Claim Missing Document
Check
Articles

Masyarakat Adat Balai Kiyu : Menghadapi Ancaman Eksistensi Di Tanah Sendiri Dimas Asto Aji An’Amta; Ismar Hamid; Muhammad Luthfi Fahrizan
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 2 No 1 (2020): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v2i1.25

Abstract

The Balai Kiyu Indigenous People are the Dayak indigenous people who have long occupied the Meratus mountain region in South Kalimantan. These indigenous people have problems that will threaten their existence. The problem is not internal, but external parties overshadowing communal well-being. This study aims to analyze the threats that will be faced by the Balai Kiyu Indigenous Peoples to their existence and is expected to represent the threats that will be faced by indigenous peoples along the Meratus mountains. Based on the research results obtained, the threat to the existence of the Indigenous Peoples Kiyu Centers among them is, first, the boundaries of indigenous territories so far that has not been authorized by the regional or central government, making them very vulnerable communities. Secondly, the highly educated generation slowly began to abandon local wisdom that had been running for decades from its negative effects. Third, the Omnibus Law Bill on the Labor Copyright Act will clarify that indigenous peoples in the future will only be named, because of the loss of communal ownership rights so far.
Perjuangan Orang Mapnan Mempertahankan Hutan di Kabupaten Berau: Kritik Terhadap Antroposentrisme dalam Pengelolaan SDA Ismar Hamid; Anggi Yus Susilowati
Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.228 KB) | DOI: 10.24235/empower.v5i1.6384

Abstract

Krisis lingkungan yang semakin memburuk merupakan konsekuensi dari dominasi anthroposentrisme yang memandang keberadaan alam hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga pengelolaannya diorientasikan untuk produksi komoditas dan mengabaikan keberlanjutannya. Hutan tropis, yang memiliki fungsi vital dalam menstabilkan iklim bumi-pun menjadi sasaran eksploitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bentuk-bentuk perjuangan Orang Mapnan dalam mempertahankan keberlanjutan hutan tropis di Kampung Long Ayap, Kab. Berau, Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran Orang Mapnan terus berkembang berdasar pada fakta deforestasi yang terus meningkat. Bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan adalah mempertahankan corak kehidupan berburu dan meramu meskipun dihadapkan dengan pengaruh indikator-indikator kemajuan dan kebahagiaan produk anthroposentrisme; menata ulang sistem perladangan agar pembukaan hutan perawan untuk kepentingan perladangan masyarakat dapat dihentikan; menolak konversi hutan untuk perkebunan sawit baru; menetapkan visi kolektif yang mengusung keberlanjutan lingkungan hidup; mempromosikan model pengelolaan hutan secara lestari untuk tujuan ekonomi melalui program agroforestry kopi, yang kemudian ditetapkan menjadi model pengelolaan yang dibolehkan pada hutan APL di Kampung Long Ayap. Dengan demikian perjuangan yang dilakukan dimulai dari meredam berkembangnya watak anthroposentris dalam diri mereka, dan kemudian membendung masuknya elemen-elemen luar melakukan pengelolaan hutan yang destruktif. Perjuangan yang dilakukan sejauh ini cukup berhasil, meski ke depan diprediksi akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks.
SPIRAL OF SILENCE; Gerakan Elite Lokal Dalam Pemekaran Wilayah Gambut Raya Muhammad Luthfi Farizan, Setia Budhi, Ismar Hamid
PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi) Vol 4, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.428 KB) | DOI: 10.20527/padaringan.v4i2.5455

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pihak-pihak yang terlibat dalam gerakan pemekaran wilayah Gambut Raya, apa saja alasan yang mendorong pemekaran, apa saja strategi yang dilaksanakan, bagaimana dinamika-dinamika yang terjadi pada gerakan pemekaran wilayah Gambut Raya dan seperti apa fenomena yang dihubungkan dengan teori spiral of silence pada gerakan pemekaran wilayah Gambut Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dasar penelitian adalah studi kasus atau case study. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu desk review dan penelitian lapangan dengan instrument observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada gerakan pemekaran wilayah Gambut Raya terdapat keterlibatan dan peran aktif dari pihak elite lokal yang mempunyai karakteristik spiral of silence. Terdapat alasan-alasan yang menjadi mendorong keinginan pemekaran, yakni pelayanan birokrasi, isu pembangunan dan kepadatan penduduk. Strategi yang dilaksanakan adalah melakukan pendekatan dengan sosialisasi terhadap masyarakat dan pendekatan dalam bidang media. Hambatan pada gerakan terbagi menjadi dua, internal dan eksternal, internal berkaitan dengan kondisi internal organisasi pemekaran dan eksternal berkaitan dengan relasi dengan kabupaten induk. Dalam kaitannya dengan teori spiral of silence, media menjadi salah satu kekuatan terbesar gerakan dimana tokoh-tokoh Gambut Raya terlibat langsung dengan pembentukan wacana di media. Terdapat juga bentuk-bentuk simbolisasi penguasaan wacana yang menjadikan pihak elite lokal Gambut Raya memiliki daya tawar sebagai mayoritas dalam pemekaran wilayah.
Ecopopulis Paradigm In Peat Land Management In Barito Kuala District Mahyuni Mahyuni; Ismar Hamid; Muhammad Luthfi Farizan; Mona Warah; Anisa Amalia
International Journal of Politic, Public Policy and Environmental Issues Vol. 1 No. 01 (2021)
Publisher : Wadah Inovasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.245 KB) | DOI: 10.53622/ij3pei.v1i01.7

Abstract

The environmental crisis is getting worse these days, resulting in a debate about the paradigm of natural resource management to emerge. The aspiration for sustainable natural resource management is getting stronger from civil society movements and the wider community. The purpose of this research is to describe eco-populist thoughts and actions in peatland management and to strengthen the position of the eco-populist paradigm as the right paradigm in peatland management. This research is qualitative research with a case study approach, namely research conducted intensively, in detail and in-depth on a problem that is the object of research. The results of this study contribute to a fundamental-philosophical error in peatland management. Promote a sustainable perspective on peatland management based on local knowledge, reinforced by paradigmatic studies. A perspective that harmonizes ecological and human (community) interests. Not a viewpoint that ignores certain subsystems. In natural resource politics, there are at least three paradigms. First, the conservationist paradigm, which places natural resources solely for conservation. Second, the developmentalistic paradigm, which views natural resources as development assets. Third, the eco-populistic paradigm, which is a holistic perspective that humans, flora and fauna and their environment are one ecosystem. The loss of one element shakes the joints of the other component. Peat management is one of the world's highlights today. The critical issue is that climate change is linked to the destruction of peat due to unsustainable management. Until now, peatland management is still dominant with a developmentalism cum conservationist paradigm. So it is necessary to strengthen paradigmatic in sustainable peatland management.
Food Security of Banjar People In Facing Climate Change In Sungai Batang Village, Banjar District, South Kalimantan Setia Budhi; Sri Hidayah; Ismar Hamid; Siti Aulia; Muhammad Agrianto Suwandi
International Journal of Politic, Public Policy and Environmental Issues Vol. 1 No. 01 (2021)
Publisher : Wadah Inovasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.993 KB) | DOI: 10.53622/ij3pei.v1i01.11

Abstract

In the last five years, the world's attention has shifted to food security in relation to climate change adaptation and mitigation, particularly in 2008, when food prices skyrocketed, causing famine in Cape Africa and even the Sahel, which is still feeling the effects of this famine in 2012. In the same year, the OHCHR report (the Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights) notes the need to safeguard food security and nutrition in the context of Human Rights. A major shift occurred in Indonesian agriculture due to the 1999 eruption of Mount Elanor. A focus on climate influences has been a prominent component of the Indonesian government's policy regarding agriculture for some time. Plant-resistant crops or programs for mitigating climate change take the form of either of these options. Culminating a significant development in policies to secure food security, such as protection of agricultural land, various policies were created to evaluate land use and regulations of the Minister of Agriculture pertaining to guidelines for land use. The study, which was done for a period of six months, has a goal of learning more about the Banjar people's local knowledge on climate change. By collecting data from locals, such as farmers, community leaders, and village heads, who have detailed knowledge about Banjar customs and traditions, and from Banjar people who are selected for the research in Banjar Regency, South Kalimantan, qualitative methods and collection of local knowledge and local wisdom strategies were employed.
KONTESTASI PARADIGMA EKOLOGI POLITIK DALAM KONFLIK AGRARIA Mahtia Safitri; Ismar Hamid
PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi) Vol 5, No 02 (2023): PADARINGAN : Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/pn.v5i02.8437

Abstract

The agrarian conflict occurred in Kintapura Village, Kintap District, Tanah Laut Regency. This study aims to analyze the agrarian conflict by using the perspective of conflict and contestation of the political ecology paradigm. This study uses a qualitative research method with a case study approach. Data collection techniques used were participant observation, in-depth interviews, and documentation. The results showed that the agrarian conflict has made the village an arena for contesting the political ecology paradigm and has had an impact on the existence of unsustainable natural resource management. The eco-developmentalism paradigm in the form of coal mines and oil palm plantations; the eco-conservationism paradigm through the policy of designating convertible production forest areas (HPK); and, people's livelihood as a manifestation of the eco-populist paradigm. The existence of these three paradigms in the management of natural resources has given rise to agrarian conflicts. Natural resource management policies are dominated by the class that has power, namely the owners of capital (the bourgeoisie) and landlords represented by coal mining companies and oil palm plantations. The ruling class then influences policy makers who use their political power in establishing natural resource management policies through the camouflage of eco-conservationism policies, namely the designation of convertible production forest areas (HPK). The class that suffered the most was the farming class which lost its land under management and gave birth to a new class, namely farm laborers and poor farmers.
Alienasi Masyarakat Gambut: Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Livelihood Masyarakat Desa Mantangai Hulu Kabupaten Kapuas Ismar Hamid; Salsa Rizkia Meilinda
Empower : Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/empower.v8i1.13585

Abstract

Increasingly massive damage to the peat ecosystem encourages the Indonesian government to tighten peat ecosystem management policies, as well as attracting the inclusion of various community empowerment programs based on peat ecosystem conservation. This research aims to describe a strategic approach to empowering peat communities, as well as the reality of the impact of the empowerment program on the livelihood of peat communities. This study uses a qualitative approach, with a case study type of research. The research location is in the village of Mantangai Hulu, District of Mantangai, Kapuas Regency, Central Kalimantan. Data collection was carried out through participant observation, in-depth interviews and documentation. Data were analyzed using Miles and Huberman's interactive model. The results of the research show that the community empowerment which is conducted in the village of Mantangai Hulu tends to apply a direct-action approach cum traditional. This approach has an impact on eliminating the livelihoods of local communities, which represents a reciprocal relationship with the peat ecosystem that takes place in harmony. There is also suppression of the existence of cultural values which is the identity of the people of the village of Mantangai Hulu. The consequence is that people are alienated from their own life on the peat ecosystem which has been going on for generations. The source of the problem is that the parties who do empowerment programs subjectively dominate the ideas of empowerment, and ignore the ecological knowledge that exists in peat community. As an antithesis, peat community empowerment must apply a transformative approach, whose climax point is marked by the community's ability to make decisions through the transformation of ecological thinking which is the guarantee for sustainable management of peat ecosystems.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN MUARA BAKANON KABUPATEN MURUNG RAYA Siti Karlina; Ismar Hamid; Dimas Asto Aji An'amta
Huma: Jurnal Sosiologi Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Prodi Sosiologi FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/h-js.v1i1.2

Abstract

Kesejahteraan pada bidang ekonomi merupakan hal yang diinginkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Maka dari itu pemerintah Indonesia mengeluarkan program yang menyasar pada pemberdayaan ekonomi yakni Program keluarga Harapan (PKH). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pentingnya Program Keluarga Harapan (PKH) bagi masyarakat di Kelurahan Muara Bakanon. (2) Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Muara Bakanon. (3) mengetahui dampak Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Muara Bakanon.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ditempuh dalam dua tahap, yakni desk review dan penelitian lapangan dengan instrument observasi partisipan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan Program Keluarga Harapan (PKH) menciptakan perubahan yang positif kepada masyarakat yakni memberikan harapan untuk hidup lebih baik dengan bersekolah tanpa mengkhawatirkan masalah ekonomi, maka permasalahan sosial ekonomi di Muara Bakanon dapat teratasi. Strategi pemberdayaan Program Keluarga Harapan (PKH) masih belum memenuhi standar ideal, beberapa aspek penting dalam pemberdayaan masyarakat belum terpenuhi, seperti pengembangan kelembagaan kelompok, penyediaan informasi tepat guna, dan pengembangan usaha produktif belum terealisasi. Program Keluarga harapan (PKH) di Muara Bakanon terlihat menerapkan strategi relief and welfare, yakni strategi yang lebih mengutamakan pada kekurangan dan kebutuhan setiap individu dan masyarakat. Selanjutnya Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Muara Bakanon mampu menghasilkan dampak enabling, yakni pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) mampu mendorong dan memotivasi, serta membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berdaya melalui pendidikan, kemudian belum ada ketercapaian dalam dampak empowering dan protecting.
KETERGANTUNGAN PETANI KARET PADA TENGKULAK DI DESA TEBING TINGGI KECAMATAN KELUMPANG TENGAH KABUPATEN KOTABARU Dewi Astaria Purwasih; Ismar Hamid; Sri Hidayah
Huma: Jurnal Sosiologi Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Prodi Sosiologi FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/h-js.v1i1.3

Abstract

Perkebunan karet yang ada di Desa Tebing Tinggi mempunyai karakteristik hubungan sosial antara tengkulak dan petani karet. Untuk itu penelitian ini bertujuan memahami bagaimana bentuk ketergantungan petani karet terhadap tengkulak dan mengapa ketergantungan tersebut terus berlanjut. Penelitian dilaksanakan Di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Kelumpang Tengah Kabupaten Kotabaru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat petani karet di Desa Tebing Tinggi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan petani karet pada tengkulak sangat kuat dikarenakan rata-rata menggantungkan kegiatan produksinya kepada tengkulak. Bentuk-bentuk ketergantungannya adalah: 1) saat petani memerlukan uang maka akan meminjam ke tengkulak; 2) saat petani membutuhkan pekerjaan tambahan tengkulak bisa menyediakan seperti buruh angkut karet; 3) untuk penjualan tengkulak langsung mengambil ke lokasi kebun karet sehingga petani tidak mengangkut lagi; 4) saat petani memiliki hutang kepada tengkulak bisa dibayarkan dengan karet tidak harus dengan uang. Ketergangunan tersebut berdampak pada penjualan hasil kebun tidak maksimal dan mengakibatkan ketergantungan terus berlanjut. Kegiatan produksi karet seperti pengelolaan dan perawatan karet yang baik dan benar sulit dilakukan karena jaringan sosial ekonominya hanya mengandalkan tengkulak. Petani tidak mampu menjalankan kegiatan produksi dan pemasaran secara mandiri. Pada aspek pemasaran faktor sulitnya akses jalan dan ketiadaan alat transportasi yang dimiliki menyebabkan petani karet harus mempertahankan ketergantungannya pada tengkulak. Ketiadaan program-program pemberdayaan juga turut berperan terhadap keberlangsungan ketergantungan.
Marginalisasi Perempuan: Tergerusnya Nilai-Nilai Femininitas Dalam Pengelolaan Ekosistem Gambut di Mantangai Hulu Kabupaten Kapuas Mona Warah; Ismar Hamid
Huma: Jurnal Sosiologi Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Prodi Sosiologi FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/h-js.v2i1.28

Abstract

Perempuan yang mendiami kawasan ekosistem gambut di Desa Mantangai Hulu Kabupaten Kapuas memilki keterlekatan yang erat dengan alam (ekosistem gambut), namun saat ini menghadapi kompleksitas akibat adanya beragam bentuk pengelolaan lingkungan, baik yang bersifat konservasi maupun developmentalis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku perempuan dalam pengelolaan lahan gambut, menemukan bentuk-bentuk marginalisasi perempuan dalam pengelolaan lahan gambut, dan menganalisis dampak marginalisasi perempuan dalam pengelolaan gambut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2022 di Desa Mantangai Hulu Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikemas secara deskriptif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian lapangan, yang ditempuh dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan Mantangai Hulu memiliki kedekatan yang erat dengan lahan gambut, yang tercermin dari berbagai aktivitas perempuan di lahan gambut. Melalui berbagai aktivitas pengelolaan sumber daya lahan gambut, perempuan Mantangai Hulu dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan melestarikan tradisi hingga menjadi topangan ekonomi keluarga. Dewasa ini, arus pemikiran eko-developmentalisme telah menghilangkan berbagai aktivitas perempuan dalam pengelolaan lahan gambut karena kontra dengan nilai-nilai femininitas. Hilangnya aktivitas produksi perempuan yang memiliki nilai ekonomi mengakibatkan peran perempuan hanya terbatas di ranah domestik. Terdomestikasinya perempuan memupuk berkembangnya patriarki pada masyarakat Mantangai Hulu. Temuan penelitian ini menjadi bukti bahwa perspektif ekofeminisme tidak terbatas pada persoalan-persoalan domestik, namun harus diperluas untuk menjangkau interaksi perempuan dengan alam dalam konteks kegiatan produksi.
Co-Authors Abdan, Indra Suci Ahmad Anshari Ahmad Jainuddin Ahmad Ramadhan Ahmad Riduan Ahmad Rusadi Ahmad Yunani Aldi Ansara Alex Alex Alhadi, Syarifah Soraya Anggi Yus Susilowati Anisa Amalia Ariani, Siti Noor Arif Rahman Nugroho Ariska Rahmadani Azumardi, Andri Noor Azzahra, Shamiyah Noor Baharuddin Baharuddin Bahjah, Noor Cherry Rabiullan Sari Dani, Muhammad Anwaruddin Devi Permata Putri Dewi Astaria Purwasih Dewi Dewi Dewi Nuraini Dimas Asto Aji An’Amta Dwi Mariatul Syadiah Erma Agusliani Evanrio Seanjaya Ezza Akhnan Maulana Putra Fadiya, Nurul Khairin Fasyah, Adistya Karamina Fatahilah, Muhammad Ibnu Fauzatul Helmiyah Febrianty, Nur'Aulia Fitria, Qolbiatul Gabriella Genny Pranawa Hairida, Gusti Hamdi, Resyda Syaibatul Hariadi . Hauzan, Muhammad Rafly Fariz Hidayah, Sri Humairo, Faridah Ida Yanti Indrawan Indrawan Irsan Irsan Jumiati Jumiati Kamilazzahra, Ahyati Khairussalam Khairussalam Larasati, Aaqilah Latifah Latifah Liani, Sava'ah Intan Lisdawanti Lisnina M. Zakiyuddin Munziri Mahtia Safitri Mahyuni Mahyuni Mahyuni Marlina Meilinda, Salsa Rizkia Miftahul Janah, Miftahul Milda Rahmawati Mona Warah Mona Warah Muhammad Abdilah Muhammad Agrianto Suwandi Muhammad Hatni Muhammad Huda Inayaturrahman Muhammad Irfan Muhammad Luthfi Fahrizan Muhammad Luthfi Farizan Muhammad Noor Faizi Muhammad Rifani, Muhammad Muhammad Tifriji Mustakimah , Wafiq Muzaki, Rizky Ircham Myra Pionera Prhameswari Priatna Nabawi, Ahmad Nadiba, Shaffa Noor Syafitri Nor Aziziah Norafifah Nur Hasanah Nur Mila Sari Nurul Khairin Fadiya Perdana, Tiara Selvia Pratama, Muhammad Daffa Puspita, Della Putri, Maziatul RACHMAT HIDAYAT Rahima, Annisa Rahmadianty, Pritha Rahmat Nur Rahmawati Rajidin Ramadhan, Akhmad David Ratna Dila Ribka Aprilia Rifanny, Muhammad Rizky Rijal, Muhammad Syaipul Risnawati Roji, Fkah Sabila, Sahla Ghina Safira, Adira Safitri, Mahtia Salam, Ismail Abdi Salsa Rizkia Meilinda Salsabila, Putri Saragih, Defica A. Sari, Dini Puspita Sava'ah Intan Liani Sava’ah Intan Liani Setia Budhi Shinta Ardini Prasasti Ungawaru Siti Aulia Siti Karlina Siti Maryam Siti Noor Ariani Siti Zulaikha Solly Aryza Sri Hidayah Suhasti, Indri Syahputri, Arya Vernanda Syarifah Soraya Al Hadi Syarifah Soraya Alhadi Thiansyah, Adhera Nur Utari, Siti Plavia Widaty, Cucu Widya Wati Rohmatul Jannah Yahya, Nur Azima Yuni Yemima Yusril Yusril Zulhidan, Muhammad Royyan