Claim Missing Document
Check
Articles

Aktivitas Ekstrak Ethanol Daun, Ranting, dan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana l.) sebagai Tabir Surya secara in vitro - Liandhajani; Maria Immaculata Iwo; - Sukrasno; Andreanus A. Soemardji; I Ketut Adnyana
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 36 No. 1 & 2 (2011)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah banyak penelitian yang dilakukan pada buah Manggis (Garcinia mangostana L.) , kayu maupun kulit buahnya sebagai pengobatan, antara lain diare, antiinflamasi, HIV. Hal ini sehubungan dengan kandungan manggis yang beragam. Zat aktif yang terkandung dalam manggis sangat banyak antara lain tanin, xanthone dan bensofenon glukosida yaitu garmacimangasone D. Kandungan turunan bensofenone diduga mempunyai aktivitas sebagai tabir surya. Dari penelitian sebelumnya telah diketemukan turunan bensofenone dalam kulit buah manggis dan kayunya. Turunan bensofenone telah dimanfaatkan sebagai tabir surya pada sediaan kosmetika, dengan demikian diharapkan turunan bensofenon yang ada dalam manggis (Garcinia mangostana L.) mempunyai juga aktivitas sebagai tabir surya. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas tabir surya pada daun, ranting, dan kulit buah manggis. Mula-mula dilakukan ekstraksi maserasi dengan menggunakan etanol pada simplisia daun, ranting, dan kulit buah manggis. Penetapan ekstrak aktifitas tabir surya yaitu dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 290 hingga 400 nm menggunakan pelarut etanol. Dari peneltian yang telah dilakukan nilai sun protection factor (SPF) ekstrak kulit buah, ranting, dan daun manggis pada konsentrasi 50 μg/ ml adalah 1,967 (pada panjang gelombang 290-382,5 nm); 1,356 (290-332,5 nm) ; 1,286 (290-327.5 nm). Dengan demikian ekstrak kulit buah manggis mempunyai SPF yang relatif lebih tinggi dibanding ranting maupun daunnya.
Aktivitas Kemopreventif Kanker dari Ekstrak Etanol Temu Kunci pada Mencit yang Diinduksi DMBA I Ketut Adnyana; Alia Tri Afifa; Dewi Safitri
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 36 No. 3 & 4 (2011)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah diuji efek kemopreventif dari ekstrak etanol temu kunci pada mencit betina yang diinduksi kanker dengan DMBA. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok normal, kontrol, pembanding, dan kelompok temu kunci dengan dosis 140mg/kg bb. Pengamatan dilakukan setiap hari meliputi munculnya kanker, jenis dan jumlah kanker, serta jumlah kematian mencit. Pada akhir minggu ke-10, seluruh mencit dibedah untuk diamati jumlah dan jenis kanker yang muncul. Hasil menunjukkan bahwa tidak terjadi kematian kelompok temu kunci (0%), sedangkan pada kelompok kontrol dan kelompok pembanding jumlah kematian pada hewan uji mencapai 60%. Pada akhir minggu ke-10, tidak ditemukan kanker pada kelompok normal, ekstrak temu kunci dan obat pembanding, sementara pada kelompok kontrol ditemukan sebanyak 33 kanker. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol temu kunci memiliki aktivitas kemopreventif kanker yang ditandai oleh penurunan kejadian kanker, jumlah kanker, dan kematian.
Uji Efek Antikram Kinin dan O-Desmetil Kinin dengan Rute Pemberian Oral dan Topikal pada Mencit Swiss Webster Betina Elin Yulinah Sukandar; I Ketut Adnyana; Yohanna Christanti; Finna Setiawan
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 38 No. 3 (2013)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kinin adalah senyawa alkaloid dari kulit batang Cinchona sp. yang digunakan sebagai antimalaria. O-desmetil kinin (C19H22N2O2) adalah senyawa turunan kinin baru yang diperoleh dengan menghilangkan gugus metil pada kinin. Selain sebagai antimalaria, kinin juga dapat digunakan untuk mengobati kram kaki. Karena efek samping yang besar, FDA (2009) melarang penggunaan kinin oral dalam pengobatan kram kaki. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji efek kinin dan pada rute pemberian oral dan topikal serta mengetahui efek o-desmetil kinin pada terapi kram kaki. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok kinin oral dosis 26 mg/kg bb, kelompok kinin topikal dosis 52 mg/kg bb, kelompok o-desmetil kinin oral dosis 26 mg/kg bb, dan kelompok o-desmetil topikal dosis 52 mg/kg bb. Mencit diletakkan di atas rotarod dengan kecepatan 10-16 rpm selama 4 menit. Waktu yang dapat ditempuh mencit selama berada di atas rotarod diukur. Perlakuan yang sama diulang dengan durasi 45 menit selama 4,5 jam. Setelah menit ke 180, kelompok uji mengalami peningkatan waktu ketahanan di atas rotarod sedangkan kempok normal mengalami penurunan. Pada menit 270, kelompok oral dan topikal memberikan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal. Pemberian kinin dan odesmetil kinin pada rute pemberian oral dengan dosis 26 mg/kg bb dan topikal dengan dosis 52 mg/kg bb sebagai antikram memberikan hasil yang bermakna dibandingkan dengan kelompok normal (p<0,05). O-desmetil kinin memberikan efek yang tidak berbeda bermakna dari kinin base (p<0,05).Kata kunci: kram kaki, kinin, o-desmetil kinin, rotarod.AbstractQuinine is an alkaloid from the bark of Cinchona sp. as an anti-malaria. O-desmethyl quinine (C19H22N2O2) is the new quinine derivative, by losing its methyl. Beside the function as anti-malaria, quinine is used for leg cramps treatment. Because of the great side effects, FDA (2009) banned the use of quinine oral for leg cramps therapy. Therefore, this study was aimed to determine the effect of quinine by oral and topical administration and to determine o-desmethyl quinine's effect for leg cramps therapy. Mice were divided into normal group, quinine oral dose 26 mg/kg bw, quinine topical dose 52 mg/kg bw, o-desmethyl quinine oral dose 26 mg/kg bw, and o-desmethyl topical dose 52 mg/kg bw. Mice were taken on the rotarod at 10-16 rpm for 4 minutes. Time to remain on the rotarod was measured. The same treatment was repeated after 45 minutes for 4.5 hours. Over the 180 minutes, the endurance of the test groups were increased on the contrary, the normal group is decreased. After 270 minutes of observations, the oral and topical groups have significant difference compared by the normal group. The administration of quinine by oral dose 26 mg/kg bb and topical dose 52 mg/kg bb as an anti-cramps showed significantly difference compared to the normal group (p<0.05). O-desmethyl quinine has no significantly difference compared by quinine (p<0.05).Keywords: leg cramps, quinine, o-desmethyl quinine, rotarod.
Optimasi Produksi Metabolit Antibakteri Menggunakan Streptomyces galbus Strain TP2 dengan Metode Response Surface Methodology Desak Gede Sri Andayani; Elin Yulinah Sukandar; I Ketut Adnyana; Ukan Sukandar
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 38 No. 4 (2013)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Streptomyces galbus strain TP2 hasil isolasi dari tanah sekitar Gunung Tangkuban Perahu telah memproduksi metabolit antibakteri. Tujuan studi ini adalah menentukan kondisi optimum untuk produksi metabolit antibakteri. Tiga faktor penting yaitu pH, konsentrasi glukosa dan ekstrak ragi dipelajari dengan metode Response Surface Methodology (RSM). Penelitian ini menggunakan Central Composite Design (CCD) yang terdiri dari 17 tempuhan termasuk enam titik tengah. Diameter hambatan 35 mm terhadap Methicillin Resistant Staphyllococcus aureus (MRSA) dihasilkan pada kondisi optimum pH 7,06; konsentrasi glukosa 10,19 g/L dan konsentrasi ekstrak ragi 2,45 g/L.Kata kunci: Streptomyces galbus strain TP2, optimasi proses fermentasi, response surface methods, metabolit antibakteri MRSAAbstractStreptomyces galbus strain TP2 that isolated from the soil of Tangkuban Perahu Mountain was produced antibacterial metabolite. The objective of this research was to determine the optimal conditions for the production of antibacterial metabolite. Three significant factors, i.e. pH, glucose and yeast extract concentration were studied by response surface methods (RSM). This research was used Central composite design (CCD) by 17 experiments including six center points. Inhibition of diameter of 35 mm to Methicillin Resistant Staphyllococcus aureus (MRSA) was produced at  optimum condition of pH 7.06, glucose concentration 10.19 g/L and yeast extract concentration 2.45 g/L.Keywords: Streptomyces galbus strain TP2, optimization of fermentation process, response surface methods, antibacterial metabolite of MRSA.
Mechanism of Action of Coumarin against Candida albicans by SEM/TEM Analysis Gunawan Pamudji Widodo; Elin Yulinah Sukandar; I Ketut Adnyana; Sukrasno Sukrasno
Journal of Mathematical and Fundamental Sciences Vol. 44 No. 2 (2012)
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/itbj.sci.2012.44.2.4

Abstract

The aim of this study was to identify the antifungal activity of coumarin isolated from Ageratum conyzoides L. leaves and to observe its influence on Candida albicans cells by scanning electron microscope (SEM) and transmission electron microscope (TEM). Antifungal activity testing with the disk diffusion method showed coumarin was active toward pathogenic fungus Candida albicans with an MIC value of coumarin of 125 g mL-1. The results show that this compound damaged the cell by pores formation on the cell wall. Death of cells occurred due to leakage and necrosis of cytoplasmic content.
Anti-inflammatory Activities and Gastric Ulcer-inducing Properties of Tetraacetylquercetin and Tetrapivaloylquercetin Rina Herowati; Rahmana Emran Kartasasmita; I Ketut Adnyana; Tutus Gusdinar Kartawinata
Journal of Mathematical and Fundamental Sciences Vol. 48 No. 3 (2016)
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.math.fund.sci.2016.48.3.6

Abstract

Quercetin (3,3'4',5,7-pentahydroxyflavone) has been reported to show anti-inflammatory activity. However, its low oral bioavailability limits the application of quercetin in therapy. Ester derivatives of quercetin have been reported to have higher bioavailability than quercetin. This research aimed to study the anti-inflammatory activities and gastric ulcer-inducing properties of tetraacetylquercetinas well as tetrapivaloylquercetin. Synthesis of tetra-acyl derivatives of quercetin was conducted using acetic anhydride or pivaloyl chloride in the presence of pyridine and the structure was confirmed by 1H-NMR and 13C-NMR spectroscopy as well as elemental analysis. At a dose of 20 mg/kg bw, oral administration of quercetin only showed 20% inhibition activity on carragenan induced rat paw edema, while tetraacetyl and tetrapivaloyl derivatives at equimolar dose showed 11-33% and 5-15% inhibition activity respectively. Contrary to the gastric ulcer healing-promoting action of quercetin, tetraacetylquercetin caused mild gastric ulcers. However, no gastric ulcer was observed after administration of tetrapivaloylquercetin. It was concluded that acylation enhances the anti-inflammatory activity of quercetin but causes mild gastric ulcers in the case of tetraacetylation.
KONDISI VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK SELAMA TIGA MINGGU BERTURUT-TURUT Rini Syafriani; Rizki Mulyawan; Tommy Apriantono; I Ketut Adnyana
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.3

Abstract

Latar belakang dan Tujuan: Atlet remaja memiliki resiko besar terhadap penurunan asupan nutrisi karena meningkatnya kebutuhan energi. Memperoleh asupan nutrisi yang seimbang menjadi sebuah masalah yang dihadapi oleh remaja karena gaya hidup yang cenderung mengabaikan kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Banyak atlet remaja mengkonsumsi minuman berenergi tapi ternyata berkontribusi negatif terhadap kesehatan sehingga lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi susu. Atlet remaja yang terbiasa melakukan aktivitas fisik akan mengalami respon fisiologis di dalam tubuh maka perlu ditunjang dengan asupan tambahan untuk menjaga kebutuhan energi tetap terpenuhi. Kombinasi antara aktivitas fisik ditambah dengan asupan nutrisi akan berdampak bagi sistem metabolisme tubuh. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsumsi susu sapi terhadap kondisi VO2 Maks atlet remaja. Metode: Pemilihan subjek penelitian diawali dengan kuesioner pre-test, hal ini dilakukan untuk menghindari subjek yang memiliki riwayat penyakit berbahaya dan bisa mempengaruhi hasil penelitian. Diperoleh 24 atlet sepakbola berusia 18-21 tahun, tidak memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi dan memiliki pengalaman bermain sepakbola lebih dari 3 tahun minimal di level daerah, dengan aktivitas fisik 3-5 kali seminggu. Atlet dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok minuman (susu sapi segar, susu pasteurisasi dan air mineral) yang dikonsumsi selama tiga minggu berturut-turut. Pemberian susu sapi segar dan susu pasteurisasi dengan volume yang sama (isovolumic) wajib dikonsumsi subjek penelitian sebanyak tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga minggu dengan takaran yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan Pretest-Posttest Randomized-Groups Design, dengan melakukan dua kali pengetesan yaitu pre-test (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Setiap pre-test dan post-test dilakukan Cooper test 2,4 km. Saat sebelum (p1) dan sesudah (p2) Cooper test 2,4 km dilakukan pengambilan sampel darah untuk mengukur nilai laktat, glukosa dan hemoglobin. Hasil: Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu -2,240 < 2,069 dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi VO2 Max antara pretest (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Namun jika dilihat dari nilai VO2 Max ketika pre-test dan post-test, terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada nilai VO2 Max atlet sepakbola yang terbiasa mengkonsumi susu sapi. Dari penelitian ini terlihat data dari hasil tes VO2 Max dengan menggunakan Cooper test 2,4 km terjadi peningkatan nilai namun tidak terlalu signifikan.
KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Agung Dwi Juniarsyah; Tommy Apriantono; I Ketut Adnyana
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.1

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologi diantaranya denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah para pemain futsal profesional dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari salah satu klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun, berpartisipasi dalam penelitian. Para pemain bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, pengeluaran energi, dan jumlah langkah. Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan pengeluaran energi menggunakan polar RC3 GPS. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max pemain profesional 53,96±4,25 ml/kg/min. Rata-rata denyut jantung pemain profesional pada pertandingan hari pertama 167±4 denyut per menit dan hari kedua 166±5 denyut per menit. Kadar asam laktat sesudah pertandingan hari pertama 6,50±2,38 mmol/L dan hari kedua 6,30±2,60 mmol/L, pengeluaran energi hari pertama 500±81,01 kkal dan hari kedua 505±66,69 kkal, serta jumlah langkah hari pertama 3839±705,48 kali dan hari kedua 3620±579,77 kali. Dari hasil penelitian tersebut tidak terdapat perbedaan signifikan. Maka pertandingan futsal termasuk dalam aktivitas yang sangat berat, bagi pemain profesional pertandingan yang dilaksanakan secara berturut-turut tidak berpengaruh besar, akan tetapi membutuhkan kebugaran fisik yang sangat baik agar tidak terjadi kelelahan yang berlebih.
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DAN AMATIR DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Agung Dwi Juniarsyah; Tommy Apriantono; I Ketut Adnyana
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.3

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisiologi, denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, perubahan %-lemak, dan berat badan para pemain futsal profesional dan amatir dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari sebuah klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun dan 8 pemain futsal amatir (23,75±0,71 tahun, 67,57 ± 3,16 kg, 170 ± 4,30 cm, 19,8±5,18 % lemak) yang berasal dari sebuah klub amatir di Bandung berpartisipasi dalam penelitian. Masing-masing tim bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, berat badan, dan %-lemak (saat bertanding). Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan energy expenditure menggunakan polar RC3 GPS. Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable. Berat badan dan %-lemak menggunakan timbangan digital omron karada body scan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max tim profesional dan tim amatir berurutan 53,96±4,25 vs 43,90±5,48 ml/kg/min berbeda signifikan (p<0,01). Rata-rata denyut jantung tim profesional dan tim amatir 166±5 vs 174±10 bpm (p<0,05), kadar asam laktat sesudah pertandingan 6,30±2,60 vs 10,10±1,90 mmol/L (p<0,05), jumlah langkah 3620±579,77 vs 2864±494,64 kali (p<0,05), energy expenditure 505±66,69 vs 578±81,89 kkal (p<0,05), perubahan persentase lemak dan berat badan berurutan 0,71 vs 1,37% (p>0,05) dan 0,40 vs 0,44 kg (p>0,05). Kebugaran fisik tim profesional lebih tinggi dibanding tim amatir. Aktivitas pertandingan futsal bagi tim amatir lebih berat dibanding tim profesional menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi dialami tim amatir. Daya jelajah tim profesional lebih banyak dibanding tim amatir, akan tetapi energi yang dibutuhkan tim amatir lebih besar dibanding tim profesional. Terjadi penurunan %-lemak dan berat badan setelah pertandingan untuk kedua tim.
Evaluating Inhaler Use Technique among Asthma and COPD Patients at a Primary Health Care Unit: A Pilot Study in Selangor Malaysia Zulfan Zazuli; Kogilavani Ramasamy; I Ketut Adnyana
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 8, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.33829

Abstract

Inhaler is the most preferable device to deliver medication in order to treat asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Incorrect usage of inhaler influences the clinical effectiveness of the delivered drug. A pilot study was conducted to determine the appropriateness of inhaler handling technique among asthma and COPD patients. As many as 92 subjects whom diagnosed with asthma and COPD, aged between 18 to 64 years old were observed in this cross-sectional study. Consenting subjects on inhaler, who attended medical out patients clinic at a primary health care unit in Selangor, Malaysia were asked to demonstrate on how they use the inhaler while an inhaler administration checklist were used to assess each patients inhaler technique. Data was analysed using descriptive statistical methods. Of total 92 patients, a total of 155 devices were used. Only 4 out of 92 patients correctly handles the device (4.3%). In average, a patient made approximately >4 mistakes during pMDI inhalation and >2 mistakes during DPI inhalation. The most common mistake found among pMDI, Turbuhaler and Accuhaler users were unable to hold the breath for approximately 5 seconds in which comprise of ≥80% patients. In conclusion, majority of asthma and COPD patients use their inhaler inaccurately. Patients prescribed by inhalation medications should have routine assessment of their inhaler technique at every visit and corrected if found to be poor.
Co-Authors - Liandhajani - Sukrasno . Patonah Afifa, Alia Tri Afifa, Alia Tri Agung Dwi Juniarsyah Agung Dwi Juniarsyah Alia Tri Afifa Ame Suciati Setiawan Andayani, Desak Gede Sri Andreanus A. Soemardji Apriantono, Tommy Armina, Tjokorde Istri Cempaka Kuning Christanti, Yohanna Dadan Resmana Dangin, I Gede Rama Andika Yuda Daryono Hadi Tjahjono Desak Gede Sri Andayani Desak Gede Sri Andayani Dewi Safitri DEWI SAFITRI Dewi Safitri Eka Fitri Susiani Elin Y. Sukandar Elin Yulinah Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elis Susilawati Elis Susilawati Finna Setiawan Fisheri, Neng Gunawan Pamudji Widodo Gusdinar, Tutus Hannan, Hannan Hasan, Muhamad Fahmi HENI RACHMAWATI Hikmat Permana I Made Agus Gelgel Wirasuta Irda Fidrianny Irianti Bahana Maulida Reyaan Irvani Rakhmawati Iwo, Maria Immaculata Juniarsyah, Agung Dwi Kartasasmita, R. E. Kogilavani Ramasamy Kuning, Cempaka Kusnaedi Kusnaedi Kusnandar Anggadiredja Leni Herliani Afrianti Leonny Yulita Hartiadi Lia Amalia Liandhajani, - Linda Amalia Lisna Anisa Fitriana, Lisna Anisa Maria Immaculata Iwo Mariani, Ria Marlina Indriastuti Mukti Priastomo Nawawi, As’ari Nazhifa Ufamy Neng Fisheri Ni Kadek Warditiani Niken Indriyanti Nisrina Dita Arlinda Nisrina Dita Arlinda, Nisrina Dita Nugrahani, Retta Poety Prawestyi Pratiwi Wikaningtyas Prawestyi, Poety Primal Sudjana Purwanti, Sandra Jati Rahmana Emran Kartasasmita Rahmatullah, Satrio Wibowo Rahmawati, Siti Farah Rakhmawati, Irvani Ramasamy, Kogilavani Ray, Hamidie Ronald Daniel Readi, Septa Reyaan, Irianti Bahana Maulida Rika Hartati Rini Syafriani Rini Syafriani Rizki Mulyawan Rizki Mulyawan Rosmadi, Arief Samsul Bahri Sandi, Dita Ayulia Dwi Sansan Candra Setiawan . Setiawan Setiawan Setiawan, Finna Sigit, Joseph Iskendiarso Slamet Ibrahim Soemardji, Andreanus A. Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Ukan Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno, Sukrasno Susiani, Eka Fitri Susilawati, Elis Suwendar Suwendar Tommy Apriantono Tutus Gusdinar Kartawinata Ufamy, Nazhifa Ukan Sukandar Ukan Sukandar Wikaningtyas, Pratiwi Wirasutisna, Komar Ruslan Wiyasa, Komang Ngurah Yani Mulyani Yani Mulyani Yedy Purwandi Sukmawan Yohanna Christanti Yuliet Yuliet Yuniarto, Ari Zazuli, Zulfan Zulfan Zazuli