Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Potensi Interaksi Obat pada Resep Polifarmasi di Dua Apotek Kota Bandung Irianti Bahana Maulida Reyaan; Cempaka Kuning; I Ketut Adnyana
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.56931

Abstract

Polypharmacy prescription very commonly occurs on patient’s prescription in every health facilities. Polypharmacy may increase the risk of Drug-drug Interactions (DDI’s) which mostly causes harm impact in the patient’s therapy. Drug interactions considered clinically significant if it increases the toxicity or decreases the effectiveness of therapy. The objective of this study was to analyze the potential drug interactions in polypharmacy prescriptions in two pharmacy at Bandung city in general, based on the severity, and mechanism. This study was a non-experimental study that was carried out retrospectively by taken prescription data that received by two Pharmacies in Bandung City for the period of October- December 2018. Samples were obtained by purposive sampling technique and were analyzed by using Stockley’s Drug Interaction 9th Edition and database such as micromedexsolutions.com to determine the potential for drug interactions based on its severity and mechanism of interactions. A total of 1218 prescriptions were analyzed,  of which 896 prescription  (73.56%) were included in the inclusion criteria, and 569 prescription (63.50%) had potential drug-drug interactions. Based on the severity, majority of drug-drug interaction is moderate (85.60%), followed by minor interactions (9.28%), and major interactions (5.12%). Based on the mechanism, majority of drug-drug interactions is pharmacodynamic interactions (90.34%), and followed by pharmacokinetic interactions (9.66%). Based on the many of potential drug interactions, polypharmacy prescribing should be avoided and management of potential DDI’s should be performed.
KAJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES DARI EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSINYA DARI DAUN SINGAWALANG (Petiveria alliacea L.) Elis Susilawati; I Ketut Adnyana; Neng Fisheri
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 13 No. 02 Desember 2016
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman singawalang sebagai obat herbal antidiabetes masih belum banyak dikenal oleh masyarakat dan juga penelitiannya belum cukup mendalam sebagai suatu obat herbal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas antidiabetes dari ekstrak etanol dan fraksinya dari daun singawalang. Pengujian aktivitas antidiabetes dilakukan dengan metode uji toleransi glukosa dan uji resistensi insulin. Pada Uji Toleransi Glukosa Oral (Oral Glucose Tolerance Test/OGTT), mencit dibagi dalam enam kelompok. Kelompok I (kontrol) diberikan glukosa sebayak 3 mg/kg berat badan (bb). Kelompok II diberikan ekstrak etanol 80 mg/kg bb. Group III, IV, dan V diberikan sebanyak 80 mg/kg bb dari fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air. Kelompok VI diberikan glibenklamida 0,65 mg/kg bb. Pengaruh pemberian ekstrak etanol dan fraksinya terhadap OGTT pada kelompok mencit normal diukur pada rentang waktu 30, 60, 90, dan 120 menit. Pada uji resistensi insulin dievaluasi dengan tes toleransi insulin dimana hewan uji terlebih dahulu diberikan emulsi tinggi lemak selama 14 hari dan dilanjutkan dengan diberikan bahan uji selama 14 hari dan metformin 65 mg/kg bb sebagai pembanding. Pada uji toleransi glukosa menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan ekstrak dan fraksi dari daun singawalang pada dosis 80 mg/kg bb memiliki kemampuan untuk menghambat kenaikan kadar glukosa darah akibat pemberian glukosa. Pada uji resistensi insulin, kelompok yang diberikan fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat dengan dosis 80 mg/kg bb dan ekstrak etanol dan fraksi air dengan dosis 160 mg/kg bb, mampu meningkatkan nilai KTTI (konstanta tes toleransi insulin). Nilai KTTI paling besar ditunjukan pada pemberian fraksi air dengan dosis 160 mg/kg bb. Ekstrak etanol dan fraksinya dari daun singawalang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Ekstrak etanol dan fraksinya dari daun singawalang dosis 160 mg/kg bb menunjukkan aktivitas antidiabetes yang lebih baik dibandingkan dosis 80 mg/kg bb. Singawalang (Petiveria alliacea), an Indonesian herbal medicine as antidiabetic is not widely known, but definitive studies on efficacy and mechanism of action are lacking.This study aimed to evaluate the antidiabetic activity of various fractions of ethanol extract from Petiveria alliacea leaves. The effect on the glucose absorption was investigated by the oral glucose tolerance and insulin resistance test. On oral glucose tolerance test (OGTT), the mice were divided into six groups. Group I (control) received glucose 3 mg/kg body weight (bw). Group II received ethanol extract 80 mg/kg bw. Group III, IV, and V were given 80 mg/kg bw of n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and water fraction, respectively. Group VI received glibenclamide 0.65 mg/kg bw. The effect of ethanol extract and its fractions on OGTT in normal mice group was assessed at different time intervals (30, 60, 90, and 120 min). On insulin resistance test, mice given high fat emulsion for 14 days and then given ethanolic extract and its fraction for another 14 days and metformin at dose of 65 mg/kg bw as control. On OGTT, the ethanol extract and its fraction at dose of 80 mg/kg bw were able to inhibit increasing of the level of glucose in blood due to feeding of glucose. On insulin resistance test, the fraction of n-hexane and ethyl acetate at dose of 80 mg/kg bw and the ethanol extracts at dose of 160 mg/kg bw were able to increase the value of the KTTI (the rate constant for plasma glucose disappearance). The highest value of KTTI was for water fraction at dose of 160 mg/kg bw. The ethanol extract and its fraction from Petiveria alliacea leave at dose of 160 mg/kg bw able to decreased level glucose in blood significantly.
The Role and Mechanism of Cinnamon for Athlete Metabolism and Recovery Process: A Systematic Literature Review Muhamad Fahmi Hasan; I Ketut Adnyana; Samsul Bahri; Hamidie Ronald Daniel Ray
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 7, No 2 (2022): Physical Activity and Exercise for Health and Well-being
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpjo.v7i2.46047

Abstract

Athletes have a high need to maintain their performance to stay fit while performing a high training intensity and frequent exercise. It makes athletes have a high need for supplements. However, athletes are prohibited from taking supplements included in the doping category. The lowest risk of doping is herbal-based supplements. This study used a systematic review method. The screening employed the PRISMA method as the preferred reporting item for systematic review and meta-analyses. The articles were obtained from Scopus and Dimensions databases using “cinnamon” as the keyword. Furthermore, the words "cinnamon" and "athlete" were added so that the data were obtained more specific. The exclusion criteria of this study involved original article documents, while the inclusion criteria included not more than 5-year publications. In the article selecting process, there were four articles that fulfilled the inclusion and exclusion criteria stating that cinnamon was effective for preventing inflammation that had an impact on accelerating recovery in athletes. Cinnamomum zylanicum is the most effective type of cinnamon for athlete recovery. It is because Cinnamomum zylanicum contains the most Cinnamaldehyde to help speed up recovery, which is most suitable for athletes. Thus, cinnamon is expected to be an alternative supplement for athletes to improve their performance.
PENGEMBANGAN OBAT ALAMI DI BALI SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA Ni Kadek Warditiani; I Made Agus Gelgel Wirasuta; I Ketut Adnyana
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 11, No. 2, Tahun 2022
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JFU.2022.v11.i02.p06

Abstract

Kesehatan adalah bidang program prioritas Pemprov Bali (2018-2023) dengan salah satu Pelayanan Pengobatan Tradisional Integrasi, dengan usaha mengangkat pengobatan usadha dapan berjalan seiring saling bahu membahu, isi mengisi dalam mewujudkan manusia Bali dengan Jana Kertih. Tujuan penulisan artikel ini adalah Pemprov Bali mengembangkan obat alami Bali berdasarkan kearifan lokal leluhur Bali yang bersumber pada referensi Lontar Usadha menjadi salah satu kekuatan ekonomi Bali dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi pariwisata. Caranya adalah dengan mencari, mentelaah dan merekap kebijakan yang sudah ada dan/atau yang sudah dijalankan oleh Kemenkes/Kementerian-kementerian dan pemerintah daerah Bali. Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan herbal di bali adalah Usadha referensi cara hidup sehat orang Bali, pengembangan industri obat herbal di bali, Percepatan Berjalannya Ekosistem, Standarisasi Obat Herbal, Kebijakan, Pengembangan Wisata Kebugaran Ala Bali “Balinesse Wellness“ Regulasi Pemprov Bali dalam pengembangan Obat Tradisional dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali
Pengaruh speed training terhadap performa fisik pemain futsal remaja Tommy Apriantono; Agung Dwi Juniarsyah; I Ketut Adnyana; Muhamad Fahmi Hasan; Dadan Resmana
Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran Vol 9 No 1 (2023): Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/js_unpgri.v9i1.19047

Abstract

High intensity and good acceleration speed are distinct advantages in a futsal team, thus the purpose of this study is to determine the effect of speed training on the physical performance of futsal players in West Java. The method used in this research is experimental, with a pretest–posttest one group design approach. A purposive sampling technique with inclusion criteria was used in selecting subjects. The total subjects were 30 male futsal players with an average (age of 18.18 ± 2.11 years, height of 168.20 ± 5.32 cm, weight of 60.49 ± 4.23 kg, and fat of 10.19 ± 1.65 %). Data were analyzed using the SPSS version 22 application with a significance level of p <0.05. The results showed that speed training carried out for 10 weeks significantly impacted aerobic Capacity (p=0.005) and agility (p=0.008). While for the vertical jump and 20-meter sprint, there was an increase, but not significant. Thus the findings in this study can be used as a recommendation for coaches and athletes to train in the basic components of speed to help their physical performance properly.
ETIOLOGI, PREVALENSI, BIAYA DAN KUALITAS HIDUP PENDERITA NYERI NEUROPATIK: KAJIAN SISTEMATIK Yedy Purwandi Sukmawan; Lia Amalia; I Ketut Adnyana; Kusnandar Anggadiredja
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v22i1.904

Abstract

In Vitro Determination of Sun Protection Factor of Water Extract of Aerodramus fuciphagus from Central Kalimantan Dita Ayulia Dwi Sandi; Eka Fitri Susiani; I Ketut Adnyana; Pratiwi Wikaningtyas
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2021): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v4i2.1782

Abstract

Sunscreen is a cosmetic substance that has the ability to reflect or absorb sunlight actively. It can prevent skin irritation due to UV rays. One of the natural ingredients with a sunscreen effect is the Edible-nest swiftlet's (Aerodramus fuciphagus) nest (ESN). This study aimed to determine the value of the sun protective factor (SPF) of the ESN water extract. The ESN water extract solution with variation concentration, this is 2000, 2500, 5000, 6000, and 7000 ppm, were measured by spectrophotometric UV-Vis at wavelength 290-375 nm with 5 nm intervals to determine the value of SPF, percentage of erythema transmission (%Te), and percentage of pigmentation transmission (%Tp) of ESN water extract. The result showed that the ESN water extract's SPF values at the concentration 2000, 2500, 5000, 6000, and 7000 ppm were 7.80; 9.68; 18.75; 20.58; and 22.24. The value of %Te of each concentration were 15.60±0.19; 10.03±0.42; 1.24±0.04; 0.81±0.01 and 0.56±0.01. While the value of %Tp of each concentration was showed the sunblock category. In conclusion, the ESN water extract from Central Kalimantan at the concentration of 6000 ppm has potential in ultraviolet protection against the skin in the ultra category with sunblock category mechanism. Further, it can be developed into sunscreen cosmetics from natural ingredients.
EFEK ANTILELAH EKSTRAK AIR MESOKARP SEMANGKA KUNING (Citrullus lanatus Thunb.) TANPA BIJI I Ketut Adnyana; Nisrina Dita Arlinda; Dewi Safitri
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2 No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v2i2.27

Abstract

Buah semangka adalah buah yang sering dijumpai dan dikonsumsi. Akan tetapi, pada umumnya semangka hanya dikonsumsi daging buahnya saja, sedangkan kulit putihnya (mesokarp) seringkali hanya menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antilelah ekstrak air mesokarp semangka sehingga bisa dijadikan suplemen energi alami. Pengujian antilelah dilakukan dengan metode Weight-loaded Forced Swimming Test (WFST). Mencit Swiss Webster jantan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok uji yang diberikan ekstrak dosis 1 g/kg bb, kelompok uji ekstrak dosis 2 g/kg bb, dan kelompok pembanding yang diberi kafein dengan dosis 19,5 mg/kg bb. Ekstrak uji dan pembanding diberikan secara peroral selama 21 hari, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan pembawa berupa suspensi CMC Na. Selanjutnya, waktu renang, kadar glukosa darah, asam laktat darah, bobot badan, dan glikogen hati serta otot ditentukan saat uji WFST. Ekstrak air mesokarp semangka dengan dosis 1 g/kg bb memiliki kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Sementara untuk dosis 2 g/kg bb memiliki kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah (p<0,01) dan glikogen hati (p<0,05), serta menurunkan produksi asam laktat (p<0,05), dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian ekstrak  juga tidak memiliki efek terhadap bobot badan hewan uji. Pemberian ekstrak air mesokarp semangka dapat memperbaiki aktivitas dan beberapa parameter biokimia tubuh yang memiliki kaitan dengan kelelahan sehingga dapat digunakan sebagai suplemen antilelah alami.
Aktivitas ekstrak etanol daun singawalang (Petiveria alliacea L.) dan fraksinya sebagai antidiabetes Elis Susilawati; I Ketut Adnyana; Neng Fisheri
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.113

Abstract

Abstrak Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia. Salah satu tanaman yang mempunyai efek antidiabetes adalah daun singawalang (Petiveria alliacea L.). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dengan model hewan defisiensi insulin dan penghambatan enzim alfa glukosidase. Pengujian defisiensi insulin dilakukan menggunakan mencit induksi  aloksan. Mencit dikelompokkan menjadi 11 kelompok, yaitu normal, kontrol negatif, kontrol positif (glibenklamid 0,65 mg/kgbb), ekstrak etanol (dosis 80 dan 160 mg/kgbb), fraksi n-heksana (dosis 80 dan 160 mg/kgbb),  fraksi etil asetat (dosis 80 dan 160 mg/kgbb), dan fraksi air (dosis 80 dan 160 mg/kgbb). Pemberian bahan uji dilakukan berulang setiap hari selama 14 hari dan kadar glukosa darah diukur  pada hari ke-7, 14, 17, dan 19. Kemudian hewan dikorbankan, dilakukan isolasi pankreas, dan dihitung luas pulau Langerhans, jumlah sel alfa dan beta pankreas. Pada uji hambat enzim alfa glukosidase, dilakukan penentuan nilai IC50 tiap fraksi terhadap aktivitas enzim, dan akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil uji defisiensi insulin menunjukkan bahwa ekstrak etanol dosis 80 dan 160 mg/kgbb memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil histologi pankreas juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol dosis 80 dan 160 mg/kgbb mengurangi jumlah sel alfa pankreas, diperkirakan dapat menurunkan sekresi glukagon. Pada metode penghambatan enzim alfa glukosidase fraksi n-heksana dan fraksi air menunjukkan adanya penghambatan aktivitas enzim alfa glukosidase yang lebih baik dibandingkan akarbose. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ektrak etanol daun singawalang dan fraksinya mempunyai aktivitas sebagai antidiabetes. Kata kunci:     Daun singawalang, defisiensi insulin, enzim alfa glukosidase.  In vivo and in vitro activity of ethanol extracts from the leaves of singawalang (Petiveria alliacea l.) and its fractions as antidiabetic Abstract Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorders characterized by hyperglycemia. One of the plants that has antidiabetic effect is the leaves of singawalang (Petitiia alliacea L.). This study aims to examine antidiabetic activity with animal model of insulin deficiency and inhibition of alpha glucosidase enzyme. Tests of insulin deficiency were performed using alloxan induction mice. The mice were grouped into 11 groups, normal, negative control, positive control (glibenclamide 0.65 mg/kgbw), ethanol extract (doses 80 and 160 mg/kgbw), n-hexane fractions (doses 80 and 160 mg/kgbw), ethyl acetate doses 80 and 160 mg/kgbw), and water fractions (doses of 80 and 160 mg/kgbw). Testing was performed daily for 14 days and blood glucose was measured on days 7, 14, 17, and 19. Later animals were sacrificed, isolated pancreas, and calculated the area of Langerhans Island, the number of alpha and beta cells of the pancreas. In the alpha glucosidase enzyme inhibition test, IC50 values were determined for each fraction of enzyme activity, and the acarbose was used as a comparison. Insulin deficiency test results showed that ethanol extract dose 80 and 160 mg/kg bw has the ability to lower blood glucose levels. Based on histological results of the pancreas also showed that ethanol extract dose 80 and 160 mg/kgbw reduce the number of pancreatic alpha cells, is expected to decrease glucagon secretion. In the inhibition method of alpha glucosidase enzyme n-hexane fraction and water fraction showed the inhibition of alpha glucosidase enzyme activity better than akarbose. The conclusion of this research is the ethanol extract of singawalang leaves and fraction has activity as antidiabetes. Keywords:      Diabetes mellitus, leaf singawalang, insulin deficiency, the enzyme alpha-glucosidase.
Pengaruh Gel Ekstrak Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) Terhadap Penyembuhan Luka Pada Model Tikus Diabetes Sansan Candra; Elis Susilawati; I Ketut Adnyana
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i2.154

Abstract

Abstrak Luka diabetes adalah infeksi, luka dan destruksi pada penderita diabetes melitus. Daun kerehau secara empiris digunakan oleh suku Dayak Tunjung sebagai obat luka dan bengkak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak daun kerehau terhadap penyembuhan luka pada model tikus diabetes. Induksi diabetes dilakukan menggunakan aloksan dosis 75 mg/kg BB intravena. Model hewan diabetes dibuat luka dengan kedalaman 0,3 cm menggunakan scalpel steril pada bagian punggung. Hewan uji dibagi menjadi lima kelompok dan mendapatkan sediaan basis gel, Prontosan® gel, sediaan gel ekstrak daun kerehau konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%. Pengolesan gel dilakukan dua kali sehari selama 13 hari. Parameter penyembuhan luka dilakukan dengan mengukur panjang luka dan dinyatakan dengan persentase penyembuhan luka. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan pemberian gel ekstrak daun kerehau dapat mempercepat penyembuhan luka pada model tikus diabetes dimana sediaan gel ekstrak daun kerehau konsentrasi 2,5% memberikan kesembuhan pada hari ke-13, sediaan gel konsentrasi 5% pada hari ke-12, dan sediaan gel konsentrasi 10% pada hari ke-9. Hasil juga menunjukkan rata-rata persentase penyembuhan luka pada kelompok konsentrasi 10% lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 2,5% dan 5%. Dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak daun kerehau dapat menyembuhkan luka pada model tikus diabetes. Kata kunci:    Luka diabetes, daun kerehau, penyembuhan luka Effect of Kerehau Leaves Extract Gel to Wound Healing Process  in Diabet Rats Model Abstract Diabetic wounds are infection, injury and destruction in people with diabetes mellitus. Kauhau leaves are empirically used by the Tunjung Dayak tribe as a medicine for wounds and swelling. The aim of this study was to determine the effect of Kerehau leaf extract gel on wound healing in diabetic mouse models. Induction of diabetes is done using alloxan dose of 75 mg / kg BW intravenously. The diabetic animal model was made with a 0.3 cm depth wound using a sterile scalpel on the back. The test animals were divided into five groups and obtained base gel preparations, Prontosan® gel, preparations of Kerehau leaf extract gel concentrations of 2.5%, 5%, and 10%. Gel application is done twice a day for 13 days. Wound healing parameters were performed by measuring the length of the wound and expressed by the percentage of wound healing. The test results showed that administration of Kerehau leaf extract gel could accelerate wound healing in diabetic mouse models where the preparations of Kerehau leaf extract gel with a concentration of 2.5% gave healing on the 13th day, preparations for 5% gel on 12th day, and preparations gel concentration of 10% on day 9. The results also showed that the average percentage of wound healing in the concentration group was 10% higher than the concentration of 2.5% and 5%. It can be concluded that administration of Kerehau leaf extract gel can heal wounds in diabetic mouse models. Keywords:  Diabetic ulcer, kerehau leaf, wound healing
Co-Authors - Liandhajani - Sukrasno . Patonah Afifa, Alia Tri Afifa, Alia Tri Agung Dwi Juniarsyah Agung Dwi Juniarsyah Alia Tri Afifa Ame Suciati Setiawan Andayani, Desak Gede Sri Andreanus A. Soemardji Apriantono, Tommy Armina, Tjokorde Istri Cempaka Kuning Christanti, Yohanna Dadan Resmana Dangin, I Gede Rama Andika Yuda Daryono Hadi Tjahjono Desak Gede Sri Andayani Desak Gede Sri Andayani DEWI SAFITRI Dewi Safitri Dewi Safitri Eka Fitri Susiani Elin Y. Sukandar Elin Yulinah Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elin Yulinah Sukandar Elis Susilawati Elis Susilawati Finna Setiawan Fisheri, Neng Gunawan Pamudji Widodo Gusdinar, Tutus Hannan, Hannan Hasan, Muhamad Fahmi HENI RACHMAWATI Hikmat Permana I Made Agus Gelgel Wirasuta Irda Fidrianny Irianti Bahana Maulida Reyaan Irvani Rakhmawati Iwo, Maria Immaculata Juniarsyah, Agung Dwi Kartasasmita, R. E. Kogilavani Ramasamy Kuning, Cempaka Kusnaedi Kusnaedi Kusnandar Anggadiredja Leni Herliani Afrianti Leonny Yulita Hartiadi Lia Amalia Liandhajani, - Linda Amalia Lisna Anisa Fitriana, Lisna Anisa Maria Immaculata Iwo Mariani, Ria Marlina Indriastuti Mukti Priastomo Nawawi, As’ari Nazhifa Ufamy Neng Fisheri Ni Kadek Warditiani Niken Indriyanti Nisrina Dita Arlinda Nisrina Dita Arlinda, Nisrina Dita Nugrahani, Retta Poety Prawestyi Pratiwi Wikaningtyas Prawestyi, Poety Primal Sudjana Purwanti, Sandra Jati Rahmana Emran Kartasasmita Rahmatullah, Satrio Wibowo Rahmawati, Siti Farah Rakhmawati, Irvani Ramasamy, Kogilavani Ray, Hamidie Ronald Daniel Readi, Septa Reyaan, Irianti Bahana Maulida Rika Hartati Rini Syafriani Rini Syafriani Rizki Mulyawan Rizki Mulyawan Rosmadi, Arief Samsul Bahri Sandi, Dita Ayulia Dwi Sansan Candra Setiawan . Setiawan Setiawan Setiawan, Finna Sigit, Joseph Iskendiarso Slamet Ibrahim Soemardji, Andreanus A. Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Elin Yulinah Sukandar, Ukan Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno Sukrasno, Sukrasno Susiani, Eka Fitri Susilawati, Elis Suwendar Suwendar Tommy Apriantono Tutus Gusdinar Kartawinata Ufamy, Nazhifa Ukan Sukandar Ukan Sukandar Wikaningtyas, Pratiwi Wirasutisna, Komar Ruslan Wiyasa, Komang Ngurah Yani Mulyani Yani Mulyani Yedy Purwandi Sukmawan Yohanna Christanti Yuliet Yuliet Yuniarto, Ari Zazuli, Zulfan Zulfan Zazuli