Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Bahasa Daerah Terhadap Komunikasi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Ayu Rahma Fitri Prameswari Zain; Ahmad Fauzi; Djoko Susanto
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 12 (2024): Desember 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/JIMR1054

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bahasa daerah terhadap pola komunikasi mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebagai negara dengan keragaman budaya dan bahasa yang kaya, Indonesia menghadirkan fenomena penggunaan bahasa daerah yang beragam dalam lingkungan pendidikan tinggi, yang mempengaruhi pola komunikasi mahasiswa. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode survei, data dikumpulkan menggunakan kuisioner yang mencakup pertanyaan tertutup dan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahasa daerah berpengaruh signifikan terhadap pola komunikasi, baik dalam konteks formal maupun informal. Sebagian besar mahasiswa mengakui bahwa perbedaan bahasa daerah meningkatkan kemampuan beradaptasi, toleransi, dan pemahaman antarbudaya. Namun, juga terdapat tantangan berupa kesalahpahaman dalam komunikasi. Analisis statistik menggunakan perhitungan persentase dan uji Chi-Square memperkuat temuan ini, menunjukkan adanya hubungan signifikan antara penggunaan bahasa daerah dan kesulitan dalam komunikasi formal. Penelitian ini menyarankan pentingnya pengelolaan penggunaan bahasa daerah dalam konteks akademik untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
CODE-SWITCHING DALAM KONTEKS BILLINGUALISME: DAMPAK PSIKOLOGIS DAN SOSIOLOGIS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA ARAB Ahmad Ahsanul Khuluq; Nisa Ulfi Jannah; Annafik Fuad Hilmi; Djoko Susanto
Holistik Analisis Nexus Vol. 1 No. 11 (2024): November 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/nexus983

Abstract

Penelitian ini berfokus pada konsep code-switching dalam bilingualisme yang mana membahas dan mendalami tentang bagaimana dampak psikologis dan sosiologis pada mahasiswa pendidikan bahasa arab. Code-switching ini umumnya digunakan ketika mahasiswa PBA presentasi menggunakan Bahasa Arab yang di campur menggunakan bahasa indonesia. Peneliti juga menggali informasi kepada beberapa informan yang menghasilkan jawaban yang variatif satu sama lain. Ada banyak tuturan yang ditemukan yang mengandung “Code-Switching” dalam setiap proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif yang menganalisa beberapa informan dan menggali beberapa jawaban melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipatif. Hasil Penelitian memiliki dampak psikologis yang kompleks dan beragam. Pembelajaran yang adaptif sangat penting untuk mendukung penguasaan bahasa secara seimbang dalam memaksimalkan manfaat code-switching dan meminimalkan dampak negatifnya. Dalam konteks mahasiswa kelas F program magister Pendidikan Bahasa Arab, code-switching memiliki dampak sosiologis signifikan, terutama dalam interaksi sosial dan akademik. Penggunaan code-switching lebih sering terjadi pada situasi informal, membantu mahasiswa berkomunikasi lebih adaptif dan membangun pemahaman bersama.
PENYEBARAN DAN PEMBAURAN INOVASI GIZI MELALUI KEGIATAN UPGK DI PEDESAAN JAWA BARAT Djoko Susanto; Basuki Budiman; Muhammad Enoch; Tjetjep S. Hidayat
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 9 (1986)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1973.

Abstract

Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dapat dipandang sebagai upaya pembaruan perilaku (konsumsi) yang bertujuan agar lambat laun ibu-ibbu anak balita atas bantuan para kader memiliki kemampuan mandiri dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan gizi anak balita serta keluarga mereka. Upaya ini akan mempunyai arti positif jika pada sistem sosial masyarakat bertumbuh dan berkembang proses belajar dan pembaruan perilaku yang mengarah pada tindakan masing-masing keluarga untuk hidup lebih sehat dibanding keadaan sebelumnya. Pencapaian keadaan seperti ini tidak lepas dari fungsi dan peranan para pembina serta kader yang terlibat dalam kegiatan tersebut selaku sumber dan penyalur pesan-pesan inovasi gizi. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan. Dalam tulisan ini dikemukakan beberapa  faktor penyebab ketidakberhasilan pencapaian sasaran program UPGK, khususnya di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dimana identifikasi masalah dilakukan. kemampuan ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ibu anak balita yang relatif rendah menjadi kendala utama yang mempengaruhi kadar pengetahuan gizi mereka. Para kader dihadapkan pada masalah kurang mengikuti penataran, cakupan wilayah kerja yang terlalu luas, ketidakjelasan keterikatan mereka dalam kegiatan, dan sistem imbalan, suasana yang kurang memadai di Posyandu sebagai tempat penyuluhan gizi bagi ibu-ibu peserta kegiatan UPGK, keterbatasan kesempatan, dana dan sarana untuk kegiatan kunjungan rumah. Petugas gizi selaku pembina kegiatan di Posyandu menghadapi keterbatasan sarana transportasi, disamping tugas rutin yang cukup banyak menyita perhatian dan waktu.
POLA KONSUMSI MAKANAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI Trintrin T. Mudjianto; Tjetjep S. Hidayat; Hermina Hermina; Triasari Andanwerti; Nurfi Afriansyah; Adhi Dharmawan Tato; Siti Hasnah Soetedjo; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 16 (1993)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2280.

Abstract

Studi ini dilakukan untuk menggali faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan responden buruh pabrik dan keluarganya di wilayah pengembangan industri. Sebagai pembanding diteliti pula keluarga petani kecil di wilayah pertanian. Sebanyak 100 orang responden dan keluarganya di masing-masing wilayah menjadi sumber data penelitian ini. Beberapa temuan menunjukkan keragaan sebagai berikut: Sebagian KK di wilayah pertanian selain bekerja sebagai petani juga bekerja sebagai buruh pabrik. Penghasilan KK di wilayah industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah pertanian. Ketersediaan makanan dan bahan makanan yang berasal dari pedagang tetap maupun pedagang keliling di kedua wilayah tidak banyak berbeda. Konsumsi makanan keluarga di wilayah industri relatif lebih baik dibandingkan dengan di wilayah pertanian baik dalam hal jumlah maupun macamnya. Di kedua wilayah penelitian, macam makanan yang dikonsumsi KK tidak banyak berbeda dengan yang dikonsumsi anggota keluarga lainnya. Dibandingkan terhadap kecukupan gizi yang dianjurkan (ROA) maka kecuali protein, konsumsi zat-zat gizi darl makanan yang diperoleh KK di lingkungan pabrik dan di rumah umumnya masih belum memenuhi patokan gizi tersebut. Namun demikian konsumsi energi dan proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah industri, sedangkan konsumsi vitamin dan mineral sebaliknya. Sebanyak 67% KK di wilayah industri memperoleh makan siang dengan cara membeli di warung sekilar pabrik, 1% membawa bekal dari rumah, 4% mendapat jatah dari pabrik, 22% makan di rumah dan 6% tidak makan. Alasan responden tidak makan siang karena pendapatannya tidak mencukupi.
CIRI-CIRI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KAITANNYA DENGAN KIE GIZI, PANGAN DAN KESEHATAN Djoko Susanto; Siti H. Soetedjo; Tjetjep S. Hidayat; Hermina Hermina; Triasari Andanwerti; Nurfi Afriansyah
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 15 (1992)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2243.

Abstract

CIRI-CIRI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KAITANNYA DENGAN KIE GIZI, PANGAN DAN KESEHATAN
STUDI STRATEGI PEMANTAPAN KEGIATAN PENYULUHAN GIZI PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI MAKANAN DALAM MASYARAKAT DI WILAYAH SULAWESI TENGAH DAN NUSA TENGGARA TIMUR Djoko Susanto; Tjetjep S. Hidayat; Trintrin T. Mudjianto; Triasari A. Werti; Nurfi Afriansyah; Erna Luciasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2198.

Abstract

Melalui kerja keras jajaran Departemen Pertanian bekerjasama dengan masyarakat petani, maka pada tahun 1985 Indonesia telah mampu berswasembada beras dan status itu mendapat penghargaan dari FAO. Konsekuensi dari kondisi tersebut tiada lain adalah mempertahankan dan melestarikannya secara terus menerus dan berkesinambungan. Landasan formal ke arah upaya itu adalah INPRES Nomor 20 tahun 1979 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat, sedangkan landasan teknis operasional adalah melalui penganekaragaman menu makanan sehari-hari. Dengan prinsip penganekaragaman menu makanan, maka dua tujuan ingin dicapai sekaligus, yakni: (1) agar ketergantungan masyarakat kepada salah satu jenis pangan pokok, terutama beras dapat dikurangi, dan (2) agar mutu gizi susunan makanan masyarakat dapat ditingkatkan. Sebagian penduduk di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur mengkonsumsi pangan pokok non-beras secara turun-temurun. Pada tingkat nasional dan regional kebiasaan pangan tersebut perlu dipertahankan dan didukung agar penganekaragaman konsumsi makanan dapat dikembangkan dan mutu gizi susunan makanan dapat ditingkatkan dengan mendayagunakan bahan-bahan makanan yang tersedia setempat. Penelitian ini ditujukan untuk menggali keragaan di lapangan berkenaan denga pentahuan pejabat dan kader Posyandu mengenai konsep penganekaragaman konsumsi makanan, serta penerapannya pada tingkat keluarga. Ketersediaan komoditas pangan pada sistem pasar di berbagai tingkat administratif telah digali pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 50-70% Pejabat di berbagai tingkat administratif di kedua wilayah propinsi tersebut mengetahui dengan baik rumusan dan tujuan program penganekaragaman konsumsi makanan. Menurut para Pejabat tersebut sarana penyuluhan gizi yang tersedia belum mengandung materi mengenai penganekaragaman konsumsi makanan. Dari data pengamatan ternyata bahwa makanan pokok non-beras lebih banyak ditemukan di tingkat kecamatan, sedangkan beras lebih banyak ditemukan di tingkat propinsi. Sementara itu, pola konsumsi makanan keluarga menunjukkan bahwa beras dikonsumsi oleh 16.7% keluarga di Sulawesi Tengah. Sedangkan di wilayah studi di Nusa Tenggara Timur hanya ditemukan satu keluarga yang mengkonsumsi beras dicampur dengan jagung, selebihnya mengkonsumsi jagung, atau jagung dan ubi. Agar pemahaman prinsip penganekaragaman konsumsi makanan lebih dikuasai oleh para pejabat terkait di berbagai tingkat administratif, para petugas gizi dan kader di Posyandu, maka diperlukan kegiatan orientasi, penataran dan pengembangan sarana penyuluhan gizi berkenaan dengan penganekaragaman konsumsi makanan di kedua wilayah penelitian.
POLA KONSUMSI MAKANAN SANTRI DI LIMA PESANTREN DI KABUPATEN CIAMIS DAN JOMBANG Hermina Hermina; Trintrin T. Mudjianto; Erna Luciasari; Tjetjep S. Hidayat; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2294.

Abstract

Studi ini dilakukan untuk mengkaji pola konsumsi makanan para santri remaja di pesantren yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam proses penyusunan model pendidikan gizi di pesantren agar santri memiliki kemampuan dan pengetahuan rasional di dalam memilih makanannya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat dan di Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Pemilihan pesantren dilakukan secara purposive yakni Pesantren Darussalam di Ciamis, Tebu Ireng dan Walisongo di Jombang sebagai pesantren modern, serta Pesantren Al-Faadiliyah di Ciamis dan Pacul Gowang di Jombang sebagai pesantren tradisional. Responden adalah para santri remaja putra dan putri tamat Madrasah Ibtidaiyah/SD atau yang sedang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah/SLTP dan Madrasah Aliyah/SLTA yang dipilih secara acak. Terkumpul sebanyak 424 santri di pesantren modern dan 190 santri di pesantren tradisional serta 34 orang ustad/guru/pengasuh asrama di lima pesantren yang diteliti. Beberapa temuan menunjukkan keragaan sebagai berikut: Pola konsumsi santri di pesantren modern lebih beragam dibandingkan dengan di pesantren tradisional di kedua lokasi. Ketersediaan makanan/bahan makanan di pesantren tradisional lebih terbatas dibandingkan dengan di pesantren modern baik dalam jumlah dan macamnya. Dibandingkan terhadap kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA) konsumsi gizi para santri di pesantren-pesantren yang diteliti umumnya masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan dan konsumsi zat-zat gizi santri di pesantren tradisional lebih rendah daripada santri di pesantren modern.
PENGAMBANGAN PEDOMAN MENU MAKANAN GIZI SEIMBANG MAKANAN TRADISIONAL DI SULAWESI TENGGARA DAN NUSA TENGGARA TIMUR Tjetjep S. Hidayat; Trintrin T. Mudjianto; Hermina Hermina; Erna Luciasari; Djoko Susanto; Mien K. Machmud
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2295.

Abstract

Menu makanan tradisional pada umumnya belum berkadar gizi seimbang. Untuk itu diperlukan buku Pedoman Menu Makanan Gizi Seimbang (PMMGS) makanan tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk menyiapkan buku PMMGS makanan tradisional sekaligus dilakukan uji coba kelayakan buku pedoman tersebut. Penilaian kelayakan buku PMMGS dilihat dari adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku responden setelah mendapat pelatihan berupa penyuluhan dan praktik mengolah menu makanan gizi seimbang. Penelitian dilakukan di dua desa di Propinsi Sulawesi Tenggara dan dua desa di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian berupa rancangan “one group pre-test dan post-test”. Subyek penelitian adalah ibu pengguna Posyandu yang sengaja dipilih. Sejumlah 57 ibu di Sulawesi Tenggara dan 65 ibu di Nusa Tenggara Timur. Analisis dilakukan dengan pendekatan “kualitatif” dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Pada awal penelitian ditemukan bahwa hanya sebagian kecil yaitu di bawah 14% responden yang berpengetahuan cukup baik tentang makanan gizi seimbang. Sebagian besar responden sejak awal penelitian yaitu diatas 50% bersikap setuju adanya kegiatan program tentang menu makanan gizi seimbang, karena responden telah mengenal beberapa kegiatan kesehatan dan telah merasakan manfaatnya. Pola konsumsi keluarga responden makanan pada awal penelitian ditemukan belum berkadar gizi seimbang. Namun demikian setelah dilakukan pelatihan dan penyuluhan, serta praktik mengolah menu makanan gizi seimbang ditemukan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku responden. Pengetahuan responden meningkat menjadi yaitu 66% ibu pengguna Posyandu yang berpengetahuan baik di Sulawesi Tenggara dan 56% responden di Nusa Tenggara Timur. Begitu pula sikap sebagian besar responden setelah pelatihan diatas 90% responden berubah menyetujui kegiatan PMMGS. Perubahan perilaku ditunjukkan oleh adanya perubahan pada konsumsi makanan pokok yang semakin beragam jenis bahan pangannya. Selain itu, ditemukan pula adanya peningkatan frekuensi konsumsi sumber protein hewani maupun nabati yang semakin sering dan jumlahnya semakin banyak yang dikonsumsi keluarga. Konsumsi kacang-kacangan yang semula sebagian besar responden hanya mengkonsumsi 1-6 kali/minggu menjadi 1 kali/hari. Begitu pula konsumsi sayur menjadi semakin meningkat, sedangkan buah dikonsumsi tergantung musim. Dengan demikian buku Panduan Menu Makanan Gizi Seimbang Makanan Tradisional dapat digunakan sebagai alat penyuluhan oleh kader dan sebagai buku pegangan ibu rumah tangga dalam menyusun menu makanan gizi seimbang untuk keluarganya.
PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN DISTRIBUSI PIL BESI M. Saidin; Sukati Sukati; Sri Martuti; Sihadi Sihadi; Kodrat Pramudho; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2299.

Abstract

Telah dilakukan penelitian "Pendayagunaan Kelembagaan Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Upaya Peningkatan Cakupan Distribusi Pil Besi". Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengidentifikasi lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berpotensi untuk dilibatkan dalam upaya peningkatan cakupan distribusi pil besi. Penelitian dilakukan di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah penelitian di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur, meliputi 7 desa perlakuan dan 7 desa kontrol, di NTB penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat meliputi 5 desa perlakuan dan 5 desa kontrol. Di NTT penelitian dilakukan di Kabupaten Kupang, meliputi 10 desa perlakuan dan 10 desa kontrol. Di desa perlakuan distribusi pil besi dilakukan oleh kader LSM melalui forum pengajian disamping jalur biasa (Posyandu), sedangkan di desa-desa kontrol distribusi pil besi dilakukan seperti biasanya yaitu melalui Posyandu. Petugas LSM yang terlibat di Jawa Barat adalah anggota pengurus Majelis Ulama tingkat Kecamatan, Majelis Ta'lim dan Karang Taruna. Petugas LSM di NTB adalah anggota/pengurus Fatayat NU, Muslimat Nahdlatul Wathon, Nasiyatul Aisiyah Muhamadiyah, Yayasan Pondok Pesantren Bayyinul Ulum. Di NTT petugas LSM yang terlibat adalah kader masyarakat setempat binaan PLAN International. Petugas LSM di Jawa Barat berperan sebagai motivator, sedangkan di NTB dan NTT berperan sebagai motivator dan distribusi pil besi. Setelah kegiatan berlangsung 3 bulan, di Jawa Barat terjadi kenaikan cakupan distribusi pil besi di daerah perlakuan sebesar 17.4% dan kontrol sebesar 7.6% (p>0.05). Rataan pil besi yang diminum selama 3 bulan per ibu di daerah perlakuan sebanyak 60 pil lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan daerah kontrol sebesar 44 pil. Rataan kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sebesar 0.6±1.438 g/dl dan di daerah kontrol sebesar 0.4±0.744 g/dl (p>0.05). Di NTB terjadi kenaikan cakupan distribusi pil besi di wilayah perlakuan sebesar 22.3% lebih tinggi secara bermakna (p<0.05) daripada di daerah kontrol sebesar 10.6%. Rataan pil besi yang diminum di daerah perlakuan sebesar 85 pil, lebih tinggi secara bermakna (p<0.05) daripada daerah kontrol (60 pil). Rataan kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sebesar 0.6±1.146 g/dl dan di daerah kontrol sebesar 0.3±1.130 g/dl dan secara statistik berbeda bermakna (p<0.05). Di NTT, meskipun cakupan distribusi pil besi di daerah perlakuan lebih tinggi (14.2%) daripada di daerah kontrol (6.6%), tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna. Rataan pil besi yang diminum per ibu hamil selama 3 bulan di daerah perlakuan 52 pil dan di daerah kontrol sebesar 40 pil. Kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sama dengan di daerah kontrol yaitu sebesar 0.4 g/dl.
KERAGAMAN PENERAPAN PENDIDIKAN GIZI DI SEKOLAH DASAR (SD) DAN MADRASAH IBTIDAIYAH (IM) DALAM PELAKSANAAN PMT-AS DI PEDESAAN DI LAMPUNG TENGAH Hermina Hermina; Tjetjep S. Hidayat; Trintrin T. Mudjianto; Djoko Susanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2337.

Abstract

The program of supplementary feeding for Elementary School children has been implemented for several years. One of the multiple purposes of the program is to improve understanding and knowledge of nutrition for children and teachers through nutrition education and feeding practices. The study was carried out to collect informations on nutrition education within activities related to supplementary feeding program at government Elementary School (SD) and Islamic Elementary School (Madrasah Ibtidaiyah) in the District of Central Lampung. The findings show that nutrition education activities given by the teachers has not been done properly due to several reasons such as limitation of time availability, and teachers do not have adequate knowledge on food and nutrition leading to the constraint in applying nutrition education. Further training for teachers is needed to enable them to carry out nutrition education within the activities of Supplementary Feeding Program (PM-ASI) in appropriate ways.Keywords: nutrition education, school feeding program (PMT-AS), elementary school children.
Co-Authors . Kasmita Adawiyah, Sa'diyah El Adhi Dharmawan Tato Adhi Iman Sulaiman Adi Masli Ahmad Ahsanul Khuluq Ahmad Fauzi Ahmad Sihabudin Aida Vitayala Aida Vitayala S Hubeis Aira Putri Eri Dasli Ali Djamhuri Ali Khomsan Amiruddin Saleh Amri Jahi Ani Suryani Anna Fatchiya Annafik Fuad Hilmi Aprolita Aprolita Arieni, Arieni Alfakhaera Arnelia Arnelia Asih Mulyaningsih Astuti Lamid Awaludin Sofwanto Ayu Rahma Fitri Prameswari Zain Bahrin Bahrin Basita G Sugihen Basita G. Sugihen Basita Ginting Basita Ginting Sugihen Basuki Budiman Bustang Bustang Christian Pratama Putra Dadang Sukandar Darwis S Gani Darwis S. Gani Djuara P Lubis Dwi Sadono Dyah Ayu Rahmawati Dyah Gandasari Eko Warisdiono Erna Luciasari Hartina Batoa Helena Tatcher Pakpahan Herien Puspitawati Herman S. Hermina Hermina I Gede Setiawan Adi Putra I Gusti Putu Purnaba Ibnu Hapiz Ibrahim Saragih Irma Febrianis Ismail Pulungan Jawatir Pardosi Joyakin Tampubolon Karmila Muchtar Kodrat Pramudho Krismiwati Muatip La Boy Luh Putu Ratna Sundari M. Saidin Ma'mun Sarma Margono Samet Margono Slamet Mashuri Mashuri Maya Safrina Suraningsih Meilvis E. Tahitu Mien K. Machmud Mokhamad O Royani Muh. Zainal S Muhammad Abi Hamzah Muhammad Enoch Muhammad Fahmi Azizi Mujiarto Mujiarto Mulyadi Mulyadi Mutu B Mokoginta Mutu G Mokoginta Nani Sufiani Suhanda Naura Nadhifah Nawawi Aulia Muhammad Nia Nurfitriana Ninuk Purnaningsih Nisa Ulfi Jannah Nurfi Afriansyah Pang S Asngari Pang S. Asngari Pitojo Budiono Prabowo Tjitropranoto Pudji Muljono Rahma Wati Hasyim Restiawan Permana Richard W. E. Lumintang Richard W.E. Lumintang Riski Rosadillah Rizki Yudha Bramantyo Rudy C. Tarumingkeng Salimar Salimar Sapar Sapar Satriyani Cahyo Widayati Sihadi Sihadi Siti H. Soetedjo Siti Hasnah Soetedjo Sitti Aminah Sofwan Hadianto Prasetyo Sr Tjahjorini Sri Martuti Sri Tjahjorini Sukati Sukati Sumardjo Sumarjo Suwignya Utama Tanti Kustiari Titi Sumarti Tjetjep S. Hidayat Tjetjep syarif Hidayat Triasari A. Werti Triasari Andanwerti Trintrin T. Mudjianto Waridatul Maulida Rumdina Widiawati Walangadi Yanuarita, Heylen Amildha Yunita yunita Zainudin Zainudin