Claim Missing Document
Check
Articles

Laporan Kasus : Infeksi Saluran Pernafasan (ISP) Pada Kucing Peliharaan Baiti, Nur; Batan, I Wayan; Anthara, Made Suma
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (5) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.5.734

Abstract

Penyakit saluran respirasi sering terjadi pada populasi kucing yang dipelihara dalam populasi padat. Penyakit ini merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada kucing. Kucing kasus adalah seekor kucing lokal dengan jenis kelamin jantan, bernama Abu, berumur dua tahun, bobot badan 2 kg, berwarna abu-abu, dan belum divaksinasi. Kucing kasus diperiksa di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Berdasarkan anamnesis, kucing menunjukkan gejala bersin disertai batuk selama empat bulan dan mulai parah satu bulan sebelum dilakukan pemeriksaan. Hidung kucing mengeluarkan leleran mukopurulen disertai leleran serous pada mata. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan kucing kasus mengalami sesak napas, hidung mengeluarkan leleran mukopurulen, bagian mata ditemukan leleran serous, mukosa mulut berwarna merah muda pucat, dan pada saat dipalpasi limfonodus mandibularis bagian kanan mengalami pembengkakan. Hasil pemeriksaan X-Ray menunjukkan adanya gambaran sedikit radiopaque pada daerah pulmonum dan penyebaran bercak pada daerah bronkus. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan kucing kasus mengalami anemia mikrositik hipokromik, leukositosis, dan limfositopenia. Kucing kasus didiagnosis mengalami infeksi saluran pernapasan (ISP) yaitu rhinitis kronis dan bronkopneumonia. Terapi yang diberikan pada kucing kasus terdiri atas antibiotik doxycycline hyclate 5 mg/kg BB secara oral (PO) dua kali sehari selama dua minggu, antiinflamasi methylprednisolone 2 mg/kg BB diberikan peroral satu kali sehari selama empat hari, dan terapi suportif diberikan multivitamin dengan dosis pemberian 1 mL satu kali sehari selama dua minggu. Hasil pengobatan selama dua minggu menunjukkan terjadinya perubahan pada leleran hidung yang tadinya mukopurulen menjadi purulen serta frekuensi bersin dan batuk berkurang.
Kajian Pustaka: Vektor-vektor Penyakit Demam Babi Afrika yang Mewabah pada Berbagai Peternakan Babi Bhala, Anastasia; Riza, Devand Ainur; Utomo, Bravanasta Glory Rahmadyasti; Ene, Theresia; Bili, Maria Dolorosa Leta; Firdaus, Muchammad Wildan; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (6) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.6.873

Abstract

Penyakit menular pada babi memiliki pengaruh terhadap keamanan nutrisi ketersediaan daging babi sebagai produk protein tinggi. African Swine Fever (ASF) adalah penyakit virus menular yang menyerang babi domestik dan babi liar. Penyakit ini disebabkan oleh virus ASF dan sangat berbahaya bagi populasi babi karena bisa menyebabkan kematian mendadak dalam waktu 7–10 hari setelah terinfeksi serta mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar dalam industri peternakan babi. Di antara berbagai faktor yang memengaruhi penyebaran ASF, peran penting dimainkan oleh caplak lunak dari genus Ornithodoros, terutama spesies Ornithodoros moubata. Penularan terjadi ketika caplak terinfeksi mengisap darah yang mampu mempertahankan virus untuk waktu yang lama dan menularkannya ke inang yang rentan. Selain itu, transmisi transstadial, transovarial, dan seksual pada caplak Ornithodoros memungkinkan untuk bertahannya infeksi ASF tanpa adanya inang. Siklus penularan virus ASF berlangsung secara silvatik dan domestik. Metode biosekuriti yang efektif dapat memperlambat penyebaran ASF yang merupakan ancaman besar bagi produksi babi dunia dan perdagangan babi internasional. Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai vektor dari virus ASF. Dari berbagai macam sumber baik dari artikel, jurnal, dan buku mengenai vektor dari virus ASF yang telah dikaji, diperoleh hasil bahwa soft ticks (caplak lunak) Ornithodoros sp. menjadi vektor penularan dari virus ASF. Spesies yang banyak ditemukan dan sudah dibuktikan menjadi vektor antara lain adalah O. turicata, O. coriaceus, O. erraticus, dan O. moubata. Dalam beberapa sumber juga disebutkan hard ticks sebagai vektor yaitu (I. Ricinus dan D. reticulatus). Vektor lain yang dapat menularkan ASFV adalah spesies lalat Muscidae
Laporan Kasus: Kombinasi Imidacloprid dan Moxidectin dalam Penanganan Skabiosis dan Toksokariosis pada Anjing Kacang Lase, Linus Putra Jaya; Batan, I Wayan; Jayanti, Putu Devi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (6) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.6.785

Abstract

Seekor anak anjing kacang berjenis kelamin jantan, bernama Mocca, umur empat bulan, bobot badan 3 kg dengan rambut berwarna hitam. Anjing Mocca memiliki kebiasaan menggaruk seluruh tubuhnya dengan frekuensi sering. Pemeriksaan fisik menunjukkan turgor kulitnya agak lambat dan ditemukan alopesia dengan rambut kusam, kering dan kasar di samping terdapat papula, pustula, eritema, krusta, dan hiperkeratosis di seluruh kulit pada permukaan tubuhnya. Terdapat pula lipatanlipatan kulit pada daerah badan dan kepala. Pemeriksaan secara mikroskopis dengan metode kerokan kulit atau superficial skin scraping ditemukan tungau dan telur Sarcoptes scabiei. Hasil pemeriksaan histopatologi biopsi kulit ditemukan tungau dan terowongan S. scabiei pada epidermis kulit, terjadi perubahan hiperplasia pada membrana basalis epidermis, dan teramati banyak infiltrasi sel radang. Pemeriksaan complete blood count menunjukkan peningkatan white blood cell (WBC), limfosit, platelet (PLT) dan procalcitonin (PCT); serta mengalami penurunan granulosit, Red blood cell (RBC), hemoglobin (HGB), hematokrit (HCT), mean corpuscular hemoglobin (MCH), dan mean cell hemoglobin concetration (MCHC). Feses berwarna kehijauan dan memiliki konsistensi padat, muntahan anjing disertai cacing Toxocara canis, dan pada pemeriksaan feses dengan metode natif diidentifikasi telur cacing T. canis. Terapi yang diberikan yaitu pemberian antiparasit secara topikal kombinasi imidacloprid 10 mg/kg BB dan moxidectin 2,5% BB, serta suplemen kulit dan rambut. Pasca pengobatan hari ke-28, pruritus anjing masih ada tetapi dengan frekuensi yang jarang. Lesi sudah tidak terlihat, pertumbuhan rambut yang sudah lebat, dan telur cacing sudah tidak teramati pada pemeriksaan dengan metode natif dan apung. Kebersihan lingkungan dan hewan harus selalu dijaga untuk mencegah tertularnya kembali agen infeksi.
Kajian Pustaka: Bakteri Penginfeksi yang Dapat Menimbulkan Diare pada Kuda Priharyanthi, Luh Komang Ayu Puteri; Tama, Kevin Tri; Remontara, Al Afuw Niha; Dhayanti, Ni Luh Evy; Maha Arta, I Komang Wira Kusuma; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (3) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.3.487

Abstract

Diare merupakan salah satu gejala yang timbul dari biosekuriti yang buruk dan ditandai dengan peningkatan frekuensi defekasi yang dapat terjadi secara akut maupun kronis. Bakteri merupakan salah satu agen penyebab diare. Gejala klinis pada diare kuda sangat bervariasi dan harus dipantau secara ketat meliputi suhu rektal, degup jantung, laju pernapasan, tingkat hidrasi, warna dan kualitas membran mukosa, waktu pengisian kembali kapiler, nafsu makan, serta karakter dan frekuensi defekasi. Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kasus diare pada kuda yang disebabkan oleh agen bakteri. Kajian pustaka ini menyajikan enam laporan kasus diare bakteri pada kuda yang ditandai dengan tinja berwarna hijau berair, dehidrasi, suhu rektal hingga 39,4oC, takikardia, dan takipnea. Bakteri yang menyebabkan diare pada kuda adalah Salmonella spp., Clostridium difficile, Clostridium perfringens, Neorickettsia risticii, Brachyspira spp., dan Escherichia fergusonii. Pemeriksaan penunjang yang umum digunakan adalah pemeriksaan darah lengkap, biokimia darah, kultur bakteri, Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi enterotoksin dan mendiagnosis enterekolitis terkait dengan enterotoksigenik. Penanganan awal kasus diare pada kuda adalah penggantian hilangnya cairan tubuh, pemulihan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, serta menghambat sekresi cairan usus. Terapi kausatif dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi dan terapi cairan ringer laktat. Dalam kajian pustaka ini, antibiotik yang paling sering digunakan adalah metronidazole (28,5%), flunixin meglumine (19,0%), dan ceftiofur (14,2%). Diagnosis dan pengobatan dini diare pada kuda sangat penting untuk mencegah perkembangan endotoksemia.
Laporan Kasus: Anaplasmosis dan Ehrlichiosis pada Anjing Husky Siberia Penderita Penyakit Ginjal Kronis Permatasari, Serly Nur Indah; Batan, I Wayan; Krisna Erawan, I Gusti Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (5) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.5.688

Abstract

Anaplasmosis dan ehrlichiosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri obligat intraseluler yaitu Anaplasma sp. dan Ehrlichia canis. Pada kasus ini, dilaporkan terjadi pada anjing husky siberia yang telah didiagnosis mengalami penyakit gagal ginjal kronis stadium tiga dan rutin dilakukan check up dua minggu sekali. Saat check up ketiga anjing tampak lemas, nafsu makan menurun, terdapat leleran mukopurulen di hidung, dan ditemukan caplak. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan hewan kasus mengalami dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa yang pucat dan turgor kulit menurun. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia normositik hiperkromik dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan biokimia darah menunjukkan peningkatan kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN), dan Symmetric Dimethylarginine (SDMA). Pemeriksaan ulas darah menunjukkan adanya badan inklusi pada monosit yang kemudian dikonfirmasi hasil positif dengan uji serologi test kit terhadap Anaplasma sp. dan Ehrlichia canis. Diagnosis definitif anjing kasus adalah gagal ginjal kronis stadium 3 disertai anaplasmosis dan ehrlichiosis. Penanganan yang dilakukan pemberian terapi cairan, antibiotik doxycycline (10 mg/kg BB, selama 28 hari), anti inflamasi metilprednisolon (0,5 mg/kg BB, selama 14 hari), dan pengobatan suportif dengan suplemen herbal Nutrilite® Liver Health with Milk Thistle and Dandelion Plus diberikan satu tablet sehari sekali dan suplemen ginjal AminAvast® diberikan dua tablet sehari sekali. Setelah hari ke-14 pengobatan menunjukkan perbaikan kondisi yang ditandai dengan nafsu makan yang baik, anjing terlihat aktif kembali, serta bebas dari caplak. Hasil pemeriksaan kimia darah setelah hari ke-14 menunjukkan penurunan nilai kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN).
Laporan Kasus: General Demodekosis disertai Temuan Jamur Curvularia sp. yang Bersifat Saprofit pada Anjing Lokal Resman, Martin Pedro Krisenda; Putriningsih, Putu Ayu Sisyawati; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (4) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.4.606

Abstract

Demodekosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Demodex sp.. Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur Curvularia sp. Tujuan penulisan artikel laporan kasus ini untuk mengetahui penyebab penyakit kulit yang terjadi pada anjing kasus dan efektivitas pengobatan yang dilakukan. Seekor anjing kacang (lokal) bernama Gembrong berumur satu tahun mengalami masalah kulit yang muncul sejak satu bulan sebelumnya. Nafsu makan anjing kasus masih dalam keadaan baik, defekasi dan urinasi normal. Anjing diberikan pakan nasi yang dicampur dengan rebusan tetelan ayam. Anjing kasus dipelihara dengan cara diikat di garasi belakang rumah. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat lesi pada kulit berupa eritema, krusta, alopesia, hiperpigmentasi, dan hiperkeratosis pada daerah wajah, daun telinga, leher, kaki depan, kaki belakang, punggung, dan ekor. Interdigit bengkak, eritema, dan hangat. Terdapat luka pada dahi, daun telinga, dan ekor. Pada bagian ventral abdomen mengalami alopesia, hiperkeratosis, dan krusta. Pada pemeriksaan kerokan dalam kulit (deep skin scrapping) ditemukan tungau Demodex sp., sedangkan pemeriksaan tape asetate ditemukan suspect kapang Curvularia sp.. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia normositik hipokromik dengan jumlah RBC sebanyak 4,31 1012/L, Hemoglobin 7,0 (g/dL), MCV 63 fl, dan MCHC 25,8 g/dL. Tidak ditemukan adanya koloni jamur Curvularia sp. pada kultur jamur dengan menggunakan media Sabourd Dextrose Agar (SDA). Anjing didiagnosis demodekosis disertai dermatomikosis. Pengobatan dilakukan dengan pemberian ivermectin, ketoconazole, antihistamin (diphenhydramine dan CTM), vitamin B kompleks, dan sabun sulfur. Evaluasi setelah 14 hari menunjukkan perubahan pada lesi kearah yang lebih baik dan pruritus mulai berkurang. Berdasarkan perubahan lesi yang membaik pada kulit anjing kasus setelah diterapi, maka pengobatan yang dilakukan dapat disimpulkan berhasil.
Laporan Kasus: Enteritis Hemoragi karena Koinfeksi Ancylostomiosis dan Koksidiosis, Disertai Komplikasi Erlichiosis pada Anjing Kacang Caroline, Grace; Batan, I Wayan; Putriningsih, Putu Ayu Sisyawati
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (6) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.6.807

Abstract

Infeksi gastrointestinal pada anjing, salah satunya dapat diakibatkan karena parasit dan protozoa pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan enteritis hemoragi. Parasit berbahaya yang berada dalam saluran pencernaan adalah Ancylostoma spp. serta dari kelompok protozoa adalah Isospora spp., Kedua penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang menunjukkan tanda klinis yang hampir sama yakni diare hingga berdarah, penurunan nafsu makan, lemah, anoreksia, yang dapat diteguhkan oleh pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan klinis anjing kasus mengalami kepucatan pada membran mukosa dan konjungtiva, serta waktu pengisian kapiler yang bertambah lama. Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami anemia mikrositik hipokromik, leukositosis, monositosis, neutrofilia, dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan mikroskopis feses menunjukkan adanya telur cacing Ancylostoma spp., dan ookista Isospora spp. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, anjing kasus didiagnosis mengalami ancylostomiosis dan koksidiosis. Saat dilakukan pemeriksaan hematologi rutin, anjing kasus mengalami trombositopenia yang dicurigai terinfeksi juga oleh parasit darah. Dilakukan ulas darah dan uji serologi rapid test antibodi dan didapati hasil anjing kasus positif terinfeksi Ehrlichia sp. Terapi yang diberikan berupa anthelmintik dengan kandungan pyrantel secara peroral, 5 mg/kg BB diulangi pada hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-10. Terapi antibitoik berupa sulfamethoxazole-trimethroprim secara peroral 30 mg/kg BB, satu kali sehari selama 10 hari. Terapi antibiotik lainnya berupa doxycycline secara peroral, 10 mg/kg BB, satu kali sehari selama 28 hari. Antiparasit dengan kandungan sarolaner. Terapi suportif berupa hematopoietikum satu kapsul per hari, secara peroral satu kali sehari selama 10 hari. Pada hari ke-15 pengobatan, anjing kasus menunjukkan perbaikan kondisi ditandai dengan feses yang teramati tidak ada darah dan konsistensi feses yang memadat. Pada hari ke-28 kondisi anjing kasus semakin membaik, sangat aktif, dan mengalami penambahan bobot badan.
Laporan Kasus: Penanganan Demodekosis General pada Anjing Peranakan Tekel dengan Terapi Suportif Omega-3 Pusparini, Ni Putu Dyah Prashanti; Soma, I Gede; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (3) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.3.439

Abstract

Demodekosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau dari genus Demodex. Tungau Demodex merupakan flora normal yang hidup di dalam folikel rambut dan kelenjar sebaseus. Penyakit ini terjadi secara alami dalam dua bentuk, yaitu lokal dan general. Anjing kasus yang berumur tiga bulan mengalami gejala klinis pruritus. Adanya jumlah tungau Demodex yang banyak pada tubuh menyebabkan terjadinya peradangan pada bagian kulit yang disertai dengan adanya gejala pruritus. Pemeriksaan klinis ditemukannya lesi alopesia dan papula pada wajah dan dada. Hasil pemeriksaan hematologi anjing kasus, menunjukkan bahwa anjing mengalami anemia makrositik hipokromik dan trombositopenia dengan penurunan jumlah sel darah merah (4,52x10^12/L; nilai referensi, 5,50-8,50x10^12/L), kenaikan jumlah MCV (76,6 fL; nilai referensi, 62,0-72,0 fL), penurunan jumlah MCHC (274 g/L; nilai referensi, 300-380 g/L), dan penurunan platelet (49x10^9/L; nilai referensi 117-460x10^9/L). Hasil pemeriksaan deep skin scraping ditemukan adanya tungau Demodex sp. sehingga anjing kasus di diagnosis demodekosis. Anjing kasus diberikan terapi kausatif berupa ivermectin dengan dosis anjuran 0,4 mg/kg BB secara subkutan dengan interval pengulangan dua minggu sekali selama satu bulan, terapi simtomatis diberikan difenhidramin HCl dengan dosis 1 mg/kg BB secara subkutan dengan interval pengulangan sekali seminggu selama satu bulan, dan terapi suportif berupa fish oil diberikan satu kapsul/hari selama satu bulan. Anjing kasus juga dimandikan dengan shampoo benzoil peroksida dengan interval pengulangan sekali seminggu selama satu bulan. Setelah dua minggu terapi, anjing kasus sudah dinyatakan membaik.
Laporan Kasus: Ehrlichiosis pada Anjing Alaskan Malamut di Denpasar, Bali Ginting, Regina Bonifasia Br; Jayanti, Putu Devi; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (4) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.4.551

Abstract

Ehrlichiosis merupakan penyakit penting pada anjing yang disebabkan oleh bakteri intraseluler Gram negatif dari genus Ehrlichia yang termasuk dalam famili Anaplasmataceae. Hewan kasus anjing bernama Zena, jenis kelamin betina, ras alaskan malamute, memiliki warna rambut putih dan hitam berumur empat tahun dengan bobot badan 38,5 kg. Anjing dipelihara dengan cara dilepaskan di pekarangan rumah. Zena dibawa ke Anom Vet Clinic dengan keluhan lemas, penurunan nafsu makan dan minum selama dua hari serta anjing mengalami muntah lima kali sebelum dibawa ke klinik. Hasil pemeriksaan klinis anjing kasus terlihat lemas namun masih responsif, mukosa mulut merah muda pucat serta turgor kulit sedikit menurun. Teramati di bagian lateral kanan abdomen terdapat spot dermatitis. Saat observasi ditemukan caplak Rhipicephalus pada kulit dan anjing mengalami muntah cairan kuning. Hasil pemeriksaan penunjang berupa radiografi/X-ray dan ultrasonografi/USG regio abdomen tidak ditemukan kelainan yang berarti. Hasil pemeriksaan hematologi lengkap menunjukkan anjing kasus mengalami trombositopenia dan limfositopenia. Hasil pemeriksaan test kit menunjukkan hasil positif mengandung antibodi Ehrlichia canis. Berdasarkan anamnesis, tanda klinis, hasil pemeriksaan hematologi, dan pemeriksaan menggunakan test kit, anjing kasus didiagnosis menderita ehrlichiosis dengan prognosis fausta. Penanganan yang diberikan pada anjing kasus yaitu berupa terapi cairan dengan Ringer Laktat, doksisiklin selama 10 hari, dexamethasone selama lima hari, cimetidine selama lima hari dan Fu Fang Ejiao Jiang® 1 botol selama 10 hari. Penanganan hewan kasus menunjukan hasil yang baik secara klinis, dengan tidak terjadinya muntah dan nafsu makan sudah membaik setelah lima hari pengobatan. Pada hari ke-10, hewan kasus sudah membaik secara klinis dengan keadaan turgor kulit membaik, mukosa mulut berwarna merah muda, dan diperbolehkan pulang.
Kajian Pustaka: Pemeriksaan Klinik yang Patut Dilakukan pada Kuda Penderita Kolik Gastrointestinal Septianira, Firnanda; Oktaviviani, Syafiana Fairizca; Ariandoko, Ariandoko; Maha Putra, Anak Agung Gede Wahyu; Daud, Richard Christian; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 12 (6) 2023
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2023.12.6.882

Abstract

Kolik merupakan gejala kompleks yang ditunjukkan oleh hewan ketika terdapat nyeri organ pada abdomen dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit, kematian dini, dan menjadi masalah kesehatan nomor satu pada kuda. Hal ini karena akumulasi gas, pergeseran usus, massa pakan yang terkena dampak, parasit, dan juga beberapa faktor risiko (ras, usia, dan faktor manajemen) dapat meningkatkan terjadinya kolik. Gejala kolik pada kuda seperti, berguling, menoleh ke arah flank, mengais-ngais lantai, berkeringat, suhu tubuh meningkat, sering bangkit dan berbaring kembali, detak jantung dan laju pernapasan meningkat. Pemeriksaan klinis untuk kuda dengan gejala kolik didasarkan atas pemeriksaan fisik, palpasi transrektal, dan temuan ultrasonografi. Dalam artikel ini disajikan 15 laporan kasus kuda yang mengalami kolik pada saluran pencernaan, dengan gejala rasa nyeri saat buang air besar, malas untuk beraktivitas, dehidrasi sedang, mukosa mulut kongesti, takikardia, takipnea, dan hipertermia. Dilakukan pemeriksaan penunjang terhadap kuda kolik seperti ultrasonografi transabdominal dan abdominosentesis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda klinis, dan pemeriksaan penunjang. Abdominosintesis adalah proses memasukkan jarum ke dalam abdomen untuk melihat adanya cairan dan mendapatkan sampel untuk pengujian lebih lanjut. Abdominosentesis penting dalam evaluasi penyakit pada abdomen (penurunan bobot badan, kolik, efusi peritoneal, atau komplikasi pascaoperasi). Terapi dalam kasus kolik ini dapat berupa tindakan medis atau bedah tergantung pada situasi dan tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh setiap pasien. Penanganan kolik kuda adalah dengan mengupayakan supaya terjadi dekompresi lambung dan usus besar, obat analgesik, akupuntur, penanganan kolik karena impaksi dan dukungan terapi cairan serta tindakan pembedahan. Metode yang digunakan pada penulisan artikel ini adalah kajian literatur, dengan sumber yang dapat berasal dari buku, jurnal, dan artikel yang terkait dengan topik yang dibahas yaitu pemeriksaan klinik pada kuda penderita kolik gastrointestinal.
Co-Authors - HERBERT Abdul Azis Nasution Abdul Azis Nasution Abdul Azis Nasution Abriansyah, Mohammad Ghaiz Adrian Hasan Rahmatullah Adryani Ris Agung, Mochamad Bale Aida Lousie Tenden Rompis Ainaya Luthfi Anindya Aisjiah Girinda Akbar, Muhammad Wilmar Al Ma'arif, M. Farhan Amar Wira Anindya, Ainaya Luthfi Annas Farhani Apsari, Ni Wayan Diah Archie Leander Maslim Ariandoko, Ariandoko Arief Boediono Azizah, Hidayatul Baiti, Nur baskaradwaja, i gede mardawa Berutu, Fazral Anshari Betharia Criselda Fanggidae Bhala, Anastasia BIBIANA W LAY Bibiana W Lay Bili, Maria Dolorosa Leta Bolla, Nelci Elisabeth Br Sembiring, Irene Cristina Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo Budiartawan, I Komang Alit Burhan, Haris Calvin Iffandi Calvin Iffandi Calvin Iffandi Caroline, Grace Christiani, Zefanya Coornelia, Gledys Daud, Richard Christian Dayanti, Marissa Divia Dharmawan, I Wayan Chandra Dhayanti, Ni Luh Evy Dhika, I Gede Abijana Satya Diana Mustikawati Diana, Kadek Leni Martha Distira, Luh Ayu Yasendra Ekowati Handayani Eldarya Envisari Depari Elpira Sukaratha, Elpira Emy Sapta Budiari Ene, Theresia Eustokia Yulisa Madu, Eustokia Yulisa FERDANIAR FAKHIDATUL ILMI Findri Andriani, Findri Firdaus, Muchammad Wildan Florensia, Dheadora Freitas, Merlinde da Costa Ginting, Regina Bonifasia Br Harvani, Bq. Harvani, Bq. Harvani Herbert . Herbert . Hernomoadi Hoeminto Humaira, Sarah Hutagaol, Wanda Della Oktarin I Gede Soma I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I Gusti Made Krisna Erawan I Ketut Gunata I Ketut Suada I Ketut Suatha I Made Kardena I Made Suma Anthara i Nengah Wandia I Nyoman Suarsana I Nyoman Suartha I Putu Cahyadi Putra, I Putu Cahyadi I Putu Gede Yudhi Arjentinia I Putu Sampurna I Wayan Syartama Hadi Nugraha I Wayan Wirata Ida Bagus Ketut Indra Permana Ihtifazhuddini, Fiqi Manaya Tibyana imam sobari Imam Sobari Indrawan, Hieronimus INNA RAKHMAWATI Islamiati, Feren Salsabila Ita Djuwita Juniartini, Wieke Sri Kadek Karang Agustina Kakang, Dorteany Mayani Ketut Adnyane Mudite Kusumaning Arumsari Wimbavitrati Lailia, Milda Lase, Linus Putra Jaya Lestari, Devi Latifah Puji Luh Putu Listriani Wistawan Made Suma Anthara Maha Arta, I Komang Wira Kusuma Maha Putra, Anak Agung Gede Wahyu Mahaputra, I Made Mahasanti, I Gusti Puji Ayu Mahindra, Aditya Try Makrina Weni Misa Maranata, Pieter Mbolo Margaretha, Aloysiana Mas ruroh, Mas Mesquita, Nelviana Minda Nealma Mochammad Imron Awalludin Mu'ayyanah, Siti Muazdzam Lil Abrori Narendri, Kadek Anggita Puspa Natalia, Grace Kristin Nazara, Agustina Lesmauli Ni Nyoman Sutiati Ni Nyoman Widiasih Ni Wayan Listyawati Palgunadi Ni Wayan Listyawati Palgunadi Ni Wayan Sri Wiyanti Nicolas Yarisetouw, Nicolas Ningrum, Ni Made Adinda Arya Nining Handayani Nining Handhayani Novianti, Syinthia Arya Nugraha, Elisabeth Yulia Nurmayani, Seli Nurrohman, Fahmi Galuh NURUL FAIZAH Nurul Faiziah Nurul Faiziah Nurul Masyita, Nurul Oktaviviani, Syafiana Fairizca Paramita, Putu Wahyuni Patabang, Denselina Lilis Permatasari, Serly Nur Indah PRANSIKA EKSY YONITA Pratama, Rendi Tegar Priharyanthi, Luh Komang Ayu Puteri Puri Prihatiningsih, Nur Liliana Purwitasari, Made Santi Pusparini, Ni Putu Dyah Prashanti Putera, I Gusti Ngurah Dwipayana Putra, Widihantoro Gunawan Putri, Dwi Aprilia Putu Ayu Sisyawati Putriningsih Putu Devi Jayanti Putu Wirat Qutrotu ain, Salsabila R, Ni Wayan Ayu Rasdi yanah Rasdiyanah . Rasdiyanah . Rastiti, Ni Made Remontara, Al Afuw Niha Resman, Martin Pedro Krisenda Ridwan, Isabella Anjari Riesta, Baiq Deby Aprila Riza, Devand Ainur Robi, I Made Ruslie, Sabella Ivana Sadipun, Elizabeth Liliane Sari, Yeni Ratna Sayu Raka Padma Wulan Sari Septianingsih, Rayni Septianira, Firnanda Silaban, Root Elisa Sousa, Rojelio Dias Trindade Sri Kayati Widiastuti, Sri Kayati Sri Kayati Widyastuti Sri Milfa Sri Milfa Sukoco, Hendro Supar - Supar . Suprabha, Kadek Dewi Suwartama, Beny Takariyanti, Dzikri Nurma'rifah Tama, Kevin Tri Tjokorda Sari Nindhia Umi Reston Utami, IGA Monica Rizki Utomo, Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo, Kurniawan Cahyo Wahono Esti Prasetyaningtyas Wahono Esti PrasetyoningtyaserB Wardani, Putu Intan Kusuma Wirawan, I Gede Yogiana, Wayan Yundari, Yundari Yunita Lestyorini Yunita Lestyorini