Claim Missing Document
Check
Articles

NEGLECTED TROPICAL DISEASES: FOCUS IN INDONESIA Hadisaputro, Suharyo
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No 4 (2019)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.092 KB)

Abstract

-
HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Muliawati, Ratna; Muliawati, Ratna; Pemayun, Tjokorda Gde Dalem; Hadisaputro, Suharyo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 8 No 1 (2018): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.333 KB) | DOI: 10.32583/pskm.8.1.2018.49-55

Abstract

ABSTRAK Stroke menempati urutan kedua penyebab kematian dan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Prevalensi stroke pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2  (DMT2) mengalami peningkatan dan penderita diabetes berisiko 3-4 kali lebih besar menderita stroke iskemik dibandingkan non-diabetes. Penderita DMT2 seringkali disertai dengan tekanan darah tinggi. Informasi mengenai hubungan tekanan darah denganstroke iskemik pada penderita DMT2 masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan stroke iskemik pada penderita DMT2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol. Kelompok kasus adalah 48 orang penderita stroke iskemik dengan DMT2, dan kontrol adalah 48 orang penderita stroke iskemik non DM. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengumpulan data melalui catatan rekam medis penderita stroke iskemik di RSUP dr. Kariadi Semarang. Data dianalisis secara bivariat dengan menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah tinggi dengan kejadian stroke iskemik pada penderita DMT2 (nilai p 0,044, OR (95%CI) sebesar 2,88 (1,00 ? 8,30. Penderita DMT2 disarankan untuk mengontrol tekanan darah agar dapat meminimalkan risiko terjadinya stroke iskemik.   Kata kunci : Tekanan Darah, Stroke Iskemik, Diabetes Mellitus Tipe 2   THE RELATIONSHIP OF BLOOD PRESSURE WITH ISCHEMIC STROKE IN PATIENTS WITH DMT2   ABSTRACT Stroke is the second leading cause of death and the leading cause of long-term disability. The prevalence of stroke in patients with Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) has increased and diabetics are at 3-4 times greater risk of ischemic stroke than non-diabetics. People with DMT2 are often accompanied by high blood pressure. Information on the relationship of blood pressure with ischemic stroke in patients with DMT2 is still limited. This study aims to determine the relationship of blood pressure with ischemic stroke in patients with DMT2. This study is observational analytic study with case-control design. The case group was 48 ischemic stroke patients with DMT2, and control was 48 people with non-DM ischemic stroke patients. This study used consecutive sampling. Data collection through medical records of patients with ischemic stroke in dr. Kariadi Semarang. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a correlation between high blood pressure and the incidence of ischemic stroke in patients with DMT2 (p value 0.044, OR (95% CI) of 2.88 (1.00 to 8.30). DMT2 patients were advised to control blood pressure in order to minimize the risk of ischemic stroke.   Keywords: Blood Pressure, Ischemic Stroke, Diabetes Mellitus Type 2
FAKTOR RISIKO KEJADIAN NEFROPATI DIABETIKA STADIUM 3-5 Roesipin, Sri Wahyuningsih; Seno, Heri Nugroho Hario; Suhartono, Suhartono; Hadisaputro, Suharyo; Sakundarno, Mateus
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 8 No 2 (2018): Oktober
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.347 KB) | DOI: 10.32583/pskm.8.2.2018.135-143

Abstract

Nefropati diabetika merupakan penyebab utama kejadian gagal ginjal. Prevalensi di negara-negara Asia sangat tinggi. Sebanyak 20%-40% penderita diabetes akan berkembang menjadi nefropati diabetika, jika tidak dilakukan pencegahan dengan pengelolaan faktor risikonya. Namun penelitian tentang faktor risiko nefropati diabetika di Indonesia masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko tersebut. Desain penelitian  ini adalah studi kasus kontrol dengan jumlah sampel 43 kasus dan 43 kontrol. Kasus adalah penderita diabetes dengan komplikasi nefropati diabetika stadium 3-5 dan kontrol adalah  penderita diabetes dengan nilai eGFR>60ml/menit/1,73m2 dengan proteinuria negatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling pada pasien diabetes yang dirawat inap. Variabel bebas meliputi riwayat keluarga menderita penyakit vaskuler, lama menderita diabetes, riwayat obesitas, kadar gula darah puasa, kadar kolesterol total, status hipertensi, kebiasaan merokok, status hiperurisemia, kualitas tidur, pola konsumsi obat dan aktifitas fisik. Data diolah secara univariat, bivariat dan multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa yang terbukti merupakan faktor risiko kejadian nefropati diabetika stadium 3-5 adalah hiperurisemia (OR 9,36; 95%CI: 3,035-28,863) dan hipertensi (OR 3,75; 95%CI:1,090-12,934. Hipertensi dan hiperurisemia merupakan faktor yang dapat diperbaiki, sehingga penderita diabetes disarankan untuk  mengendalikan tekanan darah dan kadar asam uratnya sedini mungkin utnuk mencegah komplikasi nefropati diabetika.   Kata kunci: Nefropati diabetika, Faktor risiko   THE RISK FACTORS OF DIABETIC NEPHROPATHY IN STAGE 3-5   ABSTRACT Diabetic nephropathy is a major cause of kidney failure. The prevalence in Asian countries is very high. As many as 20% -40% of diabetics will develop into diabetic nephropathy, if not prevented by managing risk factors. However, research on the risk factors for diabetic nephropathy in Indonesia is still rare. This study aimed to determined the risk factors for diabetic nephropathy. The study design was a case control study with a total sample of 43 cases and 43 controls. The cases were diabetics with stage 3-5 of diabetic nephropathy and the controls were diabetics with eGFR> 60ml / minute / 1.73m2 with negative proteinuria. Sampling used consecutive sampling technique in hospitalized diabetic patients. Independent variables were family history of vascular disease, duration of diabetes, history of obesity, fasting blood sugar levels, total cholesterol levels, hypertension status, smoking habits, hyperuricemia status, sleep quality, medicines consumption patterns and physical activity. Data was processed in univariate, bivariate and multivariate using multiple logistic regression. The results of multiple logistic regression analysis showed that the significant risk factors for stage 3-5 of diabetic nephropathy were hyperuricemia (OR 9.36; 95% CI: 3.035-28.863) and hypertension (OR 3.75; 95% CI: 1.090-12.934). Hypertension and hyperuricemia are modifiable risk factors, so that diabetic patients are advised to control their blood pressure and uric acid levels as soon as possible to prevented the diabetic nephropathy.   Keywords: Diabetic nephropathy, risk factors.
PROBABILITAS PERILAKU SEDENTARI TERHADAP HIPERTENSI PADA PEGAWAI DAERAH PERIMETER PELABUHAN Chasani, Shofa; Oktaviarini, Eka; Hadisaputro, Suharyo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 1 (2019): Januari
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.949 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.1.2019.12-21

Abstract

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistol ?140 mmHg atau diastol ?90 mmHg. Hipertensi sering disebut the silent killer karena tidak menimbulkan gejala sehingga pengobatannya seringkali terlambat. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pegawai menghabiskan waktu kurang lebih delapan jam sehingga tidak memiliki kebiasaan olahraga secara teratur. Perilaku sedentari merupakan perilaku yang berisiko terhadap salah satu penyakit pembuluh darah. Proporsi hipertensi berdasarkan survei deteksi dini penyakit tidak menular pada pegawai kantor di daerah perimeter adalah 33,68%. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain case control dengan jumlah 76 sampel terdiri dari 38 kasus dan 38 kontrol yang diambil secara consecutive sampling pada populasi pegawai perimeter pelabuhan yang tercatat dalam survei deteksi dini tahun 2017. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil statistik yang diperoleh adalah jenis kelamin (p=0,010; OR adjusted 6,179; 95%CI 1,553-24,587) dan perilaku sedentari (p=0,034; OR adjusted 0,338; 95%CI 0,124-0,921). Umur, riwayat keluarga, kebiasaan olahraga, riwayat stres kerja dan jadwal kerja tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Hormon merupakan salah satu penyebab hipertensi pada laki-laki cenderung lebih tinggi. Otot seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik cenderung akan mengendor sehingga peredaran darah akan terhambat dan kerja jantung akan lebih berat.   Kata kunci : Hipertensi, pegawai, pelabuhan, sedentari   SELF-CONCEPT OF PATIENTS WITH CHRONIC RENAL FAILURE WHO UNDERWENT HEMODIALYSIS   ABSTRACT Hypertension is an increase in systolic blood pressure ?140 mmHg or diastolic ?90 mmHg. Hypertension is often called the silent killer because it does not cause symptoms so the treatment is often late. Hypertension is a work-related disease. Officers spend approximately eight hours so they do not have regular exercise habits. Sedentary is a risky behavior for one of the vascular diseases. The proportion of hypertension based on early detection of non-communicable diseases in the perimeter area is 33,68%. This research is an analytic observational study using a case control design with 76 samples consisting of 38 cases and 38 controls taken by consecutive sampling in the population of port perimeter officers recorded in the early detection survey in 2017. Data were analyzed by univariate, bivariate and multivariate. Results obtained were gender (p=0,010; adjusted OR 6,179; 95%CI 1,553-24,587) and sedentary behavior (p=0,034; adjusted OR 0,338; 95%CI 0,124-0,921). Age, family history, exercise habits, history of work stress and work schedules are not proven to be risk factors of hypertension. Hormone is one of the causes of hypertension in men tend to be higher. The muscle of someone who is less physically active tends to relax so that blood circulation will be hampered and the heart will work harder.   Keywords: Hypertension, officers, port, sedentary.
FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN FILARIASIS Hamdan, Yusuf Lensa; Hadisaputro, Suharyo; Suwondo, Ari; Sofro, Muchlis AU; Adi, Sakundarno
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 1 (2019): Januari
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.356 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.1.2019.21-26

Abstract

Filariasis merupakan suatu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kecamatan Pekalongan Selatan merupakan salah satu daerah endemis filariasis. Pada tahun 2014 - 2016 didapat 71 kasus filariasis yang mungkinkan oleh berbagai faktor lingkungan yang banyak terdapat rawa dan kolam dan digenangi air serta ditumbuhi oleh tanaman air. Faktor lain selain dari faktor lingkungan adalah faktor sosial, ekonomi dan perilaku masyarakat. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor-faktor risiko lingkungan fisik (genangan air), lingkungan biologi (tanaman air, ikan predator), Lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, pendidikan dan penghasilan) dan faktor perilaku (kebiasasaan keluar malam hari, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dan kebiasaan menggunakan baju pelindung diri dari gigitan nyamuk) yang berpengaruh terhadap kejadian filariasis. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol. Kasus adalah penduduk yang menderita filariasis dan kontrol adalah penduduk yang  tidak menderita filariasis. Jumlah kasus dan kontrol adalah 80. Pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Analisis dilakukan secara bivariat dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik. Analisis Multivariat menunjukkan bahwa dari 11 (sebelas) variabel yang dianalisis terdapat 1 variabel yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian filariasis di Kecamatan Pekalongan Selatan, yaitu : Pemakaian Obat Anti Nyamuk (OR = 35,286, CI 95% = 7,390 ? 168,476). Penggunaan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko yang paling dominan untuk terjadinya penularan filariasis. Masyarakat disarankan menggunakan kelambu atau anti nyamuk sewaktu tidur, memakai pelindung diri (baju dan celana panjang) waktu keluar rumah pada malam hari. Perlu adanya tindakan penyuluhan dan penyebarluasan informasi tentang filariasis dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat.     Kata kunci: filariasis, lingkungan, perilaku.   VARIOUS ENVIRONMENTAL AND BEHAVIOR FACTORS THAT INFLUENCE THE FILARIASIS EVENT   ABSTRACT Filariasis is a disease that is still a health problem in Indonesia. South Pekalongan District is one of the endemic areas of filariasis. By the year 2014 - 2016, it was found about 71 cases of filariasis. This is caused by many factors in the environment, such as swamp and pool that was flooded with water with many water plants. Other factor, that caused by are sosio economic and community behavior. The objective of this study was to determine physical factors (swamp / pool), Biological (water plants, fish / animal predators) of the environment. Socio ecomic factor (education, job and income), behaviour factor the habitat of (going outside at night, habit of using mosquito repellent and wearing clothes to protect from mosquitoes bite) that may give influence the filariasis cases in South Pekalongan District. This research was an observasional research with a case-control approach. Case in this study was filariasis cases and for control was people suffer from filariasis. Total sampler were 80 sample. Data was taken by observation and interview. Data collected was analyzed by using logistics regression. Multivariate analysis showed that from 11 variables, there are 1 variable were proved to be the risk factor of filariasis at South Pekalongan District, which are : respondent, habit of using mosquito repellent (OR = 35,286, CI 95% = 7,390 ? 168,476). The use of mosquito repellent is the most dominant risk factor for filariasis transmission. It is suggested that people sould use mosquito net or repellent when bed time, self protection dress when they go out at night.  It is necessary to perform health promotion and extend the information related to filariasis in order to improve people knowledge .    Keyword : Filariasis, Environmental, Behavioral.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN FILARIASIS DI KOTA PEKALONGAN Harfaina, Harfaina; Hadisaputro, Suharyo; Lukmono, Djoko Trihadi; Sakundarno, Mateus
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 1 (2019): Januari
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.749 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.1.2019.1-6

Abstract

Filariasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori yang menyebabkan cairan limfe tidak dapat tersalurkan dengan baik sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan lengan. Meskipun tidak ada penyebab kematian tetapi menyebabakan cacat permanen dan stigma sosial. Eliminasi Filariasis dilakukan dengan Program Pengobatan Massal ke seluruh penduduk di daerah endemis setahun sekali selama 5 tahun. Keberhasilan program ini memerlukan kepatuhan minum obat pencegahan filariasis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat sebagai upaya pencegahan filariasis. Penelitian ini Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk berusia 15-65 tahun di dua kelurahan endemis yaitu kelurahan kuripan kertoharjo dan kelurahan jenggot selama mei-juli 2018. Sampel dalam penelitian ini 80 kasus dan 80 kontrol dengan teknik cluster random sampling. Variabel yang terbukti berpengaruh yaitu persepsi kerentanan negatif (OR=4,093) 95%CI=1,356-12,350 dan self efficacy negatif (OR=30,298) 95%CI=8,986-102,156. Persepsi kerentanan negatif dan self efficacy negatif merupakan faktor perilaku yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat pencegahan filariasis. Diharapkan ada penelitian lanjutan tentang ketidakpatuhan minum obat pencegahan filariasis bukan berwujud persepsi tetapi dengan pengukuran faktor lingkungan sosial secara objektif dengan melakukan intervensi berupa perubahan perilaku.   Kata kunci : Filariasis, Ketidakpatuhan, Minum Obat, Mix Method   FACTORS THAT INFLUENCE DRINKING DRUG PREVENTION NON COMPLIANCE OF FILARIASIS IN PEKALONGAN CITY   ABSTRACT Filariasis is an infectious disease caused by worms Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, and Brugia Timori, adult worm lives and damage reulting in blockage of lymph channels, causing swelling of the legs and arms. Although no cause of death but causes permanent disability and social stigma. Filariasis elimination done with the Mass Treatment Program to the entire population in endemic areas a year for 5 year. Succesfully this program required a medication adherence. The purpose of this study was to determine the factors that influence drug disobedience as an effort to prevent filariasis. This study uses a mix method. The population in this study were residents aged 15-65 years in two endemic villages, namely kuripan kertoharjo and jenggot villages during May-July 2018. Samples in this study were 80 cases and 80 controls with cluster random sampling technique. Variables that proved influential were perceptions of negative vulnerability (OR = 4,093) 95% CI = 1,356-12,350 and negative self efficacy (OR = 30,298) 95% CI = 8,986-102,156. Negative vulnerability perceptions and negative self efficacy are behavioral factors that influence non-compliance with filariasis prevention drugs. It is expected that further research on non-compliance with taking drugs to prevent filariasis is not a form of perception but objective measurement of social environmental factors by intervening in the form of behavior change.   Keywords: Filariasis, Noncompliance, Medication, Mix Method
Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia Tamam, Moedrik; Hadisaputro, Suharyo; Sutaryo, Sutaryo; Setianingsih, Iswari; Astuti, Rini; Soemantri, Agustinus
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.469 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2010.026.01.9

Abstract

ABSTRAKThalassemia β di populasi umum  mempunyai manifestasi klinis  yang sangat bervariasi mulai dari thalassemia ringan sampai berat. Penentuan  jenis  mutasi adalah penting  karena pengetahuan tentang tipe mutasi yang mendasari thalassemia-β diperlukan dalam pengelolaan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara  tipe mutasi dengan manifestasi klinis penderita thalassemia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional kohort prospective dilaksanakan di Unit Transfusi Darah  (UTD PMI Kota Semarang mulai bulan Januari 2006-Desember 2009. Sampel menggunakan 38 pasien thalassemia  yang dipilih secara purposive sampling dari penderita thalassemia β yang menerima transfusi. Variabel penelitian adalah jenis mutasi gen globin , manifestasi klinis, status gizi, dan kadar Hb sebelum dan sesudah transfusi. Pengukuran kadar Hb dilakukan sebelum transfusi ke-1, setelah transfusi ke-1 dan sebelum transfusi ke-22. Analisis statistik menggunakan uji  dan uji Fisher-exact. Rerata umur subyek penelitian adalah 10,1 ± 3,26 tahun, laki-laki sebesar  16 orang (42,1%) dan perempuan 22 orang (57,9%). Jenis mutasi adalah HbE/ivsnt1-nt5 (55,3%), ivs1-nt5 dan HbE CD35 (masing-masing 13,2%), HbE/ivs1-nt1 (7,9%), dan ivs5-nt1/ivs1, ivs1-nt1/ivs1-nt1, HbE/CD41-42 dan exon 1-2 normal (masing-masing 2,6%). Manifestasi klinis derajat sedang 65,8% dan berat 34,2%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara jenis mutasi dengan manifestasi klinis thalassemia (p=0,5). Jenis tipe mutasi gen globin  tidak berhubungan dengan derajat manifestasi klinis thalassemia.Kata kunci : Manifestasi klinis, talasemia , tipe mutasi
Hubungan antara Stres Oksidatif dengan Kadar Hemoglobin pada Penderita Thalassemia/Hbe Tamam, Moedrik; Hadisaputro, Suharyo; Sutaryo, Sutaryo; Setianingsih, Iswari; Djokomoeljanto, Djokomoeljanto; Soemantri, Ag
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.57 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2012.027.01.7

Abstract

Pemberian  transfusi  darah  kronik  pada  penderita  thalassemia  dapat   menyebabkan  kelebihan  kadar  besi.  Kelebihan  kadar besi  bebas  dalam  tubuh  akan  memacu  timbulnya  oksidan  berupa  reactive  oxygen  species   (ROS)  yang  diukur  dalam  bentuk malondialdehide  (MDA).  Peningkatan  produksi  ROS  dapat  menyebabkan  kerusakan  membran  sel  yang  mengandung senyawa lipid    termasuk eritrosit. T ujuan penelitian ini  adalah untuk menilai hubungan antara kadar MDA serum dengan kadar Hb penderita thalassemia. Metode penelitian ini  adalah penelitian observasional kohort prospective dilaksanakan di  UTD  PMI  Kota  Semarang.  Selama  bulan  Januari  2006  sampai  dengan  Desember  2009  dijumpai  32  penderita  thalassemia/HbE.  Variabel  penelitian kadar Hb dan MDA   serum.  Pengukuran dilakukan sebelum  transfusi  ke-1, setelah transfusi  ke-1 dan sebelum transfusi  ke-2. Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney,  uji Wilcoxon  dan uji korelasi Spearman. Rerata  umur  subjek  penelitian  adalah  9,5±  3,13  tahun,  laki-laki  adalah  25  orang  (46,9%)  dan  perempuan  17  orang  (53,1%). Status  gizi  43,8  %  termasuk  gizi  kurang.  Kadar  MDA   kelompok   Hb  sebelum  transfusi  ke-2  8  g/dL  2,89±0,451  dan  kelompok Hb  >8  g/dL  2,19±0,792  (p=0,01).  Ada  korelasi  negatif  antara  Hb  sebelum  transfusi  ke-2  dengan  MDA  (r=min  0,52;  p=0,002). Dapat  disimpulkan  ada  korelasi  negatif  antara  kadar  MDA  serum  dengan  kadar  Hb  pada  penderita  thalassemia  /HbE. Kata  Kunci:  Hemoglobin,  MDA,  stres  oksidatif ,  thalassemia  /HbE
THE EFFECT OF HOLISTIC PROGRAMS ON CORTISOL SERUM LEVELS IN POLYCISTIC OVARIUM SYNDROME Hadisaputro, Suharyo; Suwandono, Agus; Kurniawati, Erna Yovi
Indonesian Journal of Medicine Vol 4, No 4 (2019)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.477 KB)

Abstract

Background: The increasing prevalence of polycystic ovary syndrome (PCOS) in Indonesia reaches 8-10%. Patients with polycystic ovary syndrome are at risk of experiencing complex psychological disorders and decreased well-being. Psychological disorders in polycystic ovary syndrome are at risk of developing physical symptoms and increasing insulin resistance. The Holistic Program consists of a combination of diet yoga and remembrance therapy as an integrated holistic therapy. There is no non-pharmacological therapy that is holistically integrated to reduce serum cortisol levels in polycystic ovary syndrome. This study aimed to examine the effect of holistic programs on cortisol serum levels in polycistic ovarium syndrome.Subjects and Method: This was a randomized controlled trials conducted in Yogyakarta. A sample of 30 women patients with PCOS aged 19-40 years old was selected for this study. The sample was divided into 2 groups. The intervention group received holistic program for 14 days. The dependent variable was cortisol serum. The independent variable was holistic program. Cortisol serum and insulin levels were measure by ELISA method at the Integrated Research and Testing Laboratory, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Insulin resistance was calculated using the HOMA IR method. The data were analyzed by independent t-test and different test Paired t-testResults: Serum cortisol levels in the intervention group were lower than the control group. Serum cortisol levels decrease after the implementation of a holistic program.Conclusion: The holistic program that was carried out for 14 days in polycystic ovary syndrome is effective to reduce serum cortisol levels.Keywords: holistic program, cortisol serum, polycystic ovary syndromeCorrespondence: Erna Yovi Kurniawati. Masters Program in Applied Midwifery, School of Health Polytechnics, Ministry of Health Semarang. Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang 50239, Central Java. Mobile: +6287739122352. Email: yovi.raharjanto@gmail.comIndonesian Journal of Medicine (2019), 4(4): 376-382https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.04.11
PENGARUH AKUPRESUR PERIKARDIUM 6 TERHADAP MUAL MUNTAH KEHAMILAN KURANG 16 MINGGU Djanah, Nur; Hadisaputro, Suharyo; Hardjanti, Triana Sri
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Vol 5 No 1 (2014): Juli
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.456 KB) | DOI: 10.29238/kia.v5i1.393

Abstract

Nausea and vomiting in pregnancy is a common problem, which can be serious for both mother and baby. More than half (50-90%) of pregnant women experiencing nausea vomiting. Numerous attempts have been made to reduce the nausea vomiting with pharmacological and nonpharmacological approaches. Acupressure Pericardium 6 is one of the non-pharmacological approach, which is related closely to acupuncture, is considered as a key point in reducing the symptoms of nausea and vomiting, but some studies show contradictory results. The purpose of this research was to describes the effect of acupressure Pericardium 6 to decrease the frequency of nausea vomiting of pregnancy less 16 weeks.The design used was randomized pre-post test control group design. Total sample 33 consists of 17 intervention group and 16 control group, who meets the criteria of inclusion and exclusion. The mother?s age, gravidity, obesity levels and hiperemesis gravidarum history matched between groups. The intervention group were given a treatment of acupressure on acupoint Pericardium 6, while the control group acupressure on three fingers on top of acupoint Pericardium 6, it was done every 5 minutes for four days. There are significant differences on decreases of the duration of nausea (p = 0.002) and episodes of nausea vomiting (p = 0,015) between the intervention group and control group after intervention, while episodes of retching vomiting there are no significant differences (p = 0,159). The conclusion was that the acupressure Pericardium 6 can decreases of the frequency of nausea vomiting of pregnancy. Acupressure Pericardium 6 can be applied as a non-pharmacological therapy to decrease frequency of nausea vomiting in pregnancy less than 16 weeks.
Co-Authors Abdul Ghofur Adam, Oktaviana Thresia Monika Barbara Ag Soemantri Agus Suwandono Agustinus Soemantri Amin, Dewita Rahmatul Andriana, Andriana - Ani Margawati Anies Anies Anies Annastasia Ediati Arfan, Iskandar Ari Budi Himawan Ari Suwondo Aris Santjaka Astuti, Ismi Puji Awan Hariyanto, Awan Ayu Diana Meilantika Azzahra, Ilya Nur Aulia Bagoes Widjanarko Banundari Rachmawati Bedjo Santoso Kadri Dilla, Tasya Nurlaila Diyah Fatmasari Djamaluddin Ramlan, Djamaluddin Djamil, Masrifan Djokomoeljanto Djokomoeljanto Dwi Pudjonarko Eny Retna Ambarwati Fajri, Umi Nur Fara, Yetty Dwi Farah Salsabila, Farah Ganda Gumilar, Argo Gumilar, Argo Ganda Gustiya, Sherly Dwi Hadi Hadi Hamdan, Yusuf Lensa Harfaina, Harfaina Haryono, Nathasia Elga Henry Setyawan Susanto Henry Setyawan Susanto Heri Nugroho Herliani, Emy Herman Kristanto Hikmah, Kholisotul Imam Djamaluddin Mashoedi Iswari Setianingsih Jaleha, Jaleha Jayawarsa, A.A. Ketut Julian Dewantiningrum K. Heri Nugroho HS, K. Heri Kamilah Budhi Rahardjani, Kamilah Budhi Khabib Mualim, Khabib Kumorwulan, Suryati Kurniawati, Erna Yovi Ladyvia, Fiyola Lestariningsih Lestariningsih Lukmono, Djoko Tri Hadi Lukmono, Djoko Trihadi Maria Mexitalia Marludia, Melani Agis Martinus, Ishak Mateus Sakundarno Adi, Mateus Sakundarno Melyana Nurul Widyawati Moedrik Tamam Muflihah Isnawati Muhammad Saleh Muliawati, Ratna Munasik Munasik Muzaroah Ermawati Ulkhasanah Nafi’ah, Eka Apriadi Farkhati Nildawati . Noor Pramono Nur Djanah, Nur Nurjanah, Fatihah Wari Nurul Aeni Oktavia, Eva Zuli Oktaviarini, Eka Onny Setiani Parera, Lodri Pratiwi, Tia Purwanti, Sumy Hastry Pusaka, Semerdanta Rahatina, Vilianti Eka Fitri Rahmah, Aulia Agyanti Rasipin Rasipin Resty Ryadinency Rini Astuti Rini, Sulistio Roesipin, Sri Wahyuningsih Rohisotul Laily Rr. Sri Endang Pujiastuti Safira, Rahma Salma, Baiq Desi Sayono Sayono Selamat Budijitno Setyawan S, Henry Shofa Chasani Siti Patimah Soejoenoes, Ariawan Soejoenoes, Ariawan Sofro, Muchlis AU SRI RAHAYU Sri Sumarni Sri Wahyuni Sudiyono Suprihati - Supriyadi - Supriyana Supriyana, Supriyana Suryati Kumorowulan Sutaryo Sutaryo Thaariq, Nurul Aziza Ath Tjokorda Gde Dalem Pemayun Triana Sri Hardjanti, Triana Sri Untung Sujianto Widiastuti Samekto Widjarnarko, Bagoes Yunie Armiyati