Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Alat Tangkap yang Ditinggalkan, Hilang, dan Dibuang: Studi Kasus Alat Tangkap Jaring Rajungan dan Bubu Rajungan pada Perikanan Rajungandi Demak Jawa Tengah: Abandoned, Lost, and Discarded Fishing Gear: A Case Study of Swimming Crab Fisheries Tumulyadi, Agus; Setyanto, Arief; Bintoro, Gatut; Lelono, Tri Djoko; Isdianto, Andik; Setyohadi, Daduk; Amanda Rifan Fathoni; Rafif Zul Fahmi
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 8 No. 2 (2024): JFMR on July
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2024.008.02.6

Abstract

Rajungan merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perikanan tangkap di perairan yang ditangkap menggunakan jaring insang dan bubu / bubu lipat. Potensi hilangnya kedua alat tangkap tersebut saat dioperasikan sangat tinggi, baik disebabkan oleh faktor cuaca, kondisi dasar perairan maupun interaksi dengan alat tangkap lain. Tertinggalnya alat tangkap di perairan yang lebih dikenal dengan istilah Abandoned, Lost or Discarded Fishing Gear (ALDFG) memberikan kontribusi signifikan terhadap melimpahnya marine debris (sampah laut) di laut yang memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya ikan, kualitas perairan dan membahayakan keselamatan pelayaran. Meskipun demikian, belum ada upaya mitigasi dan pengurangan ALDFG di perairan laut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab tertinggalnya alat tangkap pada perikanan rajungan di perairan laut.  Pengumpulan data dilakukan di kabupaten Demak, Jawa Tengah pada bulan Agustus dan September 2023 dengan metode wawancara terhadap responden yang dipilih secara sengaja di sekitar pendaratan nelayan rajungan, yang hasilnya kemudian dianalisis secara deskriptif. Studi ini menemukan bahwa sumber sampah laut yang berasal dari alat tangkap rajungan khususnya adalah disebabkan oleh alat tangkap yang hilang bukan karena sengaja dibuang ke laut. Alat tangkap yang hilang terjadi karena faktor alam (23%) dan atau diterjang oleh pengoperasian alat tangkap jenis lainnya (27%).   Blue swimming crab is one of the leading commodities in the capture fisheries sector in waters which are caught using gill nets and traps/bubu lipat. The potential for loss of these two fishing gears during operation is very high, both due to weather factors, bottom conditions of the waters and interactions with other fishing gears. Leftover fishing gear in the waters known as Abandoned, Lost or Discarded Fishing Gear (ALDFG) contributes significantly to the abundance of marine debris in the sea which has a negative impact on the preservation of fish resources, water quality and endangers shipping safety. Even so, there have been little efforts to mitigate and reduce ALDFG in marine waters. This study conducted at Demak of Central Java from August to September 2023 which aims to identify the causes of fishing gear debris in crab fisheries in marine waters. Data collection was carried out by in-depth interviews with respondents who were deliberately selected around the crab fishermen's landings, the results of which were then analyzed descriptively. This study found that the source of marine debris originating from swimming crab fishing gear was caused by lost fishing gear, not because it was intentionally thrown into the sea. Lost fishing gear occurs due to natural factors and is affected by the operation of other types of fishing gear by 23% and 27% respectively.
DINAMIKA PENANGKAPAN DAN STATUS STOK UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis de Haan) DI PERAIRAN BOMBANA DAN SEKITARNYA, SULAWESI TENGGARA Suman, Ali; Hasanah, Ap'idatul; Bintoro, Gatut; Taufik, Muhammad
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.30.2.2024.65-74

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap udang dogol (Metapenaeus ensis de Haan) telah mengakibatkan tingginya intensitas penangkapan yang jika berlangsung secara terus-menerus akan mengancam kelestariannya. Penelitian tentang status stok merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan menuju pemanfaatannya secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status stok udang dogol di perairan Bombana dan sekitarnya, Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan Nopember 2021 dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap yang digunakan untuk mengusahakan udang dogol adalah pukat dasar (mini trawl) dengan komposisi hasil tangkapannya didominasi udang dogol (M. ensis de Haan) sekitar 26 %. Pola pertumbuhan udang dogol di perairan Bombana dan sekitarnya bersifat allometrik negatif serta perbandingan kelamin jantan dan betina berada dalam keaadan tidak seimbang. Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) adalah pada panjang karapas 29,8 mm dan ukuran rata-rata pertama kali matang kelamin (Lm) udang dogol adalah pada panjang karapas 31,7 mm. Laju pertumbuhan (K) udang dogol  sebagai 1,0 per tahun dan panjang total maksimum (Loo) sebagai 46,2 mm. Laju kematian total (Z) udang dogol sebagai 4,42, per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 1.58 per tahun  dan 2, 84 per tahun. Tingkat pemanfaatan (E) udang dogol adalah 0,36 (72 %) per tahun, dengan demikian status stok udang dogol belum berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Agar sumber daya udang masih tetap terjamin kelestariannya, maka masih bisa dilakukan penambahan upaya sekitar 28 % dari jumlah upaya saat ini.The high market demand for Endeavour shrimp (Metapenaeus ensis de Haan) has resulted in high fishing intensity, which, if it continues, will endanger the species' sustainability. Studies of stock status are important for formulating a management for sustainable utilization. The purpose of this study was to determine the stock status of endeavour shrimp in the Bombana and and its surrounding waters. The study was conducted from April to November 2021 using a survey method. The study results revealed that the endeavor shrmp growth pattern in Bombana watwas negative allometric and that the ratio of males and females was unbalanced. The length at first capture (Lc) was 24,9 mm (carapace length) and the length at first maturity (Lm) was at a total carapace length of 31,7 mm. The growth rate (K) as 1,0 per year and the  carapace length maximum (L∞) was 46.a mm. The estimate total mortality rate (Z) was 2.51 per year, the fishing mortality rate (F) and natural mortality rate (M) were 0.91 per year and 1.61 per year, respectively. The exploitation rate (E) was 0.36 (72 %) per year, therefore that the stock status isn’t overfishing. In order to ensure the sustainability of the endeavour shrimp, there are still opportunities for increasing effort about 28 % from the current situation.
ACCURACY ANALYSIS OF DISTANCE MEASUREMENT USING SONAR ULTRASONIC SENSOR HC-SR04 ON SEVERAL TYPES OF MATERIALS Rihmi, Mihrobi Khalwatu; Bintoro, Gatut; Rahman, Muhamad Arif; Puspito, Gondo; Muntaha, Ali
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 11, No 01 (2024)
Publisher : Directorate of Research and Community Service (DRPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2024.011.01.2

Abstract

Sonar is a technology that uses the propagation of sound waves to detect the position of an object. Usually, fishermen use sonar to detect fish locations. The problem is that the price of sonar is still expensive, so not all fishermen can afford to use it. One of the devices that can be developed is the HC-SR04 module. HC-SR04 has simple components, and the price is cheap. The use of HC SR04 is still very minimal, so it is necessary to analyze the accuracy of its distance readings on various objects and conditions. The research was conducted using experimental methods in August-September 2023 at the Fishing Exploitation Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Brawijaya University. The distance data generated by HC-SR04 is used to measure ceramic, Styrofoam, and fish. Based on the research results, it is known that ceramic and styrofoam objects have a calculated t value = 0 while the one-tail Critical t = 1.65, which means the average distance produced by the tool is the same as the average distance by manual measurement. Meanwhile, in the t-test, the fish samples obtained a value of t stat = 23.24 and t Critical one-tail = 1.65. This shows that the tool will show distance measurement results that differ from manual measurements. Furthermore, the RMSE value of distance measurements on ceramic and Styrofoam objects obtained an average value of 0, which means the measurements are very accurate. Meanwhile, the average RMSE value for fish objects = 37.67, which means that the tool measurements are inaccurate.
UNLOADING OF FISH ACTIVITIES AT SENDANG BIRU, COASTAL FISHERIES PORT (PPP) PONDOKDADAP, MALANG REGENCY Al Maky, Nuril Huda; Isdianto, Andik; Ariefandi, Muhammad Fikri; Kudrati, Amelinda Vivian; Tyas, Herlin Widi Aning; Yorarizka, Putri Devi; Pangestu, Wanda Suryani; Setyanto, Arief; Bintoro, Gatut; Putri, Berlania Mahardika; Fathah, Aulia Lanudia; Andrimida, Anthon; Luthfi, Oktiyas Muzaky
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 10, No 01 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2023.010.01.2

Abstract

The fishing port, which acts as a public agency, provides services and facilitates fishing activities for fishermen. One indicator that the service provided is already optimal is the minimum number of vessels in the process of dismantling fish in the port. The study aims to find out the fishing landing system and the number of ships that landed during the period September–August 2022. The method used is directly through field observations and collecting secondary data to supplement the data obtained. The system applied to each port is different. The port of Pondokdadap applies the queue method as well as the system of nahkoda, where the ship's documents must be submitted and the fisherman's number taken before landing. Boats that want to sell fish to the TPI must be equipped with a catch letter. In the period September–August 2022, the highest number of ships was found in June 2022, with 603. For the smallest number in January 2022, there were 22 ships. Based on the results obtained, it is known that the period of April–September has the highest number, while there is a decrease in the number in October–March. There was an increase in the number of vessels that carried out fishing, which was affected by the fishing season, with the high season in the Eastern season.
Community Structure of Fishes the Association with Seagrasses at Bama Beach, Baluran National Park, Situbondo, East Java Setyanto, Arif; Andriani, Dina; Sulkhani Yulianto, Eko; Tumulyadi, Agus; Bintoro, Gatut; Djoko Lelono, Tri; Adhihapsari, Wirastika; Nur Hidayah, Lisa; Isdianto, Andik; Zakiyah, Umi; Lanudia Fathah, Aulia; Kurnia Wardana, Novar; Mahardika Putri, Berlania
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 13 No. 3 (2024): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jmcs.v13i3.61211

Abstract

Seagrass bed has an important role for biota in waters. The existence of fish in seagrass is influenced by other ecosystems close to seagrass, such as mangroves and coral reefs. This study focuses on fish associated with seagrass in Bama Beach. The data include seagrass coverage and the number of fish for the Diversity, Uniformity, and Dominance. The study was carried out on March 15 to 20, 2018 using the Underwater Visual Census. Results show that seagrass cover was highest in seagrass stations near mangroves (62,66%), while at stations near coral reefs was 37,66. The composition of fish associated with seagrass near mangroves was 361 individuals, while near reefs was 1.454 individuals. The values of diversity, uniformity, and dominance of fish associated with seagrass near mangroves are 2,62; 0,88; and 0,09 respectively while those associated with coral reefs have values of 2,93; 0,85; and 0,06. Family Aulostomidae was dominant in the morning at the station near mangroves, and in the afternoon was dominated by Apogonidae. At the station near coral reefs, the Family Pomacentridae was dominant both in the morning and afternoon. The seagrass conditions in this study are in the healthy category with quite diverse fishes. The level of fish diversity in seagrass was influenced by habitats associated with seagrasses than seagrass cover levels. The condition of Bama Beach as a conservation area is quite good, but the activity of tourists around the coastline must be monitored to maintain the environment.
Produktivitas Alat Tangkap Pocongan Terhadap Puerulus (Panulirus spp.) pada Kedalaman Berbeda di Perairan Prigi Subagio, Hari; Bintoro, Gatut; Rosana, Nurul; Widagdo, Supriyatno; Subianto, Agus; Sofijanto, Mochamad Arief; Nuhman, Nuhman; Sulestiani, Aniek; Kusyairi, Achamad; Mu'minin, Airul Amirul
Akuatika Indonesia Vol 10, No 1 (2025): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v10i1.54945

Abstract

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lobster duri (Panulirus spp.) melalui kegiatan budidaya perairan layak untuk direalisasikan guna memenuhi peningkatan permintaan ekspor. Akan tetapi kebutuhan Benih Bening Lobster (BBL) masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Penangkapan BBL di perairan pesisir Prigi menggunakan Alat Tangkap Pocongan (ATP). Terkait dengan hal tersebut, permasalahan yang mendesak untuk dipecahkankan adalah pada kedalaman berapa posisi pemasangan kolektor ATP yang paling produktif menghasilkan tangkapan BBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman pemasangan Kolektor Pocongan (KP) pada Alat Tangkap Pocongan Sistem Rakit (ATPSR) terhadap jumlah tangkapan BBL. Penelitian menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan 3 unit ATPSR yang dioperasikan di perairan pesisir Teluk Prigi. Pada masing-masing unit ATPSR menggunakan tiga macam kedalaman KP, yaitu KP di permukaan perairan (X1); di pertengahan perairan (X2); dan di dasar perairan (X3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2022. Hasil penelitian menunjukkan rerata ± SD hasil tangkapan BBL per KP berturut-turut dari yang tertinggi adalah X3: 4,1 (± 3,3) ekor, X2: 0,6 (± 0,4) ekor, dan terakhir X1: 0,2 (± 0,2). Disimpulkan bahwa faktor kedalaman KP berpengaruh nyata (Sig. 0,00) terhadap jumlah tangkapan BBL. Perlakuan X1 dan X2 tidak berbeda nyata, sedangkan X3 berbeda nyata dengan X1 dan X2. Secara deskriptif, total hasil tangkapan BBL berdasarkan spesies tertinggi dalam persen adalah Lobster Pasir (Panulirus homarus) 59,3%, Lobster Mutiara (Panulirus ornatus) 27,6%, Lobster Bambu (Panulirus versicolor) 11,6%, dan Lobster Batu (Panulirus penicillatus) 1,5%. Peneliti menyarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai rekayasa ATPSR untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapan BBL.
MENGGUNAKAN METODE STATIONARY VISUAL CENSUS UNTUK MENGAMATI IKAN PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PANTAI DAMAS, KABUPATEN TRENGGALEK Bintoro, Gatut; Tumulyadi, Agus; Isdianto, Andik; Fathah, Aulia Lanudia; Putri, Berlania Mahardika
JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT Vol 13 No 1 (2025): Vol 13 No 2 Mei 2025
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37081/ed.v13i1.6733

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi kontribusi terumbu buatan (TB) terhadap fungsi ekosistem dan kelangsungan hidup komunitas ikan di Pantai Damas, Kabupaten Trenggalek, dengan fokus pada produksi primer, siklus nutrien, dan proses pemijahan. Menggunakan metode stationary visual census selama tiga hari pada musim timur tahun 2024, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola penyebaran serta keanekaragaman ikan yang berinteraksi dengan 22 unit TB yang telah teridentifikasi sejak penenggelaman pertama pada tahun 2017. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa TB telah berhasil menunjukkan fungsi ekologis yang signifikan, termasuk meningkatnya kolonisasi oleh alga, spons, dan invertebrata yang menjadi sumber makanan utama bagi ikan. Selain itu, TB telah menarik kelimpahan ikan dari 8 famili berbeda, termasuk famili baru seperti Synanceia dan Epinephelus, meskipun dengan jumlah yang rendah. Kompleksitas struktur TB terbukti menjadi faktor utama yang mendukung keanekaragaman dan kelangsungan hidup ikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terumbu buatan dapat berperan penting sebagai habitat alternatif yang mendukung proses ekologis dan keberlanjutan biologis di ekosistem pesisir.
Identifikasi Spesies dan Estimasi Nilai Produksi Ikan Kerapu (Epinephelus spp.) di Pelabuhan Tangkahan Kandangsemangkon: Analisis Data Perikanan yang Tidak Tercatat: Identification of Species and Estimation of Production Value of Grouper Fish (Epinephelus spp.) at Tangkahan Kandangsemangkon Port: Analysis of Unreported Fisheries Data Lelono, Tri Djoko; Bintoro, Gatut; Tumulyadi, Agus; Fuad, Fuad; Yulianto, Eko Sulkhani; Sutjipto, Darmawan Okto; Waliyuddin, Achmad; Hidayah, Lisa Nur; Widodo, Anung; Mahiswara, Mahiswara
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 9 No. 2 (2025): JFMR on July
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2025.009.02.1

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies kerapu (Epinephelus spp.) serta mengestimasi volume produksi hasil tangkapan kerapu yang tidak tercatat di Tangkahan Kandangsemangkon, Lamongan. Data primer diperoleh melalui identifikasi spesies hasil tangkapan, dan pencatatan volume produksi di Tangkahan Kandangsemangkon. Data sekunder berupa data produksi resmi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong. Analisis data menggunakan identifikasi visual spesies, kategorisasi spesies pendukung perikanan kerapu berdasarkan Unit of Assessment (UoA). Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga spesies target utama, yaitu Epinephelus fuscoguttatus, Plectropomus maculatus, dan Epinephelus areolatus. Volume produksi yang tidak tercatat selama periode penelitian mencapai 12,33% dari total produksi kerapu di wilayah tersebut. Spesies pendukung yang teridentifikasi terdiri dari enam spesies primer utama, empat spesies primer minor, satu spesies sekunder utama, dan lima spesies sekunder minor. Hasil ini menunjukkan bahwa keterlibatan aktif nelayan dalam   pengumpulan data spasial serta pencatatan produksi secara partisipatif berperan penting dalam memperbaiki akurasi data perikanan untuk mendukung pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.   This research aims to identify grouper species (Epinephelus spp.) and estimate the volume of unrecorded grouper catch production at Tangkahan Kandangsemangkon, Lamongan. Primary data were obtained through the identification of landed species and the recording of production volume at Tangkahan Kandangsemangkon. Secondary data consisted of official production data from the Brondong Fishing Port. Data analysis involved visual species identification and categorization of supporting species for the grouper fishery based on the Unit of Assessment (UoA). The research results indicate the presence of three main target species: Epinephelus fuscoguttatus, Plectropomus maculatus, and Epinephelus areolatus. The unrecorded production volume during the research period reached 12.33% of the total grouper production in the area. The supporting species identified consisted of six major primary species, four minor primary species, one major secondary species, and five minor secondary species. These findings suggest that the active involvement of fishermen in spatial data collection and participatory production recording plays a crucial role in improving the accuracy of fisheries data to support sustainable resource management.
Distribusi dan Komposisi Spesies Lobster (Panulirus spp.) yang Tertangkap di Perairan Sumatra Barat dan Pulau Tello, Sumatra Utara, Indonesia: Distribution and Species Composition of Lobsters (Panulirus spp.) Caught in the Waters of West Sumatra and Tello Island, North Sumatra, Indonesia Setyanto, Arief; Asmirijal, Amrey Syahnur; Wiadnya, Dewa Gede Raka; Isdianto, Andik; Caesar, Nico Rahman; Irwan Jatmiko; Utama, Andria Ansri; Agus Tumulyadi; Bintoro, Gatut; Lelono, Tri Djoko; Sutjipto, Darmawan Ockto; Hadiyah, Lisa Nur; Marsela, Kristina; Dhea, Luthfia Ayu; Asadi, M. Arif
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 9 No. 2 (2025): JFMR on July
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2025.009.02.9

Abstract

Perairan Samudra Hindia Timur memiliki keanekaragaman lobster yang tinggi, di mana Indonesia menjadi habitat bagi 6 dari 19 spesies Panulirus yang ada di dunia. Wilayah barat Pulau Sumatra, yang termasuk dalam kawasan ini, memiliki potensi besar dalam perikanan lobster. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi spesies, distribusi panjang karapas dan berat lobster beserta pola pertumbuhannya, serta menilai kesesuaian hasil tangkapan dengan ketentuan PERMEN KP No. 16 Tahun 2022 di perairan Sumatra Barat dan Pulau Tello, Sumatra Utara. Analisis yang digunakan meliputi identifikasi spesies, komposisi, distribusi frekuensi, chi-square, ANOVA satu arah, dan regresi. Hasil menunjukkan bahwa di perairan Sumatra Barat ditemukan enam spesies lobster, dengan Panulirus homarus (lobster pasir) sebagai spesies dominan, sedangkan di Pulau Tello ditemukan empat spesies, dengan dominasi P. versicolor (lobster bambu). Distribusi panjang karapas tertinggi di Sumatra Barat terdapat pada kisaran 8–9 cm (442 ekor), dan berat pada 220–360 gram (529 ekor), dengan pola pertumbuhan alometrik negatif. Di Pulau Tello, panjang karapas terbanyak berada pada kisaran 12–13 cm (30 ekor), dan berat pada 500–640 gram (25 ekor), juga menunjukkan pertumbuhan alometrik negatif. Seluruh komposisi lobster yang tertangkap di kedua lokasi dinilai layak tangkap berdasarkan ketentuan regulasi yang berlaku.   The East Indian Ocean holds significant potential for lobster diversity, and Indonesia is home to 6 of the 19 Panulirus species found globally. West Sumatra, located within this region, has promising lobster resources. This study aimed to assess species composition, carapace length and weight distribution, growth patterns, and compliance with fishing regulations (PERMEN-KP No. 16/2022) in the waters of West Sumatra and Tello Island, North Sumatra. Analytical methods included species identification, composition analysis, frequency distribution, chi-square testing, one-way ANOVA, and regression analysis. Findings revealed that six lobster species were identified in West Sumatra, dominated by scalloped spiny lobster (P. homarus), while four species were found on Tello Island, with painted spiny lobster (P. versicolor) being most abundant. In West Sumatra, the dominant carapace length class was 8–9 cm (442 individuals), and the most common weight class was 220–360 g (529 individuals), both exhibiting a negative allometric growth pattern. Meanwhile, Tello Island lobsters showed a dominant carapace length of 12–13 cm (30 individuals) and weight range of 500–640 g (25 individuals), also with negative allometric growth. Overall, the lobster catch composition from both locations was found to comply with the sustainable capture guidelines outlined in PERMEN-KP No. 16/2022.
STRATEGI PENGEMBANGAN SATWAS SDKP DALAM PENGAWASAN DAN PELAYANAN PUBLIK DI BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR Bilhuda, Amira; Sucipto, Darmawan Ockto; Bintoro, Gatut
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 2 No. 1 (2018): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2018.002.01.3

Abstract

Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Brondong berdiri pada tahun 2003 dan pada awal tahun 2017  berubah nama menjadi Satuan Pengawas Sumberdaya Kelautan Perikanan (Satwas SDKP) pada tahun 2017. Sistem pengawasan perikanan tangkap yang dilakukan oleh petugas Satwas SDKP terdiri dari pengawasan kapal perikanan, alat tangkap yang digunakan serta hasil tangkapan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2017. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan survey. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dan analisis AHP (Analytical Hierarchy Proccess). Pelayanan publik yang disediakan oleh satwas SDKP antara lain penerbitan Surat Laik Operasional (SLO), Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Verifikasi Pendaratan Ikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara survey. Strategi kebijakan untuk meningkatkan pengawasan dan pelayanan public di Satwas SDKP Brondong adalah meningkatkan kerjasama dengan petugas Syahbandar, meningkatkan kualitas SDM Petugas SDKP, meningkatkan “sadar lapor” terhadap nelayan serta meningkatkan intensitas patroli laut
Co-Authors Agus Tumulyadi Agus Tumulyadi Al Maky, Nuril Huda Ali Muntaha Ali Suman Ali Suman Alif Tulus Prasetyo Amanda Rifan Fathoni Amira Bilhuda Andik Isdianto Aniek Sulestiani Aniek Sulestiani Anthon Andrimida, Anthon Anung Widodo Arief Setyanto Ariefandi, Muhammad Fikri Ariq Rahman Paizar Asadi, M. Arif Asmirijal, Amrey Syahnur Bilhuda, Amira Budi Nugraha Calvin Arauna Purba Daduk Satyohadi Daduk Setyohadi Darmawan Ockto Sucipto Darmawan Ockto Sutjipto Darmawan Okto Sutjipto Deny Swatama Destiana Hermanita Dewa Gede Raka Wiadnya Dhea, Luthfia Ayu Didik Rudianto Dina Andriani Djoko Lelono, Tri Eko Sulkhani Yulianto Endang Yuli H. Erwin Rosadi Erwin Rosadi, Erwin Evellin Dewi Lusiana Evron Asrial Fathah, Aulia Lanudia Fransisca Sariuli Tobing Fuad Fuad Gondo Puspito Guntur H., Endang Yuli Hadiyah, Lisa Nur Hanifa Ramadhani Hari Eko Irianto Hasanah, Ap'idatul Hazmi Taris Abiseka Hidayah, Lisa Nur I Made Kawan I Made Kawan Irianies Cahya Gozali Irwan Jatmiko Kamila, Firda Nikmatul Khairul Amri Kudrati, Amelinda Vivian Kurniawan, Mohammad Rizal Kusyairi, Achamad Lanudia Fathah, Aulia Laurentius Klemens Jeremy Ledhyane Ika Harlyan Lutfi Oktasyah Mahardika Putri, Berlania Mahiswara, Mahiswara Marsela, Kristina Mihrobi Khalwatu Rihmi Mihrobi Khalwatu Rihmi Mochamad Arief Sofijanto Mohammad Mahmudi Mu'minin, Airul Amirul Muh. Arif Rahman Muhammad Arif Rahman Muhammad Ghozaly Salim Muhammad Musa MUHAMMAD TAUFIK Nanik Retno Buwono Naufal Hilda Bahtiar Nico Rahman Caesar Nindi Nur Wulandari Nita Hellis Setyowati Nuhman Nuhman Nuhman Nuhman, Nuhman Nur Hidayah, Lisa Nurul Rosana Nurul Rosana, Nurul oktiyas muzaky Luthfi, oktiyas muzaky Pangestu, Wanda Suryani Putri, Berlania Mahardika Rafif Zul Fahmi Rahman, Muhamad Arif Rahman, Muhammad Arif Rihmi, Mihrobi Khalwatu Rudianto Rudianto Satyohadi, Daduk Setyanto, Arif Setyowati, Nita Hellis Sofijanto, Mochamad Arief Subagio, Hari Subianto, Agus Sucipto, Darmawan Ockto Sulastri Arsad Sulkhani Yulianto, Eko Sunardi Sunardi Sunardi Sunardi Tri Djoko Lelono Tumulyadi, Agus Tyas, Herlin Widi Aning Umi Zakiyah, Umi Utama, Andria Ansri Vita Rumanti Kurniawati Waliyuddin, Achmad Widagdo, Supriyatno Widodo, Anung Wirastika Adhihapsari Wulandari, Nindi Nur Yorarizka, Putri Devi Yusnaini Yusnaini