Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

DINAMIKA POPUL ASI IKAN TUNA ALBAKORA (Thunnus alalunga Bonnaterre, 1788) YANG DIDARATKAN DI PEL ABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK, JAWA TIMUR Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro; Didik Rudianto
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 1, No 2 (2018): JKPT Desember 2018
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.576 KB) | DOI: 10.15578/jkpt.v1i2.7387

Abstract

Tuna albakora (Thunnus alalunga) merupakan salah satu jenis tuna yang ditemukan di perairan Indonesia. Penelitian terhadap aspek dinamika popukasi tuna albakora masih jarang dan perlu dilakukan pengkajian dalam upaya pengendalian stok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang berat dan aspek dinamika populasi yang meliputi pendugaan kelompok umur, parameter pertumbuhan (L”, K, dan to), laju mortalitas, laju eksploitasi, rekrutmen, analisa yield per recruit (Y/R) dan biomassa per recruit (B/R) pada ikan tuna albakora (T. alalunga). Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada bulan Agustus-Desember 2016. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan 2.702 sampel ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan bersifat allometri negatif dengan nilai b<3. Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy didapatkan hasil L” = 118,3 cm FL dan K = 0,51/year. Nilai to diketahui dengan menggunakan persamaan Pauly (1984) dihasilkan to = -0,219 tahun. Nilai Lc dan Lm masing-masing sebesar 101,61 cm FL dan 90 cm FL. Nilai laju mortalitas total (Z) tuna albakora = 1,81, laju mortalitas alami (M) = 0,8 laju mortalitas penangkapan (F)= 1,01, laju eksploitasi (E) = 0,56 atau 56%, nilai yield per recruit (Y/R) = 0,029 per tahun dan biomassa per recruit (B/R) = 0,349 per tahun.
Studi Laju dan Pola Pertumbuhan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) di Samudera Hindia (Kasus Penangkapan Selatan Kabupaten Malang) Agus Tumulyadi; Sunardi Sunardi; Gatut Bintoro; Hazmi Taris Abiseka; Alif Tulus Prasetyo
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 6 (2019): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VI KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.231 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui laju dan pola pertumbuhan ikan tuna sirip kuning(Thunnus albacares) di perairan Samudera Hindia Selatan Kabupaten Malang. Metode penelitianini menggunakan random sampling dimana total jumlah sampel 1712 ekor untuk analisis lajupertumbuhan dan 1672 ekor untuk analisis pola pertumbuhan, analisis yang digunakan a) analisislaju pertumbuhan ELEFAN I menggunakan program FISAT II, b) analisis pola pertumbuhanregresi linear. Hasil penelitian menjelaskan tentang koefisien laju pertumbuhan (K) sebesar0,20/tahun, L ∞ sebesar 178,95 cm, mortalitas total (Z) sebesar 1,32/tahun, mortalitas alami (M)sebesar 0,31/tahun, mortalitas penangkapan (F) sebesar 1,02/tahun, nilai eksploitasi (E) sebesar0,77/tahun dan pola pertumbuhan hubungan panjang dan berat W=0,016L 3,054 dengan nilai R 2sebesar 0,993. Berdasarkan hasil penelitian nilai K = 0,20/tahun artinya mempunyai koefisien lajupertumbuhan yang cukup bagus mengingat range nilai K adalah (0,2 – 0,42)/tahun dan nilai bsebesar 3,054 menunjukkan pola pertumbuhan adalah allometrik positif pertambahan berat lebihcepat dari pada pertumbuhan panjang, sehingga perairan tersebut termasuk perairan yang subur.Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya penelitian secara periodik tentang penangkapandi Sendang Biru.Kata kunci: Ikan tuna sirip kuning, Laju Pertumbuhan dan Pola Pertumbuhan, Sendang Biru
STRATEGI PENGEMBANGAN SATWAS SDKP DALAM PENGAWASAN DAN PELAYANAN PUBLIK DI BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR Amira Bilhuda; Darmawan Ockto Sucipto; Gatut Bintoro
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 2, No 1 (2018): JFMR VOL 2 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.746 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2018.002.01.3

Abstract

Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Brondong berdiri pada tahun 2003 dan pada awal tahun 2017  berubah nama menjadi Satuan Pengawas Sumberdaya Kelautan Perikanan (Satwas SDKP) pada tahun 2017. Sistem pengawasan perikanan tangkap yang dilakukan oleh petugas Satwas SDKP terdiri dari pengawasan kapal perikanan, alat tangkap yang digunakan serta hasil tangkapan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan survey. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dan analisis AHP (Analytical Hierarchy Proccess). Pelayanan publik yang disediakan oleh satwas SDKP antara lain penerbitan Surat Laik Operasional (SLO), Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Verifikasi Pendaratan Ikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara survey. Strategi kebijakan untuk meningkatkan pengawasan dan pelayanan public di Satwas SDKP Brondong adalah meningkatkan kerjasama dengan petugas Syahbandar, meningkatkan kualitas SDM Petugas SDKP, meningkatkan “sadar lapor” terhadap nelayan serta meningkatkan intensitas patroli laut
PENDEKATAN ANALISIS RISIKO ALAT TANGKAP PUKAT TARIK BERKAPAL (BOAT OR VESSEL SIENE NETS) DI PERAIRAN UTARA JAWA TIMUR Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro
Fish Scientiae Vol 9 No 1 (2019): Issue -Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.63 KB)

Abstract

Manajemen diperlukan karena sifat sumberdaya perikanan itu sendiri memiliki nilai yang tinggi dan peka terhadap pengelolaan dan terdapat 4 (empat) komponen dasar dalam manajemen yang harus dipertimbangkan, yaitu: (1) kelestarian sumberdaya; (2) sustainabilitas ekonomi; (3) sosial masyarakat (tenaga kerja); dan (4) lingkungan terutama habitat. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berorientasi jangka panjang mengutamakan ke hati hatian dalam melakukan keputusan dan kebijakkan Pengelolaan perikanan bertujuan untuk memaksimalkan produksi tanpa merusak sumberdaya yang ada maupun lingkungan. Pengelolaan perikanan terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) penilian sumberdaya, (2) pengambil keputusan, (3) pemilihan strategi, (4) alternatif manajemen (5) pengawasan. Sehingga seorang manager perlu adanya suatu penilaian mengenai risiko dan kerentanan dalam membahas peraturan, perlindungan sumberdaya perikanan dan habitatnya.Berdasarkan Kepmen KP No.6/2010 yang termasuk klasifikasi pukat tarik berkapal (Boat or vessel seine nets) yaitu cantrang dan dogol.. Dengan diterbitkan Permen Pelarangan Nomer 2/PERMEN-KP/2015. Alat tangkap cantrang di larang Data yag diambil pada bulan Oktober 2017 – April 2017 di 3 lokasi Pusat Pendaratan Ikan. (Pasuruan, Probolinggi dan Gersik) data yang diambil hasil tangkapan meliputi jenis, ukuran dan makanan untuk menduga kondisi dasar perairan.Berdasarkan analisis matrik tingkat skala risiko bahwa pukat tarik probabilitas dan dampak yang menyebabkan risiko terhadap sumberdaya perikanan sangat besar Alternatif yang paling tinggi untuk pengurangan risiko penanganan terhadap spesies, ukuran dan alat tangkap
PRODUKTIVITAS TANGKAPAN BENIH BENING LOBSTER (Panulirus spp.) MENGGUNAKAN ALAT KOLEKTOR ‘POCONG’ DI PERAIRAN PRIGI TRENGGALEK Hari Subagio; Mochamad Arief Sofijanto; Aniek Sulestiani; Nurul Rosana; Supriyatno Widagdo; Gatut Bintoro; I Made Kawan
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.3.2022.%p

Abstract

Indonesia memiliki peluang bagus guna pengembangan usaha industri budidaya lobster (Panulirus spp.) terbesar di dunia, karena memiliki modal utama ketersediaan sumber daya benih alami stadia puerulus atau Benih Bening Lobster (BBL) yang sangat melimpah. Untuk mengantisipasi perkembangan budidaya lobster di Indonesia, maka kebutuhan akan benih lobster alami di masa mendatang diprediksi akan meningkat secara signifikan, karena teknologi pembenihan lobster belum berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas dan fluktuasi hasil tangkapan BBL pada bulan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2022 dengan ditunjang data yang dicatat oleh kelompok nelayan. Lokasi penelitian di perairan pesisir Prigi Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Responden dalam penelitian adalah para nelayan penangkap BBL anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Gurita Jaya. Hasil tangkapan BBL dalam satuan ekor per trip per lembar alat kolektor pocong pada bulan berbeda menunjukkan hasil tangkapan yang berbeda sangat nyata. Puncak hasil tangkapan BBL terjadi pada dua kelompok bulan yaitu pada Maret-April dan Agustus-September. Dalam melakukan penangkapan BBL nelayan Prigi menggunakan kolektor yang dikenal sebagai alat kolektor pocong. Berfluktuasinya tangkapan BBL pada bulan berbeda diduga disebabkan adanya pengaruh fenomena arus, upwelling dan kesuburan perairan di Samudera Indonesia khususnya wilayah perairan pesisir Prigi.Indonesia has the opportunity to develop the world's largest lobster (Panulirus spp.) cultivation industry, because it has the main capital for the availability of abundant natural seed resources at the puerulus stage or Lobster Transparent Seed (LTS). In order to anticipate the development of lobster cultivation in Indonesia, the need for natural lobster seeds in the future is predicted to increase significantly, because lobster hatchery technology has not yet developed. This study aims to examine the productivity and fluctuations in the catch of LTS in different months. The research was conducted in March-August 2022. The research location is in the coastal waters of Prigi, Trenggalek Regency. The research uses descriptive analytical method which is survei. Respondents in the study were fishermen who caught BBL members of the Gurita Jaya Joint Business Group (JBG). LTS catches in units of tails per trip per piece of pocong equipment in different months showed very significant different catches. The peak of LTS catches occurred in two groups of months, namely in March-April and August-September. In catching LTS, Prigi fishermen use a collector known as a pocong fishing gear. The fluctuation of LTS catches in different months is due to the influence of current phenomena, upwelling and water fertility in the Indonesian Ocean and the Prigi coastal waters.
Native Species in Barito Upstream at South Kalimantan, Indonesia: Sex Ratio and Length-Weight Relationship of Seluang Batang Fish (Rasbora argyrotaenia Blkr 1850) Erwin Rosadi; Endang Yuli H.; Daduk Satyohadi; Gatut Bintoro
Journal of Wetlands Environmental Management Vol 4, No 2 (2016): July-December
Publisher : Center for Journal Management and Publication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.804 KB) | DOI: 10.20527/jwem.v4i2.55

Abstract

Freshwater potential in South Kalimantan is one million hectares and 140 species of fish are exploited. One of the fish resources in the intensive exploitation in South Kalimantan is Seluang Batang fish (Rasbora argyrotaenia). The purpose of this study was to obtain scientific data related to the sex ratio of fish and length-weight relationships of R. argyrotaenia in Barito upstream at South Kalimantan. The study was conducted in the Barito upstream in South Kalimantan, on location 2o57'36.10'' S 114o5'37.92'' E; 3o01'07.86" S 114o45'29.28'' E. Taking of samples by the method of Ford-Walford plot lasts for one year with a fixed time interval decision which is one month. Data obtained by comparing the sex ratio between the number of male fish with the number of females and multiplied by 100%. To test the hypothesis difference in the number of male and female fish used chi-square analysis of the end. Analysis of length-weight relationship of fish with regression test and were calculated using a cubic pattern. The results showed that the ratio of fish R. argyrotaenia male and female is 3: 1 and the growth pattern of male and female fish are negative allometric.
Coastal Management Strategies to Face Climate Change and Antrophogenic Activity: A Case Study of Tamban Beach, Malang Regency, East Java Rudianto Rudianto; Gatut Bintoro; Guntur; Deny Swatama; Ariq Rahman Paizar; Laurentius Klemens Jeremy; Lutfi Oktasyah; Calvin Arauna Purba
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 15 No. 1 (2023): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v15i1.43125

Abstract

This research was set against the backdrop of low levels of coastal ecosystem services at the global, regional, national, and local levels. Changes in land use in coastal areas are mainly caused by an increasing intensity of climate change and irrational land use. The aim of this research was to develop coastal management strategies to deal with intensified climate change and anthropogenic processes. The methods used included using the drone approach to perform a spatial analysis, measuring the parameters of Tamban coastal waters, and applying the Partial Least Squares (PLS) method to determine community assessments and opinions about tsunami. The results of the study indicate that Tamban Beach is highly vulnerable to tsunami hazards even though the water parameters are still on the verge of pollution and that the coastal ecosystem services are not excellent. The results of this study require that the people affected by the tsunami, especially residents on Tamban beach, need to be moved to an area that is safer from the brunt of the tsunami. The area is approximately 10 kilometers from the shoreline. Besides that, this area also needs to be designated as a marine ecotourism area, but free from the tsunami disaster.
A Review on Puerulus (Panulirus spp.) Resource Utilization in Indonesia Based on the Sense of Hearing: Auditory Receptor Organs Hari Subagio; Evron Asrial; Yusnaini Yusnaini; Nurul Rosana; Gatut Bintoro; Nuhman Nuhman; I Made Kawan
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 13 No. 2 (2021): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v13i2.26545

Abstract

Highlight ResearchThe mortality of lobster seeds by predators in the first year is 96.0-99.4%It takes technology to catch seeds before being eaten by predatorsApplication of sound wave-based attractor technology to lobstersDo lobsters have the ability to hear sound waves?The lobster's sense of hearing begins to function from the puerulus stage AbstractIndonesia is a country that produces abundant lobster seeds (puerulus), however, there is a paradox, where natural mortality in the first year since entering the settlement phase can reach 96.0-99.4%. The use of lobster resources, especially in the puerulus stage, for cultivation, is very strategic. Therefore, it is necessary to improve puerulus fishing technology. In the capture fisheries sector, the use of the sense of hearing in fish resources has been carried out to increase catch productivity, by utilizing sound wave-based attractors' technology. For lobster resources, to what extent is this technology applicable? Underwater sound waves are a phenomenon of compression and expansion of a medium as sound energy passes through it. This aspect of the study is still new and very prospective. The purpose of this review article is to answer some basic questions: Can lobsters be able to hear sounds that come from their surroundings, since when do lobsters sense of hearing begin to function, and anatomically what kind of auditory organs are in lobsters. The results of the review conclude as follows: lobsters have senses that are able to perceive or listen to sound waves (sound) from their surrounding environment, this ability has been possessed by lobsters since they were in the postlarva or puerulus stage. Anatomically, the organs that act as the sense of hearing in lobsters are: receptors on the body surface, chordotonal organs and statocyst organs.
ASPEK BIOLOGI IKAN Alopias pelagicus Nakamura, 1935 DAN Alopias superciliosus Lowe, 1839 YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MUNCAR: BIOLOGICAL ASPECTS OF Alopias pelagicus Nakamura, 1935 AND Alopias superciliosus Lowe, 1839 LAND IN MUNCAR COASTAL FISHING PORT (PPP) Hanifa Ramadhani; Lelono, Tri Djoko; Gatut Bintoro; Arief Setyanto; Muhammad Arif Rahman; Naufal Hilda Bahtiar; Muhammad Ghozaly Salim; Irianies Cahya Gozali
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 7 No. 3 (2023): JFMR on November
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2023.007.03.7

Abstract

Ikan hiu merupakan salah satu tangkapan dominan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar. Ikan hiu Alopias pelagicus Nakamura, 1935 dan Alopias superciliosus Lowe, 1839 masuk kedalam daftar APPENDIKS II CITES serta IUCN kategori terancam dan rentan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek biologi ikan hiu A. pelagicus dan A. superciliosus di PPP Muncar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan cara dokumentasi, wawancara, pengambilan data biologi, dan studi pustaka. Analisis data yang digunakan yakni analisis data deskriptif kualitatif (identifikasi hasil tangkapan dan kategorisasi spesies per jumlah) dan deskriptif kuantitatif (sebaran frekuensi panjang, rasio keseimbangan jenis kelamin, hubungan panjang – berat, dan hubungan panjang tubuh – panjang klasper). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebaran frekuensi panjang A. pelagicus  56 cmSL - 154 cmSL dengan total 42 ekor dan A. superciliosus 21.5 cmSL - 176.5 cmSL dengan total 17 ekor, rasio keseimbangan jenis kelamin A. pelagicus (1 : 0.62) seimbang dan A. superciliosus (1 : 1.83) tidak seimbang, hubungan panjang – berat A. pelagicus dan A. superciliosus alometrik negatif, serta hubungan panjang tubuh – panjang klasper A. pelagicus sangat kuat dan A. superciliosus sedang. Faktor yang mempengaruhi aspek biologi ikan hiu adalah genetik, sumber makanan, tingkah laku ruaya, dan kondisi lingkungan.   Sharks are one of the dominant catches at the Muncar Fishing Port. This fish Alopias pelagicus Nakamura, 1935 and Alopias superciliosus Lowe, 1839 included in the list of CITES APPENDIX II and the IUCN category of endangered and vulnerable. The research method used is descriptive. Data was collected using documentation, interviews, biological data collection, and literature study. This study aimed to determine the biological aspects of sharks A. pelagicus and A. superciliosus at Muncar Fishing Port. Data was collected by documenting, interviewing, collecting biological data, and studying the literature. Data analysis used was qualitative descriptive data analysis (catch identification and species categorization per number) and quantitative descriptive (length frequency distribution, ratio sex balance, length – weight relationship, and body length – clasper length relationship). Based on the results of the study, the length frequency distribution of A. pelagicus was 56 cmSL - 154 cmSL with a total of 42 heads and A. superciliosus was 21.5 cmSL - 176.5 cmSL with a total of 17 heads, the ratio sex balance A. pelagicus (1 : 0.62) was balanced and A. superciliosus (1 : 1.83) was not balanced, the relationship between length – weight of A. pelagicus and A. superciliosus is negative allometric, and the relationship between body length – clasper length of A. pelagicus is very strong and A. superciliosus is moderate. Factors influencing shark biology are genetics, food sources, wandering behavior, and environmental conditions.
Persepsi Nelayan Mengenai Penangkapan Ikan dengan Dampak Rendah dan Hemat Bahan Bakar di PPN Brondong Lamongan Jawa Timur: Fisherman's Perception Regarding Life (Low Impact and Fuel Efficient) Fishing in Brondong Fishing Port Lamongan East Java Lelono, Tri Djoko; Fuad, Fuad; Gatut Bintoro; Destiana Hermanita; Mihrobi Khalwatu Rihmi; Anung Widodo; Mahiswara, Mahiswara
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 8 No. 1 (2024): JFMR on March
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2024.008.01.3

Abstract

Pengelolaan perikanan merupakan komponen penting dari pengelolaan sumber daya perairan (stok spesies, dan lingkungannya). Sumber daya perikanan memiliki definisi yang komprehensif dan, secara umum, merujuk pada semua hewan yang sebagian besar menghuni habitat perairan dan ditangkap oleh manusia. Berkurangnya  stok disebabkan tingginya produktifitas penangkapan, yang dipenggaruhi penggunaan armada alat tangkap. Armada alat tangkap harus dapat memperhitungkan setidaknya tiga dampak utama, yaitu: (1) dampak lingkungan, (2) dampak terhadap kelimpahan sumber daya dan (3) dampak pada target stok sumberdaya ikan. Penelitian ini dilakukan bulan Maret – Juni 2023 di Pelabuhan Brondrong. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi Tujuan Penelitian ini mengetahu informasi nelayan sebagai pengguna langsung terhadap  keberadaan sumberadaya  ikan tentang  Penangkapan ikan dengan dampak rendah dan hemat bahan bakar (LIFE (Low impact and Fuel Efficient) FISHING. Berdasarkan  hasil penelitian Low Impact (Dampak Rendah), alat tangkap yang memiliki kontribusi paling besar terhadap lingkungan perairan yaitu cantrang dengan nilai 34%, alat tangkap payang sebesar 41%, pancing ulur 65%, dan rawai sebesar 64%. Jadi, alat tangkap yang memiliki kontribusi paling rendah adalah rawai dan pancing ulur, kemudian payang dan cantrang. Berdasarkan fuel efficient (efisiensi bahan bakar), alat tangkap yang memiliki tingkat efesiensi bahan bakar paling baik yaitu alat tangkap rawai dan pancing ulur dengan nilai 67%, kemudian payang dengan nilai 59%, dan cantrang dengan nilai 42%. Hal tersebut dikarenakan pengaruh ukuran kapal, jarak trip, dan lama trip kapal rawai dan pancing ulur dan rawai lebih sedikit dari alat tangkap payang dan cantrang  . Hasil penelitian ini merekomidasi penggunaan alat tangkap rawai dan pancing dikarenakan ramah lingkungan dan efeisiensi bahan bahar.Fisheries management is essential to aquatic resource management (species stocks and their environment). Fisheries resources have a comprehensive definition and generally refer to all animals that predominantly inhabit aquatic habitats and are caught by humans. Stock depletion is caused by high fishing productivity, which is influenced by the use of fishing gear fleets. Fishing gear fleets must be able to take into account at least three main impacts, namely: (1) environmental impacts, (2) impacts on resource abundance, and (3) impacts on target stocks of fish resources. This research was conducted from March to June 2023 at Brondrong Harbor. The research methodology employed in this study is descriptive, utilizing interviews, observations, and documentation. The purpose of this study is to determine the information of fishermen as direct users of the existence of fish resources about Fishing with low impact and fuel-efficient LIFE (Low impact and Fuel Efficient) FISHING. Based on the Low Impact study results, the fishing gear with the most significant contribution to the aquatic environment is cantrang with a value of 34%, payang gear with 41%, handline with 65%, and longline with 64%. So, the fishing gear with the lowest contribution is longline and handline, then payang and cantrang. Based on fuel efficiency, the fishing gear with the best fuel efficiency is longline and hand line fishing gear with a value of 67%, then payang with a value of 59%, and cantrang with a value of 42%. This refers to the influence of vessel size, trip distance, and trip length of longline and handline and longline vessels which are less than payang and cantrang fishing gear. The study suggests using longline and fishing gear due to their environmental friendliness and material efficiency.
Co-Authors Agus Tumulyadi Agus Tumulyadi Al Maky, Nuril Huda Ali Muntaha Ali Suman Ali Suman Alif Tulus Prasetyo Amanda Rifan Fathoni Amira Bilhuda Andik Isdianto Aniek Sulestiani Aniek Sulestiani Anthon Andrimida, Anthon Anung Widodo Arief Setyanto Ariefandi, Muhammad Fikri Ariq Rahman Paizar Asadi, M. Arif Asmirijal, Amrey Syahnur Bilhuda, Amira Budi Nugraha Calvin Arauna Purba Daduk Satyohadi Daduk Setyohadi Darmawan Ockto Sucipto Darmawan Ockto Sutjipto Darmawan Okto Sutjipto Deny Swatama Destiana Hermanita Dewa Gede Raka Wiadnya Dhea, Luthfia Ayu Didik Rudianto Dina Andriani Djoko Lelono, Tri Eko Sulkhani Yulianto Endang Yuli H. Erwin Rosadi Erwin Rosadi, Erwin Evellin Dewi Lusiana Evron Asrial Fathah, Aulia Lanudia Fransisca Sariuli Tobing Fuad Fuad Gondo Puspito Guntur H., Endang Yuli Hadiyah, Lisa Nur Hanifa Ramadhani Hari Eko Irianto Hasanah, Ap'idatul Hazmi Taris Abiseka Hidayah, Lisa Nur I Made Kawan I Made Kawan Irianies Cahya Gozali Irwan Jatmiko Kamila, Firda Nikmatul Khairul Amri Kudrati, Amelinda Vivian Kurniawan, Mohammad Rizal Kusyairi, Achamad Lanudia Fathah, Aulia Laurentius Klemens Jeremy Ledhyane Ika Harlyan Lutfi Oktasyah Mahardika Putri, Berlania Mahiswara, Mahiswara Marsela, Kristina Mihrobi Khalwatu Rihmi Mihrobi Khalwatu Rihmi Mochamad Arief Sofijanto Mohammad Mahmudi Mu'minin, Airul Amirul Muh. Arif Rahman Muhammad Arif Rahman Muhammad Ghozaly Salim Muhammad Musa MUHAMMAD TAUFIK Nanik Retno Buwono Naufal Hilda Bahtiar Nico Rahman Caesar Nindi Nur Wulandari Nita Hellis Setyowati Nuhman Nuhman Nuhman Nuhman, Nuhman Nur Hidayah, Lisa Nurul Rosana Nurul Rosana, Nurul oktiyas muzaky Luthfi, oktiyas muzaky Pangestu, Wanda Suryani Putri, Berlania Mahardika Rafif Zul Fahmi Rahman, Muhamad Arif Rahman, Muhammad Arif Rihmi, Mihrobi Khalwatu Rudianto Rudianto Satyohadi, Daduk Setyanto, Arif Setyowati, Nita Hellis Sofijanto, Mochamad Arief Subagio, Hari Subianto, Agus Sucipto, Darmawan Ockto Sulastri Arsad Sulkhani Yulianto, Eko Sunardi Sunardi Sunardi Sunardi Tri Djoko Lelono Tumulyadi, Agus Tyas, Herlin Widi Aning Umi Zakiyah, Umi Utama, Andria Ansri Vita Rumanti Kurniawati Waliyuddin, Achmad Widagdo, Supriyatno Widodo, Anung Wirastika Adhihapsari Wulandari, Nindi Nur Yorarizka, Putri Devi Yusnaini Yusnaini