Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Peran Keramat Pamijahan dalam Penyebaran Islam Syekh Abdul Muhyi (Abad 17-18) Supendi, Usman; Arsyad, M Fikri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1b (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025 (TAMBAHAN)
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1b.2724

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran Syeikh Abdul Muhyi dalam menyebarkan Islam di Priangan Timur pada abad ke-17 dan ke-18. Sebagai seorang ulama besar yang berasal dari dunia pesantren, Syeikh Abdul Muhyi memiliki pengaruh yang kuat dalam memperkenalkan dan mengembangkan ajaran Islam di daerah Priangan, Jawa Barat. Melalui pendekatan dakwah yang fleksibel dan penuh kecermatan terhadap budaya lokal, beliau mampu mengadaptasi ajaran Islam dengan kearifan lokal masyarakat Priangan. Hal ini memungkinkan dakwah yang dilakukan tidak hanya diterima, tetapi juga berkembang pesat, sekaligus mempengaruhi perubahan sosial dan budaya di wilayah tersebut. Syeikh Abdul Muhyi dikenal sebagai salah satu ulama yang memegang peranan penting dalam memperkenalkan ajaran tasawuf dan syariat Islam, serta memperkenalkan praktik-praktik keagamaan yang lebih mendalam, seperti ritual shalat, puasa, dan zikir. Metode dakwah yang dilakukan beliau mencakup pengajaran agama melalui majelis taklim, pembukaan pesantren, dan peran aktif dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Dengan pendekatan yang mengutamakan dialog dan kedamaian, beliau mampu menghilangkan ketegangan antara kelompok masyarakat yang sebelumnya berbeda pandangan dalam hal keyakinan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dan analisis kritis terhadap berbagai sumber tertulis, termasuk manuskrip dan catatan sejarah terkait, untuk mengungkapkan pengaruh dakwah Syeikh Abdul Muhyi dalam proses Islamisasi di Priangan Timur.
Islamisasi dan Transformasi Sosial di Tatar Sunda pada Periode 1900-1942 Supendi, Usman; Hambaliana, Dandie
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1b (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025 (TAMBAHAN)
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1b.2728

Abstract

The phenomenon of Islamization and social transformation that took place in Tatar Sunda between 1900 and 1942, a period that encompassed the Dutch colonial period and significant social changes in Sundanese society. Islam, which had entered the region since the 15th century, experienced rapid development in the early 20th century, especially amidst the political, social and cultural dynamics taking place in West Java. This study aims to explore the role of Islam in changing the social structure, as well as the interaction between religion, politics and economics in Sundanese society during this period. Using a historical and sociological approach, this article analyses the various factors that drove the Islamization process in Sundanese Tatar, including the role of local ulama, Islamic boarding schools, as well as Islam's involvement in the independence movement. In addition, the article also highlights how this Islamization process contributed to social transformations, such as changes in the education system, relations between social classes, and forms of resistance to Dutch colonialism. The results show that although the Islamization process did not take place in a homogeneous manner, Islam succeeded in shaping a more cohesive social identity of Sundanese society. Pesantren and the ulama network became the center of the spread of Islamic teachings that not only influenced religious practices, but also had an impact on the formation of the socio-political consciousness of the community. Overall, the 1900-1942 period was an important moment in shaping the character of Islam in Sundanese Tatar, which contributed to the resistance against colonialism and the formation of Indonesian nationalism.  
Tradisi Masyarakat Agraris di Desa Bojongsari dan Sukamaju Kecamatan Nyalindung Sukabumi Supendi, Usman; Sopiah, Eva
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 1b (2025): NOVEMBER 2024 - JANUARI 2025 (TAMBAHAN)
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i1b.2733

Abstract

In the existence of a cultured society, of course there are various kinds of customs or traditions that arise due to existing knowledge. Likewise with agricultural societies. Indonesia itself is the largest agricultural country ever in recorded Asian history. Especially in the rice agricultural sector. For hundreds of years, Indonesia has been the largest rice contributing country. Especially in Parahyangan or what we usually call West Java. This Sundanese people have implemented customs in the agricultural sector starting hundreds of years ago. Seren Taun is a traditional ceremony to commemorate harvest day. We can still find this ceremony and preserve it in traditional villages such as Kanekes Baduy Village, Ciptagelar Village in Sukabumi, Cigugur Village in Kuningan and other traditional villages. In this case, it turns out that we can not only find Seren Taun customs in villages or traditional villages, but we can still find them in inland villages. Examples are Bojongsari Village and Sukamaju Village in Nyalindung sub-district, Sukabumi district. The Seren Taun traditional ceremony held in Bojongsari and Sukamaju villages itself has significant differences from the Seren Taun custom in traditional villages. This traditional ceremony has gone through various kinds of acculturation, both in terms of social culture and religion.
Dinamika integrasi budaya: peran Islamisasi dalam transformasi struktur sosial Kerajaan Galuh abad ke-15-16 Supendi, Usman; Ma'shum, Hisyam Ibnu
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v5i12025p45-56

Abstract

Abstract This study aims to analyze the social and cultural transformations in the Galuh Kingdom as a result of the spread of Islam. Employing a historical-qualitative approach, the research integrates document analysis and secondary data. The findings indicate that Islamization in Galuh was influenced by three main actors: religious scholars (ulama), merchants, and local rulers. Ulama played a pivotal role as educators and spiritual leaders, merchants introduced Islamic values through trade networks, and local rulers provided social and political legitimacy. The process of acculturation fostered harmony between local Hindu-Buddhist traditions and Islamic values, resulting in a unique cultural identity. This transformation is evident in the shift toward a more egalitarian social structure, the establishment of pesantren-based educational systems, and the adaptation of local traditions to align with Islamic values. The study contributes significantly to the historiography of Islamization in the Nusantara and serves as a reference for understanding cultural adaptation in the context of religion. Its findings are expected to promote the preservation of cultural heritage as part of national identity. Abstrak Penelitian bertujuan untuk mendeskripsiaakan mengenai peran KH. Abdul Kholiq Afandi dalam mengembangkan pondok pesantren dan Agama Islam dengan memadukan sekolah formal dan agama. Sistem ini dinilai sebagai inovasi untuk mengembangkan pendidikan yang memiliki dampak positif bPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi sosial dan budaya di Kerajaan Galuh akibat penyebaran Islam. Menggunakan pendekatan historis-kualitatif, penelitian ini mengintegrasikan analisis dokumen, data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islamisasi di Galuh dipengaruhi oleh tiga aktor utama: ulama, pedagang, dan penguasa lokal. Ulama berperan sebagai pendidik dan pemimpin spiritual, pedagang memperkenalkan nilai Islam melalui jalur perdagangan, sementara penguasa lokal memberikan legitimasi sosial dan politik. Proses akulturasi menghasilkan harmoni antara tradisi lokal Hindu-Buddha dan nilai-nilai Islam, menciptakan identitas budaya yang unik. Transformasi ini terlihat dalam perubahan struktur sosial menjadi lebih egaliter, pembentukan sistem pendidikan berbasis pesantren, serta penyesuaian tradisi lokal dengan nilai-nilai Islam. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kajian sejarah Islamisasi di Nusantara dan menjadi referensi untuk memahami adaptasi budaya dalam konteks agama. Hasilnya diharapkan mendorong pelestarian warisan budaya sebagai identitas bangsa. 
Establishing Bandung as a Center of Nationalism: R. A. A. Wiranatakusumah V's Political Policies Amidst the Independence Movement Savitri, Alfa Dini; Hidayat, Asep Achmad; Supendi, Usman
TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial Vol. 7 No. 2 (2024): Temali: Jurnal Pembangunan Sosial
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jt.v7i2.38329

Abstract

This study aims to analyze the political policies of R.A.A. Wiranatakusumah V in establishing Bandung as a center of nationalism amidst Indonesia's independence movement. This research uses a literature study method with a historical approach to explore Wiranatakusumah V's role as the Regent of Bandung, including his response to significant events such as the founding of the Indonesian National Party (PNI) and Bung Karno's trial by the Dutch Colonial Landraad. The findings indicate that R.A.A. Wiranatakusumah V's policies successfully made Bandung a region that welcomed the national movement while maintaining harmony between indigenous and colonial groups. This research contributes to a deeper understanding of how inclusive and nationalist political policies can shape a city's identity as a center of the national movement. The study also offers lessons for the younger generation on the importance of leadership that can unite various societal elements in the struggle for independence.
Kearifan Situ Cisanti di Sungai Citarum KM.0 Bukti Sejarah Prabu Siliwangi Kerajaan Pajajaran: Kajian Folklor Budaya Sunda Supendi, Usman; Nurcahya, Yan; Thariq Syah, M Kautsar; Oksa Putra, M Zikril; Sugiarto, Deri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 2 (2025): FEBRUARI-APRIL
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i2.3189

Abstract

Kearifan adalah pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, sehingga dapat menjaga identitas dan memecahkan masalah masyarakat. Kearifan juga dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan kearifan dalam suatu daerah atau tempat tertentu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik studi pustaka. Metode pengumpulan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca,  mengidentifikasi, dan wawancaracara. Dengan kajian foklor dalam sejarah yang menjadi warisan dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat sekarang. Kita bisa mendapatkan bukti sejarah sebagai salah satu bukti yang dapat dijadikan landasan dalam memandang pikiran tentang suatu sejarah, terutama mengenai Sribaduga Maharaja Sejarah Kerajaan Pajajaran sebagai Perkembangan Budaya Sunda.
Tradisi Lisan dan Pola Pewarisan Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Bau Nyale di Masyarakat Sasak Nusa Tenggara Barat Ilhami, Hablun; Thohir, Ajid; Supendi, Usman
Kode : Jurnal Bahasa Vol. 14 No. 1 (2025): Kode: Edisi Maret 2025
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/kjb.v13i1.65880

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tradisi lisan dan pola pewarisan nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak dengan fokus pada bagaimana tradisi lisan dan latar belakang tradisi Bau Nyale, bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale, dan bagaimana pola pewarisan nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan sumber data meliputi ketua adat dan masyarakat Sasak pada umumnya. Hasil analisis menunjukan bahwa adanya tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak tidak terlepas dari kisah Putri Mandalika. Bau Nyale sebagai sebuah tradisi sarat akan nilai-nilai luhur masyarakat Sasak yaitu nilai-nilai sakralitas, solidaritas, emansipasi hingga nilai-nilai pengorbanan dan keadilan. Adanya nilai-nilai luhur yang termuat dalam tradisi Bau Nyale terus diwariskan oleh masyarakat Sasak dari generasi ke generasi yaitu dengan melalui pembiasaan serta peneguhan otoritas leluhur. Mengingat pentingnya eksistensi tradisi di tengah kehidupan masyarakat maka kajian-kajian terkait tradisi khususnya tradisi-tradisi yang ada di masyarakat Sasak perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan guna terus menjaga nilai-nilai luhur serta identitas suatu masyarakat.
The Bandoengmooi Community’s Contribution to the Preservation of Longser Art 2010-2023: Kontribusi Komunitas Bandoengmooi dalam Melestarikan Seni Longser Tahun 2010-2023 Alfawwaz, Muhammad Fariz; Agus Permana; Usman Supendi
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 9 No 3 (2025): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v9i3.5479

Abstract

Longser art, a form of traditional Sundanese performance, faces significant threats from modernization and popular culture. Since 2010, the Bandoengmooi Community has taken a proactive role in preserving this cultural heritage through performances, training programs, and cross-sector collaborations. This study explores Bandoengmooi’s contributions to longser preservation using historical methods, including heuristics, criticism or verification, interpretation, and historiography. The findings reveal that Bandoengmooi not only sustains the physical performance of longser but also revitalizes its form and meaning to remain relevant in contemporary social contexts. Their training initiatives effectively engage the younger generation, equipping them with a comprehensive understanding of longser. Simultaneously, their performances function as a platform for social critique and environmental awareness. The institutional transformation into a formal foundation in 2021 further legitimized their cultural initiatives. Bandoengmooi demonstrates that cultural preservation need not be conservative but can embrace innovative and adaptive approaches to meet modern challenges. This study underscores the crucial role of community-based initiatives in saveguarding local culture heritage, especially amid awakening state support and increasing cultural globalization
Local Wisdom in the Creative Economy of the Baduy Community Supendi, Usman; Permana, Agus; Ruswanda, Asep Sandi; Samsudin, Samsudin
International Journal of Nusantara Islam Vol 13 No 1 (2025): International Journal of Nusantara Islam
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ijni.v13i1.45055

Abstract

Local wisdom is cultural values ​​and traditions that are passed down from generation to generation, playing an important role in supporting the sustainability of the creative economy in the Baduy community. This study aims to examine how the local wisdom of the Baduy community is integrated into their creative economy practices, which include handicrafts, traditional weaving, and honey products. A qualitative approach was used in this study, with data collection through direct observation, in-depth interviews, and documentation studies. The results of the study indicate that the local wisdom of the Baduy community, such as the principle of living in harmony with nature and strict customary rules, is the main foundation in the production and marketing of their creative products. In addition, these values ​​also encourage environmental sustainability and maintain their cultural identity amidst the influence of modernization. This study concludes that the integration of local wisdom into the creative economy not only provides added value to the product, but also strengthens the social, cultural, and economic sustainability of the Baduy community.
The Role of Sri Baduga Maharaja in the Spread of Islam in The Sunda Region Supendi, Usman; Nurcahya, Yan; Maulana, Ahmad Sobri; Nugraha, Patra Sentosa; Syakira, Mutiara Khansa; Salsabila, Marisa Jahra
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 4 (2025): JUNI-JULI
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/xxmcgf21

Abstract

Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) was a great king of the Sunda Kingdom who ruled around 1482–1521 AD, and was known as a just, wise, and peace-loving leader. The data is then analyzed using qualitative data analysis techniques, starting with data reduction to filter relevant information from all sources. From this statement, it can be concluded that at that time there was a religious shift, with many Pajajaran people converting to Islam. Sri Baduga Maharaja did not directly spread Islam, but he played a role in creating peaceful and tolerant conditions that allowed Islam to spread well in the Sunda Kingdom. His open attitude towards religious differences made his reign one of the important periods in the early history of Islam in the Land of Sunda. reflecting how religion and culture are harmoniously intertwined. In this context, studying this collection of relics is an important means of understanding how Islam grew and took root in the cultural expressions of the Sundanese people.