Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PERBEDAAN POLA PERTUMBUHAN TINGGI BADAN, TINGGI DUDUK, INDEKS SKELIK ANTARA ANAK-ANAK DAERAH RURAL DAN URBAN USIA 7-15 TAHUN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Wijanarko, Bayu; Rahmawati, Neni Trilusiana; Sudargo, Toto
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.249 KB)

Abstract

Status  gizi  merupakan  salah  satu tolok  ukur  yang  sering  digunakan  untuk  menilai  perkembangan  dan pertumbuhan individu. Salah satu indikator penilaian status gizi adalah pertumbuhan tinggi badan pada anak-anak.  Tinggi  badan  sering  digunakan  sebagai  indikator  karena  mudah  diukur  dan  diamati.  Tinggi badan  merupakan  hasil  penambahan  tinggi  duduk  dan  panjang  tungkai.  Pertumbuhan  indikator  ini dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  diantaranya  lingkungan  tempat  tinggal  dan  status  ekonomi.  Daerah rural,  umumnya  memiliki  tingkat  aktivitas  yang  tinggi  dan  mempunyai  penghasilan  rata-rata  yang  lebih rendah  dibandingkan  daerah  urban.  Penelitian  bertujuan  mengkaji  perbedaan  pola  pertumbuhan  tinggi badan, tinggi duduk, dan indeks skelik pada anak-anak rural dan urban di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan  crosssectional. Rata-rata tinggi badan, tinggi duduk, dan indeks  skelik pada anak rural dibandingkan dengan anak  urban  untuk  mengetahui  signifikansi  perbedaannya.  Analisis  data  yang  digunakan  adalah  ANOVA satu arah dengan menggunakan program olah data SPSS. Sebelum dilakukan tes ANOVA, terlebih dahulu dilakukan uji normalitasan distribusi data sampel penelitian. Hasil studi menunjukkan bahwa pada anak urban memiliki rata-rata tinggi badan dan tinggi duduk yang lebih tinggi dibandingkan anak rural (p<0,05). Rata-rata  indeks  skelik  pada  anak  urban  lebih  besar dibandingkan  anak  rural.  Lonjakan  pertumbuhan terjadi  paling  cepat  pada  saat  pubertas,  dan  anak  urban  memiliki  onset  terjadinya  pubertas  yang  lebih cepat  dibandingkan  rural.  Kesimpulan:  Pada  studi  ini  adalah  anak  urban  memiliki  onset  pubertas  yang lebih cepat dibandingkan anak rural. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah status ekonomi, ketersedian pelayanan kesehatan yang memadai, kecepatan maturitas, dan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.Kata kunci: tinggi badan, tinggi duduk, indeks skelik
FAKTOR RISIKO SOSIAL EKONOMI, ASUPAN PROTEIN, ASUPAN ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK SEKOLAH DASAR Fajrin, Amalia; Sudargo, Toto; ., Waryana
GIZI INDONESIA Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.207 KB)

Abstract

Anemia merupakan masalah kesehatan untuk semua umur termasuk anak usia sekolah. Dengan melihat besarnya  masalah  dan  prevalensinya,  anemia  menjadi  masalah  kesehatan  yang  serius  dan  perlu penanganan. Tingkat sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan pengetahuan ibu, mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi nya terutama protein dan zat besi. Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  mengidentifikasi  faktor  sosial  ekonomi  sebagai  faktor resiko  anemia pada anak sekolah umur 9-13 tahun. Desain studi ini adalah case-control. Kelompok control adalah anak sekolah yang tidak anemia berjumlah 66, sedangkan kelompok kasus ditentukan berdasarkan identifikasi haemoglobin  konsentrasi  menggunakan  metoda   cyanmethemoglobin.  Sosial  ekonomi  keluarga  diambil dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data asupan protein dan besi dikumpulkan melalui recall 24 jam. Data diolah dengan menggunakan test chi square untuk mengidentifikasi faktor resiko. Hasil ujia statistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor resiko terjadinya anemia pada anak sekolah  (OR =  4.14;  95%  CI  1.38  to  12.3),  demikian  juga  pendapatan  keluarga  (OR  =  1.98;  95%  CI  =  0.575  to  6.837).Pendidikan ibu  (OR = 1.42; 95% CI = 0.434 to 4.682),  asupan  protein (OR = 1.24; 95% CI = 0.408 -  3.798), dan zat besi  (OR = 3.9; 95% CI = 0.457 to 34.54)  bukan merupakan  factors  resiko terjadinya  anemia  pada anak  anak  sekolah  dasar.  Dapat  disimpulkan  bahwa  pengetahuan  ibu  yang  rendah  adalah  merupakan faktor resiko terjadinya    anemia  pada anak sekolah dasar.  Pendapatan keluarga, pendidikan ibu, asupan protein, dam asupan zat besi adalah bukan merupakan faktor resiko pada anak sekolah dasar.Kata kunci: anemia, sosio ekonomi, asupan, protein, zat besi, anak sekolah dasar
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS DIET, SOSIO-DEMOGRAFI, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT KANUJOSO DJATIWIBOWO (RSKD) BALIKPAPAN Gardiarini, Praseptia; Sudargo, Toto; Pramantara, I Dewa Putu
GIZI INDONESIA Vol 40, No 2 (2017): September 2017
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.469 KB)

Abstract

Pengendalian gula darah yang buruk, dapat memperparah terjadinya penyakit. Kualitas diet merupakan faktor penting dalam pengendalian gula darah, pengendalian gula yang baik dapat menghindarkan penderita diabetes dari kemungkinan komplikasi lebih lanjut. Kualitas diet, sosio-demografi dan dukungan keluarga akan berdampak terhadap manajemen penyakit DM, hubungan diantara ketiga hal tersebut belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan kualitas diet, faktor sosio-demografi dan dukungan keluarga dengan pemeliharaan gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Studi Cross-sectional digunakan untuk mengetahui kaitan antara kualitas diet, faktor sosio-demografi dan dukungan keluarga terhadap pengedalian gula darah. Diet Quality Index- International (DQI-I) digunakan untuk menilai kualitas diet, kuesioner Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) digunakan untuk mengetahui dukungan keluarga. Path regression digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas diet, sosio-demografi dan dukungan keluarga terhadap HbA1c. Hasil penelitian menunjukkan skor kualitas diet yang dicapai subjek penelitian mencapai rata-rata 55.97 ± 6.1. Pendapatan dan pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas diet yaitu 6,55 persen dan 7,11 persen (p<0,05). Tidak ditemui hubungan yang signifikan antara pendidikan pendapatan dan kualitas diet pada kadar HbA1c. Kesimpulan dari penelitian bahwa pendidikan dan pendapatan memiliki pengaruh pada skor kualitas diet. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kualitas diet, faktor sosio demografi dan dukungan keluarga terhadap kadar HbA1c.ABSTRACT  The Association of Diet Quality, Sosiodemography, Family Support with Blood Glucose Control among Type 2 Diabetes Patients at RS. Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) in BalikpapanDiet Quality is an important factor to control blood glucose and it could avoid the patient of DM type 2 from complication. Socio-demography factors and family support could help patients in managing DM type 2. The objective of the study is to understand the relationship of diet quality, socio-demography factors, and family support for controlling blood glucose in patients with Diabetes Mellitus Type 2 at Kanujoso Djatiwibowo Hospital. A cross-sectional study was used in this study to know the relationship of diet quality, socio-demography factors, and family support to control blood glucose. Diet Quality Index-International (DQI-I) was used to assess diet quality of all subjects. Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) questionnaire was used to know family support. Data were analyzed using regression path to know the relationship of diet quality, socio-demography factors, and family support to HbA1c. The result showed that all subjects had scores of diet quality approximately 55.97 ± 6.1. Income and education level factors had a significant relationship with diet quality, i.e 6.55 percent and 7.11 percent (p<0.05). There was an inverse relationship between family support and HbA1c level. Income and education level factors have affected on diet quality. No correlation found between diet quality, socio-demography factors and family support with HbA1c level. Keywords: Diet quality, family support, DM type 2, HbA1c
ASUPAN CAIRAN DAN STATUS HIDRASI MEMPENGARUHI PROFIL TEKANAN DARAH PADA ATLET SEPAKBOLA REMAJA Penggalih, Mirza Hapsari Sakti Titis; Juffrie, Mohammad; Sudargo, Toto; Sofro, Zaenal Muttaqien
GIZI INDONESIA Vol 39, No 2 (2016): September 2016
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.765 KB)

Abstract

Athletes tend move with a higher intensity and longer than a normal healthy human being. High intensity exercise coupled with high environmental temperature leads to an increase in body temperature and increased risk of dehydration. Given that the negative impact of dehydration on cardiac function and termoregulatori at practice, then the fluid intake and hydration status were closely related to the stability of the heart to maintain the performance. The study was carried out in 4 months. It was  an observational study with a longitudinal cohort design. The total subjects  in this study were 131 teenage footballers. Statistical testing using multiple regression analysis. The study showed that fluid intake and hydration status, and change in  body weight of the subjects before and after exercise provided significant effect on systolic blood pressure (P<0.05). Every increased in fluid intake and changes in body weight lowers blood pressure by 0.408 systolic mmHg, and increased in fluid intake and changes in percent body weight increase in blood pressure of 2.762 mmHg. The study concluded that intake of fluids as dehydration status protects athletes due to fluid loss. It was  because the activities becomes an important key to re-establish the systolic blood pressure. The more frequent training, the more increasingly athletes being exposed to dehydration, so that the systolic blood pressure  would continue to increase. It was recommended that rehydration for athletes - who experienced a weight loss of more than 2% - should be done immediately after exercise, asuming that 1 kg of body weigth loss could be replaced by at least 1 litter of fluid.
HUBUNGAN STATUS ANEMIA, PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN, PRAKTIK PERAWATAN KESEHATAN, DAN STIMULASI KOGNITIF DENGAN FUNGSI KOGNITIF ANAK SEKOLAH DASAR Puspaningtyas, Desty Ervira; Sudargo, Toto; Syamsiatun, Nurul Huda
GIZI INDONESIA Vol 35, No 2 (2012): September 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.06 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara status anemia, praktek pemberian makan pada anak, pemeliharaan kesehatan anak, dan stimulasi kognitif pada fungsi kognitif anak sekolah dasar umur  9-13  tahun  yang  tinggal di  Kabupaten  Imogiri  kota  Bantul,  Yogjakarta,  Sebanyak  120  anak  terplih secara  acak  sederhana,  tetapi  7  diantaranya  tidak  mengikuti  test  kognitif.  Status  anemia  ditentukan berdasarkan  konsentrasi  kadar  hemoglobin  secara  cyanmethemoglobin.  Data  tentang  kebiasaan pemberian  makan  anak,  praktik  pemeliharaan  kesehatan  dan  stimulasi  kognitif  anak  diambil  dengan pertanyaan  yang  diajukan  pada  orang  ibunya  melalui  kuesioner.  Fungsi  kognitif  diukur  dengan  metoda CFIT dan  hasil belajar  di sekolahnya, termasuk pada mata ajaran Bahasa Indonesia dan maematika. Uji Hubungan  2  variabel  menunjukkan  bahwa  terdapat  hubungan  yang  bermakna  antara  status  anemia dengan  angka  matematika  (p=0.005,  ρ  spearman  0.264),  praktek  pemberian  makan  pada  anak  dengan angka matematika (p=0.029, ρ spearman 0.206), dan stimulasi kognitif dengan angka matematika (p=0.027, ρ  spearman  0.208).  Dapat  disimpulkan  bahwa  dalam  penelitian  ini  status  anemia,  praktik  pemberian makanan  anak  dan  stimulasi  kogntif  pada  anak  mempunyai  hubungan  yang  bermakna  terhadap  fungsi kognitif anak, terutama pada angka pencapaian matematika. Kata kunci: status anemia, praktik pemberian makan pada anak, stimulasi kognitif, fungsi kognitif, anak sekolah dasar
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK SEKOLAH DASAR DI DAERAH ENDEMIS GAKI Puspitasari, Fithia Dyah; Sudargo, Toto; Gamayanti, Indria Laksmi
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.737 KB)

Abstract

Lebih dari sepertiga (36,1%) anak di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. Pada sisi yang lain penelitian-penelitian di negara berkembang lebih mengutamakan faktor kesehatan dibandingkan faktor pengasuhan orangtua sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi kognitif seorang anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan faktor sosiodemografi dengan kemampuan  kognitif  anak  sekolah  dasar  di  daerah  endemis  GAKI.  Rancangan  penelitian  adalah  cross sectional. Subyek adalah anak usia 9-12 tahun yang bersekolah di daerah Kismantoro yang merupakan daerah endemis GAKI sedang. Sebanyak 69 anak sekolah dasar dipilih secara  simple random sampling untuk ikut serta dalam penelitian ini. Data sosiodemografi diperoleh lewat angket sedangkan data status gizi diperoleh lewat pengukuran antropometri secaralangsung.  Inform Consentdidapatkan dari masingmasing keluarga subyek. Hasil analisa bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizidengan  kemampuan  verbal  (p= 0,037)  dan  kemampuan  kognitif  total  subyek  (p=  0,021).  Subyek  yang mengalami  stunted memiliki  risiko  9,226  kali  lebih  besar  untuk  memiliki  nilai  IQ  dibawah  rata-rata dibandingkan  subyek  yang  berstatus  gizi  normal.  Hubungan  yang  signifikan  juga  ditunjukkan  oleh variabel lama pendidikan orangtua terhadap seluruh  aspek kemampuan kognitif (p  0,000-0,009). Setelah dilakukan  uji  multivariat  diketahui  bahwa  hanya  lama  pendidikan  orangtua  yang  tetap  berhubungan secara signifikan terhadap kemampuan kognitif subyek. Kemampuan kognitif total dan kemampuan verbal subyek dipengaruhi oleh lama pendidikan ibu. Sedangkan lama pendidikan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan non verbal subyek penelitian. Untuk itu, para orangtua harus menempuh pendidikan setinggi-tingginya untuk mendukung perkembangan kemampuan kognitif anaknya. Kata kunci: status gizi, faktor sosiodemografi, kemampuan kognitif, anak sekolah dasar
EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBON Nurcahyani, Lia; Hakimi, Mohammad; Sudargo, Toto
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.522 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5745

Abstract

EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBONLia Nurcahyani 1, Mohammad Hakimi 2, Toto Sudargo 3ABSTRACT Background: Undernourishment is the main cause of mortality in underfives, one of which is the lack of growth monitoring and promotion program utilization. Cases of undernourishment at Cirebon Municipality exceed the provincial and national figures. In 2008, community participation in growth monitoring and promotion program increased 19% from the previous year, however cases of undernourishment also increased 0.23%.Objective: To study the effect of growth monitoring and promotion program utilization toward nutritional status of underfive.Method: The study was observational with retrospective cohort design. Subject consisted of 246 underfives of 17-59 months and mothers that met inclusion and exclusion criteria. Sampling used three stage combined with purposive and random sampling technique. Data consisted of primary and secondary data obtained from questionnaire, growth chart, nutrition registry, monthly report of underfive weighing at Cirebon Municipality in 2008, digital scale, measurement board/microtoise and 2006 is WHO anthropometric software. Data analysis used univariate, bivariate with chi square, and multivariate with logistic regression. The study was supported with qualitative data obtained from observation and indepth interview with 6 cadres and 2 nutrition staff to identify input and process indicators and constraints in the utilization of growth monitoring and promotion program.Result and Discussion: The utilization of growth monitoring and promotion program affected nutritional status of underfive significantly p<0,05. Incidence of undernourished underfives that did not utilize the program regularly was 2.7 times greater than in those utilizing the program regularly after considering the contribution of knowledge and attitude of mothers and age of underfives. Input indicator especially role of cadres in the process of growth monitoring and promotion program at Cirebon Municipality was not optimum. Constraints in program utilization consisted of individual (health reason), provider (social reason) and community (geographical reason).Conclusion: Monthly growth monitoring should be prioritized on underfives for the first 24 month. Target of growth monitoring and promotion program could be achieved when there is comprehensive support from people that received the service, service providers and policy makers.Keywords:  nutritional status, underfives, growth monitoring, promotion program, program utilization ABSTRAK Latar Belakang: Kurang gizi adalah penyebab utama mortalitas balita, salah satunya karena kurangnya penggunaan pemantau pertumbuhan dan promosi program. Kasus kurang gizi di Kotamadya Cirebon melebih angka provinsi dan nasional. Di tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan program promosi meningkat 19% dibanding tahun sebelumnya, namun kasus kurang gizi tetap meningkat 0,23%.Tujuan: Untuk meneliti efek pemanfaatan pemantauan pertumbuhan dan program promosi terhadap status gizi balita.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan retrospective cohort. Subyek terdiri dari 246 balita usia 17-59 bulan dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampling memakai tiga tahap dikombinasikan dengan teknik sampling purposif dan acak. Data berasal dari data primer kuesioner dan sekunder, grafik pertumbuhan, register gizi, laporan bulanan berat badan balita di Kotamadya Cirebon tahun 2008, timbangan berat badan, papan pengukur/microtoise dan WHO anthropometric software 2006. Analisis data memakai univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Penelitian ini juga didukung data kualitatif dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan 6 kader dan 2 staf gizi untuk mengidentifikasi indikator input dan proses serta hambatan dalam penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi.Hasil dan Pembahasan: Penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi mempengaruhi status gizi balita secara signifikan p<0,05. Insidensi kurang gizi balita yang tidak memanfaatkan program secara reguler 2,7 kali lebih tinggi dibanding yang memanfaatkan. Kemungkinan kontribusi pengetahuan dan sikap ibu serta usia balita juga mempengaruhi. Indikator input terutama peran kader dalam proses pemantauan pertumbuhan dan program promosi di Kotamadya Cirebon belum optimal. Hambatan penggunaan meliputi faktor individu (alasan kesehatan), petugas kesehatan (alasan sosial) dan komunitas (alasan geografis).Kesimpulan: Pemantauan pertumbuhan balita bulanan harus diprioritaskan untuk 24 bulan pertama. Target pemantauan pertumbuhan dan promosi dapat dicapai bila ada dukungan dari sisi kebutuhan masyarakat yang menerima layanan, dukungan tenaga kesehatan dan kebijakan pengambil kebijakan.Kata kunci: status gizi, balita, pemantau pertumbuhan, program promosi, pemanfaatan program 1 Politeknik Kesehatan Cirebon, Program Kebidanan, Tasikmalaya2 Magister Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi, Fakultas   Kedokteran Universitas Gadjah Mada3 Magister Kesehatan dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Pengaruh promosi gizi di sekolah terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang konsumsi air pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta Endri Yuliati; BJ. Istiti Kandarina; Toto Sudargo
Ilmu Gizi Indonesia Vol 2, No 1 (2018): Agustus
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.69 KB) | DOI: 10.35842/ilgi.v2i1.76

Abstract

Latar Belakang: Air merupakan zat gizi penyusun cairan intrasel dan ekstrasel, tetapi pemenuhan kebutuhannya sering dikesampingkan. Kurang air minum berdampak negatif pada fisik dan mental. Sekolah termasuk lingkungan terdekat anak sehingga berpotensi sebagai tempat memperbaiki perilaku anak. Tujuan: Mengetahui pengaruh model promosi gizi di sekolah dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait konsumsi air minum anak. Metode: Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan rancangan pre and post with control group design yang dilaksanakan di sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Pemilihan sekolah dilakukan dengan multistage random sampling. Setiap dua sekolah menerima salah satu bentuk promosi gizi berikut: A) pendidikan gizi dengan pembelajaran aktif dan pembiasaan (n=70) dan B) pembiasaan (n=65). Pendidikan gizi disampaikan oleh peneliti selama tiga minggu dengan frekuensi 1 kali per minggu. Pembiasaan dilakukan selama dua minggu berupa meminta anak untuk membawa minuman dari rumah dan minum bersama-sama sebelum pelajaran dimulai dan ketika akan pulang sekolah. Pengetahuan dan sikap tentang minum diukur dengan kuesioner sedangkan perilaku diukur dari volume konsumsi air minum dengan tiga hari fluid record. Data prepost dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank. Perbedaan kedua kelompok diuji dengan Mann Whitney. Hasil: Peningkatan pengetahuan hanya terjadi pada kelompok A, yaitu sebesar 1,13 (p<0,05). Untuk sikap dan perilaku terkait air minum tidak mengalami peningkatan yang bermakna setelah intervensi, yaitu berturut-turut untuk kelompok A dan B dari 1.137,74+432,32 dan 1.234,10+509,51 menjadi 1.119+404,87 dan 1.170+513,63 ml. Kesimpulan: Promosi gizi dengan metode pembelajaran aktif dan pembiasaan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, tetapi belum dapat meningkatkan sikap dan perilaku siswa terkait konsumsi air.
EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBON Lia Nurcahyani; Mohammad Hakimi; Toto Sudargo
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.522 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5745

Abstract

EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBONLia Nurcahyani 1, Mohammad Hakimi 2, Toto Sudargo 3ABSTRACT Background: Undernourishment is the main cause of mortality in underfives, one of which is the lack of growth monitoring and promotion program utilization. Cases of undernourishment at Cirebon Municipality exceed the provincial and national figures. In 2008, community participation in growth monitoring and promotion program increased 19% from the previous year, however cases of undernourishment also increased 0.23%.Objective: To study the effect of growth monitoring and promotion program utilization toward nutritional status of underfive.Method: The study was observational with retrospective cohort design. Subject consisted of 246 underfives of 17-59 months and mothers that met inclusion and exclusion criteria. Sampling used three stage combined with purposive and random sampling technique. Data consisted of primary and secondary data obtained from questionnaire, growth chart, nutrition registry, monthly report of underfive weighing at Cirebon Municipality in 2008, digital scale, measurement board/microtoise and 2006 is WHO anthropometric software. Data analysis used univariate, bivariate with chi square, and multivariate with logistic regression. The study was supported with qualitative data obtained from observation and indepth interview with 6 cadres and 2 nutrition staff to identify input and process indicators and constraints in the utilization of growth monitoring and promotion program.Result and Discussion: The utilization of growth monitoring and promotion program affected nutritional status of underfive significantly p<0,05. Incidence of undernourished underfives that did not utilize the program regularly was 2.7 times greater than in those utilizing the program regularly after considering the contribution of knowledge and attitude of mothers and age of underfives. Input indicator especially role of cadres in the process of growth monitoring and promotion program at Cirebon Municipality was not optimum. Constraints in program utilization consisted of individual (health reason), provider (social reason) and community (geographical reason).Conclusion: Monthly growth monitoring should be prioritized on underfives for the first 24 month. Target of growth monitoring and promotion program could be achieved when there is comprehensive support from people that received the service, service providers and policy makers.Keywords:  nutritional status, underfives, growth monitoring, promotion program, program utilization ABSTRAK Latar Belakang: Kurang gizi adalah penyebab utama mortalitas balita, salah satunya karena kurangnya penggunaan pemantau pertumbuhan dan promosi program. Kasus kurang gizi di Kotamadya Cirebon melebih angka provinsi dan nasional. Di tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan program promosi meningkat 19% dibanding tahun sebelumnya, namun kasus kurang gizi tetap meningkat 0,23%.Tujuan: Untuk meneliti efek pemanfaatan pemantauan pertumbuhan dan program promosi terhadap status gizi balita.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan retrospective cohort. Subyek terdiri dari 246 balita usia 17-59 bulan dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampling memakai tiga tahap dikombinasikan dengan teknik sampling purposif dan acak. Data berasal dari data primer kuesioner dan sekunder, grafik pertumbuhan, register gizi, laporan bulanan berat badan balita di Kotamadya Cirebon tahun 2008, timbangan berat badan, papan pengukur/microtoise dan WHO anthropometric software 2006. Analisis data memakai univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Penelitian ini juga didukung data kualitatif dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan 6 kader dan 2 staf gizi untuk mengidentifikasi indikator input dan proses serta hambatan dalam penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi.Hasil dan Pembahasan: Penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi mempengaruhi status gizi balita secara signifikan p<0,05. Insidensi kurang gizi balita yang tidak memanfaatkan program secara reguler 2,7 kali lebih tinggi dibanding yang memanfaatkan. Kemungkinan kontribusi pengetahuan dan sikap ibu serta usia balita juga mempengaruhi. Indikator input terutama peran kader dalam proses pemantauan pertumbuhan dan program promosi di Kotamadya Cirebon belum optimal. Hambatan penggunaan meliputi faktor individu (alasan kesehatan), petugas kesehatan (alasan sosial) dan komunitas (alasan geografis).Kesimpulan: Pemantauan pertumbuhan balita bulanan harus diprioritaskan untuk 24 bulan pertama. Target pemantauan pertumbuhan dan promosi dapat dicapai bila ada dukungan dari sisi kebutuhan masyarakat yang menerima layanan, dukungan tenaga kesehatan dan kebijakan pengambil kebijakan.Kata kunci: status gizi, balita, pemantau pertumbuhan, program promosi, pemanfaatan program 1 Politeknik Kesehatan Cirebon, Program Kebidanan, Tasikmalaya2 Magister Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi, Fakultas   Kedokteran Universitas Gadjah Mada3 Magister Kesehatan dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBON Lia Nurcahyani; Mohammad Hakimi; Toto Sudargo
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v34i1.102

Abstract

Kekurangan  gizi  merupakan  kunci  pokok  persoalan  kematian  balita  di  dunia,  yang  salah  satu penyebabnya yaitu kurangnya pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan. Kasus gizi kurang di Kota Cirebon melebihi angka provinsi dan  nasional. Pada tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam  program  pemantauan  dan  promosi  pertumbuhan  meningkat  sebesar  19  persen  dari  tahun sebelumnya,  tetapi  kasus  gizi  kurang  meningkat  juga sebesar  0,23  persen.  Penelitian  bertujuan  untuk mengkaji efek pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan terhadap status gizi balita. Jenis  penelitian  observasional  dengan  rancangan  kohort  retrospektif.  Subjek  penelitian  sebanyak  246 balita  usia  17-59  bulan  beserta  ibu  yang  memenuhi  kriteria  inklusi  dan  eksklusi.  Pengambilan  sampel menggunakan teknik three stage samplingdipadukan dengan purposive dan random sampling.Data yang digunakan  berupa  data  primer  dan  sekunder  dengan  instrumen  penelitian  meliputi  kuesioner,  kartu menuju sehat, register gizi, laporan bulan penimbangan balita Kota Cirebon tahun 2008, timbangan injakdigital, length board/ microtoiseserta softwareantropometri WHO (2006). Pengolahan data menggunakan analisis univariabel, bivariabeldengan chi-square dan multivariabel dengan uji regresi logistik. Penelitian ini  didukung  oleh  data  kualitatif  untuk  mengetahui  indikator  input  dan  proses  serta  hambatan  dalam pemanfaatan  program  pemantauan  dan  promosi  pertumbuhan.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa pemanfaatan  program  pemantauan  dan  promosi  pertumbuhan  berpengaruh  secara  signifikan  terhadap status  gizi  balita  dengan  p    0,05.  Insidensi  gizi  kurang  pada  balita  yang  tidak  memanfaatkan  program pemantauan  dan  promosi  pertumbuhan  secara  teratur  2,7  kali  lebih  besar  dibandingkan  balita  yang memanfaatkan  secara  teratur  setelah  mempertimbangkan  kontribusi  pengetahuan  dan  sikap  ibu  serta umur  balita.  Indikator  input,  khususnya  peran  kader dalam  proses  program  pemantauan  dan  promosi pertumbuhan tidak optimal. Hambatan pemanfaatan program meliputi faktor individu (kesehatan balita), faktor  provider  (alasan  sosial),  serta  faktor  komunitas  (lokasi  rumah  secara  geografis).  Pemantauan pertumbuhan  pada  balita  harus  dilakukan  setiap  bulan,  terutama  pada  umur   0-24  bulan.  Keberhasilan program  pemantauan  dan  promosi  pertumbuhan  dapat  dicapai  apabila  mendapat  dukungan  secara komprehensif dari segi penerima pelayanan, pemberi pelayanan dan pembuat kebijakan. Kata kunci: status gizi, pemantauan pertumbuhan,promosi pertumbuhan, balita
Co-Authors A. Fahmy Arif Tsani Adiyanti, M G Agus Wijanarka Agustina Arundina Triharja Tejoyuwono, Agustina Arundina Triharja Ali Rosidi Almira Sitasari Alfi tri Amalia Fajrin, Amalia Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Aramico, Basri Aripin Ahmad, Aripin Arta Farmawati Atika Anif Prameswari Atsiila, Wanda Azka Aulia, Bianda Bayu Wijanarko BAYU WIJANARKO Bernadette Josephine Istiti Kandarina Boediman, Dradjat Desty Ervira Puspaningtyas Dhuto Widagdo Dian Agnesia Dian Saraswati Djauhar Ismail Dyah Suryani Eko Budi Santoso Eko Budi Santoso Emy Huriyati Endri Yuliati Endy Paryanto Prawirohartono, Endy Paryanto Fithia Dyah Puspitasari, Fithia Dyah Hamam Hadi Hamam Hadi Harry Freitag Harry Freitag, Harry I Dewa Putu Pramantara Indria Laksmi Gamayanti Irine Christiany, Irine Iswanto Iswanto Jamil, Muhammad Dawam Joko Susilo Joko Susilo Lastiana Safitri Lastiana Safitri, Lastiana Lia Nurcahyani Lia Nurcahyani Lia Nurcahyani Lisma Evareny, Mohammad Hakimi, Retna Siwi Padmawati Madarina Julia Maria Goretti Adiyanti, Maria Goretti Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Mirza Hapsari Sakti Titis Misbakhudin Misbakhudin, Misbakhudin Mohammad Hakimi Mohammad Hakimi Mohammad Hakimi Mohammad Juffrie, Mohammad Neni Trilusiana Rahmawati Neni Trilusiana Rahmawati Nisa, Fatma Zuhrotun Nurul Huda Syamsiatun, Nurul Huda P, Tiurma Heryawanti Patuti, Normawaty Permatasari, Sinta Mukti Praseptia Gardiarini Prasetyaningsih, Ani Purnomo, Luthfan Budi Putri, Sheila Rosmala Qomarudin . Qomarudin ., Qomarudin Rachma, Esmeralda Cantika Rahmadi . Rakhmawati Agustina Ramli, Nurlaili Resti Kurnia Triatanti Resti Kurnia Triatanti, Resti Kurnia Riantina Rizky Amalia Riantina Rizky Amalia, Riantina Rizky Rieska Afidah Rieska Afidah, Rieska Rihul Husnul Juliyatmi Sartono Sartono, Sartono Setyawening, Annisa Luthfia Sihite, Gema TD Sitohang, Urbanus Sofro, Zaenal Muttaqien Sri Ahadi Nugraheni Sri Ahadi Nugraheni, Sri Ahadi Sri Desfita, Sri Subardjo, Yovita Puri Sumayyah Sumayyah, Sumayyah Susyani, Susyani Tabita, Ineka Andi Tatik Mulyati Untung S. Widodo Untung Supariadi Widodo Usi Lanita Wachid, Deddy Nur Waryana ., Waryana Widyaningrum, Rachmawati Winda Irwanti Winda Irwanti, Winda Wiryatun Lestariana, Wiryatun Yapita, Jennifer Yayi Suryo Prabandari Yeni Prawiningdyah Yolanda, Nida Amira Taris Yuliana Noor Setiawati Ulvie Yulita, Yulita Yuniarti, Hana