Claim Missing Document
Check
Articles

The growth of eel fed with different protein level and protein-energy ratio Nawir, Fitria; Utomo, Nur Bambang Priyo; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3028.834 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.128-134

Abstract

ABSTRACT The study was aimed to determine the optimum dietary protein level and energy protein ratio which can optimize growth performance of the eel A. bicolor bicolor on nursery phase.  Four treatments and three replications were applied in this study. The treatments were  P1, containing 37.66% protein with energy protein ratio 14.75 kcal GE/g (37.66%; 14.75 kcal GE/g), treatment P2 (41.30%; 13.51 kcal GE/g), treatment P3 (45.38%; 12.27 kcal GE/g), and treatment P4 (49.60%; 11.31 kcal GE/g). Eels used for this study were 6.5±0.3 g in average body weight. Eels were reared in a series of aquaria with dimension 90×40×40 cm3 and filled with 100 L of fresh water. Total weight of eel stocked in aquarium were 400 g. Eels were fed until satiated  twice a day at 8 am and 4 pm for 60 days. The result showed  that different protein level and energy protein ratio was significantly affected  growth performance (feed consumption, specific growth rate, feed efficiency, protein retention, and lipid retention), protein and fat of whole body eels at confident limit of 5%. In contrary, there was no significant different on the survival rate, hepatosomatic index, ash content, and nitrogen free extract of the body eel. The optimal growth performance was reached by dietary protein level and energy protein ratio of 45.38%; 12.27 kcal GE/g and 49.60%; 11.31 kcal GE/g. Keywords: Anguilla bicolor bicolor, energy protein ratio, feed, growth performance, protein  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan kadar protein dan rasio energi protein optimum yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat A. bicolor bicolor fase pendederan. Empat macam perlakuan dan tiga ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan tersebut adalah P1 yang mengandung protein 37,66%; dengan rasio energi protein 14,75 kkal GE/g (37,66%; 14,75 kkal GE/g), perlakuan P2 (41,30%; 13,51 kkal GE/g), perlakuan P3 (45,38%; 12,27 kkal GE/g) dan perlakuan P4 (49,60%; 11,31 kkal GE/g). Bobot rata-rata ikan sidat yang digunakan adalah 6,5±0,3 g. Ikan sidat dipelihara dalam akuarium berukuran 90×40×40 cm3 dengan volume air 100 L. Total bobot ikan yang digunakan dalam setiap akuarium adalah 400 g. Ikan sidat diberi pakan sekenyangnya dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan pukul 16.00 WIB selama 60 hari. Hasil menunjukkan bahwa pemberian kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda, memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kinerja pertumbuhan (jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak), protein tubuh dan lemak tubuh, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup, indeks hepatosomatik, kadar abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tubuh ikan sidat. Kinerja pertumbuhan optimal dicapai oleh kadar protein dan rasio energi protein pakan 45,38%; 12,27 kkal GE/g dan 49,60%; 11,31 kkal GE/g.  Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, kinerja pertumbuhan, pakan, protein, rasio energi protein 
Increasing of C/N ratio with addition of tapioca starch in Oligochaetes culture substrate Hadiroseyani, Yani; Puspitasari, Ardina; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3043.447 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.144-150

Abstract

ABSTRACT This study was aimed to improve the productivity of sludge worm (Oligochaetes) in culture systems using the addition of tapioca flour to the substrate to increase C/N ratio up to 10, 20, and 30. The substrate used was a mixture of mud and chicken manure with a ratio of 1:1 on the container measuring 100×12×15 cm3. Culture system used was a recirculation system. Initial stock of the worm was at density 150 g/m2. Results showed the highest population and biomass of the worm in each treatments was occurred on tenth day. The highest density of sludge worm, i.e. 421,145 ind/m2 with total biomass of 1,497.80 g/m2, was obtained on the treatment of C/N ratio at 20 (P <0.05). Keywords: Oligochaetes, C/N ratio, tapioca starch, recirculation system  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas cacing sutra (Oligochaeta) pada sistem budidaya dengan memperbaiki kualitas substrat cacing menggunakan penambahan tepung tapioka sehingga mencapai rasio C/N 10, 20, dan 30. Substrat yang digunakan yaitu campuran lumpur tanah dan kotoran ayam dengan perbandingan 1:1 pada wadah budidaya berukuran 100×12×15 cm3. Sistem budidaya yang digunakan yaitu sistem resirkulasi. Cacing dibudidayakan pada padat penebaran 150 g/m2. Hasil menunjukkan puncak populasi dan biomassa cacing sutra terjadi pada hari kesepuluh. Kepadatan cacing tertinggi, yaitu 421.145 ind/m2 dengan biomassa 1.497,80 g/m2, diperoleh pada perlakuan penambahan tepung tapioka dengan C/N rasio 20 (P<0,05). Kata kunci: cacing sutra, rasio C/N, tepung tapioka, sistem resirkulasi
Production performance of indonesian eel Anguilla bicolor bicolor with the addition of calcium carbonate (CaCO3) in to the culture media Scabra, Andre Rachmat; Budiardi, Tatag; Djokosetiyanto, Daniel
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3110.457 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.1.7

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine effect of calcium carbonate (CaCO3) addition in to the culture media for the production performance (survival rate, biomass growth rate, food conversion ratio, and coefficient of diversity) of Indonesian eel Anguilla bicolor bicolor. The experimental designed CRD with four treatments (calcium carbonate addition with dose A, 0 mg/L; B, 50 mg/L;  C, 100 mg/L; and D, 150 mg/L) and three replications. The eel with body weight average of 10.3±0.16 g/individual cultured in aquariums (100×50×40 cm3) with 4 g/L of stocking densities. This study was conducted for 60 days, in which the eel were fed three times a day by at satiation method. The result of this study showed that treatment B with calcium carbonate addition of 50 mg/L in to the culture media was the best treatment for production performance (survival rate 99.1%; biomass growth rate 3.48 g/day; and food conversion ratio 3.5). It was also optimal to reduce the physiological responses of the eel, in which the oxygen consumption rate ie 0.36 mg O2/g/jam and osmotic work rate ie 0.22 mOsm/L H2O. For the coefficient of diversity, the best results occur in treatment D ie 23.3%. Water quality during the study are within the range of optimal maintenance of eels (temperature 29.8–31.73 °C; pH 7.4–8.1; dissolved oxygen 4.7–5.57 mg/L; nitrite 0.10–0.78 mg/L; and ammonia 0.0008–0.0281 mg/L). Keyword : Anguilla bicolor bicolor, calcium carbonate, Indonesian eel, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media budidaya terhadap kinerja produksi (derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak biomassa, rasio konversi pakan, dan koefisien keragaman) ikan sidat Anguilla bicolor bicolor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL dengan empat pelakuan (penambahan CaCO3 dengan dosis A, 0 mg/L; B, 50 mg/L; C, 100 mg/L; dan D, 150 mg/L) dan tiga ulangan. Ikan sidat yang digunakan memiliki bobot rata-rata 10,3±0,16  g/ekor dengan padat tebar 4 g/L yang dipelihara pada wadah akuarium berukuran 100×50×40 cm3. Pemeliharaan ikan sidat dilaksanakan selama 60 hari dan diberikan pakan tiga kali sehari dengan metode at satiation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B, yaitu penambahan CaCO3 dengan dosis 50 mg/L adalah perlakuan terbaik terhadap kinerja produksi ikan sidat (derajat kelangsungan hidup 99,1%; laju pertumbuhan mutlak biomassa 3,48 g/hari; dan rasio konversi pakan 3,5). Perlakuan B juga memberikan nilai yang optimal yang dapat menurunkan tingkat konsumsi oksigen (0,36 mg O2/g/jam) dan tingkat kerja osmotik (0,22 mOsm/L H2O). Untuk parameter koefisien keragaman, hasil terbaik terjadi pada perlakuan D sebesar 23,3%. Kualitas air selama penelitian berada dalam kisaran optimal pemeliharaan ikan sidat (suhu 29,8–31,73 oC; pH 7,4–8,1; oksigen terlarut 4,7–5,57 mg/L; nitrit 0,10–0,78 mg/L; dan amonia 0,0008–0,0281 mg/L). Kata kunci : Anguilla bicolor bicolor, ikan sidat, kalsium karbonat, kinerja produksi
Production performance of eel Anguilla bicolor bicolor with the addition of calsium carbonat Saputra, Ardyen; Budiardi, Tatag; Supriyono, Eddy
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3114.46 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.56-62

Abstract

ABSTRACT Eel have high enough prospects to cultivated. The sustainability of eel culture and overcome slowly growth arising in this cultivation was needed enough information on their biology at growth. One of the aspects that needs to be examined in an effort to increase the growth is the water quality of culture media. In addition to regulate salinity may also be convened by arranging levels of calcium and alkalinity. Calcium is an essential mineral essential required in considerable amount. The objective of the study was to determining the optimal media levels of calcium and alkalinity that can support the survival and growth of eel Anguilla bicolor bicolor and evaluate the role of calcium and alkalinity. The study was conducted with an experimental method with four treatments, the addition of dose CaCO3 on the culture media were (0, 50, 100, 150 mg/L) and repeated three times. Aquariums for fish maintenance were insulated form in the size of 100×50×40 cm3 and with recirculation system. Insulation serves to separate the filter and maintenance parts. The filter used as a physical, chemical, and biology filters. The parameters measured were the survival rate, growth rate on biomass, feed convertion ratio, oxygen consumption rate, and the employment rate of osmotic. The results of this study showed treatment with 50 mg/L calcium carbonate addition into the culture media was the best treatment for growth rate of 1.77 g/day and optimal feed convertion ratio of 2.27, oxygen comsumption rate of 0.41 mg O2/g/h and osmotic work rate of 0.269 mOsm/L H2O. Keywords: eel Anguilla bicolor bicolor, calcium, growth, resirculation  ABSTRAK Ikan sidat memiliki prospek yang cukup besar untuk dibudidayakan. Untuk menjaga usaha budidaya ikan sidat yang berkelanjutan dan mengatasi pertumbuhan yang lambat, maka diperlukan informasi yang memadai tentang aspek biologinya yakni pertumbuhan. Salah satu aspek yang perlu dikaji dalam upaya meningkatkan pertumbuhan tersebut adalah kualitas air media pemeliharaan. Selain dengan mengatur salinitas dapat juga dilakukan dengan mengatur kadar kalsium. Kalsium merupakan mineral esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar kalsium karbonat yang dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan 4 perlakuan yaitu penambahan CaCO3 dengan dosis (0, 50, 100, 150 mg/L) dan diulang sebanyak tiga kali. Wadah yang digunakan berupa akuarium bersekat berukuran 100×50×40 cm3 dengan sistem resirkulasi. Sekat berfungsi untuk memisahkan bagian filter dan bagian pemeliharaan. Filter yang digunakan adalah satu unit filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia, dan biologi. Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak biomassa, konversi pakan, tingkat konsumsi oksigen dan tingkat kerja osmotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pemeliharaan ikan sidat dengan penambahan kalsium karbonat sejumlah 50 mg/L merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan bobot ikan sidat sebesar 1,77 g/hari serta meminimalkan konversi pakan yaitu 2,27, tingkat konsumsi oksigen sebesar 0,41 mg O2/g/jam dan tingkat kerja osmotik sebesar 0,269 mOsm/L H2O. Kata kunci: ikan sidat Anguilla bicolor bicolor, kalsium, pertumbuhan, resirkulasi 
Optimization of salinity range for rearing glass eel Anguilla bicolor bicolor Hesti Lukas, Ade Yulita; Djokosetiyanto, Daniel; Budiardi, Tatag; Sudrajat, Agus Oman; Affandi, Ridwan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3383.063 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.215-222

Abstract

ABSTRACT Fasting is one of a method that used for measured growth of fish in a shorter period of time. This study was aimed to determine the optimum range of salinity for improve the survival and growth of glass eel Anguilla bicolor bicolor. It used a completely randomized design (CRD) with four salinity treatments and three replications, namely (A) 0 g/L, (B) 10 g/L, (C) 20 g/L, and (D) 30 g/L. The fish used were of glass eel A. bicolor bicolor with 0.15–0.23 g of weight. The experiment was conducted in an aquarium of 60×30×30 cm with a volume of 30 Liters and at a stocking density of 2 g/L for 14 days. During the maintenance, glass eels were fasted for have a significantly of biomass decline. Data collection was done at the start and the end of maintenance. Parameters measured included survival (%) and the rate of decline in absolute biomass (g). Physical and chemical parameters included temperature, dissolved oxygen, and pH which were measured daily, while ammonia and alkalinity were measured every seven days. Result showed that survival was not significantly different between treatments (P>0.05), while the rate of decline in absolute biomass was significantly different between treatments (P<0.05). Treatments of 0 g/L salinity was the lowest survival than the others. While treatment of 10 g/L salinity was the lowest rate of decline in absolute biomass. According to research, the optimum salinity was 10 g/L, and after analysis with quadratic regression analysis, the optimum range of salinity were 5.00–13.40 g/L. Keywords: optimum salinity, survival, growth, glass eel, Anguilla bicolor bicolor  ABSTRAK Pemuasaan merupakan salah satu metode pengukuran perubahan bobot ikan yang dipelihara dalam waktu singkat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kisaran salinitas optimum untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan glass eel Anguilla bicolor bicolor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan empat perlakuan salinitas dan tiga ulangan, yaitu (A) 0 g/L, (B) 10 g/L, (C) 20 g/L, dan (D) 30 g/L. Penelitian dilakukan selama 14 hari.  Ikan yang digunakan adalah glass eel A. bicolor bicolor dengan bobot 0,15–0,23 g dengan padat tebar 2 g/L. Pemeliharaan dilakukan di akuarium berukuran  60×30×30 cm dengan volume air 30 Liter/akuarium. Selama pemeliharaan glass eel dipuasakan sehingga diperoleh penurunan biomassa yang signifikan. Pengambilan sampel data dilakukan setiap tujuh hari berupa kelangsungan hidup (%) dan laju penurunan biomassa mutlak (g). Parameter fisika kimia air berupa ammonia dan alkalinitas dilakukan setiap tujuh hari, sedangkan suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH dilakukan setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05) sedangkan laju penurunan biomassa mutlak berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian, salinitas 10 g/L, 20 g/L, dan 30 g/L  menunjukkan kelangsungan hidup 100%, sedangkan salinitas 0 g/L memberikan kelangsungan hidup terendah. Salinitas 10 g/L menunjukkan pemakaian energi terendah untuk metabolisme tubuh sehingga memberikan penurunan bobot biomassa terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.  Hasil penelitian menunjukkan salinitas optimum adalah 10 g/L, dan setelah dihitung menggunakan analisis regresi kuadratik, maka kisaran salinitas optimum adalah 5,00–13,40 g/L.   Kata kunci: salinitas optimum, kelangsungan hidup, pertumbuhan, glass eel, Anguilla bicolor bicolor
Characterization of pathogenic bacteria in eel Anguilla bicolor bicolor Wahjuningrum, Dinamella; Hidayat, Acep Muhamad; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3587.243 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.94-103

Abstract

ABSTRACTThis research aimed to characterize bacteria caused disease in eel Anguilla bicolor bicolor. The research was conducted in two steps. The first step included the isolation and identification of bacteria from the disease infected glass eel (average body length: 5.0±0.5 cm, average weight: 0.5±0.1 g). The observation were colony and cell morphology, physiology, and biochemical characterization of bacteria, hemolysis test, and bacteria identification performed by KIT API 20 E, KIT API 20 Strep, and KIT API 20 Listeria. The second step was Koch’s postulate, tested on healthy elver with an average length of 15.00±0.65 cm and weight of 3.00±0.75 g. The results showed three dominant species of bacteria suspected as a causative agent in eel, namely: Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, and Listeria grayi. Koch’s postulates test proved that the Aeromonas hydrophila and Streptococcus agalactiae were virulent to Anguilla bicolor bicolor.  Thus, A.hydrophila and S. agalactiae were disease-causing agent bacteria in eel. Keywords: Anguilla bicolor bicolor, bacteria, A. hydrophila, S. agalactiae  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi bakteri penyebab penyakit pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama meliputi isolasi dan identifikasi bakteri dari ikan sidat kondisi sakit pada stadia glass eel. Ukuran panjang ikan sidat rata-rata 5±0,5 cm dan bobot rata-rata 0,5±0,08 g, pengamatan bentuk morfologi koloni dan morfologi sel, karakterisasi fisiologi, dan biokimia bakteri, serta uji hemolisis, dan identifikasi jenis bakteri dengan KIT API 20 E, KIT API 20 Strep, dan KIT API 20 Listeria. Tahap kedua yaitu uji postulat Koch pada ikan sidat kondisi sehat stadia elver yang berukuran panjang rata-rata 15±0,65 cm dan bobot rata-rata 3±0,75 g. Hasil penelitian diperoleh tiga jenis bakteri dominan yaitu Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, dan Listeria grayi. Uji postulat Koch membuktikan bahwa bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae bersifat virulen pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.  Dengan demikian maka bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae sebagai bakteri penyebab penyakit pada ikan sidat. Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, bakteri, A. hydrophila, S. agalactiae 
Growth performance and survival of snakehead Channa striata juvenile with different stocking density reared in recirculation system Saputra, Adang; Budiardi, Tatag; Samsudin, Reza; Rahmadya, Naufal Dwi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3482.256 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.2.104-112

Abstract

ABSTRACTSnakehead Channa striata is a local specific fish species and has high economic value. Until now the production of snakehead still reelies on the catch of nature because cultivation of snakehead is still underdeveloped. The main constraint in snakehead fish farming is high mortality on snakehead juvenile rearing phase. This study was conducted to determine the best stocking density on snakehead juvenile rearing to achieve optimal production. The treatments used in this study were stocking density of 1 juvenile/L, 2 juveniles/L, and 3 juveniles/L. Snakehead juveniles with a length of 3.41 ± 0.39 cm and weight 0.28 ± 0.07 g, were reared for 42 days in the aquarium sized 40×40×40 cm with a volume of 40 L. Fishes were fed by bloodworms in ad libitum method. The result showed that the treatments did not affect the survival, growth and the ratio of RNA/DNA of snakehead juvenile. Survival of juvenile snakehead ranged 92.5‒94.58% (P>0.05). The result of water quality measurement showed that it was on optimum condition to supporting snakehead growth at 3 juveniles/L stocking density. Furthermore, recirculation can be use to maintenance water quality for optimum condition. Thus, the rearing of snakehead fish juvenile in the recirculation system can use a stocking density of 3 juveniles/L, and the recirculation system could maintain the water quality in good condition. Keywords: growth, recirculation system, snakehead fish, stocking density, survival rate  ABSTRAK Ikan gabus Channa striata merupakan ikan spesifik lokal dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sampai saat ini produksi ikan gabus masih mengandalkan tangkapan dari alam karena kegiatan budidaya ikan gabus masih belum banyak berkembang. Kendala utama dalam budidaya ikan gabus adalah tingginya mortalitas pada fase pemeliharaan benih. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan padat tebar terbaik dalam upaya memperoleh pertumbuhan dan sintasan terbaik. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padat tebar 1 ekor/L, 2 ekor/L, dan 3 ekor/L. Benih ikan gabus dengan panjang rata-rata 3,41± 0,39 cm dan bobot rata-rata 0,28 ± 0,07 g dipelihara selama 42 hari di dalam akuarium berukuran 40×40×40 cm dengan volume air 40 L. Benih ikan gabus diberikan pakan berupa cacing sutera secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan padat penebaran yang berbeda tidak memengaruhi sintasan dan pertumbuhan dan rasio RNA/DNA benih ikan gabus (P>0,05). Sintasan benih ikan gabus pada akhir pemeliharaan berkisar antara 92,5‒94,58%. Hasil pengukuran terhadap kualitas air pada kepadatan 3 ekor/L masih dalam kondisi optimum untuk mendukung pertumbuhan benih ikan gabus sehingga sistem resirkulasi yang digunakan dapat mempertahankan kualitas air dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan pemeliharaan benih ikan gabus pada sistem resirkulasi sebaiknya menggunakan padat tebar 3 ekor/L dan sistem resirkulasi dapat mempertahankan kualitas air dalam kondisi baik. Kata kunci: ikan gabus, pertumbuhan, padat tebar, sintasan, sistem resirkulasi. 
The effect of temperature on the physiological condition and growth performance of freshwater eel elver Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844 Fekri, Latifa; Affandi, Ridwan; Rahardjo, Muhammad Fajar; Budiardi, Tatag; Simanjuntak, Charles Parningotan Haratua; Fauzan, Tezza; Indrayani, Indrayani
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3406.807 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.2.181-190

Abstract

ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of water temperature on the physiological condition and growth performance of freshwater eel elver Anguilla bicolor bicolor (McClelland, 1844). This study was conducted in March 2017 at the Physiology Laboratory of Aquatic Animal, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. The study used a completely randomized design with five different levels of temperature (22°C, 24°C, 26°C, 28°C, and 30°C) as treatments with two replications. The size of elver was 2‒3 g. Fish were fed with 1 mm pellet containing 45% of protein. The feeding level was 7 % of fish biomass and the feeding frequency was two times a day. The results showed that temperatures range from 24‒30°C could be used for freshwater eel elver rearing and 28‒30°Cwere the best temperatures to support survival and growth performance of eel elver. A temperature of 24°C was the best temperature that could reduce the metabolism rate and did not cause stress on the elver. Keywords: elver, physiological conditions, growth performance, metabolism, temperature  ABSTRAK Penelitian dengan tujuan menganalisis pengaruh suhu terhadap kondisi fisiologis dan kinerja pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) telah dilakukan pada bulan Maret 2017 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air FPIK IPB. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan suhu berbeda (22°C, 24°C, 26°C, 28°C, dan 30°C) dengan masing-masing dua ulangan. Ukuran benih yang digunakan 2‒3 g. Pakan yang diberikan berupa pellet berukuran 1 mm dengan kadar protein 45%. Jumlah pakan yang diberikan (FR) adalah 7% dari biomassa ikan dan diberikan dua kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran suhu 24‒30°C dapat digunakan dalam pemeliharaan elver ikan sidat, dan suhu 28‒30°C merupakan suhu yang sangat baik untuk mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan elver ikan sidat. Suhu media 24°C adalah suhu terbaik yang dapat menekan laju metabolisme dengan tidak menyebabkan stres pada elver ikan sidat. Kata kunci: elver, kondisi fisiologis, kinerja pertumbuhan, metabolisme, suhu  
Biofloc technology on the intensive aquaculture of bronze corydoras ornamental fish Corydoras aeneus with different stocking densities Diatin, Iis; Suprayudi, Muhammad Agus; Budiardi, Tatag; Harris, Enang; Widanarni, Widanarni
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3552.973 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.2.202-213

Abstract

ABSTRACT Ornamental fish is non consumption fish which is an important source of Indonesian foreign exchange. The objective of this study is to analyze the productivity of bronze corydoras Corydoras aeneus ornamental fish through increased stocking density with biofloc technology. The average weight of the experimental corydoras was 0.61 ‒0.72 g with 2.32‒2.40 cm standard length. This study used a randomized design method with biofloc technology treatment in 3000, 4500, and 6000 fish/m2 stocking densities. The results showed that the daily length and weight-growth rate among treatments were not significantly different (P>0.05), while survival rate and the number of fish production on all treatments were significantly different (P<0.05). The water quality during the rearing period, such as temperature, pH, alkalinity, ammonia, nitrite, and nitrate, were in a tolerable range for corydoras culture. The total suspended solids tended to be higher due to higher stocking density. The best productivity using biofloc technology obtained from 6000 fish/m2 stocking density. Keywords: Biofloc technology, Corydoras aeneus, growth rate, stocking density, survival rate. ABSTRAK Ikan hias merupakan produk perikanan non konsumsi yang menjadi sumber devisa Indonesia yang cukup penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas ikan hias koridoras melalui peningkatan padat tebar dengan teknologi bioflok. Ikan yang digunakan adalah ikan hias koridoras (Corydoras aeneus) berbobot 0,61‒0,72 g dan panjang baku 2,32‒2,40 cm. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan teknologi bioflok pada padat tebar 3000, 4500, dan 6000 ekor/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian panjang dan bobot antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan kelangsungan hidup dan jumlah produksi ikan pada semua perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Nilai kualitas air selama pemeliharaan yakni suhu, pH, alkalinitas, amonia, nitrit, dan nitrat yang berada pada kisaran yang cukup baik untuk budidaya ikan. Total padatan tersuspensi cenderung tinggi akibat dari semakin tinggi padat tebar. Produktivitas terbaik pada budidaya ikan koridoras dengan teknologi bioflok adalah pada padat tebar 6000 ekor/m2. Kata kunci:  Corydoras aeneus, kelangsungan hidup, padat tebar, pertumbuhan, teknologi bioflok 
Improved performance of botia fish Chromobotia macracanthus with the utilization of blood clam shell in the recirculation system Rizki, Rani Ria; Diatin, Iis; Budiardi, Tatag; Effendi, Irzal
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.19.2.160-170

Abstract

ABSTRACT Intermediate and holding rearing of botia face several problems such as the limited land, water quality, and decreased growth. The application of a recirculation culture system using the blood clam filter is increased to water quality and expected to solve the problems. This study aimed to analyze the production performance of botia fish on intermediate and holding rearing in the recirculation system by utilizing blood clams as the filter. This study used a factorial completely randomized design with two factors; clam particle sizes (1 mm, 2 mm, and 3 mm) and dosages (1.4 g/L, 1.8 g/L, and 2.2 g/L). Every experiment was conducted in three replication. The aquarium used in this study was 40×40×60 cm3. The size of fish samples was 3.5 ± 0.5 cm with the stocking density (3 fish/L, each test aquarium). The recirculation system was applied seven days before the fish were stocked. Every 15 days, weight and length of fish were measured (for 60 days). The results of physical (temperature) and chemical (pH, dissolved oxygen, ammonia dan nitrite) water quality in the recirculation system using the blood clam filter showed good conditions for botia fish. The stress response of botia blood glucose and TKO fluctuates with environmental changes. Mineral water and fish produced by calcium, magnesium, and phosphorus increase until the end of maintenance. There is an interaction at TKH between particle size and the dose of blood shells, whereas, LMPW, LMPL, and RKP significantly different only the use of dose 2.2 g/L. Keywords: Clamshells, botia fish, pH value, minerals, recirculation. ABSTRAK Permasalahan pada proses penampungan ikan botia yaitu keterbatasan lahan, kualitas air yang buruk dan pertumbuhan ikan botia yang lambat. Penerapan sistem resirkulasi menggunakan cangkang darah dapat meningkatkan kualitas air dan kinerja produksi. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja produksi budidaya ikan botia pada sistem resirkulasi dengan pemanfataan cangkang kerang darah sebagai bahan filter. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dua faktor, yaitu ukuran partikel cangkang kerang darah (1 mm, 2 mm, dan 3 mm) dan dosis cangkang kerang darah (1.4g/L, 1.8g/L dan 2.2g/L). Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Akuarium yang digunakan dalam penelitian berukuran 40×40×60 cm3. Ikan yang digunakan berukuran 3.5 ± 0.5 cm dengan padat tebar 3 ekor/L. Sistem resirkulasi dioperasikan selama tujuh hari sebelum ikan ditebar. Bobot dan panjang ikan diukur setiap 15 hari selama 60 hari pemeliharaan. Penelitian dalam sistem resirkulasi menggunakan cangkang kerang darah pada media filter menghasilkan kondisi kualitas air suhu, pH, oksigen terlarut, amonia dan nitrit air. Respons stres ikan berupa glukosa darah dan tingkat konsumsi oksigen (TKO) berfluktuasi seiring dengan perubahan lingkungan. Mineral air dan ikan yang dihasilkan meliputi kalsium, magnesium dan fosfos meningkat hingga akhir pemeliharaan. Parameter tingkat kelangsungan hidup (TKH) memiliki interaksi antara ukuran partikel dan dosis cangkang kerang darah, sedangkan untuk laju pertumbuhan bobot mutlak (LPMB), laju pertumbuhan panjang mutlak (LPMP) dan rasio konversi pakan (RKP) berbeda nyata dengan penggunaan dosis 2.2 g/L. Kata kunci: Cangkang kerang darah, ikan botia, pH, mineral, resirkulasi.
Co-Authors Ade Yulita Hesti Lukas Agoes Mardiono Jacoeb Agus Oman Sudrajat Aisyah Lukmini Am Azbas Taurusman Andre Rachmat Scabra Apriana Vinasyiam Apriani, Ita Ardiansyah, Arif Rahmat Ardina Puspitasari, Ardina Ardyen Saputra, Ardyen Arfan Afandi Arlita, Kriswidya Asep Santosa Aslia, Aslia Astari, Belinda Atul Hayati, Mira Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Priyo Utomo Budiyanti Chaidir, Iding Chairul Muluk Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Daffa Nuradzani Daniel Djokosetiyanto Dedi Soedharma Dedi Suprianto Dedy Suprianto dedy yaniharto Dewi, Kiki Mariya Dinamella Wahjuningrum Dudi Muhammad Wildan Eddy Supriyono Eka Hidayatus Solikhah Eko Harianto, Eko Enang Harris Enang Harris Enang Harris Farman, Aditia Fauzan, Tezza Fauzi, Hilmi Febrina Rolin Ferdinand Hukama Taqwa Fitria Nawir, Fitria Hadra Fi Ahlina Hanif, Iik Muslihul Hany Handajani Hernanda, Virta Rizki Hidayat, Acep Muhamad Iis Diatin INDRAYANI INDRAYANI Irawan, D Y Irza Effendi Irzal Effendi Ita Apriani Julie Ekasari Kardiyo Praptokardiyo Kukuh Nirmala Larassagita, Annisa Fitri Latifa Fekri Liubana, Debora Victoria M. F. Rahardjo Mala Nurilmala Megawati, Novi Mia Setiawati Mohammad Mukhlis Kamal MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhlis Muhlis Nidwidyanthi, Nidwidyanthi Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Palinggi, Rifka Liling Puji Hastuti, Yuni Putri Utami, Putri Radi Ihlas Albani Rahardjo, Muhammad Fajar Rahmadya, Naufal Dwi Rahman, Muhammad Aghistni Ratu Siti Aliah Reza Samsudin Ridwan Affandi RIDWAN AFFANDI Riska Puluhulawa Rizki, Rani Ria Rizsa Mustika Pertiwi Romadhona, Ekky Ilham Rona Albrettico Nemanita Ginting Ronny I. Wahju Saputra, Adang Sophia N. M. Fendjalang Sri Nuryati Sufal Diansyah Sujatmiko, Wisnu Sujono Sujono Sukenda . Sukenda Sukenda Suko Ismi Sumitro sutanti sutanti Tuti Puji Lestari Vinasyam, Apriana WIDANARNI WIDANARNI Widanarni Widanarni Widantara, Handang Y. Hadiroseyani Yani Haderoseyani Yanti Sinaga Yonvitner - Zumiza Sari