Claim Missing Document
Check
Articles

TINGKAT PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO SAPI IN VITRO MENGGUNAKAN MEDIA TUNGGAL BERBAHAN DASAR TISSUE CULTURE MEDIUM (TCM) 199 Mohamad Agus Setiadi; Ni Wayan Kurniani Karja
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.163 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.930

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan perkembangan awal embrio sapi in vitro menggunakan media tunggal untuk maturasi, fertilisasi, dan kultur berbahan dasar tissue culture medium (TCM) 199. Oosit sapi dikumpulkan dari rumah potong hewan dengan teknik aspirasi dan diklasifikasikan berdasarkan kekompakan sel kumulus dan sitoplasma yang homogen. Oosit dimaturasi pada medium TCM 199 yang disuplementasi dengan 10 IU/ml pregnant mare’s serum gonadotropin (PMSG), 10 IU/ml human chorionic gonadotropin (hCG), dan 10% fetal bovine serum (FBS), dilakukan selama 24 jam pada inkubator 5% CO2, 39 C. Fertilisasi dilakukan pada dua media yang berbeda yaitu media rutin fertilisasi dan media berbahan dasar TCM 199 dengan suplemen bovine serum albumin (BSA) dan heparin. Setelah fertilisasi, kumulus sel dihilangkan (denudasi), kemudian dikultur pada media TCM 199 yang disuplementasi dengan asam amino esensial dan non-esensial serta 10% FBS selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan tingkat maturasi oosit pada sistem yang digunakan mampu mendukung 81,5% oosit mencapai tahap metafase II (M-II). Tingkat pembelahan embrio lebih tinggi pada media rutin dibandingkan dengan media TCM 199 yakni masing-masing 44,4 dan 23,2%. Jumlah embrio tahap 4-8 sel pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata. Dapat disimpulkan media tunggal berbasis TCM dapat digunakan untuk produksi embrio in vitro.
THE EFFECTIVITY OF CYSTEAMINE SUPPLEMENTATION ON IMPROVING THE IN VITRO FERTILIZATION RATE OF SHEEP OOCYTES Dona Astari Nurkarimah; Ekayanti Mulyawati Kaiin; Ni Wayan Kurniani Karja; Mohamad Agus Setiadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 15, No 4 (2021): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.47 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v15i4.17688

Abstract

The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of cysteamine supplementation on the maturation medium and/or in vitro fertilization medium with regards to improving the normal fertilization rate of sheep oocytes, which are characterized by the formation of two pronuclei. Grade A and B oocytes were matured in medium-199 with 0.3% bovine serum albumin (BSA), 10 IU/mL follicle stimulating hormone (FSH), 10 IU/mL human chorionic gonadotrophin (hCG), and 50 μg/mL gentamicin added for 24 hours in a 5% CO2 incubator at 39° C. The treatment group was divided into the following groups: a control group with no cysteamine (P1), a group with 100 μM cysteamine in the maturation medium (P2), a group with 100 μM cysteamine in the fertilization medium (P3), and a group with 100 μM cysteamine both in the maturation and fertilization medium (P4). The fertilization was carried out by incubating sperm-oocytes for 12 hours and then staining them with 1% aceto-orcein to observe the formation of a pronucleus. Normal fertilization rates obtained by each treatment group were 56.5% (P1), 57.1% (P2), 57.8% (P3), and 59.9% (P4) with no significant difference (P0.05) between groups. It was concluded that 100 μM cysteamine supplementation in both the maturation medium and fertilization medium was not able to increase the normal fertilization rate of sheep oocytes.
PRODUCTIVITY AND FRESH SEMEN CHARACTERISTICS OF SIMMENTAL BULL DIFFERENT AGES Faisal Amri Satrio; Ni Wayan Kurniani Karja; Mohamad Agus Setiadi; Ekayanti Mulyawati Kaiin; Asep Kurnia; Bambang Purwantara
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 16, No 1 (2022): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v16i1.23487

Abstract

This study aimed to determine the effect of age on bulls’ productivity and fresh semen characteristics of Simmental bull in Indonesia. A total of 1071 data of semen collection and production from four age groups (two years old (yo), four yo, ≥ 10 yo with high semen rejection (≥10 HR), and ≥ 10 yo with low semen rejection (≥10 LR) were used in this study to evaluate the productivity and characteristics of fresh semen. The results showed that the pre-freezing and post-freezing semen rejection rate of ≥10 HR group was higher (P0.05) than the other groups. The four yo group had the percentage of second semen ejaculation each collection was higher (P0.05) than the other groups. Furthermore, semen volume, sperm concentration, and total sperm concentration significantly increased (P0.05) until four yo and then decreased (P0.05) in ≥ 10 yo groups. The ≥10 HR group had the volume and total sperm concentration significantly different (P0.05) with a group of ≥10 LR. Total sperm motility, individual motility, and mass movement were lower (P0.05) in ≥10 HR than the other groups. In conclusion, age differences of bulls can affect the productivity and characteristics of fresh semen.
TINGKAT FERTILISASI OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA SECARA IN VITRO Arie Febretrisiana; Mohamad Agus Setiadi; Ni Wayan Kurniani Karja
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 2 (2015): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2810

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan ovarium terhadap tingkat fertilisasi oosit secara in vitro pada  domba. Ovarium dibawa dari rumah potong hewan (RPH) dalam medium NaCl fisiologis pada suhu yang berbeda yaitu 27-28° C, 36-37° C, dan 4° C. Oosit kemudian dikoleksi dari setiap kelompok berdasarkan waktu penyimpanan yang berbeda yaitu 2-4, 5-7, dan 8-10 jam setelah domba dipotong. Oosit dikoleksi dan dimaturasi secara in vitro dalam inkubator 5% CO2, 38,5°C selama 28 jam. Oosit kemudian difertilisasi ke dalam drop spermatozoa selama 14 jam dalam inkubator CO2 5%, 38,5 C. Tingkat fertilisasi dievaluasi berdasarkan jumlah pronukleus yang terbentuk. Tingkat fertilisasi oosit yang dikoleksi dari ovarium yang disimpan pada suhu 27-28° C tidak berbeda dengan tingkat fertilisasi oosit yang disimpan pada suhu 36-37° C dan pada suhu 4° C, 2-4 jam setelah kematian hewan (masing-masing 53; 66,66; dan 63%) (P0,05). Tingkat fertilisasi oosit mulai mengalami penurunan pada tiga kelompok perlakuan setelah ovarium disimpan selama 8-10 jam, tingkat fertilisasi oosit yang disimpan pada suhu 27-28° C; 36-37° C; dan suhu 4° C masing-masing berturut-turut sebesar 9,8; 22,22; dan 12,24%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyimpanan ovarium pada suhu 27-28° C dan 36-37° C selama 5-7 jam dapat mempertahankan kompetensi oosit dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 4° C.
KONSENTRASI, KEMURNIAN, DAN VIABILITAS SEL LEYDIG HASIL PURIFIKASI DENGAN GRADIEN NYCODENZ DAN KULTUR IN VITRO Ekayanti M. Kaiin; Ita Djuwita; Tuty L. Yusuf; M. Agus Setiadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.580

Abstract

Penelitian ini bertujuan isolasi dan purifikasi sel Leydig dengan menggunakan gradien Nycodenz untuk meningkatkan jumlah perolehan sel Leydig yang hidup setelah purifikasi dan kultur. Isolasi dan purifikasi sel Leydig dilakukan dengan perlakuan gradien Nycodenz 3 kolom (5, 10, dan 15% sebagai Nycodenz I) dan 5 kolom (4, 8, 10, 12, dan 15% sebagai Nycodenz II) serta gradien Percoll 5 kolom (21, 26, 34, 40 dan 60%) sebagai kontrol. Parameter yang diamati adalah konsentrasi, kemurnian, dan viabilitas sel Leydig setelah isolasi dan purifikasi serta kultur in vitro. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa isolasi dan purifikasi sel Leydig dengan gradien Nycodenz (I dan II) secara nyata (P0,01) menghasilkan konsentrasi sel yang lebih rendah dibandingkan dengan gradien Percoll. Namun penggunaan gradien Nycodenz II c enderung menghasilkan kemurnian sel yang lebih tinggi (91,40%) dibandingkan dengan Nycodenz I (85,53%). Hasil tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan gradien Percoll (92,20%). Viabilitas sel Leydig pada semua perlakuan hampir sama yaitu 98%. Namun demikia n, setelah dikultur selama 3 hari, konsentrasi sel Leydig pada perlakuan Percoll (2,44x106 sel/ml) dan Nycodenz I (3,21x106 sel/ml) secara statistik (P0,05) lebih rendah dan dibandingkan dengan Nycodenz II (3,88x10 6 sel/ml), sedangkan viabilitas sel Leydig setelah dikultur pada gradien Nycodenz I (90,00%) dan Nycodenz II (91,17%) secara sangat nyata (P0,01) menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan gradien Percoll (82,30%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan gradien Nycodenz II efektif untuk mempurifikasi sel Leydig dan setelah dikultur menghasilkan konsentrasi dan viabilitas sel yang lebih tinggi dibandingkan dengan gradien Percoll.
TINGKAT PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO SAPI IN VITRO MENGGUNAKAN MEDIA TUNGGAL BERBAHAN DASAR TISSUE CULTURE MEDIUM (TCM) 199 Mohamad Agus Setiadi; Ni Wayan Kurniani Karja
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.930

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan perkembangan awal embrio sapi in vitro menggunakan media tunggal untuk maturasi, fertilisasi, dan kultur berbahan dasar tissue culture medium (TCM) 199. Oosit sapi dikumpulkan dari rumah potong hewan dengan teknik aspirasi dan diklasifikasikan berdasarkan kekompakan sel kumulus dan sitoplasma yang homogen. Oosit dimaturasi pada medium TCM 199 yang disuplementasi dengan 10 IU/ml pregnant mare’s serum gonadotropin (PMSG), 10 IU/ml human chorionic gonadotropin (hCG), dan 10% fetal bovine serum (FBS), dilakukan selama 24 jam pada inkubator 5% CO2, 39 C. Fertilisasi dilakukan pada dua media yang berbeda yaitu media rutin fertilisasi dan media berbahan dasar TCM 199 dengan suplemen bovine serum albumin (BSA) dan heparin. Setelah fertilisasi, kumulus sel dihilangkan (denudasi), kemudian dikultur pada media TCM 199 yang disuplementasi dengan asam amino esensial dan non-esensial serta 10% FBS selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan tingkat maturasi oosit pada sistem yang digunakan mampu mendukung 81,5% oosit mencapai tahap metafase II (M-II). Tingkat pembelahan embrio lebih tinggi pada media rutin dibandingkan dengan media TCM 199 yakni masing-masing 44,4 dan 23,2%. Jumlah embrio tahap 4-8 sel pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata. Dapat disimpulkan media tunggal berbasis TCM dapat digunakan untuk produksi embrio in vitro.
THE EFFECTIVENESS OF hCG IN THE DYNAMICS OF FUNCTIONAL STRUCTURE OF SUPEROVULATED ACEH CATTLE OVARIES USING PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPINS Mitha Kurnia Sari; Iman Supriatna; Mohamad Agus Setiadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 16, No 3 (2022): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v16i3.23191

Abstract

This study aimed to determine the biopotency of pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) in stimulating the formation of dominant follicles and the biopotency of human chorionic gonadotropin (hCG) in triggering an increase in the ovulation rate of the natural-estrus donor group and the prostaglandin F2α (PGF2α) induced group using female Aceh cattle (n= 20) which were divided into two treatment groups: the group with natural estrus (A) and the group with PGF2α -induced estrus (B). Each donor group was superovulated using the injection of PMSGhCG (A1, B1) and only PMSG (A2, B2). The observations on total follicles and CL were carried out at D10, D14/D+0 and D21/D+7 using ultrasonography (USG). The results showed that PMSG gave a better superovulatory response to the development of dominant follicles (P0.01) at A1, A2, B1, and B2. The administration of hCG hormone 2000 IU i.m. was not able to increase the rate of ovulation. Total follicles after the addition of hCG were also not significantly different between A1:A2 and B1:B2. Statistically, the number of CL in all donor groups in D21 was not significantly different (P0.05). It concluded, superovulation using PMSG gave the same results to the donor cows with natural estrus and the donor cows with PGF2α-induced estrus. The hCG hormone with a dose of 2000 IU injected i.m. was also not able to increase the ovulation rate of Aceh cattle superovulated with PMSG 2500 IU i.m. ____________________________________________________
HEPARIN AND HYPOTAURINE SUPPLEMENTATION IMPROVE THE FERTILIZATION RATE OF SHEEP OOCYTES MATURED IN MEDIA CONTAINING L-CARNITINE IN VITRO Rahmatullah Rahmatullah; Mohamad Agus Setiadi; Iman Supriatna
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 16, No 4 (2022): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v16i4.27339

Abstract

This study to do examine the effectiveness of using heparin and hypotaurine to improve the in vitro fertilization rate. In first stage, oocytes were matured in the maturation medium supplemented with 0.3 mg/mL L-carnitine to improve nuclear maturation. In second stage, matured oocytes were fertilized with semen incubated in fertilization medium supplemented with 0.1 IU/mL heparin and 10 µM hypotaurine. The final concentration of sperm used was 5x106 spermatozoa/mL, and its interaction with oocytes was carried out for 12 hours in 5% CO2 incubator at 38.5° C. The results showed that percentage of oocytes that reached metaphase II was significantly higher (P0.05) in media supplemented with 0.3 mg/mL L-carnitine compared to control (88.2±4.9% vs 79.8±5.1%). Furthermore, fertilization rate was characterized by formation of 2 PN was significantly higher (P0.05) in media supplemented with heparin and hypotaurine than control (82.6±2.0% vs 73.3±2.4%). In conclusion, L-carnitine supplementation at dose of 0.3 mg/mL on maturation media was effective in increasing percentage of matured oocytes. The combination of 0.1 IU/mL heparin and 10 µM hypotaurine in fertilization medium was also successful in elevating the percentage of fertilized oocytes.
THE EFFECTIVITY OF CYSTEAMINE SUPPLEMENTATION ON IMPROVING THE IN VITRO FERTILIZATION RATE OF SHEEP OOCYTES Dona Astari Nurkarimah; Ekayanti Mulyawati Kaiin; Ni Wayan Kurniani Karja; Mohamad Agus Setiadi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 15, No 4 (2021): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v15i4.17688

Abstract

The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of cysteamine supplementation on the maturation medium and/or in vitro fertilization medium with regards to improving the normal fertilization rate of sheep oocytes, which are characterized by the formation of two pronuclei. Grade A and B oocytes were matured in medium-199 with 0.3% bovine serum albumin (BSA), 10 IU/mL follicle stimulating hormone (FSH), 10 IU/mL human chorionic gonadotrophin (hCG), and 50 μg/mL gentamicin added for 24 hours in a 5% CO2 incubator at 39° C. The treatment group was divided into the following groups: a control group with no cysteamine (P1), a group with 100 μM cysteamine in the maturation medium (P2), a group with 100 μM cysteamine in the fertilization medium (P3), and a group with 100 μM cysteamine both in the maturation and fertilization medium (P4). The fertilization was carried out by incubating sperm-oocytes for 12 hours and then staining them with 1% aceto-orcein to observe the formation of a pronucleus. Normal fertilization rates obtained by each treatment group were 56.5% (P1), 57.1% (P2), 57.8% (P3), and 59.9% (P4) with no significant difference (P0.05) between groups. It was concluded that 100 μM cysteamine supplementation in both the maturation medium and fertilization medium was not able to increase the normal fertilization rate of sheep oocytes.
Prevalensi, Faktor Kejadian dan Pengaruh Endometritis Terhadap Efisiensi Reproduksi pada Sapi Perah Salam, La Ode Muhammad Aswad; Agil, Muhammad; Setiadi, Mohamad Agus
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 11 No. 3 (2023): November 2023
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.11.3.182-188

Abstract

Endometritis merupakan gangguan reproduksi akibat infeksi uterus yang menyebabkan penurunan efisiensi reproduksi dan kerugian ekonomi yang cukup besar pada peternakan sapi perah. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis secara spesifik tentang prevalensi, faktor kejadian dan pengaruh endometritis terhadap efisiensi reproduksi pada sapi perah. Penelitian ini menggunakan data sekunder 580 ekor sapi perah dari 98 peternak yang dikoleksi dari data recording reproduksi sapi perah di KPBS Pangalengan periode Januari sampai dengan Juni 2020. Data prevalensi, faktor kejadian endometritis, service per conception, conception rate dan pregnancy rate dianalisis secara deskriptif menggunkan Microsoft Excel, sedangkan jarak lahir ke IB pertama dan days open dianalisis mengunakan independent-sample t test. Hasil penelitian ditemukan data 120 ekor sapi perah yang mengalami endometritis dan 460 ekor tanpa endometritis dengan tingkat prevalensi sebesar 20,69%, prevalensi tertinggi pada laktasi ≥2, faktor kejadian berturut-turut adalah infeksi post partus pada partus normal (41,67%), kesulitan melahirkan (41,67%), retensio plasenta (9,17%), abortus (4,17), hipokalsemia/milk fever (2,50%) dan metritis (0,53%). Sapi dengan endometritis mengalami penundaan jarak lahir ke IB pertama dibandingkan tanpa endometritis (123,57±52,77 vs 90,94±41,18 hari) dan perpanjangan days open (146,98±63,01 vs 104,31±46,13 hari). Dapat disimpulkan bahwa kejadian endometritis dapat menurunkan efisiensi reproduksi pada sapi perah dengan perpanjangan days open sekitar 2 siklus estrus.
Co-Authors . Hasbi Achmad Setiyono Adnin Adnan Agus Setiadi Agus Setiyono Alvien Nur Aini Amrozi Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Ananda Ananda Anita Hafid Aras Prasetiyo Nugroho Arie Febretrisiana Arief Boediono Aries Boediono Ario Damar Asep Kurnia Asnath Maria Fuah, Asnath Maria Bambang Purwantara Bayu Rosadi Boenjamin Setiawan Dadang Jaenudin Dondin Sajuthi Ekayanti M. Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Mulyawati Kaiin Ekayanti Muyawati Kaiin Evy Damayanthi Faisal Amri Satrio Feni Dwi Kartika Gulo Frilianty Putri Frilianty Putri Gustina, Sri Hadi Sumarno Hafizuddin Hafizuddin Harry Murti Hasbi . Hasbi Hasbi Hasim Heri Sujoko I Ketut Mudite Adnyana Idqan Fahmi Iman Supriatna IPB, DGB Ita Djuwita Ita Djuwita Ita Djuwita ITA DJUWITA Kaiin, Ekayanti Mulyawati Ketut Adnyane Mudite Kusdiantoro Mohamad La Ode Muhammad Aswad Salam Lala M Kolopaking Lisa Dwi Fannessia Lisa Praharani Luki Abdullah M Agil M Noordin M. Haviz M. Khoeron . Ma'mun Sarma Masir, Ummul Masturi Muhajir Mitha Kurnia Sari Mohamad Fahrudin Mokhamad Fahrudin MOZES R. TOELIHERE MUHAMMAD AGIL Muhammad Imron Muhammad Imron Muhammad Imron MULYOTO PANGESTU Musthamin Balumbi Nahrowi Neta Fitria Yasa Ni Wayan Kurniani Karja Nofri Zayani Novi Suprihatin Nurbety Tarigan Nurkarimah, Dona Astari Nur’aisyah Amrah Safitri Okky Adi Bintara Oktariza, Wawan Praharani, Lisa Purwiyatno Hariyadi Rachmat Herman Rahmatullah Rahmatullah Reski Adelia Ridwan Affandi Rimas Prathita Agustin Rimayanti - Rizky Amrullah Chaniago Ronny Rachman Noor Satya Gunawan Somanjaya, Rachmat Soni Sopiyana Sri Gustina Sri Purwaningsih, Sri SRI RAHAYU Sri Rahayu Srihadi Agungpriyono Sudradjat Sumiati Suria Darma Tarigan Syafri Nanda Syahruddin Said TAKDIR SAILI Takdir Syahruddin Said Teguh Sumarsono Tuty L. Yusuf Tuty Laswardi Yusuf Tuty Laswardi Yusuf TUTY LASWARDI YUSUF Ulfah Juniarti Siregar Wahono Esthi Prasetyaningtyas Wahono Esthi Prasetyaningtyas Widyasanti, Ni Wayan Helpina YULNAWATI YULNAWATI Zultinur Muttaqin