Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Papilloma dan Karsinoma Sinonasal Rizki Hanriko; Muhartono Muhartono
Jurnal Kesehatan Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.508 KB) | DOI: 10.26630/jk.v8i1.405

Abstract

Sinonasal papilloma is rare, only 0.5-4% of sinonasal tumors with aetiopathogenesis has not known yet. Sinonasal carcinoma is a rare malignancy, and the most common types are squamous cell carcinoma (SCC). Malignant transformation of papilloma is very low, which inverted type were reported about 2-27%, with the development of papilloma into carcinoma was approximately 63 months (6 months-13 years). Prior study showed the malignant transformation in 11% of recurrences inverted papilloma, which were 7%syncronous and 3.6% metachronous SCC. The unilateral inverted papilloma with sinonasal squamous cell carcinoma were usually occured in the elderly. Some factors to consider in malignant transformation of papilloma were recurrence, atypical features and HPV. Smoker, large tumor and lesion in the frontal sinus area were had a tendency to recurrence. Malignancy were associated with bone invasion, bilateral inverted papilloma, squamous cell hyperplasia, presence of three types of epithelial cells (squamous metaplasia, squamous mature and cylindrical cell), heavy hyperkeratosis, mitotic index ≥2/HPF, the absence of polyps inflammation, the number of plasma cells, low of eosinophils and neutrophils absent.
Granuloma Piogenik Pada Ginggiva Rizki Hanriko
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1653

Abstract

Granuloma piogenik merupakan lesi jinak vaskuler pada mukosa yang relatif sering terjadi. Iritasi menjadi penyebab tersering kejadian pada ginggiva. Tidak ada data pasti angka kejadian granuloma piogenik pada ginggiva di Indonesia. Granuloma piogenik dapat timbul pada segala umur, namun terbanyak pada usia dewasa muda. Angka kejadian granuloma piogenik lebih banyak terjadi pada wanita akibat perubahan hormonal selama pubertas, kehamilan, dan menopause. Gambaran klinis granuloma piogenik pada gingiva berupa benjolan berwarna merah kebiruan, kenyal, dan tidak nyeri. Secara mikroskopis berupa lesi eksofitik dikelilingi jaringan yang normal dilapisi epitel gepeng berlapis yang rata, atrofi atau ulserasi dengan lesi terdiri dari proliferasi pembuluh darah disertai jaringan granulasi. Etiopatogenesis dari granuloma piogenik masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti memasukkan granuloma piogenik kedalam entitas infeksi yang diakibatkan adanya infeksi oleh Stafilokokus dan botryomycosis. Faktor pertumbuhan yang berperan penting dalamangiogenesis dan perkembangan granuloma piogenik adalah VEGF dan bFGF. Pemeriksaan imunohistokimia pada granuloma piogenik akan memberikan ekspresi faktor VIII pada endotel dan negatif pada area seluler. Granuloma piogenik didiagnosa banding dengan peripheral giant cell granuloma dan Peripheral ossifying fibroma karena secara makroskopis identik. Granuloma piogenik juga memberikan ekspresi pada bFGF, anti-CD34, dan VEGF. Granuloma piogenik memiliki prognosis yang sangat baik dengan terapi eksisi namun memiliki tendensi berulang bila eksisi inkomplit. Simpulan:Granuloma piogenik pada ginggiva merupakan lesi vaskuler jinak yang sering terjadi pada usia muda akibat iritasi dan memiliki prognosis sangat baik dengan terapi eksisi. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci: ginggiva, granuloma piogenik
Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Bakau Hitam (Rhizophora mucronata) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus Rizki Hanriko; Alif Fernanda Putra; Nisa Karima
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 2 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i2.2508

Abstract

Dewasa ini, produk pangan yang beredar di pasaran banyak yang menggunakan bahan tambahan pangan (BTP). Namun, penggunaan BTP sering terjadi penyalahgunaan seperti methanyl yellow. Methanyl yellow dapat merusak jaringan tubuh seperti ginjal, otak, dan hepar. Untuk menghadapi kerusakan yang ditimbulkan oleh methanyl yellow, diperlukan suatu senyawa antioksidan seperti buah bakau hitam (Rhizophora mucronata). Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah bakau hitam (Rhizophora mucronata) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi methanyl yellow. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan 20 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 4 ekor tikus. Kelompok penelitian antara lain: K1: hanya akuades; K2: methanyl yellow 3000 mg/kgBB; P1: ekstrak buah bakau hitam 3,75 mg/kgBB + methanyl yellow 3000 mg/kgBB; P2: ekstrak buah bakau hitam 7,5 mg/kgBB + methanyl yellow 3000 mg/kgBB; P3: ekstrak buah bakau hitam 15 mg/kgBB + methanyl yellow 3000 mg/kgBB. Uji analisis yang digunakan adalah methanyl yellow dengan Post-hoc LSD. Hasil yang didapatkan berupa terdapat pengaruh pemberian ekstrak buah bakau hitam (Rhizophora mucronata) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi methanyl yellow berupa penurunan rerata kerusakan sel hepar dibandingkan kelompok kontrol positif dengan dosis 3,75-15 mg/kgBB selama 30 hariKata Kunci: ekstrak buah bakau hitam, histopatologi hepar, methanyl yellow
Mesothelin Sebagai Biomarker Deteksi Dini Kanker Pankreas Fauziyyah Nuur Al azizah; Rizki Hanriko
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 8 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.132

Abstract

Abstract: Pancreatic cancer is difficult to diagnose at an early stage and generally has a poor prognosis. Surgical resection is the only potentially curing treatment for pancreatic carcinoma. To improve the prognosis of this disease, it is important to detect tumors at an early stage. The lack of sensitive and specific tumor markers for early diagnosis has a major contribution to the poor prognosis. For this reason, it is necessary to make an early diagnosis of pancreatic cancer through a biomarker in the form of mesothelin which can be found in the blood and urine. Mesothelin is a glycoprotein that is expressed in normal mesothelial cells but is overexpressed in pancreatic cancer. How to check mesothelin levels in the blood can use ELISA and for those in the urine can use spectrophotometry. And mesothelin has been shown to increase in early stage cancer and 64% in metastatic cancer. Mesothelin can also be expressed in other organs such as endometrioid adenocarcinoma (59-64%), cervix (25%), pancreas (86-100%), colorectal (28-50%), esophagus (25-46%) and gastric carcinoma (27-58%) but in pancreatic cancer the amount of mesothelin produced is greater. Therefore mesothelin can be an early detection biomarker that is useful for pancreatic cancer Keywords: biomarkers, mesothelin, blood, urine, overexpression
Correlation of Lymphocyte-Monocyte Ratio with Grading of Breast Cancer Malignancy Muhartono Muhartono; Rizki Hanriko; Suharyani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 4 No. 3 (2020): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine and Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v4i3.139

Abstract

Introduction: Breast cancer cases are increase and fast becoming the leading cause of oncologic mortality among women worldwide. Delay in management will worsen the prognosis of breast cancer patients. The poor prognosis is correlate with high grade of breast cancer malignancy. Histology can be used as an indicator to assess the grade of breast cancer malignancy. In addition, a high predictive value of lymphocyte-monocyte ratio (LMR) has been suggested to indicate favorable prognosis of various cancer, and used as parameters for assessing breast cancer prognosis. Method: This study is a quantitative research, using an observational approach. Laboratory examination results are collected from 43 breast cancer patients who will conduct treatment at Urip Sumoharjo Hospital from June to September 2019. Data are processed by the Spearman rank test using SPSS 22.0. Results: Correlation test results between lymphocyte-monocyte ratio with histological grading of breast cancer obtained a P value of 0.376. Conclusions: Lymphocytes to monocytes ratio (LMR) value cannot be utilize as a parameter for evaluating prognosis of breast cancer.
Pengaruh Pemberian Air Lemon pada Gambaran Histopatologi Arteri Koronaria Tikus Putih Jantangalur Sprague Dawley yang Diberi Minyak Jelantah Siti Raqiya Rasyid; Susianti Susianti; Ety Apriliana; Rizki Hanriko
Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences Vol 3 No 1 (2022): Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences: April 2022
Publisher : CV. Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.733 KB)

Abstract

Penggunaan minyak goreng semakin meningkat seiring bertambahnya tahun., hingga seringkali minyak goreng di gunakan secara berulang (minyak jelantah). Konsumsi minyak jelantah dapat meningkatkan kadar radikal bebas dan asam lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah dan asam lemak bebas yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding bagian dalam pembuluh darah.Ada banyak cara untuk mengurangi pengaruh minyak jelantah salah satunya adalah dengan pemberian air lemon. Mengetahui pengaruh pemberian air lemon (Citrus limon) terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria tikus putih (Rattus norvergicus) yang diberi minyak jelantah. Jenis penelitian ini adalah desain eksperimental metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only control group designs. Populasi berupa tikus putih jantan galur Sprague dawley berjumlah 24 ekor yang berusia 8-10 minggu dibagi kedalam 4 kelompok percobaan. Pada penelitian ini kelompok bermakna terdapat pada semua kelompok dengan uji analisis menggunakan Kruskal Wallis dengan hasil didapatkan nilai p<0,05 yaitu K0: 0,028,K-:0,028,P1: 0,028, dan P2: 0,047. Terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria dan terdapat pengaruh pemberian air lemon terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria tikus putih (Rattus norvergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberi minyak jelantah.
Faktor Risiko Kanker Kolorektal Naufal Rasyid Aswan; Rizki Hanriko
Medula Vol 13 No 2 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i2.560

Abstract

Colorectal cancer is cancer of the colon or rectum. Colorectal cancer is the third most common cancer in men and second in women, and according to data from the World Health Organization (WHO), colorectal cancer accounts for nearly 1.4 million new cases every year worldwide. In 2017, there were 1.8 million cases of colorectal cancer worldwide, with a standard incidence rate of 23.2 cases per 100,000 person-years. This article is a literature compiled to analyze the risk factors associated with colorectal events. The references used are articles published between 2012-2022. Colorectal cancer risk factors are divided into modifiable risk factors and non-modifiable risk factors. The most dominant non-modifiable risk factor is a history of IBD, followed by a family history of cancer, history of diabetes, age and gender. The most dominant modifiable risk factor is psychosocial stress, followed by alcohol consumption, smoking history, and obesity.
MIASTENIA GRAVIS: ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, MANIFESTASI KLINIS, PENEGAKKAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KHAIRUNNISA SALSABILA; Hanna Mutiara; Rizki Hanriko
Medula Vol 13 No 1 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i1.598

Abstract

Myasthenia gravis (MG) is an autoimmune disease characterized by fluctuating weakness of the extraocular, bulbar, and proximal muscles. Muscle weakness that occurs will worsen with activity and improve after rest. Myasthenia gravis is caused by the presence of autoantibodies on the postsynaptic membrane at the neuromuscular-junction (NMJ), such as antibodies against acetylcholine receptors, MuSK and LRP4. Myasthenia gravis is a rare neurological disease, the incidence is only about 1.7-21.3 per 1,000,000, has a bimodal distribution in women, with a peak of incidence at the age of 30-50 years. Men have a higher proportion after age 50. Myasthenia gravis is mostly a treatable disease but can result in significant morbidity and even death, so writing this literature review aims to discuss the pathophysiology, clinical manifestations, diagnosis and current treatment options for MG so as to increase the accuracy of the very early diagnosis. plays an important role in early management, as well as prevention of worse disease progression. The diagnosis of MG is based on anamnesis, neurological examination, electrodiagnostics, serology, and CT scan of the chest to see the presence of thymoma. The main treatment for MG is cholinesterase enzyme inhibitors and immunosuppressive agents. Symptoms that are resistant to primary treatment modalities or that require rapid resolution, such as in a myasthenic crisis, may require plasmapheresis or intravenous immunoglobulin treatment. Thymectomy can also be done.
Pendekatan Klinis dan Tata Laksana Peritonitis Sekunder Helsa Apty Tamara; Rizki Hanriko
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 6, No 2 (2022): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jkunila6263-68

Abstract

Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada peritoneum. Peritonitis salah satu keadaan gawat darurat yang memerlukan diagnosis cepat dan harus segera ditangani. Mortalitas kasus ini secara keseluruhan adalah 6%, tetapi kematian meningkat menjadi 35% pada pasien yang mengalami sepsis berat. Peritonitis sekunder disebabkan hilangnya integritas saluran cerna atau organ visceral lainnya. Tanda-tanda klinis pada pasien dengan peritonitis mungkin ringan sampai berat dan seringkali tidak spesifik. Pemeriksaan penunjanng yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan pencitraan. Tatalaksana berupa stabilisasi, pemberian antibiotik, dan nutrisi. Tindakan operatif berupa laparotomi eksplorasi dengan debridement dan lavage bedah. Drainase peritoneal terbuka atau drainase hisap tertutup harus dipertimbangkan untuk penatalaksanaan peritonitis.  Pentingnya diagnosisperitonitis sekunder secara tepat dan cepat memicu penulis untuk memperdalam pengetahuan mengenai peritonitis sekunder, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang tentang peritonitis sekunder. Kata kunci: Peritonitis Sekunder, Laparotomi Eksplorasi, Drainase
Pengaruh Pemberian Air Lemon pada Gambaran Histopatologi Arteri Koronaria Tikus Putih Jantangalur Sprague Dawley yang Diberi Minyak Jelantah Siti Raqiya Rasyid; Susianti Susianti; Ety Apriliana; Rizki Hanriko
Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences Vol 3 No 1 (2022): Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences: April 2022
Publisher : CV. Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijnhs.v3i1.943

Abstract

Penggunaan minyak goreng semakin meningkat seiring bertambahnya tahun., hingga seringkali minyak goreng di gunakan secara berulang (minyak jelantah). Konsumsi minyak jelantah dapat meningkatkan kadar radikal bebas dan asam lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah dan asam lemak bebas yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding bagian dalam pembuluh darah.Ada banyak cara untuk mengurangi pengaruh minyak jelantah salah satunya adalah dengan pemberian air lemon. Mengetahui pengaruh pemberian air lemon (Citrus limon) terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria tikus putih (Rattus norvergicus) yang diberi minyak jelantah. Jenis penelitian ini adalah desain eksperimental metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only control group designs. Populasi berupa tikus putih jantan galur Sprague dawley berjumlah 24 ekor yang berusia 8-10 minggu dibagi kedalam 4 kelompok percobaan. Pada penelitian ini kelompok bermakna terdapat pada semua kelompok dengan uji analisis menggunakan Kruskal Wallis dengan hasil didapatkan nilai p<0,05 yaitu K0: 0,028,K-:0,028,P1: 0,028, dan P2: 0,047. Terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria dan terdapat pengaruh pemberian air lemon terhadap gambaran histopatologi pembuluh darah arteri koronaria tikus putih (Rattus norvergicus) jantan galur Sprague dawley yang diberi minyak jelantah.