Claim Missing Document
Check
Articles

Dinamika integrasi budaya: peran Islamisasi dalam transformasi struktur sosial Kerajaan Galuh abad ke-15-16 Supendi, Usman; Ma'shum, Hisyam Ibnu
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um081v5i12025p45-56

Abstract

Abstract This study aims to analyze the social and cultural transformations in the Galuh Kingdom as a result of the spread of Islam. Employing a historical-qualitative approach, the research integrates document analysis and secondary data. The findings indicate that Islamization in Galuh was influenced by three main actors: religious scholars (ulama), merchants, and local rulers. Ulama played a pivotal role as educators and spiritual leaders, merchants introduced Islamic values through trade networks, and local rulers provided social and political legitimacy. The process of acculturation fostered harmony between local Hindu-Buddhist traditions and Islamic values, resulting in a unique cultural identity. This transformation is evident in the shift toward a more egalitarian social structure, the establishment of pesantren-based educational systems, and the adaptation of local traditions to align with Islamic values. The study contributes significantly to the historiography of Islamization in the Nusantara and serves as a reference for understanding cultural adaptation in the context of religion. Its findings are expected to promote the preservation of cultural heritage as part of national identity. Abstrak Penelitian bertujuan untuk mendeskripsiaakan mengenai peran KH. Abdul Kholiq Afandi dalam mengembangkan pondok pesantren dan Agama Islam dengan memadukan sekolah formal dan agama. Sistem ini dinilai sebagai inovasi untuk mengembangkan pendidikan yang memiliki dampak positif bPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi sosial dan budaya di Kerajaan Galuh akibat penyebaran Islam. Menggunakan pendekatan historis-kualitatif, penelitian ini mengintegrasikan analisis dokumen, data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islamisasi di Galuh dipengaruhi oleh tiga aktor utama: ulama, pedagang, dan penguasa lokal. Ulama berperan sebagai pendidik dan pemimpin spiritual, pedagang memperkenalkan nilai Islam melalui jalur perdagangan, sementara penguasa lokal memberikan legitimasi sosial dan politik. Proses akulturasi menghasilkan harmoni antara tradisi lokal Hindu-Buddha dan nilai-nilai Islam, menciptakan identitas budaya yang unik. Transformasi ini terlihat dalam perubahan struktur sosial menjadi lebih egaliter, pembentukan sistem pendidikan berbasis pesantren, serta penyesuaian tradisi lokal dengan nilai-nilai Islam. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kajian sejarah Islamisasi di Nusantara dan menjadi referensi untuk memahami adaptasi budaya dalam konteks agama. Hasilnya diharapkan mendorong pelestarian warisan budaya sebagai identitas bangsa. 
Establishing Bandung as a Center of Nationalism: R. A. A. Wiranatakusumah V's Political Policies Amidst the Independence Movement Savitri, Alfa Dini; Hidayat, Asep Achmad; Supendi, Usman
TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial Vol. 7 No. 2 (2024): Temali: Jurnal Pembangunan Sosial
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jt.v7i2.38329

Abstract

This study aims to analyze the political policies of R.A.A. Wiranatakusumah V in establishing Bandung as a center of nationalism amidst Indonesia's independence movement. This research uses a literature study method with a historical approach to explore Wiranatakusumah V's role as the Regent of Bandung, including his response to significant events such as the founding of the Indonesian National Party (PNI) and Bung Karno's trial by the Dutch Colonial Landraad. The findings indicate that R.A.A. Wiranatakusumah V's policies successfully made Bandung a region that welcomed the national movement while maintaining harmony between indigenous and colonial groups. This research contributes to a deeper understanding of how inclusive and nationalist political policies can shape a city's identity as a center of the national movement. The study also offers lessons for the younger generation on the importance of leadership that can unite various societal elements in the struggle for independence.
Kearifan Situ Cisanti di Sungai Citarum KM.0 Bukti Sejarah Prabu Siliwangi Kerajaan Pajajaran: Kajian Folklor Budaya Sunda Supendi, Usman; Nurcahya, Yan; Thariq Syah, M Kautsar; Oksa Putra, M Zikril; Sugiarto, Deri
Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 2 No. 2 (2025): FEBRUARI-APRIL
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v2i2.3189

Abstract

Kearifan adalah pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, sehingga dapat menjaga identitas dan memecahkan masalah masyarakat. Kearifan juga dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan kearifan dalam suatu daerah atau tempat tertentu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik studi pustaka. Metode pengumpulan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca,  mengidentifikasi, dan wawancaracara. Dengan kajian foklor dalam sejarah yang menjadi warisan dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat sekarang. Kita bisa mendapatkan bukti sejarah sebagai salah satu bukti yang dapat dijadikan landasan dalam memandang pikiran tentang suatu sejarah, terutama mengenai Sribaduga Maharaja Sejarah Kerajaan Pajajaran sebagai Perkembangan Budaya Sunda.
Tradisi Lisan dan Pola Pewarisan Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Bau Nyale di Masyarakat Sasak Nusa Tenggara Barat Ilhami, Hablun; Thohir, Ajid; Supendi, Usman
Kode : Jurnal Bahasa Vol. 14 No. 1 (2025): Kode: Edisi Maret 2025
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/kjb.v13i1.65880

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tradisi lisan dan pola pewarisan nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak dengan fokus pada bagaimana tradisi lisan dan latar belakang tradisi Bau Nyale, bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale, dan bagaimana pola pewarisan nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan sumber data meliputi ketua adat dan masyarakat Sasak pada umumnya. Hasil analisis menunjukan bahwa adanya tradisi Bau Nyale di masyarakat Sasak tidak terlepas dari kisah Putri Mandalika. Bau Nyale sebagai sebuah tradisi sarat akan nilai-nilai luhur masyarakat Sasak yaitu nilai-nilai sakralitas, solidaritas, emansipasi hingga nilai-nilai pengorbanan dan keadilan. Adanya nilai-nilai luhur yang termuat dalam tradisi Bau Nyale terus diwariskan oleh masyarakat Sasak dari generasi ke generasi yaitu dengan melalui pembiasaan serta peneguhan otoritas leluhur. Mengingat pentingnya eksistensi tradisi di tengah kehidupan masyarakat maka kajian-kajian terkait tradisi khususnya tradisi-tradisi yang ada di masyarakat Sasak perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan guna terus menjaga nilai-nilai luhur serta identitas suatu masyarakat.
The Bandoengmooi Community’s Contribution to the Preservation of Longser Art 2010-2023: Kontribusi Komunitas Bandoengmooi dalam Melestarikan Seni Longser Tahun 2010-2023 Alfawwaz, Muhammad Fariz; Agus Permana; Usman Supendi
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 9 No 3 (2025): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v9i3.5479

Abstract

Longser art, a form of traditional Sundanese performance, faces significant threats from modernization and popular culture. Since 2010, the Bandoengmooi Community has taken a proactive role in preserving this cultural heritage through performances, training programs, and cross-sector collaborations. This study explores Bandoengmooi’s contributions to longser preservation using historical methods, including heuristics, criticism or verification, interpretation, and historiography. The findings reveal that Bandoengmooi not only sustains the physical performance of longser but also revitalizes its form and meaning to remain relevant in contemporary social contexts. Their training initiatives effectively engage the younger generation, equipping them with a comprehensive understanding of longser. Simultaneously, their performances function as a platform for social critique and environmental awareness. The institutional transformation into a formal foundation in 2021 further legitimized their cultural initiatives. Bandoengmooi demonstrates that cultural preservation need not be conservative but can embrace innovative and adaptive approaches to meet modern challenges. This study underscores the crucial role of community-based initiatives in saveguarding local culture heritage, especially amid awakening state support and increasing cultural globalization
Local Wisdom in the Creative Economy of the Baduy Community Supendi, Usman; Permana, Agus; Ruswanda, Asep Sandi; Samsudin, Samsudin
International Journal of Nusantara Islam Vol 13 No 1 (2025): International Journal of Nusantara Islam
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ijni.v13i1.45055

Abstract

Local wisdom is cultural values ​​and traditions that are passed down from generation to generation, playing an important role in supporting the sustainability of the creative economy in the Baduy community. This study aims to examine how the local wisdom of the Baduy community is integrated into their creative economy practices, which include handicrafts, traditional weaving, and honey products. A qualitative approach was used in this study, with data collection through direct observation, in-depth interviews, and documentation studies. The results of the study indicate that the local wisdom of the Baduy community, such as the principle of living in harmony with nature and strict customary rules, is the main foundation in the production and marketing of their creative products. In addition, these values ​​also encourage environmental sustainability and maintain their cultural identity amidst the influence of modernization. This study concludes that the integration of local wisdom into the creative economy not only provides added value to the product, but also strengthens the social, cultural, and economic sustainability of the Baduy community.
The Role of Sri Baduga Maharaja in the Spread of Islam in The Sunda Region Supendi, Usman; Nurcahya, Yan; Maulana, Ahmad Sobri; Nugraha, Patra Sentosa; Syakira, Mutiara Khansa; Salsabila, Marisa Jahra
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 4 (2025): JULI
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/xxmcgf21

Abstract

Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) was a great king of the Sunda Kingdom who ruled around 1482–1521 AD, and was known as a just, wise, and peace-loving leader. The data is then analyzed using qualitative data analysis techniques, starting with data reduction to filter relevant information from all sources. From this statement, it can be concluded that at that time there was a religious shift, with many Pajajaran people converting to Islam. Sri Baduga Maharaja did not directly spread Islam, but he played a role in creating peaceful and tolerant conditions that allowed Islam to spread well in the Sunda Kingdom. His open attitude towards religious differences made his reign one of the important periods in the early history of Islam in the Land of Sunda. reflecting how religion and culture are harmoniously intertwined. In this context, studying this collection of relics is an important means of understanding how Islam grew and took root in the cultural expressions of the Sundanese people.
Local Wisdom in the Creative Economy of the Baduy Community Supendi, Usman; Permana, Agus; Ruswanda, Asep Sandi; Samsudin, Samsudin
International Journal of Nusantara Islam Vol 13 No 1 (2025): International Journal of Nusantara Islam
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ijni.v13i1.45055

Abstract

Local wisdom is cultural values ​​and traditions that are passed down from generation to generation, playing an important role in supporting the sustainability of the creative economy in the Baduy community. This study aims to examine how the local wisdom of the Baduy community is integrated into their creative economy practices, which include handicrafts, traditional weaving, and honey products. A qualitative approach was used in this study, with data collection through direct observation, in-depth interviews, and documentation studies. The results of the study indicate that the local wisdom of the Baduy community, such as the principle of living in harmony with nature and strict customary rules, is the main foundation in the production and marketing of their creative products. In addition, these values ​​also encourage environmental sustainability and maintain their cultural identity amidst the influence of modernization. This study concludes that the integration of local wisdom into the creative economy not only provides added value to the product, but also strengthens the social, cultural, and economic sustainability of the Baduy community.
Islam Pada Zaman Kerajaan Sumedanglarang (Abad 14-15) Supendi, Usman; Putra, M Zikril Oksa; Nurcahya, Yan
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 1 No. 1 (2025): JANUARI-MARET 2025
Publisher : Indo Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerajaan Sumedanglarang, yang terletak di wilayah Jawa Barat, Indonesia, merupakan salah satu kerajaan yang memainkan peran penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini menjadi salah satu pusat pertemuan kebudayaan dan agama, termasuk masuknya ajaran Islam melalui jalur perdagangan, dakwah, dan interaksi dengan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Islam mulai diperkenalkan di Sumedanglarang pada abad ke-15, dengan pengaruh besar dari para wali songo dan pedagang Muslim yang datang dari kawasan pesisir utara Jawa. Proses islamisasi di Sumedanglarang berlangsung secara bertahap, menggabungkan unsur-unsur tradisi lokal dengan ajaran Islam, sehingga menciptakan bentuk khas dalam praktik keagamaan dan budaya masyarakatnya. Meskipun bukti-bukti sejarah yang jelas tentang proses islamisasi di Sumedanglarang terbatas, catatan-catatan dari sumber sejarah menunjukkan bahwa raja dan masyarakat Sumedanglarang mulai menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan. Perubahan ini juga terlihat dalam kebijakan politik dan sosial, seperti penerimaan terhadap hukum Islam dan adaptasi dalam sistem pemerintahan. Islamisasi di Sumedanglarang juga berhubungan erat dengan penyebaran kebudayaan Islam, termasuk seni, arsitektur, serta pendidikan agama yang semakin berkembang. Abstrak ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses islamisasi di Kerajaan Sumedanglarang, peran Islam dalam perubahan sosial dan budaya, serta kontribusinya terhadap perkembangan sejarah Islam di Jawa Barat pada masa itu.
KAJIAN FOLKLORE: MAKNA DAN SIMBOL PRABU SILIWANGI BERTAPA DAN MENYUCIKAN DIRI SEBELUM MASUK ISLAM DI MATA AIR CITARUM Nurcahya, Yan; Supendi, Usman
Historia Islamica: Journal of Islamic History and Civilization Vol 4 No 1 (2025): Historia Islamica
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/historia.v4i1.1249

Abstract

Abstract: Folklore is a discipline, which stands alone in Indonesia, which has not been developed for long. Folklore is part of a collective culture, which is spread and passed down from generation to generation. To be able to distinguish it from culture. History is an empirical science. The consequence is that every historical statement must be based on a reliable source (fact). There is no historical source, no historical source then there is no history. This is what distinguishes history from fairy tales. Storytelling is a product of fictional imagination. In fairy tales, there is no claim that the story is told based on empirical facts or not, whether it really happened or not. Through Patilasan Dipatiukur and Prabu Siliwangi we can reflect on the struggle and courage that shaped the history of this nation. The traces of Dipatiukur and Prabu Siliwangi carved in every stone and puddle of water in this place remind us of the importance of respecting and studying valuable historical heritage.Keywords: Pajajaran Kingdom, Spread of Religion, Islam, Sundanese History Abstrak:Folklor merupakan suatu disiplin, yang berdiri sendiri di Indonesia, yang belum lama dikembangkan. Folklore merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun. Untuk dapat membedakan dengan kebudayaan. Sejarah merupakan ilmu empiris. Konsekuensinya adalah setiap pernyataan sejarah harus didasarkan pada sumber (fakta) yang dapat diandalkan. Tidak ada sumber sejarah, tidak ada sumber sejarah maka tidak ada sejarah. Inilah yang membedakan sejarah dari dongeng. Bercerita merupakan produk imajinasi fiktif. Dalam dongeng, tidak ada klaim bahwa cerita tersebut diceritakan berdasarkan fakta empiris atau tidak, benar-benar suatu kejadian atau tidak. Melalui Patilasan Dipatiukur dan Prabu Siliwangi kita dapat merenungi perjuangan dan keberanian yang membentuk sejarah bangsa ini. Jejak Dipatiukur dan Prabu Siliwangi yang terukir dalam setiap batu dan genangan air di tempat ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan mempelajari warisan sejarah yang berharga Keywords: Kerajaan Pajajaran, Penyebaran Agama, Sejarah Sunda, Folklor