Claim Missing Document
Check
Articles

IDENTITAS œLAJANG (SINGLE IDENTITY) DAN STIGMA: STUDI FENOMENOLOGI PEREMPUAN LAJANG DI SURABAYA Ema Septiana; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.463 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v4n1.p71-86

Abstract

This study was aimed to explore middle class single adult women's experience concerning their identity as a single in Surabaya. The number of single adult women in Surabaya has been increased since 2010 until recently. Phenomenological method was used in this study. Data collected using indepth semi-structured interviews and analysed using IPA (Interpretative Phenomenological Analysis). This study reveals three themes, namely the experience of being stigmatized, psychological impacts of the stigma, and strategies employed to cope with stigma and psychological discomforts. Most participants reported that they are called as œperawan tua  (spinster), œtidak laku (leftover) by social surroundings. They are also blamed as having negative traits such as introvert because of their single status. The experience of being stigmatized has impacted on their psychological discomforts such as insecure feelings and loneliness. To cope with stigma and psychological discomforts, most participants employed some strategies, namely reevaluating single identity in positive ways, avoiding situations wich invite stigma, and accepting God's destiny and plan.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman perempuan lajang kelas menengah di Surabaya. Meningkatnya jumlah perempuan lajang di Surabaya dari tahun 2010 hingga tahun 2012 dan masih dijumpainya stigma negatif kepada perempuan lajang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif fenomenologis dengan pengambilan data menggunakan wawancara semiterstruktur. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis interpretative phenomenological analysis (IPA). Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tiga tema utama, yaitu pengalaman terkait stigma terhadap identitas lajang; kondisi psikologis akibat stigma terhadap lajang, dan cara menghadapi tekanan dan stigma. Para partisipan melaporkan bahwa mereka dianggap dan diperbincangkan sebagai perawan tua, perempuan tidak laku, dan memiliki sifat tertutup yang tidak mendukung terjalinnya hubungan intim. Pengalaman stigma tersebut telah mempengaruhi kondisi psikologis sebagai perempuan lajang, yaitu perasaan tertekan dan kesepian. Dalam menghadapi tekanan akibat stigma dan upaya untuk mengatasi tekanan psikologis tersebut, para partisipan penelitian ini menempuh strategi untuk mempertahankan rasa identitas yang positif sebagai lajang, antara lain: memaknai kembali status lajang lebih positif, menghindari situasi yang menimbulkan stigma, dan menyerahkan diri pada takdir.
Does Spirituality Promote Autonomy or Submission? Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.6 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v2n1.p67-74

Abstract

Studies on spirituality have been conducted extensively in psychology over the last decade. However, the topic has been mostly explored in mental-health setting rather than in other areas in psychology. It is not surprising, then, if the most issues explored in the studies were the impacts or functions of spirituality toward psychological well-being rather than toward the realisation of human potentials. In fact, the main reason why many scientists in psychology propose to study 'spirituality' as a separated construct from 'religion' is its unique characteristic which enable individuals to achieve their personal higher meanings or values. This article aims to examine whether spirituality and spiritual practices promote autonomy as claimed by many scientists. The insights revealed from studies on Eastern spiritualities and Western new age spirituality movement will be employed.
œBerbaur Tapi Tidak Lebur: Membentuk dan Mempertahankan Identitas Religius pada Mahasiswa Aktivis Dakwah Kampus (œMixing but not melting: Forming and Maintaining Religious Identity among Islamic Activists on Campus) Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.307 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v3n1.p1-16

Abstract

This study aimed at revealing how religious identity is formed and maintained among Islamic student activists in higher education. The implications of the religious identity on their social relations to other students and larger society were also discussed. A qualitative approach with a phenomenological method was employed. Four participants were recruited based on their long engagements in Da'wa movements in campus and significant roles they played in the movement. Data were collected through semi-structured interviews. The results show three dominant themes, namely motivation to join the Da'wa movement, the process of religious identity formation, and strategies to maintain the identity. In general, this study concluded that the initial factors that encourage the participants' involvements in Da'wa movement in higher education is the desire to feel an emotional bond of kinship based on religious values. After joining the movement, most participants developed their self-perception as a 'minority' with all its consequences. Furthermore, the need to recruit as many common Muslim students as possible for joining in their 'minority community' raise the tension between maintaining their 'exclusive' identity or answering the requirement of making relations inclusively in order their religious messages to be received by wider students.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana identitas religius aktivis dakwah kampus terbentuk, strategi untuk mempertahankan identitas tersebut, dan apa implikasinya dalam interaksi sosial aktivis dakwah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Subjek penelitian ditentukan secara purposif dengan mempertimbangkan lama keterlibatan dan peran yang dimainkan dalam gerakan dakwah kampus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukkan tiga tema dominan, yaitu motivasi bergabung dalam gerakan dakwah, pembentukan identitas aktivis dakwah, dan strategi mempertahankan identitas. Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor awal yang mendorong keterlibatan partisipan dalam gerakan dakwah adalah keinginan untuk merasakan ikatan emosional kekeluargaan yang dipersepsi sebagai 'tanpa pamrih' karena berlandaskan nilai religius. Stelah menjadi anggota komunitas dakwah, para partisipan mengembangkan persepsi diri mereka sebagai 'minoritas' dengan segala konsekuensinya. Selanjutnya, motivasi untuk mengajak sebanyak mungkin mahasiswa lain untuk bergabung dalam komunitas minoritas tersebut membuat  para aktivis dakwah berada dalam ketegangan antara tetap menjaga identitas 'eksklusif' dengan tuntunan untuk bergaul luas secara inklusif agar pesan dakwah bisa diterima.
Perubahan Diri Narapidana Pembunuhan Berencana Muthia Noor Hikmah; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.64 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v6n1.p35-49

Abstract

This study was aimed to explain the self-concept of a prisoner who jailed for premeditated murder and factors that  influence self changes. A qualitative approach with a case study method was used. One participant and three significant others were involved in this study. Data were collected using semi-structured interviews and analysed using Thematic Analysis (TA). The result of this study indicates that there is a change of participants self-concept as the impacts of his murder act and his imprisonment. Before the murder case, the participant experienced some degrees of incongruence between actual and ideal self. After the murder case and his life in prison, the participants self incongruence tends to decrease. There are  several  factors that influence the participants self-congruence, namely: social supports they received both psychologically and materially from relatives and  friends, the ability to learn from his past experience, having self-acceptance and gratitude shown by  accepting the punishment and sentence in the prison, and good adjustment during his life in prison. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan diri pada seorang narapidana kasus pembunuhan berencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan Analisis Tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan konsep diri pada subjek antara sebelum dan setelah melakukan pembunuhan. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan konsep diri. Sebelum melakukan pembunuhan, subjek memiliki kecenderungan inkongruensi yang lebar antara diri yang diidealkan (ideal self) dan diri nyata (actual self). Namun, setelah melakukan pembunuhan justru konsep diri subjek cenderung mendekati kongruensi karena tindakan pembunuhan yang telah dilakukan berhasil mengurangi diskrepansi antara diri ideal dan diri nyata. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perunahan konsep diri subjek, yaitu adanya dukungan yang diterima secara psikologis dan materiil dari orang-orang terdekat, kemampuan mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu, adanya penerimaan diri, serta kemampuan penyesuaian diri yang baik selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.
Motivasi, Stigma dan Coping Stigma pada Perempuan Bercadar Alif Fathur Rahman; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 7 No. 2 (2017): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.536 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v7n2.p103-115

Abstract

Full-face veil is a head scarf with a face cover which only leave eyes exposed used by Muslim women as accompanied with wearing long hijab and black dominated clothes covering body. A full-face veil has some kinds such as niqab and burqa. Women with full-face veil generally become the target of stigma. This study explores full-face veiled womens experiences including their motivation that encourage them to wear it, the stigma they face, and how they cope with the stigma. Five women who wear full-face veils involved in this study. Data collected using semi-structured interviews and analyzed using interpretative phenomenological analysis. The result shows that wearing full-face veil is motivated primarily by religious loyalty and for guarding them from sexual objectification. Their strong religious loyalty make them ready to face stigma labelled by their surrounding society such as accused as a fanatic,a member of  terrorist group,  and being avoided by their surrounding people. The strategies they use to cope with the stigma cover internal and external strategies. The internal strategies consist of ignoring the stigma and taking the view that the stigma is caused by the surrounding societys misunderstanding. Meanwhile, the external strategies include of taking effort to clarify and give the explanation to revise the misunderstanding,as well as participating in neighborhood activities.Key words: Muslim women, full-face veil, stigma, coping stigmaAbstrak: Cadar adalah penutup wajah perempuan muslim yang menutup wajah kecuali kedua mata digunakan dengan jilbab dan  baju kurung panjang serta didominasi warna gelap yang menutup seluruh tubuh. Perempuan bercadar biasanya rentan dengan stigma. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan bercadar meliputi motivasi bercadar, bentuk stigma yang mereka hadapi, dan bagaimana cara mereka menghadapi stigma. Data dikumpulkan menggunakan wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan analisis  fenomenologi interpretif. Penelitian ini mengungkap tiga tema yaitu motivasi bercadar, bentuk stigma yang dialami, dan strategi untuk menghadapi stigma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi  bercadar muncul dari ketaatan dalam beragama dan keinginan untuk menghindarkan diri dari objektivikasi seksual. Hal ini membuat mereka siap menghadapi stigma seperti dianggap fanatik, anggota kelompok teroris, dan dihindari oleh orang-orang di sekitarnya. Strategi menghadapi stigma yang ditempuh partisipan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu strategi internal dengan cara mengabaikan dan memaklumi pandangan negatif masyarakat sekitar, dan strategi eksternal melalui pemberian penjelasan sebagai klarifikasi dan ikut melibatkan diri dalam kegiatan bersama masyarakat sekitar.
Hidup Dengan Leukemia: Studi Fenomenologi Remaja Penderita Leukemia Adelia Eka Suryani; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 6 No. 2 (2016): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.529 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v6n2.p78-90

Abstract

Leukemia becomes one of the most deadly disease for children and teenagers. This study was aimed to reveal the experience of teenagers suffering leukemia. Five teenagers suffering leukemia were purposively recruited for this study. Phenomenological approach.was used. Data collected using semi-structured interviews and analyzed using interpretative phenomenological analysis. The result reveals three major themes. The first theme is the first experience of being diagnosed as a leukemia sufferer. It explains how participants respond to medical diagnoses as leukemia sufferer. The second theme is the psychological effects of leukemia, and the third theme is the strategies used by participants to cope with problems imposed by leukemia they suffered. While all participants were rather similar in responding the leukemia diagnosis such as denial, sadness, and fear, they experienced different effects of their illness psychologically. Most participants perceived the effects of their illness negatively; however, there are some participants eventually get the positive meanings of their illness. All participants employ intrapersonal and interpersonal strategies in dealing with the difficulties caused by their illness and its effects.Key words: life experience, teenager, leukemiaAbstrak: Leukemia merupakan salah satu jenis penyakit kanker yang sering diidap anak dan remaja. Penelitian ini berusaha mengungkap pengalaman hidup remaja penderita leukemia. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan kualitatif fenomenologis dengan analisis fenomenologis interpretatif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima orang yang diperoleh dari teknik purposif sampling. Data dikumpulkan menggunakan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian ini berhasil mengungkap tiga tema utama. Tema pertama ialah pengalaman awal mengetahui dan divonis leukemia. Tema kedua ialah dampak psikologis yang ditimbulkan dari leukemia. Tema terakhir ialah strategi untuk bertahan dan menghadapi leukemia. Hampir seluruh partisipan merespon diagnosis penyakit mereka dalam cara serupa yaitu terdiam sedih, menyangkal, dan rasa takut. Namun ada perbedaan dalam mengalami efek leukemia yang mereka derita. Umumnya mayoritas partisipan memaknai akibat penyakitnya dalam cara yang negatif, namun beberapa partisipan pada akhirnya dapat memperoleh makna yang lebih positif dari penyakit yang mereka derita. Namun demikian, semua partisipan menunjukkan kecenderungan untuk menangani secara aktif kesulitan yang diakibatkan oleh leukemia yang mereka derita dengan menggunakan strategi intrapersonal maupun interpersonal.
Mengalami Masjid Sebagai Lingkungan Restoratif Jefri Setyawan; Miftakhul Jannah; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 8 No. 1 (2017): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.671 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v8n1.p68-78

Abstract

This study was aiming at exploring  studentss restorative experience of visiting a mosque in campus area. A qualitative approach with phenomenological method was employed. Five students who were chosen purposively based on their visit frequencies to the campus mosque were involved in this study.Data collected using semi-structured interviews and analyzed using  interpretative phenomenological analysis (IPA). The result shows that students report that they are able to restore their physical and psychological conditions after visiting the mosque for routine praying and relaxing. For most participants, the mosque they are visiting in campus is attractive since it has a wide open space inside with quiet, windy and fresh atmosphere. Most  participants also reports that they do some allowed relaxing activities in mosque such as chatting with friends and  taking a rest temporarily in the mosque terrace which make their fatigues and motivation restored. Visiting the campus mosque  makes  participants experience some condititions such as having more excitement, more calm and more capable of maintaining motivation to do their routine activities as a student.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman mahasiswa ketika menggunakan Masjid kampus. Fokus ditekankan pada bagaimana masjid sebagai sebuah tempat ibadah dimanfaatkan oleh mahasiswa  sebagai sumber lingkungan restoratif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Partisipan merupakan lima mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang dipilih secara purposif berdasarkan jumlah dan kebiasaan dalam menggunakan masjid.  Data diperoleh melalui wawancara semi terstruktur. Analisis data menggunakan teknik interpretative pnenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para partisipan melaporkan bahwa mereka dapat memulihkan kondisi fisik dan memperoleh kondisi psikologis yang lebih baik dengan mengunjungi Masjid kampus. Daya tarik masjid yang mendorong para partisipan menggunakannya adalah bentuk bangunan masjid yang lapang, suasana atau atmosfer lingkungan yang segar dan tenang, serta beberapa kemudahan yang bisa diakses secara terbatas di teras masjid selain beribadah, yaitu untuk ngobrol dengan teman atau merebahkan tubuh. Para partisipan menyatakan bahwa lingkungan fisik masjid dan suasana psikologis yang muncul di dalamnya telah   membantu mereka memulihkan dirinya dari kelelahan dan membangkitkan kembali motivasi. Setelah mengunjungi masjid, mereka mengalami keadaan yang lebih bersemangat, lebih tenang, dan mampu menata motivasi untuk melanjutkan rutinitas sehari-hari sebagai mahasiswa.
GAMBARAN TEKANAN (STRESSORS) YANG DIHADAPI PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DAN STRATEGI COPING Sakti Susilawati; Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 5 No. 2 (2015): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.513 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v5n2.p119-134

Abstract

The aim of this study was to explore stressors faced by schizophrenic patients who have on-going treatments in Surabaya and to reveal strategies they employ to cope with the stressors. This was a qualitative research with a case study method. The participants of this study were two schizophrenic patients who have diagnosed by the expert as having paranoid and hebephrenic and schizophrenia have on going treatment. Data were collected through semi-structure interviews from main participants and their significant others and analyzed using thematic analysis. The results showed that the participants have experienced some stressors during on-going treatment process. Some of those stressors are: negative reaction from society, less attention from others, and loneliness. That stressors can become obstacles for schizophrenic patients to recover. To cope with the stressors, participants of this study employ two coping strategies, namely problem and emotion focused copings. The problem focused coping strategy helps participants to be directly active in solving the stressors. While, emotion focused coping strategy helps to control emotion and built their positive perspectives. In general, this study concludes that the participants use emotion focused coping when they are unable to solve stressors directly. Emotion focused coping helps participants to maintain their positive emotions. The participants coping ability indicates that they have opportunity to decrease the possibility of relapse risk and engage in normal life.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor yang dialami oleh penderita skizofrenia rawat jalan atau sudah pada tahap remisi di Surabaya serta strategi yang digunakan untuk menghadapi stressor tersebut. Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus digunakan. Partisipan utama adalah tiga orang yang telah diagnosis oleh ahli sebagai penderita skizofrenia paranoid dan hebrefenik dalam tahap remisi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam semiterstruktur dengan kedua partisipan dan significant others mereka. Data dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua partisipan mengalami beberapa stressor antara lain mendapatkan tanggapan negatif dari masyarakat, kurangnya perhatian dari orang terdekat, dan mengalami kesepian. Untuk menghadapi berbagai stressor tersebut, kedua partisipan menggunakan strategi berfokus pada masalah dan strategi berfokus pada emosi.  Strategi coping berfokus pada masalah membantu partisipan untuk bertindak aktif secara langsung menyelesaikan masalah, sedangkan strategi coping berfokus pada emosi digunakan untuk membantu mengelolah emosi secara positif. Secara umum, penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipan penelitian ini lebih sering menggunakan strategi coping yang berfokus pada emosi. Coping berfokus emosi membantu partisipan untuk mengatur dan mengendalikan emosi mereka. Kemampuan ketiga partisipan dalam melakukan coping terhadap berbagai stressor yang dialaminya menunjukkan peluang yang besar bagi mereka untuk mengurangi risiko kekambuhan dan hidup secara normal.
POLITIK IDENTITAS MAHASISWA ISLAM FUNDAMENTALIS Muhammad Syafiq
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1553.628 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v1n1.p46-54

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang politik identitas mahasiswa Islam fundamentalis. Politik identitas dalam tulisan ini diartikan sebagai strategi yang ditempuh oleh sekelompok orang untuk membentuk dan menegaskan identitasnya yang otentik di tengah berbagai serangan yang mengancam musnahnya identitas tersebut. Sementara mahasiswa Islam fundamentalis merujuk pada kelompok-kelompok aktivis dakwah di kampus perguruan tinggi. Sesuai dengan strategi berbagai gerakan fundamentalis lain, para aktivis dakwah membentuk dan menegaskan identitasnya melalui strategi pemisahan simbolik dan kognitif tapi tidak secara fisik. Namun strategi pemisahan ini tidak lepas dari ambivalensi karena sekalipun berjuang untuk memurnikan identitas Islam melalui pembentukan kelompok eksklusif, para aktivis dakwah juga berambisi untuk mengajak sebanyak mungkin mahasiswa Islam bergabung dalam kelompoknya sehingga harus tetap menjalin pergaulan secara luas.
Strategi Coping Mahasiswa dalam Menghadapi Perubahan Sistem Perkuliahan di Masa Pandemi COVID-19 Nurchayati Nurchayati; Muhammad Syafiq; Riza Noviana Khoirunnisa; Ira Darmawanti
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 11 No. 3 (2021): EDISI KHUSUS: Dimensi Psikologis Pandemi COVID-19
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.853 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v11n3.p247-266

Abstract

This study examined two things: a) challenges confronting undergraduate students as a result of an abrupt transition to online learning in response to the COVID-19 pandemic, and b) the coping techniques that they employed to tackle the challenges. Using Google Forms, interviews were conducted with 418 undergraduate students in one of universities in Surabaya. Qualitative thematic analysis of the interviews produced three findings. First, among the problems faced by the students are poorly done online classes, trouble interacting with lecturers and classmates, difficulty in accessing course resources, bad Internet connection, environmental distractions, and chaotic changes in class schedules. Second, as a result, the students suffered from increased stress and poor learning experience. Third, to survive, they employed three major coping techniques: problem-focused, emotion-focused, and appraisal-focused. This study concludes that students, lecturers, parents, and the government employ coping strategies that are both synergistic and antagonistic.  Keywords: Coping strategies, COVID-19 pandemic, online learning, studentsAbstrak: Riset ini mengkaji tantangan para mahasiswa tingkat sarjana akibat transisi mendadak ke pembelajaran dalam jariringan (daring) di masa pandemi COVID-19, dan strategi mereka dalam mengatasi tantangan itu. Data dikumpulkan melalui wawancara tertulis menggunakan Google Forms terhadap 418 mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Teknik analisis tematik yang digunakan membuahkan tiga temuan. Pertama, masalah-masalah yang dihadapi para sujbek mencakup paparan materi kuliah yang tidak memadai, sukarnya interaksi dengan dosen dan sesama mahasiswa, sukarnya akses ke bahan pembelajaran, buruknya koneksi internet, distraksi lingkungan, dan berubah-ubahnya jadwal kuliah. Kedua, akibatnya, di samping mutu pengalaman belajar para mahasiswa ini menjadi tidak optimal, mereka pun mengalami problem psikis. Ketiga, dalam beradaptasi pada sistem perkuliahan online atau dalam jaringan (daring) dengan berbagai problemnya itu, para mahasiswa menempuh beragam strategi coping yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga gugus utama strategi yaitu coping yang berpusat pada problem, coping yang bertumpu pada emosi, dan coping yang berbasis interpretasi. Riset ini mencapai kesimpulan bahwa teknik-teknik coping yang diterapkan oleh berbagai pemangku kepentingan (mahasiswa, dosen, orang tua, dan pemerintah) ternyata bekerja secara sinergis sekaligus antagonistik.
Co-Authors Addi, Mitra Binti Mohd Adelia Eka Suryani Adelia Eka Suryani, Adelia Eka Agam, Beryaldi Agung Maulana, M Al Falah, Mu'minuun Dzikri Alfaniza, Izzat Muhammad Alif Fathur Rahman Alif Fathur Rahman, Alif Fathur Ana Ratna Wati, Dwi ANDI MAULANA MALIK ARDYLES, JOHNY Ari Saputra, Ari ARIFANI, DEVIRA Arisman Arisman Aziz Awaludin Aziz Wahyu Dewanata Bulano, Lassram CHANDRA TRI RUKMINI Chanifudin Chanifudin CHYNTIA NARASWARI, CLARA CLARA CHYNTIA NARASWARI Damajanti Kusuma Dewi, Damajanti Kusuma Damar Prakoso Dara Jois Lucky Lintang Laksana Demina Demina DESI NURWIDAWATI DESTRITANTI, RESI DEVIRA ARIFANI Dian Dana Ramadhan Dwi Angreni Darwis DWI PUTRI ASTUTIK E. Mujaddid EKAWATI SRI WAHYU NINGSIH Ella Andanie Ely Indah Puspitasari Ema Septiana Ema Septiana, Ema Eri Wijanarko Eri Wijanarko, Eri Ervina Ervina Fauzan, Khizna Kholiq FIFI KARUNIA Firdausy, A'yun Amalia Fitriyandi Fransisca Maria Suhartati Habibullah Habibullah Haiyin Alfinnadiya Arsih Harahap, Hesti Mardiana Herlini Puspika Sari Hermien Laksmiwati Hidayah, Nila Ika Kurnia Sofiani Indah Lestari, Indah Inneke Rizky Widowati Ira Darmawanti Ira Darmawanti Irusmaini JASMINEAE PUTRI JUSRIFA SETYONINGRUM Jefri Setyawan JOHNY ARDYLES Juliani KARUNIA, FIFI Lona, Efni Yuher Lucky, Daniel Mahdiyana, Rima Mahendra Adi Tyawardana Marcellus Simadibrata K Marina Berlian Sarah Djami Maula , Ni”matul MAULANA MALIK, ANDI Meita Santi Budiani Merdekawati, Dewi MIFTAKHUL JANNAH Miftakhul Jannah Minallah, Moh Al Murtadlo Ming, Eileen Su Lee Mudia Hawa Nur Muhamad Aji Purwanto Muhamad Fazli Muhammad Fazli Mulyani , Preni Puji Muntaqo, Arif Murdani Abdullah Murdani Abdullah Muthia Noor Hikmah Muthia Noor Hikmah, Muthia Noor N, Nadila Mudea Nasikha, Hayatun Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi Nia Muliana Saputra Niva Fadhila Norwaizi, Ari nugraha, Dhimas Setya Nurchayati Nurchayati Nurgahayu Nuril Nofiya Sari Nurizzatul Maula Nurjanah, Aprilia Eka Nurul Fatimah Yunita Nurullita Azzahra Pambudi Yuwono PRAKOSO, DAMAR Pratiwi Cahyaningrum Puteri Qurrota Ayyunin Maulidhea PUTRI ASTUTIK, DWI PUTRI JUSRIFA SETYONINGRUM, JASMINEAE Putri Nilasari, Nurhasanah Ratna Yuli Kartika Sari RESI DESTRITANTI Ria Mei Andi Pratiwi Ria Mei Andi Pratiwi, Ria Mei Andi Ridwan Riza Noviana Khoirunnisa Robby Putra Dwi Lesmana Rumuar , Titi Nurfalana Safika Ratna Sari Sakinatun Baity, Nur Sakti Susilawati Sakti Susilawati, Sakti Saputra , Yayan Eka Saputra, Iwan Satiningsih Silvia Hayati Siti Ina Savira, Siti Ina SRI WAHYU NINGSIH, EKAWATI Swestilangen, Rasti Sindu TAMSIL MUIS Tantilia, Erma TRI RUKMINI, CHANDRA Uswatun Hasanah Verdiyanata, Jimmi Febri Waluyo, Gatot Hadi Wibawa, Mochamad Yoga Adi Widya Hadi Pratiwi Widyastuti , Akidah Winarto, Trijuli Wisudawan, Hasbi Nur Prasetyo Wlakusa, Haula