sativa, L.) dalam akuaponika pada kolam gurami dan kolam nila. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni tahun 2012 di kolam perikanan Fakultas Pertanian UGM. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah kolam yaitu kolam gurami dan kolam nila. Faktor kedua adalah selada yaitu selada merah dan selada hijau. Faktor selada tersarang pada kolam. Variabel pengamatan tanaman meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, kehijauan daun, kandungan klorofil daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman selada hijau lebih tinggi daripada selada merah. Diameter batang tanaman selada yang ditanam di kolam nila lebih besar daripada kolam gurami. Kehijaun daun selada merah lebih tinggi daripada selada hijau. Laju pertumbuhan tanaman selada yang ditanam di kolam nila lebih cepat daripada kolam gurami. Laju pertumbuhan tanaman selada merah lebih cepat daripada selada hijau. Jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil, nisbah luas daun, bobot segar akar, bobot segar tajuk, laju pertumbuhan nisbi, laju asimilasi bersih, bobot kering akar, bobot kering tajuk, kadar air, dan bobot hasil per tanaman selada sama pada tiap perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman selada merah dan selada hijau dapat ditanam di kolam gurami maupun kolam nila dengan hasil yang masih belum optimal.Kata kunci : selada, kolam ikan, akuaponika.
Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua Anisa Wulan Asri, Endang Sulistyaningsih, dan Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.108 KB) | DOI: 10.22146/veg.6421

Abstract

Salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman bawang daun adalah dengan induksi poliploid dengan kolkisina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi dan sitologi tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) hasil induksi kolkisina vegetatif kedua dan mengetahui perbandingan karakter morfologi dan sitologi pada tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.) aneuploid dengan diploid. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Desember 2012 di rumah kawat, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan tanam yang digunakan adalah tanaman bawang daun sejumlah 119 nomor tanaman yang terdiri dari 2 kultivar yaitu kultivar Fragrant berjumlah 76 nomor dan kultivar Lambau berjumlah 43 nomor dengan ulangan tak sama, yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Data dianalisis dengan analisis kontras ortogonal dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari penelitian diperoleh 2 nomor yang memiliki jumlah kromosom 2n+1 = 17 dan terdapat 1 nomor yang memiliki jumlah kromosom 2n +2 =18. Kultivar Fragrant memiliki 1 nomor tanaman aneuploid dan 2 nomor tanaman lainnya berasal dari kultivar Lambau. Pada vegetatif kedua, tanaman bawang daun Fragrant memiliki tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih besar daripada kultivar Lambau. Tanaman bawang aneuploid Fragrant memiliki diameter batang lebih besar, akar yang lebih pendek dibandingkan tanaman diploid Fragrant. Tanaman bawang daun Lambau aneuploid memiliki karakter morfologi yang sama dengan tanaman bawang Lambau diploid. Karakter stomata tidak dapat untuk membedakan tanaman aneuploid dan diploid.Kata kunci : Allium fistulosum L., bawang daun, kolkisina, aneuploidi
PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) Rivandi Pranandita Putra; Prapto Yudono; Endang Sulistyaningsih
Vegetalika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.853 KB) | DOI: 10.22146/veg.9280

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi perlakuan takaran kompos blotong dan umur simpanmatatunas tunggal (budchip) terhadap pertumbuhan bibit tebu. Penelitian ini merupakan penelitian pot, dilaksanakan di Kebun Percobaan  Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Yogyakarta pada tanggal 6 Februari hingga 1 Mei 2014. Penelitian ini merupakan rancangan percobaan faktorial 4x4, dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) 3 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan umur simpan budchip, yaitu 0 (kontrol); 1; 2; dan 3 hari. Faktor kedua adalah takaran kompos blotong, yaitu 0 (kontrol); 1,67; 3,33; dan 5 kg.Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tumbuh tanaman menurun seiring dengan lamanya waktu penyimpanan budchip. Persentase daya tumbuh budchip yang disimpan 0, 1, 2, dan 3 hari berturut-turut sebesar 100%, 100%, 44,44%, dan 0%. Budchip memiliki cadangan makanan yang sedikit dan jaringan terbuka yang luas pada bekas pemotongan sehingga persentase perkecambahannya cepat menurun.  Tidak  terdapat  interaksi  antara  perlakuan umur  simpan  budchip  dengan  takaran kompos blotong pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah ruas batang, panjang ruas batang, dan jumlah anakan pada semua umur pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tanaman korban 12 mst, terdapat interaksi antara perlakuan umur simpan budchip dengan takaran kompos blotong pada parameter berat segar tajuk dan berat kering tajuk, namun tidak terdapat interaksi pada parameter panjang akar, jumlah akar, berat segar akar, berat segar total, luas daun, berat kering akar,  berat  kering total,  klorofil a,  klorofil b,  dan  klorofil total.  Analisis regresi pada  beberapa parameter pengamatan menghasilkan persamaan linier yang berarti kenaikan takaran kompos blotong diikuti kenaikan pertumbuhan bibit tebu. Peningkatan takaran kompos blotong yang diberikan memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan bibit tebu. Umur simpan budchip yang menghasilkan bibit tebu dengan pertumbuhan bibit tebu terbaik adalah perlakuan penyimpanan satu hari.
Pengaruh Waktu Aplikasi Pyraclostrobin terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Ayu Ainullah Muryasani; Endang Sulistyaningsih; Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.835 KB) | DOI: 10.22146/veg.33518

Abstract

Pemberian pyraclostrobin yang merupakan fungisida dari jenis strobilurin memiliki kemampuan untuk memacu sintesis prekursor IAA yaitu L-tryptopha yang dapat memicu pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu aplikasi pyraclostrobin terbaik terhadap pertumbuhan, hasil dan kesehatan tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Penelitian dilakukan di Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ngipiksari, Sleman, Yogyakarta pada bulan Februari-Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 1 faktor dan 4 blok. Aras faktor ini terdiri dari lima perlakuan yaitu pemberian pyraclostrobin pada benih, pyraclostrobin pada media, pyraclostrobin pada bibit, pyraclostrobin pada tanaman di lapangan dan tanpa perlakuan. Pada perlakuan pyraclostrobin pada benih, pyraclostrobin pada media dan pyraclostrobin pada bibit dilakukan penyemprotan di lapangan saat 30 hspt, 60 hspt dan 90 hspt dengan dosis 1 kg/ha, Data dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) taraf kepercayaan 95% dan diuji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian memberikan informasi bahwa perlakuan pyraclostrobin pada benih, pyraclostrobin pada media, pyraclostrobin pada bibit dan perlakuan pyraclostrobin pada tanaman di lapangan dengan dosis 1 kg/ha pyraclostrobin sebanyak 3 kali penyemprotan di lapangan saat 30, 60 dan 90 hspt tidak meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kesehatan tanaman cabai. Perlakuan pyraclostrobin pada bibit dapat menjadi rekomendasi untuk budidaya tanaman cabai, karena pertumbuhan buah yang lebih cepat waktu panen lebih awal dengan bobot segar buah yang lebih besar, sehingga dapat memberikan peluang bagi petani untuk memperoleh penghasilan lebih banyak.
Pengaruh Dosis Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr.) Kultivar Anjasmoro Dhimas Ikhsan Prakoso; Didik Indradewa; Endang Sulistyaningsih
Vegetalika Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.609 KB) | DOI: 10.22146/veg.35931

Abstract

Kedelai diketahui memiliki kemampuan untuk mengikat N dari udara, namun pada budidayanya di lapangan, pemupukan N masih dilakukan untuk mendukung pertumbuhan awal tanaman. Kultivar Anjasmoro banyak ditanam petani karena memiliki morfologi biji yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis  urea pada tanaman kedelai kultivar Anjasmoro serta menentukan takaran optimum untuk pertumbuhan dan hasil. Penelitian lapangan dilakukan dengan rancangan acak kelompok lengkap dengan perlakuan takaran pupuk urea yang terdiri dari 5 aras : 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, dan 200 kg/ha. Tata letak acak kelompok dengan empat blok sebagai ulangan. Data yang diperolah dianalisis menggunakan sidik ragam, bila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan dengan taraf kesalahan 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan Urea menurunkan kadar N daun. Tidak terdapat perbedaan takaran namun memberikan laju asimilasi bersih dengan takaran optimal 205 kg/ha. Pemupukan Urea tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai kultivar Anjasmoro.
Pengaruh Aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) Nanda Dwi Hafri; Endang Sulistyaningsih; Arif Wibowo
Vegetalika Vol 9, No 4 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.47812

Abstract

Salah satu upaya penanganan penyakit moler bawang merah dilakukan melalui aplikasi Trichoderma. Aplikasi Trichoderma pada bawang merah memiliki beberapa keunggulan, yaitu mampu mensintesis hormon pertumbuhan tanaman. Terdapat jenis mikroba lain yang juga mampu meningkatkan fitohormon pada tanaman, yaitu Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan isolat PGPR yang memiliki pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Crok Kuning di lahan sawah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan adalah lima isolat PGPR, yaitu: Bp.25.7 Bacillus subtilis, BrSG.5 Bacillus amyloliquofaciens, Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus, BrsM.4 Burkholderia cepacia, danBp.25.6 Bacillus amyloliquofaciens dengan dua kontrol, yaitu kontrol positif berupa Trichoderma dan kontrol negatif tanpa aplikasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan isolat Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus pada bawang merah menyebabkan Laju Asimilasi Bersih (LAB) bawang merah lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian perlakuan empat isolat PGPR lainnya maupun kontrol, tetapi sama baiknya dengan pemberian perlakuan Trichoderma. LAB yang tinggi menyebabkan Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) bawang merah dengan pemberian perlakuan Bp.25.2 Bacillus methylotrophicus yang lebih tinggi dibandingkan dengan BrSG.5 Bacillus amyloliquofaciens dan Bp.25.6 Bacillus amyloliquofaciens, tetapi sama baiknya dengan pemberian perlakuan dua isolat PGPR lainnya, kontrol, maupun Trichoderma. Pemberian aplikasi lima isolat PGPR sama baiknya dengan aplikasi Trichoderma dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang merah pada variabel luas permukaan daun dan bobot kering total dibandingkan kontrol. Peningkatan variabel pertumbuhan ini tidak diikuti oleh peningkatan variabel hasil dan produktivitas bawang merah tidak berbeda nyata antar perlakuan.
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bunga Krisan (Chrysanthemum morifolium L.) di Dataran Medium Elsi Kris Dayanti Sembiring; Endang Sulistyaningsih; Herni Shintiavira
Vegetalika Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.47856

Abstract

Tanaman krisan merupakan tanaman sub tropis yang apabila dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia membutuhkan lingkungan tumbuh yang tepat. Intensitas yang tinggi, suhu udara yang tinggi serta kelembaban yang rendah tentu dapat menurunkan kualitas hasil bunga krisan. Oleh karena itu pemberian giberelin diharapkan mampu memperbaiki kualias hasil bunga krisan potong seperti diameter bunga. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi Giberelin (GA3) yang lebih efisien untuk pertumbuhan dan kualitas hasil bunga krisan. Penelitian ini dilakukan di desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY tepatnya 485 m dpl (dataran medium) pada bulan September 2018-Januari 2019. Bahan utama yang digunakan yaitu bunga krisan tipe spray varietas Yastayuki yang ditanam pada rumah plastik dan giberelin. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan empat perlakuan konsentrasi giberelin yang terdiri dari 200 ppm, 400 ppm dan 600 ppm serta aquades sebagai kontrol. Perlakuan giberelin diaplikasikan dengan penyemprotan selama tiga kali berturut- turut, pada umur 8, 9 dan 10 minggu setelah tanam. Pemberian giberelin dengan konsentrasi 400 ppm sudah mampu meningkatkan panjang tangkai bunga dan lama kesegaran bunga (vase life), namun tinggi tanaman dan kelas mutu bunga grade AA terlihat signifikan ketika pemberian giberelin konsentrasi 600 ppm. Pada umur panen bunga, perbedaan yang signifikan telah terlihat pada pemberian konsentrasi terendah yaitu 200 ppm, semakin tinggi konsentrasi giberelin yang diberikan maka semakin cepat umur panen bunga yang dihasilkan.
Studi Ketahanan Melon (Cucumis melo L) Terhadap Layu Fusarium Secara In Vitro dan Kaitannya dengan Asam Salisilat Bambang Sujatmiko, Endang Sulistyaningsih, dan Rudi Hari Murti
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 15, No 2 (2012): Desember
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.659 KB) | DOI: 10.22146/ipas.2511

Abstract

INTISARILayu fusarium adalah penyakit utama melon yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. melonis (Fom). Pemuliaan tanaman secara in-vitro melalui variasi somaklonal telah digunakan selama beberapa dekade untuk  perbaikan karakter ketahanan tanaman.  Asam salisilat diketahui sebagai salah satu senyawa yang berperan penting terhadap ketahanan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimal dari asam fusarat yang dapat digunakan untuk tujuan skrining ketahanan layu fusarium secara in-vitro, mendapatkan tanaman tahan melalui seleksi in-vitro dan mengetahui hubungan kandungan asam salisilat dengan ketahanan tanaman melon terhadap layu fusarium. Kalus lima galur melon dipaparkan pada empat konsentrasi asam fusarat yaitu 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, dan 60 ppm. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan kalus melon pada media dengan konsentrasi 0 dan 15 ppm tidak berbeda, penurunan pertumbuhan kalus mulai terlihat pada konsentrasi 30 ppm dan berlanjut pada konsentrasi 60 ppm. Galur paling tahan adalah galur M-21, sedangkan galur yang paling responsif saat regenerasi adalah galur M-13. Pertumbuhan kalus pada media seleksi dipengaruhi oleh genotipe masing-masing. Kalus yang mampu beregenerasi dan menghasilkan plantlet kemudian dinyatakan sebagai plantlet yang tahan pada tingkat in-vitro. Tanaman tahan memiliki kandungan asam salisilat alami (endogenous) lebih tinggi.Kata kunci: Fusarium oxysporum f.sp. melonis, Cucumis melo L., asam  fusarat, skrining  in- vitro, asam salisilat, ketahanan.
Pengaruh Vernalisasi Umbi Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Pembungaan Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah Jasmi, Endang Sulistyaningsih, dan Didik Indradewa
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 16, No 1 (2013): Juni
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.969 KB) | DOI: 10.22146/ipas.2525

Abstract

INTISARIBiji  bawang  merah  sebagai  bahan  tanam  memiliki  posisi   strategis beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, kemampuan berbunga tanaman bawang merah cukup terbatas khususnya pada penanaman di dataran rendah. Di dataran  rendah,  jumlah  tangkai  bunga  yang  dihasilkan  per  individu  tanaman sangat terbatas. Beberapa hasil penelitian sebelumnya memberikan informasi bahwa perlakuan vernalisasi mampu meningkatkan pembentukan bunga pada tanaman bawang merah, khususnya pada penanaman di dataran tinggi. Pada penanaman bawang merah di dataran rendah, informasi mengenai pengaruh perlakuan vernasilasi terhadap kemampuan berbunga hingga saat ini belum ada. Oleh karena itu, penelitian terkait hal tersebut cukup penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian adalah 1) mengidentifikasi pengaruh lama vernalisasi terhadap pertumbuhan, pembungaan serta hasil umbi dan biji bawang merah dan 2) menentukan lama vernalisasi yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan, pembungaan serta hasil umbi dan biji bawang merah.  Penelitian dilaksanakan di Kebun Tridharma Fakultas Pertanian UGM, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dari bulan Oktober 2011 – Januari 2012. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok  lengkap  faktorial  dengan  3  blok  sebagai  ulangan.  Faktor  pertama adalah varietas yaitu: Katumi, Biru, Bima dan Tiron. Faktor kedua adalah lama vernalisasi yaitu tanpa vernalisasi, vernalisasi selama 4 minggu, 5 minggu, dan 6 minggu. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi, diameter umbi, berat segar, dan berat kering jemur umbi. Analisis pertumbuhan meliputi indeks luas daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman, dan indeks panen. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa lama vernalisasi yang optimal untuk peningkatan berat segar umbi varietas Bima adalah 12-13 hari, dengan indikasi peningkatan berat segar umbi hingga mencapai 14,47 g. Berat kering umbi terbaik dihasilkan oleh varietas Bima (6,00 g) dengan lama vernalisasi 13-14 hari. Pembungaan tidak terjadi pada semua perlakuan  yang diuji sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan vernalisasi tidak mampu menginduksi pembungaan pada tanaman bawang merah yang ditanam di dataran rendah yang dikarenakan faktor lingkungan (suhu, angin) rata- rata cukup tinggi dan panjang penyinaran yang rendah pada saat penelitian berlangsung.Kata kunci : bawang merah, varietas, vernalisasi, pembungaan.
Physiological Characters and Yield of Tea Shoots at Some Age of Production Pruning and Altitude Retno Muningsih, Didik Indradewa, dan Endang Sulistyaningsih
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 17, No 1 (2014): Juni
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.659 KB) | DOI: 10.22146/ipas.4922

Abstract

ABSTRACT Altitude in the tea plantation effect physiological processes of the  tea plants. That will effect pruning time of tea plant.  Therefore,  this research is carried out to find: 1) Physiological process of tea plant grow in different ages of pruning and altitudes, 2) Optimum age of pruning at differentaltitude. The research was carried out in tea plantation in Inti PT Pagilaran Batang from July to November 2010. The research was conducted in Oversite design using 2 factor, hight place of plantation area (altitude) i.e 700-900 m asl (above sea level), 900-1100 m asl, 1100-1350 m asl and age of prune i.e 1-year after pruning, 2-years after pruning, 3-years after pruning and 4-years after pruning. All the combination treatment was replicated in 3 blocks. The observation were done on several variable of physiologi, growth and yield.All data were analyzed by variant analysis of oversite (multilocation) levels of 5%, followed by Duncant multiple range test level of 5% if there was significantly different in varian analysis.The results showed that at an The 3-years after pruning tea plants showed the lowest characters in fresh and dry shoot weight. Its pointed out bynumber of accumulative pecco shootthan 1, 2 and 4-years after pruning. Then in altitude of 900-1100 m asl and 1100-1350 m asl the 3-years after pruningthe tea plants showed the higher characters in fresh and dry shoot weight.Its pointed out by number of accumulative peccoshootthan the age of 1, 2 and 4-years after pruning.Decline in crop production occurs at the age of 4-years after pruning, marked by number of accumulative pecco shoots, weight per pecco shoot and length of internodia is lower.Key words: tea, pruning, altitude, ecophysiology of tea
Co-Authors , Tjhia Lian Nie Adi Setiawan Adi, Pudja Pramana Kusuma Agung Wahyu Susilo Agus Budi Setiawan Agus Budi Setiawan, Agus Budi Amalia T Sakya Amalia Tetrani Sakya Amalia Tetrani Sakya Andin Puspita Andin Puspita Anto Rimbawanto Ari Setiyaningrum Arif Wibowo Arif Wibowo Arizal Nur Hardiansyah AYPBC Widyatmoko Ayu Ainullah Muryasani Azis Purwantoro Azis Purwantoro Aziz Purwantoro Aziz Purwantoro Aziz Purwantoro Bambang Hendro Sunaminto Bambang Hendro Sunarminto Bambang Hendro Sunarminto Bambang Hendro sunarminto Bambang Hendro Sunarminto Benito Heri Purwanto Benito Heru Purwanto BH Purwanto Budiastuti Kurniasih Budijarto, Agus Catur Wasonowati Christina Maya Indah Susilowati Damar Suryaningndari Dhimas Ikhsan Prakoso Diana Diana Didik Indradewa Didik Indradewa Didik Indradewa Didik Indradewa Didik Indradewa Didik Indradewa Dwi Hartati Dyah Rachmawati Lucitasari Eka Candra Wardani Eka Tarwaca Susila Putra Eka Tarwaca Susila Putra Eko Hanudin Elizani, Prahesti Elsi Kris Dayanti Sembiring Endang Dewi Murrinie Endang Pudjihartati Erna Sri Wibawanti Fahjar Prisiska Fenti Effendi Harjono, Saebani Hartiningsih, Tri Herni Shintiavira Herni Shintiavira Herni Shintiavira Hidayat Pujisiswanto Hidayat Pujisiswanto Ho, Shu-Hsun Hutabarat, Srey Mariati I Ketut Gede, Sukaadha Ika Rahmawati Ilmiah, Haviah Hafidhotul INDAH PERMANASARI Irenius Dwinanto Bimo Islam, Zainul Joko Budi Santoso Nugroho Karsidi Karsidi Khusnul Khotimah Kori Yati Kori Yati Krisna Dharmayanti Kurniasih, Budiastuti Levi Nilawati, Levi Libria Widiastuti Luthfianti, Fanni Maemonah, Maemonah Margo Sulistio Maria Marina Herawati Miranti Dian Pertiwi Muhammad Anshar Muhammad Anshar Muhammad Syahri Nanda Dwi Hafri Nasrullah Nasrullah Nasrullah Nasrullah Nindy Sevirasari Nopen Simamora Nursyaifuloh " Pangalila, Tamara Setyowati Pangestuti, Retno Pramono, Mellinia Valentiningtyas Prapto Yudono Prapto Yudono Prapto Yudono Prapto Yudono Prapto Yudono Prapto Yudono Prisiska, Fahjar Priyono Suryanto Purwoko, Agus Puspita, Andin Putri , Antonietha March Natasya Putri Wulandari Rachma, Izza Azkiya Rachmanto Bambang Wijoyo Rajiman Rajiman Rani Agustina Wulandari Rani Agustina Wulandari Rina Pratiwi Pudja I. A Rini Rosliani Rini Rosliani Rizqi Dyah Susilowati Rohimah Handayani Sri Lestari Rohlan Rogomulyo Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti Rudi Hari Murti SATRIYAS ILYAS sayekti, lady Sayekti, Lady Laduni Sevirasari, Nindy Silalahi, Engelbertha E. Siti Subandiyah Siti Zahara Sri Dadi Pangestuti Sri Suwartiningsih STEFANY DARSAN, STEFANY Stephen Harper Suci Handayani Sumiyati Tuhuteru Suryanti Suryanti, Suryanti Suwijiyo Pramono Suwijiyo Pramono SUWIJIYO PRAMONO Syamsul Arifin Sylvia Diana Purba Tangguh Prakoso Taryono, Taryono Taufiq Hidayat Teguh Iman Santoso Tjanturi, Sehan Tohari Tohari Tohari Tohari Tohari Tohari Tri Joko Tri Joko Tri Joko Valentina Dwi Suci Handayani Wen Shai Hung Wiji Safitri Wulandari, Rani Agustina Yosuke Tashiro Yudo Swasono