Claim Missing Document
Check
Articles

Infection control of Aeromonas hydrophila in catfish (Clarias sp.) using mixture of meniran Phyllanthus niruri and garlic Allium sativum in feed Wahjuningrum, Dinamella; Solikhah, Eka Hidayatus; Budiardi, Tatag; Setiawati, Mia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.899 KB) | DOI: 10.19027/jai.9.93-103

Abstract

Motile aeromonad septicaemia (MAS) is caused by the bacterium Aeromonas hydrophila. The use of plant (natural materials) such as meniran and garlic can be as an alternative way to inhibit the activity of A. hydrophila by their active substances which have potency as an antibacterial and immunostimulant. The aim of this study was to analyze the effectiveness of using a mixture of meniran and garlic in feed to control of A. hydrophila in catfish. There were split in two kind of doses namely, preventive (garlic:meniran=5 ppt:20 ppt) and curative (garlic:meniran=10 ppt:40 ppt). The preventive treatment was given for two weeks before challenging test. The curative treatment was performed on 2th-8th day after challenging test.  Challenging test was carried out by intramuscularly injecting of 0,1 mL A. hydrophila (108cfu/ml)  into the fish. The results indicated that preventive treatment with a mixture of extracts 5 ppt meniran and 20 ppt garlic was more effective in preventing infection of A. hydrophila than curative treatment.  Keywords: Phyllanthus niruri, Allium sativum, catfish, Aeromonas hydrophila.  ABSTRAK  Penyakit MAS (motile aeromonad septicaemia) disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Bahan alami seperti meniran dan bawang putih dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghambat aktivitas bakteri ini.  Zat aktif yang dimiliki bahan ini berpotensi sebagai antibakteri dan immunostimulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penggunaan campuran meniran dan bawang putih dalam pakan untuk pengendalian penyakit MAS pada ikan lele. Perlakuan dibagi menjadi dua dosis, yaitu pencegahan (bawang putih:meniran=5 ppt:20 ppt) dan pengobatan (bawang putih:meniran=10 ppt:40 ppt). Perlakuan pencegahan diberikan selama seminggu sebelum uji tantang. Perlakuan pengobatan dilakukan pada hari ke 2 hingga hari ke-8 setelah uji tantang. Uji tantang dilakukan dengan menyuntikkan secara intramuskuler 0,1 ml A. hydrophila (108cfu/ml) ke ikan lele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pencegahan dengan campuran ekstrak meniran 5 ppt dan bawang putih 20 ppt efektif dalam mencegah infeksi A. hydrophila dibandingkan dengan perlakuan pengobatan dengan campuran ekstrak meniran 10 ppt dan 40 ppt bawang putih.   Kata kunci: meniran, bawang putih, lele, Aeromonas hydrophila. 
Growth performance and nutrition value of Spirulina sp. under different photoperiod Budiardi, Tatag; Priyo Utomo, Nur Bambang; Santosa, Asep
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.763 KB) | DOI: 10.19027/jai.9.146-156

Abstract

This study was conducted to analyze the production of freshwater Spirulina sp. cultured with photoperiod manipulation treatment. In this study, photoperiod manipulation treatment performed on cultured spirulina using fiber tanks (100 L). Spirulina was grown with different photoperiod (bright/T and dark/G) that are six hours per day (6T-18G), 12 hours per day (12T-12G), 18 hours per day (18T-6G), and 24 hours per day (24L-0G). The parameters were observed include dry biomass, population density (N), specific growth rate (SGR), doubling time (G), proximate analysis, and water quality. The results of this study showed that the optimum population density was achieved on day-3 days of cultured, and manipulation photoperiod showed no significant effect to the dry biomass harvest and population density, but significantly affect the specific growth rate and doubling time. Treatment of lighting 12, 18 and 24 hours per day to produce the maximum specific growth rate (0,345 to 0,366 per day) and a maximum doubling time (1,89 to 2,01 days) were not significantly different, whereas the old treatment six hours per day lighting showed the lowest maximum growth rate (0,323 per day) and highest doubling time (2,15 days). At treatment of lighting 12 hours per day, relatively higher protein content (39,73%) than others. In conclusion, the lighting 12 hours per day resulted in optimum production efficiency than other treatments.Keywords: Spirulina sp., photoperiod, density, biomass, growth, nutrition value. ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk menganalisis produksi spirulina Spirulina sp. air tawar yang dikultur dengan manipulasi fotoperiode.  Dalam penelitian ini, spirulina dikultur dalam wadah fiber 100 L dengan perlakuan fotoperiode (terang/T dan gelap/G) berbeda, yaitu enam jam per hari (6T-18G), 12 jam per hari (12T-12G), 18 jam per hari (18T-6G), dan 24 jam per hari (24T-0G). Parameter yang diamati meliputi biomassa kering, kepadatan populasi (N), laju pertumbuhan spesifik (SGR), waktu penggandaan (G), dan analisis proksimat sprirulina, serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan populasi optimum dicapai pada hari ke-3 umur kultur dan manipulasi fotoperiode tidak berpengaruh nyata terhadap hasil biomassa kering dan kepadatan populasi, namun secara nyata mempengaruhi laju pertumbuhan dan waktu penggandaan. Perlakuan pencahayaan 12, 18 dan 24 jam per hari menghasilkan laju pertumbuhan spesifik maksimum (0,345 sampai dengan 0,366 per hari) dan waktu penggandaan maksimum (1,89 sampai dengan 2,01 hari) yang tidak berbeda nyata, sedangkan perlakuan pencahayaan enam jam per hari menunjukkan laju pertumbuhan maksimum terendah (0.323 per hari) dan waktu penggandaan tertinggi (2,15 hari). Pada perlakuan pencahayaan 12 jam per hari, kandungan protein relatif lebih tinggi (39,73%) dari yang lain. Secara umum dapat disimpulkan bahwa  pencahayaan 12 jam per hari menghasilkan efisiensi produksi yang lebih baik daripada perlakuan lainnya.Key word: Spirulina sp., fotoperiode, kepadatan, biomassa, pertumbuhan, kandungan nutrisi.
Protein digestibility and ammonia excretion in catfish Clarias gariepinus culture Gunadi, Bambang; Harris, Enang; Supriyono, Eddy; Sukenda, .; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2781.888 KB) | DOI: 10.19027/jai.12.62-69

Abstract

ABSTRACT A series of experiments was performed to analyze protein digestibility, ammonia excretion, and also heterothropic bacteria and phytoplankton dynamics in the catfish Clarias gariepinus culture. In the digestibility experiment, catfish with an individual initial size of 43.67±0.83 g were stocked into 120 L conical fiberglass tanks at a density of 20 fish per tank. Fish were fed on with commercial diet supplemented with Cr2O3 indicator at a concentration of 1%. In the ammonia excretion experiment, catfish with an individual size of 111.6±9.5 and 40.6±3.4 g, respectively,  were placed into a 10 L chamber filled with 8 L of water. Total ammonia nitrogen (TAN) in the chambers were monitored every hour for six consecutive hours. In the bacteria and phytoplankton dynamics experiment, catfish were stocked in the 25 m2 concrete tanks which was divided into two compartments (catfish 10 m2, and heterotrof compartments 15 m2). Catfish with individual size of 42,5±0 g were stocked into the tanks at a density of 100 fish per tank. Water was recirculated from catfish compartments to heterotrophic compartments. Fish were fed with floating feed. Molasses as carbon source for heterotrophic bacteria was applied daily. The experiment was conducted for six weeks. The results showed that the protein digestibility was 61.97±7.24%. Larger fish (size of 111.6 g) excreted ammonia at a rate of 0.008±0.003 mg TAN/g fish-weight/hour, which was lower than that of the smaller catfish (size of 40.6 g), i.e. 0.012±0.004 mg TAN/g fish-weight/hour. Keywords: protein digestibility, ammonia excretion, catfish  ABSTRAK Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menganalisis ketercernaan pakan dan protein, ekskresi amonia, serta dinamika bakteri dan fitoplankton pada budidaya ikan lele (Clarias gariepinus). Pada penelitian ketercernaan pakan, ikan lele berukuran 43,67±0,83 g/ekor dipelihara dalam bak fiberglas berbentuk corong berukuran 120 L dengan kepadatan 20 ekor/bak. Ikan diberi pakan berupa pelet yang diberi indikator Cr2O3 sebanyak 1%. Pada penelitian ekskresi amonia, ikan lele berukuran 111,6±9,5 dan 40,6±3,4 g/ekor yang telah diberi makan sampai kenyang dimasukkan ke dalam stoples berisi 8 L air. Kadar amonia total (total ammonia nitrogen, TAN) di dalam stoples diukur setiap jam selama enam jam. Pada penelitian dinamika bakteri dan fitoplankton, ikan lele dipelihara pada bak beton berukuran 25 m2 yang disekat menjadi dua bagian yaitu bagian ikan lele (10 m2) dan bagian heterotrof (15 m2). Ikan lele dengan bobot awal 42,5 g/ekor ditebar ke dalam bak dengan kepadatan 100 ekor/bak. Air mengalir secara resirkulasi dari bagian ikan lele ke bagian heterotrofik dengan bantuan pompa. Pakan yang diberikan berupa pelet apung komersial. Molase ditambahkan setiap hari sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri heterotrofik. Penelitian dilaksanakan selama enam minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketercernaan protein dari pakan yang diuji adalah 61,97±7,24%. Ikan lele berukuran besar (111,6 g/ekor) menghasilkan amonia sebanyak 0,008±0,003 mg TAN/g ikan/jam, lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang berukuran lebih kecil (40,6 g/ekor), yaitu 0,012±0,004 mg TAN/g ikan/jam.  Kata kunci: ketercernaan protein, ekskresi amonia, ikan lele
Production of giant gourami Osphronemus goramy Lac. juvenile with different rate of water exchange Budiardi, Tatag; Ginting, Rona Albrettico Nemanita; Hadiroseyani, Yani
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.284 KB) | DOI: 10.19027/jai.10.144-153

Abstract

ABSTRACTGiant gourami Osphronemus goramy Lac. is one of the most important fresh water fish commodities with increasing production level every year. Water quality management through a proper water exchange both in quantity and quality can be one of the alternatives to support the elevating production. This research was conducted from July to August 2010 at the Aquaculture Production Technology and Management Laboratory, Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. The juvenile used was 0.84±0.011 cm in length and 0.017±0.001 cm in weight which reared in nine units of aquaria with a size of 60×29×33 cm3. Silk worm was used as the feed and provided daily at satiation. Water exchange was performed twice a day at a level depending on the treatment, namely 75% (50% at morning and 25% at evening), 100% (50% at morning and evening) and 125% (75% at morning and 50% at evening) of total water volume. Water exchange at 75%, 100%, and 125%/day resulted in survival rates of 94.11±0.63%; 91.89±2.02%; and 93.89±0.75%; specific growth rates of 7.43±0.15%, 8.58±0.24%, and 9.97±0.18%. Growth rate in length of 1.06±0.06 cm, 1.33±0.04 cm, and 1.55±0.01 cm; coefficient of variation in length of 11.31±1.43%, 9.35±1.46%, and 6.90±2.30%; feed efficiency of 12.47±0.30%, 14.32±1.05%, and 19.67±0.54%. The financial benefits resulted of the process were worth of IDR.351,903.00; IDR.402,302.00; and IDR.464,715.00; whereas R/C ratio of 1.71; 1.80; dan 1.90; BEP of 1,845 unit, 1,645 unit, and 1,517 unit; payback period (PP) of 0.97 years, 0.85 years, and 0.74 years; and the cost production as much as IDR.79.90; IDR.82.70; and IDR.82.90/individual, respectively. The treatments were significantly different on several parameters, such as specific growth rate, length of growth rate, feed efficiency at p<0.05. The results of this experiment showed that 125% daily water exchange improved the production performance of giant gourami juvenile cultured at a density of 20 fish/L. For production purpose, rearing giant gourami fish 2 cm in size at a density of 20 fish/L was found as the optimum condition through 125%/day water exchange.Keywords: water exchange, survival rate, growth, gourami fishABSTRAKIkan gurami Osphronemus goramy Lac. merupakan salah satu komoditas penting ikan air tawar dengan produksi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pengelolaan kualitas air dengan penggantian air yang tepat secara kualitas dan kuantitas dapat menjadi salah satu jawaban dalam meningkatkan produktivitas budidaya ikan gurami. Benih ikan yang digunakan dalam penelitian berukuran panjang rata-rata 0,84±0,011 cm dan bobot tubuh rata-rata 0,017±0,001. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 60×29×33 cm3 sebanyak sembilan unit, dengan kepadatan 20 ekor/L. Pakan yang diberikan berupa cacing sutra secara at satiation. Perlakuan berupa pergantian air yaitu: 75% (50% pagi dan 25% sore), 100% (50% pagi dan 50% sore) dan 125% (75% pagi dan 50% sore) dari total volume air pemeliharaan. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian air berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot dan panjang, serta efisiensi pakan, sedangkan kelangsungan hidup dan koefisien keragaman panjang tidak berbeda nyata antar perlakuan (p>0,05). Laju pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi (p<0,05) diperoleh pada perlakuan pergantian air 125%, yaitu laju pertumbuhan bobot 9,97±0,18%, pertumbuhan panjang mutlak 1,55±0,01 cm, dan efisiensi pakan 19,67±0,54%. Kelangsungan hidup benih ikan gurami berkisar antara 91,89‒94,11. Pemeliharaan benih ikan gurami dengan mengganti air 125%/hari juga memberikan keuntungan tertinggi, yakni Rp464.715,-. Dengan demikian, pendederan benih ikan gurami sebaiknya dilakukan dengan pergantian air 125%/hari.Kata kunci: pergantian air, kelangsungan hidup, pertumbuhan, ikan gurami
Feeding rate of freshwater eel Anguilla bicolor bicolor: at the body weight of 1–2 g Fekri, Latifa; Affandi, Ridwan; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2852.205 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.21-27

Abstract

ABSTRACT The aim of the research was to determine feed requirement for the maintenance, optimum, and maximum growth of freshwater eel (Anguilla bicolor bicolor) seed (1–2 g body weight). Feed used in this research was KRA feed with 46% protein content, with different feeding level (FR) at 0%, 5%, 10%, and 15% of fish biomass. The experiment was conducted in 30 days. Parameters measured were survival and specific growth (SGR). The results showed that survival of fish in all treatments were 100%, except in fish fed on 15% of biomass (only 96). Fish growth with feeding of 0%, 5%,10%, and 15%, were -1.06%; 0.42%; 0.73%; and 0.19%, respectively. Based on the analysis of the relationship between feeding level and growth, the feed requirement for maintenance, optimum, and maximum growth in 1–2 g freshwater eel seed were 3.3%; 7.0%; and 9.5% of the biomass, respectively. Keywords: eel seed, feed requirement, growth ABSTRAK Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kebutuhan pakan untuk maintenance, dan untuk pertumbuhan optimum serta maksimum benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) (bobot tubuh 1–2 g). Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan KRA dengan kadar protein 46%, dengan tingkat pemberian pakan 0%, 5%, 10%, dan 15% dari bobot biomassa ikan. Pemeliharaan berlangsung selama 30 hari. Parameter yang diukur meliputi sintasan (STS) dan laju pertumbuhan spesifik (LPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa STS benih ikan sidat selama pemeliharaan, memiliki nilai yang baik (100%) kecuali pada pemberian pakan 15% (hanya 96%). Laju pertumbuhan benih ikan sidat selama pemeliharaan dengan pemberian pakan 0%, 5%, 10%, dan 15% berturut-turut adalah -1,06%; 0,42%; 0,73%; dan 0,19%. Berdasarkan analisis hubungan antara tingkat pemberian pakan dan laju pertumbuhan spesifik, maka kebutuhan pakan maintenance, pertumbuhan optimum dan maksimum benih ikan sidat berukuran 1–2 g berturut-turut adalah 3,3%; 7%; dan 9,5% dari biomassa. Kata kunci: benih ikan sidat, kebutuhan pakan, pertumbuhan
Growth performance of 3-g Anguilla bicolor bicolor at different density Diansyah, Sufal; Budiardi, Tatag; Sudrajat, Agus Oman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2809.358 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.46-53

Abstract

ABSTRACT This study was carried out to evaluate growth performancce of eel (Anguilla bicolor bicolor) at the density of 2 g/L, 3 g/L, and 4 g/L in the recirculation system. The experimental design used was completely randomized design with three replications. The eel used for this study was Anguilla bicolor bicolor at stadia elver with average body weight of 3 g/fish. Fish were reared for 60 days. Analysis of the blood profile and blood glucose level were done every ten days, while cortisol measurement was performed three times on the day-0, 30, and 60. Results showed that stocking density affected biomass growth. The best stocking density was 4 g/L with the growth of 10.62 g biomass/day, the specific growth of 1.47%, 1.16 feed conversion, and survival of 96.24%. All treatments did not give significant effect on the blood glucose and cortisol level. Keywords: elver, stocking density, growth, stress response, recirculation system  ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dengan padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L dalam sistem resirkulasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Ikan sidat yang digunakan adalah spesies Anguilla bicolor bicolor stadia elver dengan bobot rata-rata 3±1 g/ekor. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari. Analisis gambaran darah dan glukosa darah dilakukan setiap sepuluh hari sekali, sedangkan pengukuran kortisol dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari ke-0, 30, dan 60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan biomassa. Padat tebar terbaik adalah 4 g/L dengan laju pertumbuhan biomassa 10,62 g/hari, laju pertumbuhan spesifik 1,47%, konversi pakan 1,16, dan sintasan 96,24%. Semua perlakuan padat tebar tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa darah dan kortisol. Kata kunci : elver, padat tebar, pertumbuhan, respons stres, sistem resirkulasi
Growth performance of 7-g Anguilla bicolor bicolor at different density Harianto, Eko; Budiardi, Tatag; Sudrajat, Agus Oman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2860.504 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.120-131

Abstract

ABSTRACT This research was conducted to evaluate the performance of eel production at stocking density of 2 g/L, 3 g/L, and 4 g/L reared in recirculating system for 60 days. The experimental design used was completely randomized design. Fish were fed on sinking pellet given according to body weight. Collected data were survival, specific growth rate, biomass growth, feed convertion ratio, weight variance, blood profile, blood glucose, and cortisol levels.The results showed that the best performance was found in 4 g/L density with specific growth rate and biomass growth were 0.99±0.30 and 7.50±4.13 g/day, feed conversion ratio of 1.22±0.58, and weight variance of 21.72±3.60%. Stress responses parameters which consisted of cortisol and blood glucose levels showed no significant difference at 22.45± 8.59 nm/L and 31.92± 4.29 mg/dL, respectively. Blood profile in form of hemoglobin, hematocrit, red blood cell and differential leukocytes showed no significant differences except for the leukocyte parameters with the highest rate was achieved at the stocking density of 4 g/L (2.70±0.001x105 sel/mm3). In conclusion, the stocking density of 4 g/L produced the best physiological and production performance. Keywords: stocking density, growth, physiological response, eel, recirculation system ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja produksi dan respons fisiologis ikan sidat pada padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L dalam sistem resirkulasi selama 60 hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Pakan berupa pelet tenggelam diberikan sesuai bobot tubuh. Data yang diambil meliputi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan biomassa, konversi pakan, koefisien keragaman bobot, gambaran darah, kadar glukosa darah, dan kadar kortisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan biomassa; pertumbuhan biomassa terbaik dicapai pada kepadatan 4 g/L dengan laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan biomassa sebesar 0,99±0,30 dan 7,50±4,13, konversi pakan sebesar 1,22±0,58, dan koefisien keragaman sebesar 21,72±3,60%. Parameter respons stres yaitu kadar kortisol dan glukosa darah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu masing-masing sebesar 22,45±8,59 nm/L serta 31,92±4,29mg/dL. Gambaran darah berupa hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah dan diferensial leukosit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05), kecuali pada parameter leukosit dengan nilai terbaik pada perlakuan 4 g/L (2,70±0,001 x105 sel/mm3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar 4 g/L menghasilkan kinerja fisiologis dan produksi terbaik. Kata kunci: padat tebar, pertumbuhan, respons fisiologis, ikan sidat, sistem resirkulasi
Business evaluation of Pangasionodon hypophthalmus nursery in Sukamandijaya Village, Subang Budiardi, Tatag; Rolin, Febrina; Hadiroseyani, Yani
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2916.78 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.152-162

Abstract

ABSTRACT Nursery business of 1-inch Siam-catfish in Sukamandijaya Village has been conducted based on experience and no information was available regarding to its economical efficiency. The purpose of this study was to evaluate the production performance and input optimalization to maximize profit. The methods used in this study was survey with purposive sampling, while production performance asessment was carried out by direct observations. Economic data were analyzed using Cobb-Douglas production function. Number of fish farmer respondens in this survey was 21 respondents. The volume of nursery tanks were about 3,188−9,860 L at stocking density of 15−47 fish/L. The average of absolute length growth, survival, and daily weight growth rate were 2.77±0.19 cm, 56.04±1.07 %, 27.96±1.09 % respectively. Based on the analysis, the optimal input was at the stocking density of 80 larvae/L and sludge worm density of 0.0919 kg/L.Keywords: input optimalization, maximum profit, production performance, nursery, Siam-catfish ABSTRAK Usaha pendederan ikan patin ukuran 1-inci di Desa Sukamandijaya masih berdasarkan pengalaman dan tidak tersedia informasi mengenai efisiensi ekonomi usaha ini. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja produksi dan optimalisasi input produksi untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Survei dilakukan menggunakan metode purposive sampling dan parameter kinerja produksi diperoleh melalui pengamatan langsung. Data ekonomi dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Jumlah responden pembudidaya pada penelitian ini adalah sebanyak 21 responden. Volume wadah pendederan berkisar 3.188−9.860 L dengan padat tebar berkisar 15−47 ekor/L. Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata ikan patin sebesar 2,77±0,19 cm, tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,04±1,07 %, dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 27,96±1,09%. Berdasarkan analisis, penggunaan input yang optimal adalah padat tebar 80 ekor/L untuk larva dan pakan berupa cacing sutra dengan kepadatan 0,0919 kg/L. Kata kunci: optimalisasi input, keuntungan maksimal, kinerja produksi, pendederan, ikan patin
The growth of eel fed with different protein level and protein-energy ratio Nawir, Fitria; Utomo, Nur Bambang Priyo; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3028.834 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.128-134

Abstract

ABSTRACT The study was aimed to determine the optimum dietary protein level and energy protein ratio which can optimize growth performance of the eel A. bicolor bicolor on nursery phase.  Four treatments and three replications were applied in this study. The treatments were  P1, containing 37.66% protein with energy protein ratio 14.75 kcal GE/g (37.66%; 14.75 kcal GE/g), treatment P2 (41.30%; 13.51 kcal GE/g), treatment P3 (45.38%; 12.27 kcal GE/g), and treatment P4 (49.60%; 11.31 kcal GE/g). Eels used for this study were 6.5±0.3 g in average body weight. Eels were reared in a series of aquaria with dimension 90×40×40 cm3 and filled with 100 L of fresh water. Total weight of eel stocked in aquarium were 400 g. Eels were fed until satiated  twice a day at 8 am and 4 pm for 60 days. The result showed  that different protein level and energy protein ratio was significantly affected  growth performance (feed consumption, specific growth rate, feed efficiency, protein retention, and lipid retention), protein and fat of whole body eels at confident limit of 5%. In contrary, there was no significant different on the survival rate, hepatosomatic index, ash content, and nitrogen free extract of the body eel. The optimal growth performance was reached by dietary protein level and energy protein ratio of 45.38%; 12.27 kcal GE/g and 49.60%; 11.31 kcal GE/g. Keywords: Anguilla bicolor bicolor, energy protein ratio, feed, growth performance, protein  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan kadar protein dan rasio energi protein optimum yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat A. bicolor bicolor fase pendederan. Empat macam perlakuan dan tiga ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan tersebut adalah P1 yang mengandung protein 37,66%; dengan rasio energi protein 14,75 kkal GE/g (37,66%; 14,75 kkal GE/g), perlakuan P2 (41,30%; 13,51 kkal GE/g), perlakuan P3 (45,38%; 12,27 kkal GE/g) dan perlakuan P4 (49,60%; 11,31 kkal GE/g). Bobot rata-rata ikan sidat yang digunakan adalah 6,5±0,3 g. Ikan sidat dipelihara dalam akuarium berukuran 90×40×40 cm3 dengan volume air 100 L. Total bobot ikan yang digunakan dalam setiap akuarium adalah 400 g. Ikan sidat diberi pakan sekenyangnya dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan pukul 16.00 WIB selama 60 hari. Hasil menunjukkan bahwa pemberian kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda, memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kinerja pertumbuhan (jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak), protein tubuh dan lemak tubuh, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup, indeks hepatosomatik, kadar abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tubuh ikan sidat. Kinerja pertumbuhan optimal dicapai oleh kadar protein dan rasio energi protein pakan 45,38%; 12,27 kkal GE/g dan 49,60%; 11,31 kkal GE/g.  Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, kinerja pertumbuhan, pakan, protein, rasio energi protein 
Increasing of C/N ratio with addition of tapioca starch in Oligochaetes culture substrate Hadiroseyani, Yani; Puspitasari, Ardina; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3043.447 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.144-150

Abstract

ABSTRACT This study was aimed to improve the productivity of sludge worm (Oligochaetes) in culture systems using the addition of tapioca flour to the substrate to increase C/N ratio up to 10, 20, and 30. The substrate used was a mixture of mud and chicken manure with a ratio of 1:1 on the container measuring 100×12×15 cm3. Culture system used was a recirculation system. Initial stock of the worm was at density 150 g/m2. Results showed the highest population and biomass of the worm in each treatments was occurred on tenth day. The highest density of sludge worm, i.e. 421,145 ind/m2 with total biomass of 1,497.80 g/m2, was obtained on the treatment of C/N ratio at 20 (P <0.05). Keywords: Oligochaetes, C/N ratio, tapioca starch, recirculation system  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas cacing sutra (Oligochaeta) pada sistem budidaya dengan memperbaiki kualitas substrat cacing menggunakan penambahan tepung tapioka sehingga mencapai rasio C/N 10, 20, dan 30. Substrat yang digunakan yaitu campuran lumpur tanah dan kotoran ayam dengan perbandingan 1:1 pada wadah budidaya berukuran 100×12×15 cm3. Sistem budidaya yang digunakan yaitu sistem resirkulasi. Cacing dibudidayakan pada padat penebaran 150 g/m2. Hasil menunjukkan puncak populasi dan biomassa cacing sutra terjadi pada hari kesepuluh. Kepadatan cacing tertinggi, yaitu 421.145 ind/m2 dengan biomassa 1.497,80 g/m2, diperoleh pada perlakuan penambahan tepung tapioka dengan C/N rasio 20 (P<0,05). Kata kunci: cacing sutra, rasio C/N, tepung tapioka, sistem resirkulasi
Co-Authors Ade Yulita Hesti Lukas Agoes Mardiono Jacoeb Agus Oman Sudrajat Aisyah Lukmini Am Azbas Taurusman Andre Rachmat Scabra Apriana Vinasyiam Ardiansyah, Arif Rahmat Ardina Puspitasari, Ardina Ardyen Saputra, Ardyen Arfan Afandi Arlita, Kriswidya Asep Santosa Aslia, Aslia Astari, Belinda Atul Hayati, Mira Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Priyo Utomo Budiyanti Chaidir, Iding Chairul Muluk Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Daffa Nuradzani Daniel Djokosetiyanto Dedi Soedharma Dedy Suprianto dedy yaniharto Dewi, Kiki Mariya Dewi, Nina Nurmalia Dinamella Wahjuningrum Eddy Supriyono Eka Hidayatus Solikhah Eko Harianto, Eko Enang Harris Enang Harris Enang Harris Farman, Aditia Fauzan, Agung Lutfi Fauzan, Tezza Fauzi, Hilmi Febrina Rolin Ferdinand Hukama Taqwa Fitria Nawir, Fitria Hadra Fi Ahlina Hanif, Iik Muslihul Hany Handajani Hernanda, Virta Rizki Hidayat, Acep Muhamad Iis Diatin INDRAYANI INDRAYANI Irawan, D Y Irza Effendi Irzal Effendi Ita Apriani Julie Ekasari Kardiyo Praptokardiyo Kukuh Nirmala Larassagita, Annisa Fitri Latifa Fekri Liubana, Debora Victoria M. F. Rahardjo Mala Nurilmala Megawati, Novi Mia Setiawati Mohammad Mukhlis Kamal MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhlis Muhlis Nidwidyanthi, Nidwidyanthi Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Palinggi, Rifka Liling Puji Hastuti, Yuni Putri Utami, Putri Radi Ihlas Albani Rahardjo, Muhammad Fajar Rahmadya, Naufal Dwi Rahman, Muhammad Aghistni Ratu Siti Aliah Reza Samsudin RIDWAN AFFANDI Ridwan Affandi Riska Puluhulawa Rizki, Rani Ria Rizsa Mustika Pertiwi Romadhona, Ekky Ilham Rona Albrettico Nemanita Ginting Ronny I. Wahju Saputra, Adang Sophia N. M. Fendjalang Sri Nuryati Sufal Diansyah Sujatmiko, Wisnu Sujono Sujono Sukenda . Sukenda Sukenda Suko Ismi Sumarwan, Zatricia Yustiresta Salsabila Sumitro Suprianto, Dedi sutanti sutanti Tuti Puji Lestari Vinasyam, Apriana WIDANARNI WIDANARNI Widanarni Widanarni Widantara, Handang Wildan, Dudi Muhammad Y. Hadiroseyani Yani Haderoseyani Yanti Sinaga Yonvitner - Zumiza Sari