p-Index From 2020 - 2025
6.564
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Cakrawala Pendidikan Gorga : Jurnal Seni Rupa Melintas An International Journal of Philosophy and Religion Techno.Com: Jurnal Teknologi Informasi ARS: Jurnal Seni Rupa Dan Desain Harmonia: Journal of Research and Education Visual Communication Design Journal of Urban Society´s Arts Tanra : Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar Jurnal Sosioteknologi ANDHARUPA International Journal of Humanity Studies (IJHS) Panggung Tawarikh : Journal of Historical Studies Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia JURNAL PENDIDIKAN TAMBUSAI Visualita : Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Ensiklopedia of Journal Capture : Jurnal Seni Media Rekam Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual EDUMATIC: Jurnal Pendidikan Informatika Pagaruyuang Law Journal International Journal for Educational and Vocational Studies Ensiklopedia Social Review Edsence: Jurnal Pendidikan Multimedia Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum EAJ (ECONOMICS AND ACCOUNTING JOURNAL) PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya Jurnal Manajemen DIVERSIFIKASI Al-MIKRAJ: Jurnal studi Islam dan Humaniora Journal Of Human And Education (JAHE) Wimba: Jurnal Komunikasi Visual IRAMA JURNAL SENI DESAIN DAN PEMBELAJARANNYA ALENA : Journal of Elementary Education INTERNATIONAL JOURNAL OF ECONOMIC LITERATURE Masyarakat Pariwisata: Journal of Community Services in Tourism Socious Journal Celebes Journal of Community Services Jurnal Pengabdian Masyarakat Mentari TIJARAH: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Bisnis Syariah
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Journal of Urban Society´s Arts

The Dromology Trajectory of Digital Wayang: Cinematization and Visual Transformation Sari, Maya Purnama; Damayanti, Nuning Yanti; Irfansyah, Irfansyah; Ahmad, Hafiz Aziz
Journal of Urban Society's Arts Vol 12, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v12i1.15162

Abstract

Wayang is a traditional Indonesian performance art that continues to evolve in line with technological developments. In the digital era, wayang has undergone a media shift from the shadow screen (kelir) to digital screens. The YouTube channel Cak Rye Animasi (CRA) was the first to reinterpret wayang content through animation techniques, amassing 78,400 subscribers and an average of 13,748,965 views. The platform enables a high level of hyper-connectivity. This study aims to analyze the acceleration of wayang content dissemination from Cak Rye Animasi (CRA) to other accounts within the frameworks of dromology and cinematisation. Using a qualitative approach, the research follows four stages: (1) collecting digital wayang data from social media; (2) analyzing video acceleration from the perspectives of production, distribution, and consumption (dromology); (3) analyzing the acceleration of visual presentation, narrative, and performance duration (cinematisation); and (4) synthesizing the findings from both frameworks. The results show that ten accounts have reinterpreted Cak Rye’s animation style and disseminated their content across YouTube, Instagram, and TikTok. These include Animasi Darsono, Wayang Guyon, Animasi Qito, Animasi Wayang EM Hade, Bimo Suci, Animasi Wayang, Semar Jawa, Jalaksurenmedia, Sempolinaja, and Animasi Wayang. From a dromological perspective, the content is consumed rapidly, particularly by Animasi Qito, which actively distributes content on YouTube and TikTok in condensed durations of 1–3 minutes. Cinematic analysis reveals visual similarities across all ten accounts in terms of animation techniques, photorealistic and graphic styles, and narrative structures derived from the dalang Seno Nugroho. The accelerated modes of social media consumption have created space for diverse wayang content production but also pose the risk of banalization. Wayang is no longer strictly bound to traditional values; it is freely reinterpreted, and its aesthetics have been decontextualized in accordance with the logic of global visual media. Lintasan Dromologi Wayang Digital: Sinematisasi dan Transformasi Visual. Kemunculan wayang merupakan tradisi Indonesia yang mengikuti perkembangan zaman. Pada era teknologi wayang mengalami pergeseran media pertunjukan dari layar kelir ke layar digital. Akun YouTube Cak Rye Animasi (CRA) merupakan akun pertama yang menginterpretasi konten wayang dengan teknik animasi dan memiliki 78.400 pengikut dengan rata-rata 13.748.965 ditonton. Aktivitas hiper- konektivitas sangat dimungkinkan pada akun Cak Rye Animasi (CRA). Penelitian bertujuan menganalisis percepatan konten wayang beralih dari akun CRA ke akun lainnya dalam konteks dromologi dan sinemasi. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan melalui empat tahapan, pertama mengolektifkan data wayang digital di media sosial, kedua menganalisis percepatan video dari aspek distribusi, produksi, dan konsumsi dari perspektif dromologi, ketiga menganalisis percepatan sinematisasi dari visual presentasi, narasi, dan durasi pertunjukan wayan, keempat sinkronisasi hasil dromologi dan sinemasi. Hasil penelitian menunjukkan 10 akun menginterpretasikan ulang gaya CRAh, disebarkan melalui media sosial YouTube, Instagram, dan TikTok. Di antaranya akun Animasi Darsono, Wayang Guyon, Animasi Qito, Animasi Wayang EM Hade, Bimo Suci, Animasi Wayang, Semar Jawa, Animasi Qito, Jalaksurenmedia, Sempolinaja, Animasi Wayang. Pada aspek dromologi konten dikonsumsi sangat cepat oleh aktor Animasi Qito yang menyebarkan di Media sosial YouTube dan TikTok, durasi waktu dipadatkan menjadi 1-3 menit. Analisis sinemasi menunjukkan wujud visual kesepuluh akun memiliki kesamaan dalam teknik animasi dan penggunaan foto realis, grafis, serta narasi dalang Seno Nugroho. Percepatan cara konsumsi media sosial membuka ruang produksi konten wayang beragam dengan risiko banalitas. Wayang tidak lagi terikat pada nilai tradisional, ia dapat diinterpretasi secara bebas dan estetika tradisional mengalami dekontekstualisasi yang disesuaikan dengan logika media visual global.
Co-Authors Acep Iwan Saidi Acep Iwan Saidi Acep Iwan Saidi Achmad Syarief Adiningsih, Nariswari Kris Afif Wahyu Farosa Agung Eko Budi Waspada Agus Sachari Agustina Kusuma Dewi Ahmad Syaripudin Alfian Candra Ayuswantana Andam Lukcyhasnita Andreas Rio Adriyanto Anwar, Akhmad Syaiful ARI KURNIAWAN Arida, Arida Arif Sutrisno Christian Helmy Rumayar Dewi, Agustina Kusuma Ekawardhani, Yully Ambarsih Farosa, Afif Wahyu Gracia Octaveni Lumbantobing Hafiz Ahmad Hafiz Azis Ahmad, Hafiz Azis Hafiz Aziz Ahmad Hasnati, Hasnati Hilwadi Hindersah Husnah Nur Laela Ermaya Imam Santosa Imam Santosa Ira Adriati Iriansyah Iriansyah, Iriansyah Kahfi, Reyza Dwi Dzulqarnain Katili, Andi Yusuf Khairunnisaa, Karlina Krisno Septyan Kusuma Dewi, Agustina Mahmuddin Mahmuddin Muhammad Fahmi Faisal Hikmawan Mulyadi Mulyadi Musbaing, Musbaing Naomi Haswanto Nggilu, Rukiah Nirwan Nirwan Nuning Yanti Damayanti Nurmansyah , Andry Nurul Septya Magisa Prawesti, Dwita Alfiani Putri, Radifa Cendana Ratna Cahaya Wirawan Ratri, Dianing Rezmia Febrina Robithoh Akbar Irzain Rosadi, Elda Mnemonica Safira Rizky Rachmania Hadi Salahuddin Salahuddin Sandi, Arif Wicaksono Septiana, Nani Shalih, Puji Rahmah Silviana Ginting Sri Sulastri Suhindarno, Heny Sulkifli Herman Sunaiyah, Sunaiyah Suratman, Dadang Suryadi Suryadi Toto Haryadi, Toto Tri Sulistyaningtyas Tri Sulistyaningtyas Wening Gilang Nawangi Wjiaya, Cecep Tatang Yasraf A. Piliang Yasraf Amir Piliang Yasraf Amir Piliang Yasraf Amir Piliang Yunan , Nadiya Zikrillah, Abdu