Claim Missing Document
Check
Articles

Penetapan Kadar Mineral Mangan, Natrium Dan Besi Pada Sari Labu Siam (Sechium Edule {Jacq} Swartz) Tua Dan Muda Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom Irfan Ahmad Dasuki Nasution, Anny Sartika Daulay
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 2 April 2022
Publisher : Journal of Health and Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.946 KB)

Abstract

Chayote (Sechium edule (Jacq.) is a plant that comes from the cucurbitaceae family. This plant is a vegetable that grows in the subtropics which is used as food and is also used in medicine. Chayote contains secondary metabolites, minerals and vitamins. Minerals contained in chayote include calcium, magnesium, sodium, phosphorus, zinc, iron and manganese. The purpose of this study was to determine the mineral content of manganese, sodium and iron from old and young chayote and to determine the differences in mineral content in old and young chayote. Samples were taken by positive sampling at the Simpang Limun market, Medan Amplas, North Sumatra. The sample consisted of old chayote and young chayote. The samples were treated by wet digestion. The assay was carried out using atomic absorption spectrophotometry with air-acetylene flame. Quantitative analysis of manganese, sodium and iron was carried out at wavelengths of 589.0 nm, 525 nm and 248.3 nm, respectively. The results showed that the levels of manganese, sodium and iron minerals in the old chayote were (0,1382±0,0036) mg/100g, (0,1382±0,0036) mg/100g, (0,2937±0,0029) mg/100g. The mineral content of manganese, sodium and iron in young chayote were (0,0758±0,0121) mg/100g, (9,8703±0,0335) mg/100g, (0,3438±0,0072) mg/100g.There is a difference between the mineral content found in old chayote and young chayote with manganese and iron content in young chayote which is higher than old chayote and sodium content in old chayote is lower than young chayote.
Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Bervitamin Yang Disimpan Pada Berbagai Waktu Dengan Metode Spektrofotometri UV Rudi Leo, Anny Sartika Daulay
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 2 April 2022
Publisher : Journal of Health and Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.381 KB)

Abstract

Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Vitamin C juga dapat mengurangi resiko kanker dan mengurangi kerusakan akibat radikal bebas yang dapat memicu kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa kadar vitamin C di dalam Sampel Minuman Bervitamin, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin C Sampel Minuman Bervitamin pada waktu 0',waktu 30',waktu 60',waktu 120',waktu 240', dan menggunakan spektrofotometri UV. penelitian deskriptif terhadap penentuan kadar vitamin C pada Sampel Minuman Bervitamin dengan berbagai waktu menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Sebanyak 0,5 ml minuman bervitamin dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.dan Dipipet sebanyak 1 mL, masukkan ke dalam labu ukur 5 mL, tambahkan akuades hingga tanda batas. Selanjutnya, diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang dilakukan 6 kali pengulangan untuk tiap sampel. Dari hasil penelitian yang diperoleh kadar vitamin c dengan waktu 0 menit, 30 menit 60 menit, 120 menit dan 240 menit yang bagus ialah diwaktu 0 menit 38.6425 ± 0.3874 mg/ml karena pada waktu 0 kadar vitamin C tidak mengalami oksidasi.
Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Bervitamin Pada Berbagai Suhu Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri UV Maharani Purnama Sari, Anny Sartika Daulay
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 2 April 2022
Publisher : Journal of Health and Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.992 KB)

Abstract

Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air, fungsi utama vitamin C adalah sebagai koenzim atau kofaktor. Vitamin C juga disebut asam askorbat karena senyawa ini kuat dalam reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi hidroksilasi. Selain berfungsi sebagai antioksidan vitamin C mempunyai fungsi lain yakni terkait pembentukan kolagen yaitu senyawa protein yang berperan dalam reaksi jaringan ikat. Vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, pendarahan di bawah kulit dan pendarahan gusi, vitamin c juga dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan serangan jantung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa kadar vitamin C di dalam Sampel Minuman Bervitamin, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin C Sampel Minuman Bervitamin pada suhu dingin 4oC, ,suhu ruang 25oC, ,suhu 40oC,suhu 60oC,suhu 80oC, dan menggunakan spektrofotometri UV. Sebanyak 0,5 ml Sampel X dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian dihomogenkan. Dipipet sebanyak 1 mL, masukkan ke dalam labu ukur 5 mL, tambahkan akuades hingga tanda batas. Selanjutnya, diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang dilakukan 6 kali pengulangan untuk tiap sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar rata-rata vitamin C pada sampel x dengan Suhu Dingin 4oC, adalah 38.642 ± 0.3870 mg/ml, Kadar rata-rata Pada Suhu Ruang 25oC, adalah 37.002 ± 0.1616 mg/ml, Kadar rata-rata Pada Suhu 40oC adalah 33.154 ± 0.4120 mg/ml, Kadar rata-rata Pada Suhu 60oC adalah 28.578 ± 0 mg/ml, Kadar rata-rata Pada Suhu 80oC adalah 25.803 ± 0.4963 mg/ml. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil yang bagus ialah pada suhu Dingin karena tidak mengalami oksidasi.
Utilization Of Chitosan As A Natural Preservative Against Catfish Nurhayati Nurhayati; Ridwanto Ridwanto; Anny Sartika Daulay; Ricky Andi Syahputra; Zulmai Rani
International Journal of Science, Technology & Management Vol. 3 No. 5 (2022): September 2022
Publisher : Publisher Cv. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46729/ijstm.v3i5.614

Abstract

Shrimp in Indonesia are generally exported abroad after removing the head, tail, and skin. One alternative to the use of shrimp shell waste that has high economic value is processing shrimp shells into chitosan. The purpose of this study was to determine the shelf life of catfish using chitosan and to determine the optimal concentration of chitosan in catfish preservation. Chitosan applied to catfish showed that in the addition of a 0% chitosan solution, it had a shelf life of up to day 2 for 48 hours for a 0.5 solution; 1; 1.5 and 2% shelf life up to day 5 or for 120 hours. The most optimal concentration of chitosan for use in catfish is a 2% chitosan solution, and the total plate number (ALT) test meets the requirements of the SNI standard so that it can still be consumed.
Toxicity Test of Windu Shrimp (Penaeus monodon) Skin Chitosan With Brine Shrimp Lethality Test Method Dina Suciati Saragih; Ridwanto Ridwanto; Anny Sartika Daulay; Dikki Miswanda; Haris Munandar Nasution
Indonesian Journal of Chemical Science and Technology (IJCST) Vol 5, No 2 (2022): JULI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ijcst.v5i2.37453

Abstract

Chitosan is a modification of chitin compounds that are widely found in the outer skin of crustacean animals such as shrimp and crabs. This research includes isolation of chitin and chitosan: deproteination, demineralization, depigmentation and deacetylation namely transformation of chitin into chitosan, characterization of chitosan, FTIR, and chitosan toxicity test with five concentrations of test solution, namely 100 g/ml, 250 g/ml, 500 g/ml, 750 g/ml and 1000 g/ml using the BSLT method by looking at the number of deaths of Artemia salina L larvae (LC50). The results of tiger prawn shell chitosan (Penaeus monodon) obtained the % degree of deacetylation of 60%. The results of the toxicity test showed that chitosan was not toxic to Artemia salina Leach, indicated by the LC50 value > 1000µg/ml. chitosan windu 4994.16 g/ml, chitosan is not toxic
Antioxidant Activity Test Of Methanol Extract Of Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.) Bark With Dpph (1,1 Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) Method Ridwanto Ridwanto; Asep Trizaldi; Zulmai Rani; Anny Sartika Daulay; Haris Munandar Nasution; Dikki Miswanda
International Journal of Health and Pharmaceutical (IJHP) Vol. 3 No. 2 (2023): May 2023
Publisher : CV. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51601/ijhp.v3i2.123

Abstract

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) is one of the natural ingredients that can be used as an antioxidant. Antioxidants are compounds that can inhibit free radical reactions in the body. Free radicals have an impact on the pathogenesis of several diseases in humans due to oxidative stress in cells. The purpose of this study was to determine the class of secondary metabolites of agarwood bark and antioxidant activity and to compare the value of IC50 (Inhibitory concentrations) of the methanol extract of agarwood bark with the IC50 of vitamin C in the DPPH method using UV-Vis spectrophotometry. The methanol extract of agarwood bark was macerated using methanol, then determined the content of secondary metabolites of Simplicia. The determination of antioxidant activity was carried out on the methanol extract of agarwood bark with the addition of DPPH at various concentrations. The sample concentrations were 20, 40, 60, 80, and 100 µg/mL.. As a comparison, vitamin C was used with concentrations of 4, 8, 12, 16 and 20 µg/mL.. Then they calculated percent attenuation (% inhibition) and the value of IC50. The results of the screening on the methanol extract of agarwood bark contained chemical compounds such as flavonoids, saponins, and tannins. The determination of antioxidant activity was carried out using a UV-Vis spectrophotometer with the DDPH method. The results were obtained from the methanol extract of the bark of agarwood, which has antioxidant activity in the strong category with an IC50 value of 94.59 µg/mL.and vitamin C in the very strong category with an IC50 value of 22,11 µg/mL.
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI AIR REBUSAN SEGAR, SARI SEGAR, DAN EKSTRAK SEGAR BUAH PEPINO (Solanum muricatum Ait.) DENGAN METODE DPPH Putri Theresia Harianja; Anny Sartika Daulay; Ridwanto; Rafita Yuniarti
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 1 No. 2 (2022): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.138 KB) | DOI: 10.32696/fjfsk.v1i2.1147

Abstract

Radikal bebas adalah suatu molekul atau senyawa yang mampu berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit paling luar. Antioksidan adalah zat yang berfungsi menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan adalah tanaman pepino (Solanum muricatum Ait.) Pada buah pepino terdapat senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan glikosida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan aktivitas antioksidan dari air rebusan segar, sari segar, ekstrak segar buah pepino. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Sampel yang digunakan adalah buah pepino. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan bahan, pengolahan bahan, identifikasi tumbuhan, pembuatan air rebusan segar, sari segar, dan ekstrak segar buah pepino, skrining fitokimia serta uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyi). Hasil dari skrining fitokimia air rebusan segar, sari segar, ekstrak segar buah pepino menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan glikosida dan hasil pemeriksaan uji aktivitas antioksidan air rebusan segar yaitu sebesar 3739,34 µg/mL, sari segar yaitu sebesar 2915,25 μg/mL, dan ekstrak segar buah pepino yaitu sebesar 867,20 μg/mL. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas antioksidan sampel lebih lemah dari Vitamin C yaitu sebesar 33,67 μg/mL.
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MATOA (Pometia pinnata) DENGAN METODE BSLT Dina Agustia Parlin; M. Pandapotan Nasution; Haris Munandar Nasution; Anny Sartika Daulay
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 2 No. 1 (2022): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.463 KB) | DOI: 10.32696/fjfsk.v2i1.1372

Abstract

Matoa (Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman ini mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Antioksidan yang tinggi dikenal sebagai penangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan tumbuhnya sel-sel kanker pada tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi ekstrak etanol daun matoa sebagai senyawa antikanker dengan penentuan LC50 dan juga senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada daun matoa. Pada penelitian ini dilakukan skrining fitokimia dan karakterisasi simplisia daun matoa. Pengujian sitotoksisitas ekstrak etanol daun matoa menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dilakukan dengan beberapa konsentrasi : 100 µg/ml, 200 µg/ml, 300 µg/ml, 400 µg/ml, 500 µg/ml, 600 µg/ml, 700 µg/ml, 800 µg/ml, 900 µg/ml, dan 1000 µg/ml. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil skrining fitokimia daun matoa mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan glikosida. Hasil karakterisasi daun matoa memberikan kadar air 7,33%, kadar sari larut air 14,03%, kadar sari larut etanol 6,54%, kadar abu total 6,54% dan kadar abu tidak larut asam 0,741%. Hasil karakterisasi ini sesuai dengan ketentuan Materia Medika Indonesia. Pada pengujian sitotoksisitas dengan metode BSLT memberikan nilai LC50 356,7795 µg/ml, sehingga ekstrak etanol daun matoa dapat disimpulkan bersifat sitotoksik dan berpotensi sebagai obat antikanker. Senyawa uji dikatakan toksik apabila nilai LC50 lebih kecil dari 1000 µg/ml.
FORMULASI, UJI MUTU FISIK DAN PENENTUAN KADAR VITAMIN C PADA PERMEN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) Sagita Marina Simatupang; Rafita Yuniarti; Minda Sari Lubis; Anny Sartika Daulay
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 2 No. 1 (2022): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.109 KB) | DOI: 10.32696/fjfsk.v2i1.1376

Abstract

Buah pepaya memiliki kandungan vitamin A, C, Kalsium dan Serat, selain itu pepaya memiliki sifat yang mudah rusak (perisable) karena tergolong buah klimatrik (buah yang setelah masa panen masih melakukan proses metabolisme). Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan sari Buah Pepaya kedalam permen keras dan mengetahui karakteristik mutu fisik permen keras sari Buah Pepaya, dan untuk mengetahui kandungan vitamin C yang terdapat didalam permen keras sari Buah Pepaya. Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat permen keras menggunakan sari Buah Pepaya dengan konsentrasi 0%, 20%, 30%, kemudian diuji mutu fisiknya berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 2008 dan di tentukan kadar vitamin Cnya menggunakan metode Spektrofotometri Ultraviolet. Hasil pembuatan sari Buah Pepaya persyaratan Standar Nasional Indonesia tahun 2008 dengan hasil uji organoleptis setiap sediaan permen sari buah pepaya didapat hasil yang normal untuk bau, rasa, dan warna serta memiliki tekstur yang keras. Untuk kadar air F0, F1, F2 secara berturut diperoleh sebesar 0, 43%; 1, 37%; 1,21%; dan untuk kadar abu F0, F1, F2 secara berturut diperoleh sebesar 1,2%; 1,3%; 1,6%; Hasil kadar Vitamin C pada formula F0, F1, F2 sebesar 82,3046 ± 9,3451mcg/g; (20%) 105,0739 ± 8,8395 mcg/g; dan (30%) 148,1975 ± 6,3466 mcg/g.
UJI KADAR PROTEIN PADA OPTIMASI PEMBUATAN TEPUNG MOCAF DARI UBI KAYU DENGAN FERMENTASI LACTOBACILLUS CASEI Merani Phaustina Lumban Gaol; Anny Sartika Daulay; Ridwanto; Yayuk Putri Rahayu
FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS, dan KESEHATAN Vol. 2 No. 2 (2023): FARMASAINKES: JURNAL FARMASI, SAINS dan KESEHATAN
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.007 KB) | DOI: 10.32696/fjfsk.v2i2.1884

Abstract

Tepung mocaf merupakan tepung yang dibuat dari ubi kayu. Prinsip pembuatannya ialah dengan memodifikasi ubi kayu dengan cara fermentasi. Kandungan protein pada ubi kayu yaitu 1%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan sifat fisik dan kimianya dengan melakukan modifikasi tepung ubi kayu. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh optimasi fermentasi ubi kayu terhadap organoleptis dan kadar protein tepung mocaf. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian ini meliputi pengumpulan dan pengolahan ubi kayu varietas roti dan kuning, pembuatan tepung mocaf dengan fermentasi Lactobacillus casei dan karakteristik tepung mocaf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji organoleptis pada tepung mocaf memenuhi syarat SNI 7622:2011 yaitu warna putih, bau normal, rasa tawar dan tekstur yang halus. Diperoleh kadar protein tepung ubi kayu varietas roti dan kuning adalah 1,06% dan 1,36%. Tepung mocaf varietas roti dan kuning pada fermentasi 48 jam adalah 1,69% dan 1,12%. Kadar protein tepung mocaf varietas roti dan kuning pada fermentasi 72 jam adalah 2,05% dan 1,17%. Maka diperoleh kadar air pada tepung mocaf varietas roti dan kuning adalah 6,40% dan 6,08%. Serta kadar abu pada tepung mocaf varietas roti dan kuning adalah 0,71% dan 1,03%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ubi kayu varietas roti fermentasi 72 jam merupakan hasil yang terbaik.
Co-Authors Akbar, Windi Hari Ali Djamhuri Alistraja Dison Silalahi Alviana, Liya Anugrah, Bayu Asep Trizaldi Asparyzha, Rhyzha Azri, Atika Cici Andriani Daeng Elysa Putri Mambang Dalimunnthe, Gabena Indrayani Dalimunthe, Gabena Indriyani Dikki Miswanda Dina Agustia Parlin Dina Suciati Saragih Eva Fransiska Fadillah, Nike Fathur Rahman Fatur Rahman fatur Rahman, fatur Fithri Pulungan, Ainil Gabena Indrayani Dalimunthe Hafizha, Putri Harahap, Siti Salimah Haris Munandar Nasution Hasanah, Qori Hasrul Abdi Hasibuan Hindri Syahputri Ihsan Fadhilah Leni Handayani Lubis, Minda Sari M. Naufal Rifqi M. Pandapotan Nasution Makhfirah Manik, Umi Chairani Mardhatillah, Wulan Maya Syafira Mayang Sari Ritonga Merani Phaustina Lumban Gaol Miranza, Nona Muhammad Amin Nasution Muhammad Hizbullah Muhammad Wahyudi Munthe, Ariska Nabilla, Alfira nasution, Alfina Tri Utami Nasution, Nur Sahadah Nia Novranda Pertiwi Nst, Haris Munandar Nur Hanifah Nur'ain Harahap Nurhayati Nurhayati Nurul Salsa Abya Ritonga Pasaribu, Mesi Wilia Afrima Pasaribu, Mesi Willia Afrima Putri Intan Sari Putri Theresia Harianja Rafita Yuniarti Rahmadani Rahmadani Rahmasari, Siti Rahmi Ayusasmita Gultom Retno Sekarini Rezky , Deswita Ina Ricky Andi Syahputra Ridwanto Ridwanto Ridwanto Rika Yuliana, Rika Risma Fauziah Pasaribu Rizki, Rahmad Robiatun Rambe Rosaldi, Hikmah Sagita Marina Simatupang Sandika, M Teguh Sasnita, Merida Sekarini, Retno Siagian , Anggi Yani Sinaga, Novita Yulianti Sri Murni Sri Wahyuni Supiyani, Supiyani Syahfitri , Adelya Syahputra, Ricky Andi Syalsabila Putri Tuzzahra, Safira Yayuk Putri Rahayu Yayuk Putri Rahayu Yuniarti , Rafita Yuniarti, Rafita Zulmai Rani