Claim Missing Document
Check
Articles

Seren Taun dan Dinamika Sosial: Akulturasi Tradisi Agraris dalam Manuskrip Meteumeuyan Supendi, Usman; Sopiah, Eva
Tamadduna: Jurnal Peradaban Volume 2 No. 1, Mei 2025
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/tamadduna.v2i1.5673

Abstract

In the existence of a cultured society, various customs and traditions emerge as a result of the knowledge available. This also applies to agrarian communities. Indonesia itself is the largest agrarian country ever recorded in Asian history, particularly in the agricultural sector of rice cultivation. For hundreds of years, Indonesia has been one of the largest rice-producing countries, especially in Parahyangan or West Java. The Sundanese people in this region have practiced agrarian customs for centuries. One of the traditions that remains preserved is Seren Taun, a traditional ceremony held to celebrate the harvest. This ceremony is still practiced and maintained in traditional villages such as Kanekes Baduy, Ciptagelar in Sukabumi, Cigugur in Kuningan, and other customary villages. Interestingly, Seren Taun is not only found in traditional villages but can also be observed in remote villages. Examples include Bojongsari and Sukamaju villages in Nyalindung District, Sukabumi Regency, where this tradition is still upheld with distinct characteristics. The Seren Taun ceremony in these villages differs significantly from the version practiced in traditional communities. This ceremony has undergone various forms of acculturation, whether in terms of social culture or religion. With the discovery of the Meteumeuyan Manuscript, which serves as a customary guide or is also called ririmbon panen, this study attempts to reveal the contents of the manuscript. However, with all the traditional rules attached to it, Seren Taun tends to preserve agrarian traditions across generations, ultimately limiting openness to innovation and social change.
Sejarah Cakraningrat I dari Tawanan Perang Hingga Menjadi Korban Pemberontakan 1624-1648 Hidayat, Asep Achmad; Faruk, Umar; Supendi, Usman
El Tarikh : Journal of History, Culture and Islamic Civilization Vol. 4 No. 2 (2023): Islamic of Culture History
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/jhcc.v4i2.18412

Abstract

Cakraningrat I adalah gelar yang disematkan kepada bangsawan Madura yang bernama Raden Praseno. Ia merupakan satu-satunya bangsawan Madura yang selamat dari pembantaian pasukan Mataram saat tragedi penaklukan Madura (1624).  Pasca penaklukan kemudian Raden Praseno dibawa ke Mataram sebagai tawanan perang. Dengan politik yang dimainkan oleh Sultan Agung putra mahkota Madura diberlakukan sebagaimana seoarang pengeran dengan hak-hak istimewa. Termasuk pada puncaknya, ia mengangkat Raden Praseno sebagai raja untuk seluruh wilayah Madura. Hal tersebut bukan tanpa alasan melainkan siasat Sultan Agung untuk Madura berada di bawah kekuasaannya. Pada perkembangannnya Cakraningrat I menjadi raja bawahan yang setia membela keberlangsungan Mataram. Topik ini diulas dengan mengunakan metode sejarah yang memuat 4 tahapan (heuristik, kritik, interpretasi, historiografi). Dari penelitian ini ditemukan bahwa Cakraningrat I selain sukses menata kembali pemerintahan Madura, ia juga menjadi raja bawahan Sultan Agung yang totalitas dalam mengawal pemerintahan Mataram, sampai pada akhirnya menjadi korban pemberontakan. Kata Kunci: Madura, Cakraningrat I, Mataram
Agricultural mantra culture in the study of the Melak Pare Manuscript Supendi, Usman; Solehudin, Solehudin; Sopiah, Eva; Nuraidah, Syifa; Arsyad, M Fikri; Hambaliana, Dandie
Socio Politica : Jurnal Ilmiah Jurusan Sosiologi Vol. 15 No. 2 (2025): Jurnal Socio-Politica
Publisher : FISIP UIN SGD Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/socio-politica.v15i2.46026

Abstract

This study aims to explore the physical structure and content of the Melak Pare manuscript, which documents the agrarian traditions of the Sundanese people within the framework of local and Islamic spirituality. Employing a historical methodology that includes heuristics, verification, interpretation, and historiography, the data were gathered through literature reviews and field research on the original manuscript housed in the Sri Baduga Museum, Bandung. The findings reveal that the manuscript is written in Arabic Pegon script on fragile European paper now preserved with Japanese tissue. The content consists of agricultural mantras and prayers structured around stages of rice farming rituals—from hoeing and seed sowing to planting, maintenance, and harvesting. The inclusion of istighfar, shalawat, and invocations of Dewi Sri (Nyimas Puhaci Sangiyang Sri) demonstrates cultural assimilation between Islam and local beliefs. Symbolic references to cardinal directions, bodily movements, and ritual timing reflect a rich Sundanese agrarian cosmology imbued with spiritual significance. This research contributes to the preservation of local philological heritage, revitalization of agro-spiritual values, and advancement of interdisciplinary approaches to traditional manuscript studies. Contribution: This study contributes to the preservation of local philological heritage by documenting the physical and textual features of the Melak Pare manuscript, revitalizes agro-spiritual values by highlighting the integration of Sundanese agrarian traditions with Islamic spirituality.
Peristiwa Long March Siliwangi Tahun 1948 Berdasarkan Dokumen dan Koleksi-koleksi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung Khairullah, Muhammad Fauzan; Supendi, Usman
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 9, No 4 (2024): November, I Special Issue on "Educational design research for human beings learn
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v9i4.33194

Abstract

Peristiwa Hijrah dan Long March Siliwangi merupakan bagian penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa Revolusi Fisik, khususnya dalam menghadapi agresi militer Belanda pada tahun 1948. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai peristiwa tersebut dengan memanfaatkan dokumen dan koleksi yang ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi sebagai sumber utama. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi dokumentasi, studi koleksi museum, studi pustaka dan pendekatan hermeneutik untuk memahami makna mendalam dari setiap peninggalan sejarah yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Long March Siliwangi bukan hanya sekadar perpindahan fisik pasukan, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual dan simbol ketahanan perjuangan para prajurit Siliwangi. Selain itu, penelitian ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh pasukan Siliwangi dalam melaksanakan hijrah dan long march serta pengaruhnya terhadap sejarah pergerakan militer Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemahaman sejarah Indonesia serta memperkaya literatur tentang peristiwa Hijrah dan Long March Siliwangi.
Typology of Mosque Architecture in the Greater Bandung Area, Indonesia Nurcahya, Yan; Hidayat, Asep Achmad; Supendi, Usman; Kusdiana, Ading; Gumilar, Setia; Hakim, Ajid
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 5 (2025): SEPTEMBER
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/sfpjv314

Abstract

This research focuses on the typology of mosques in the Bandung area, Indonesia. Due to its close ties to Islam, research on mosque typology is still limited. This mosque holds significant value within the Muslim community. This research was conducted in Greater Bandung: Bandung City, Cimahi City, Bandung Regency, West Bandung Regency, and Sumedang Regency. This study employed qualitative methods (Creswell, 2008) with descriptive research characteristics. Using the Bandung Grand Mosque as a reference, as suggested in previous studies, the results show that the dome-shaped roof element is a dominant feature replicated by mosques in Greater Bandung. Other elements, such as columns, openings, and roof ornamentation, are also replicated by several research subjects, but to a lesser extent. This research provides a broader overview of the area, with a more diverse analysis of factors such as time, socio-cultural, and technological aspects.
SEJARAH GERAKAN SOSIAL, POLITIK, DAN AGAMA DI KOTA TASIKMALAYA PADA TAHUN 1901–1940 Asep Achmad Hidayat; Usman Supendi; Hambaliana, Dandie
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan Vol 6 No 01 (2025): Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51190/jazirah.v6i01.261

Abstract

Penelitian ini mengkaji dinamika gerakan sosial, politik, dan keagamaan di Kota Tasikmalaya pada periode 1901 hingga 1940, sebuah era penting dalam sejarah kolonial Hindia Belanda yang ditandai oleh munculnya kesadaran nasional dan resistensi terhadap dominasi kolonial. Dengan menggunakan pendekatan historis dan metode kualitatif melalui studi pustaka dan analisis dokumen arsip, tulisan ini menelusuri keterlibatan masyarakat Tasikmalaya dalam berbagai bentuk pergerakan, baik yang bersifat modern maupun tradisional. Gerakan politik mulai tampak dengan masuknya Sarekat Islam dan tokoh-tokoh lokal yang memperjuangkan hak-hak rakyat melalui jalur organisasi. Di sisi lain, gerakan keagamaan tumbuh subur melalui peran pesantren dan ulama yang tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga menjadi pusat perlawanan terhadap penjajahan. Interaksi antara gerakan sosial, politik, dan agama membentuk pola perlawanan yang khas di Tasikmalaya, di mana agama menjadi fondasi ideologis bagi perlawanan sosial-politik. Kajian ini menunjukkan bahwa gerakan di Tasikmalaya tidak dapat dipahami secara terpisah, melainkan sebagai bagian dari satu kesatuan dinamika sosial yang kompleks dalam konteks kolonial. Hasil penelitian ini memperkaya pemahaman mengenai peran daerah dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.
AGRICULTURAL COMMUNITY TRADITIONS IN BOJONGSARI VILLAGE, NYALINDUNG DISTRICT, SUKABUMI (1986-2024) Sopiah, Eva; Achmad Hidayat, Asep; Supendi, Usman; Sulasman; Wahyu Hoerudin, Cecep; Najmudi, Salman; Mahfudin Setiawan, Agus
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol. 22 No. 1 (2025): Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v22i1.40700

Abstract

This study examines the acculturation of agrarian traditions, particularly the Seren Taun ceremony, in the villages of Bojongsari and Sukamaju, Nyalindung District, Sukabumi, between 1986 and 2024. The Seren Taun ceremony, a harvest celebration, has historically been found in traditional villages such as Kanekes Baduy and Ciptagelar. However, interestingly, this tradition also persists in rural villages such as Bojongsari and Sukamaju, albeit with significant differences due to socio-cultural and religious acculturation. The main objective of this study is to analyze the contents of the traditional “Ririmbon Panen” guidebook found in both villages and to identify the forms of acculturation that influence agricultural practices and religious rituals. Using a qualitative approach, this research involves field methods (observation, interviews, documentation) and philology to edit and translate the texts, supplemented by content analysis to reveal the values contained therein. The results of the study show that the Seren Taun tradition in Bojongsari and Sukamaju, known as “Meteumeuyan,” has undergone profound acculturation with Islamic teachings. This transformation is evident in the replacement of amulets with prayers from the Qur'an and the use of the Islamic calendar in determining harvest times. Although pre-Islamic elements such as offerings and incense burning have been eliminated, other aspects such as calculating auspicious/inauspicious days and wind direction have been retained. In addition, the community still respects Monday as “Nyi Pohaci Day,” when rice processing activities are stopped. The Seren Taun ceremony in these two villages represents a concrete example of cultural acculturation in Indonesian agrarian communities, where indigenous traditions adapt to Islamic thinking, creating a unique blend that enriches cultural meaning without losing its essence. Keywords: Agrarian, Acculturation, Seren Taun, Islam, Sunda.
Dampak Islamisasi Kerajaan Padjajaran: Sistim Pendidikan dan Nilai-Nilai Sosial dalam Kehidupan Masyarakat Sunda Supendi, Usman; Pribadi, Syofiah; Murni, Fitria Eka Dewi
Attractive : Innovative Education Journal Vol. 6 No. 1 (2024): Attractive : Innovative Education Journal
Publisher : CV. Creative Tugu Pena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51278/aj.v6i1.1037

Abstract

This research aims to investigate the impact of Islamization in the Kingdom of Padjajaran, particularly in the transformation of the education system and changes in the social values of Sundanese society. Using a qualitative approach and historical case study, the focus of the research involves the region of West Java that was in the past part of the Kingdom of Padjajaran. The results show that Islamization affected religious changes and included significant transformations in the education system, with Islamic boarding schools and madrasahs becoming centres of knowledge offering holistic education. In addition, the social values of Sundanese society also changed, encompassing the concepts of justice, tolerance and brotherhood introduced by Islamic teachings. Although the Kingdom of Padjajaran did not become a fully independent Islamic kingdom, the influence of Islam continued to infiltrate and shape its cultural and social aspects, making a significant contribution towards understanding the role of Islam in shaping the identity and social life of Sundanese society during this period. Keywords: Padjajaran Kingdom, Education System, Sundanese Society
Relasi Geometri dan Musik dalam Naskah Arsitektur Usmani Awal Abad ke-17 Afiat Fahma Zamani; Asep Achmad Hidayat; Usman Supendi
Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol. 6 No. 8 (2024): RESLAJ: Religion Education Social Laa Roiba Journal 
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/reslaj.v6i8.3542

Abstract

ABSTRACT. Historical records indicate that Islamic civilization is renowned for its grand architectural structures built by various dynasties throughout history. These structures reflect significant achievements in art, science, and engineering, showcasing a high level of architectural mastery. However, information about the architects behind these buildings is often limited. One rare historical document that provides insight into the memoirs of a notable architect from the Ottoman Empire is Risāle-i Miʿmāriyye by Cafer Efendi (died after 1633). This document discusses the development of Ottoman architecture in the early 17th century, including observations on the construction of the Sultan Ahmed Mosque. One of the topics covered in the treatise is the relationship between architectural structures based on geometric science and music. This article aims to reevaluate the level of geometric knowledge applied by Ottoman architect-engineers and artists, particularly Sedefkar Mehmet Ağa, by examining the linguistic and philosophical roots of geometric terms within the socio-cultural and architectural context of the time. The study investigates geometric shapes that produce acoustic effects in buildings through a critical analysis of the sixth section of Risāle-i Miʿmāriyye. The article reveals the complex relationship between the practice of geometric science and music at a specific time and place. The analysis indicates that the evolving connotations of vocabulary used to describe geometry and the various professionals working in the field reflect changes in the understanding of geometry and its application in architectural design. ABSTRAK. Dokumen sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam penuh dengan berbagai bangunan arsitektur megah yang dibangun oleh berbagai dinasti sepanjang sejarah. Struktur-struktur ini mencerminkan pencapaian besar dalam seni, ilmu pengetahuan, dan teknik, menunjukkan penguasaan yang tinggi dalam bidang arsitektur. Meski begitu, informasi mengenai arsitek di balik bangunan-bangunan ini sering kali terbatas. tidak banyak diketahui. Salah satu dokumen sejarah langka yang menuliskan memoar seorang arsitek kenamaan dari Kesultanan Usmani adalah Risāle-i Miʿmāriyye karya Cafer Efendi (meninggal setelah tahun 1633), yang membahas perkembangan arsitektur Usmani pada awal abad ke-17, termasuk pengamatan dalam proses konstruksi Masjid Sultan Ahmed. Di salah satu topik yang dibahas dalam risalah tersebut adalah hubungan antara struktur arsitektur berdasarkan ilmu geometri dan musik. Artikel ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali tingkat pengetahuan geometri yang diterapkan oleh arsitek-insinyur dan seniman Usmani, Sedefkar Mehmet Ağa, dengan memeriksa akar linguistik dan filosofis dari istilah-istilah geometri dalam konteks sosial-budaya dan arsitektur pada saat itu. Studi ini menyelidiki bentuk-bentuk geometris yang menghasilkan efek suara dalam bangunan melalui analisis kritis terhadap bagian keenam dari Risāle-i Miʿmāriyye. Artikel ini mengungkap hubungan kompleks antara praktik ilmu geometri dan musik pada waktu dan tempat tertentu. Analisis menunjukkan bahwa konotasi kosakata yang berkembang untuk menggambarkan geometri dan para pengrajin profesional yang bekerja di bidang tersebut mencerminkan perubahan dalam pemahaman tentang geometri dan penggunaannya dalam desain arsitektur. Kata Kunci: Arsitektur Usmani, Risāle-i Miʿmāriyye, Geometri dan Musik.
Perjuangan KH. Usman Dhomiri Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Cimahi Tahun 1938-1955 Hendro Kartika Juniawan; Asep Achmad Hidayat; Usman Supendi
Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol. 6 No. 7 (2024): RESLAJ: Religion Education Social Laa Roiba Journal 
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/reslaj.v6i7.3776

Abstract

Tulisan ini membahas tentang studi tokoh mengenai seorang ulama dan tokoh Pergerakan Kemerdekaan Nasional, secara khusus menyoroti bagaimana kiprah Perjuangan KH. Usman Dhomiri dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Cimahi tahun 1938-1955. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan atau library research, dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menemukan setidaknya terdapat tiga pembahasan, sebagai berikut; Pertama, KH. Usman Dhomiri merupakan ulama kharismatik kelahiran Hadramaut pada tahun 1870 yang memiliki pengaruh sangat signifikan dalam pergerakan kemerdekaan dan menyebarkan dakwah Islam dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah di kota Cimahi. Kedua, Tarekat Tijaniyah merupakan tarekat yang berkembang cukup baik dan memiliki banyak pengikut di kota Cimahi melalui aktivitas dakwah KH. Usman Dhomiri . Ketiga, K.H. Usman Dhomiri di kenal sebagai tokoh kharismatik dan historis penggerak Laskar Hizbullah yang sangat vokal dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Jepang terutama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Cimahi.