Claim Missing Document
Check
Articles

PEMARKAH DIATESIS BAHASA BIMA Made Sri Satyawati
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 18 (2011): March 2011
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.343 KB)

Abstract

ABSTRAK Bahasa Bima adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk yang bermukim di bbagian Timur Pulau Sumbawa (Syamsudin, 1996:13). Umumnya, Bahasa Bima disebut Nggahi Mbojo oleh penuturnya. Berdasarkan pengamatan, Di Bima, selain Bahasa Bima juga terdapat bahasa bahasa Sambori dan bahasa Kolo. Meskipun, digunakan pula bahasa Sambori dan Kolo, Bahasa Bima tetap menjadi pilihan utama dalam komunikasi karena dipahami oleh seluruh masyarakat Bima. Sementara itu, bahasa Sambori dan Kolo hanya dipahami oleh masyarakat penuturnya dan beberapa orang yang sering berhubungan dengan penutur bahasa-bahasa tersebut. Keunikan yang dimiliki Bahasa Bima dalam mengungkapkan informasi melalui bahasa menjadi alasan utama penyusunan tulisan ini sehingga linguis lain dapat menjadikan tulisan ini sebagai bahan acuan. Tulisan ini mengungkapkan pemarkah-pemarkah diatesis yang digunakan dalam Bahasa Bima dengan mengunakan teori operator dari teori Role and Reference Grammar (Van Valin dan La Polla, 1997). Melalui teori ini dengan mudah diketahui operator-operator yang ikut berperan dalam membangun struktur sintaksis sebuah bahasa. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode penelitian lapangan yang melibatkan peneliti, pengelisitasi, dan pengobservasi. Untuk memperoleh hasil yang maksimal. Metode dibantu dengan teknik catat dan rekam. Dengan menggunakan teori dan metode di atas, ditemukan bahwa untuk menyatakan diatesis dalam bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan pemarkah berupa klitik dan preposisi. Mengapa demikian? Jawabannya dapat dibaca dalam tulisan yang lengkap.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA BERBAHASA BALI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN FILM PENDEK I Gde Nyana Kesuma; I Wyn. Simpen; Md. Sri Satyawati
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 8 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v8i1.21354

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali manfaat media pembelajaran film pendek dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan experimental design. Jenis-jenis penelitian eksperimen yang merujuk kepada penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan menggunakan desain penelitian Time-Series Design (One Group Pretest-posttest) dengan melibatkan sebanyak 271 siswa secara keseluruhan dari kelas A-H di SMP N 1 Payangan. Secara mengkhusus diambil dua kelas, satu kelas untuk kelas control dan satu kelas lainnya untuk kelas eksperimen. Dimana siswa yang terlibat di dalamnya berjumlah 68 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes untuk pretest  siswa, soal tes untuk posttest   siswa, bahan ajar dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan beberapa kali pertemuan, pedoman obserbasi siswa, guru dan bahan ajar, dan pedoman kuesioner guru dan siswa. Selain instrumen penelitian tersebut dengan catatan manual guru dan siswa, dan foto kegiatan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penerapan media pembelajaran film pendek berpengaruh terhadap keterampilan menulis naskah drama berbahasa Bali siswa. Dari hasil analisis data terlihat bahwa besaranya efektivitas treatment berada pada kategori tinggi. Kata kunci  :   media pembelajaran, film pendek, naskah drama
An Ethnolinguistic Perspective on Lexicons of Traditional House in Menyali Village, North Bali I Gede Budasi; Made Sri Satyawati
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 11 No 1 (2021): Volume 11 No. 1. April 2021
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.951 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2021.v11.i01.p07

Abstract

This study aims at identifying the concepts and the lexicons of traditional Balinese houses in Menyali Village, Sawan District, Buleleng Regency. This study is a descriptive qualitative research that involved three respondents, who were selected purposively. The data were collected through interviews and observation and analyzed using an interactive data analysis model. This study found that the Menyali community views that the tri mandala concept underlines its traditional house's spatial pattern. It includes nista (the profane lying), madya (middle lying for living area), and utama (the highest and holiest lying). It is also spiritually connected to two spiritual concepts, kangin-kauh (the directional axis of sunrise and sunset) and kaje-kelod (the directional axis of mountain and sea). This study identified 24 lexicons connected to the utama mandala, 7 to the madya mandala, and 5 to the nista mandala. The lexicon number is influenced by the area function and the rituals held in those areas.
Category Of Complement And Semantic Role Of Single Argument In Balinese Syntactic Constructions I Nyoman Kardana; I Made Beni Wrihatnala; Made Sri Satyawati
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 2 No. 2 (2016): October 2016
Publisher : Magister of Linguistic, Postgraduated Program, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.279 KB) | DOI: 10.22225/jr.2.2.67.384-393

Abstract

This study aims to analyze and describe the word category of complement and semantic roles of single argument found in syntactic constructions with complement in Balinese language. Data of this study was collected from Balinese speaking informants living in the city of Denpasar, Bali. The data was supported by those obtained from Balinese story books. The data was collected by observation method completed with recording and note taking techniques. The collected data was analyzed based on theory of semantic role proposed by Van Valin and LaPolla, 1997 and by I Saeed, 1997. The result shows that complement in Balinese can be filled in by noun, adjective, numeral, and verb. The verb predicate of constructions with complement are mostly intransitive verb with ma- but in few data of intransitive verb with N- are also found. Then, the semantic roles of single argument in constructions with complement are agent, experiencer, patient, and recipient. Key words: complement, semantic role, argument, intransitive, transitive.
Politeness Strategy Used in 10th Grade Students’ Anecdote Text Novita Mulyana; Made Budiarsa; Made Sri Satyawati
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Magister of Linguistic, Postgraduated Program, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.293 KB) | DOI: 10.22225/jr.5.1.1079.72-78

Abstract

This research was aimed to find out the types of politeness strategy that is used by 10th grade students to express criticism towards public issues through an anecdote text as well as the implication on the teaching and learning process of anecdote text in SMK TI Bali Global Jimbaran. There were fifteen anecdote texts analyzed in this research and they were collected through a writing test conducted in a 10th grade class in SMK TI Bali Global Jimbaran. The data were classified and analyzed based on the politeness strategy theory proposed by Brown and Levinson (1987) and ethnography of communication theory proposed by Hymes (1973). The result of the analysis shows that from the fifteen anecdote texts collected, there were only two types of politeness strategy found to be used in expressing criticism, they are bald on record strategy and off record strategy. There are ten anecdote texts composed by the students found using bald on record strategy, while the other five anecdotes using off record strategy in expressing criticism towards public issues. In other words, more students still used the more risky way of expressing criticisms, therefore it is important for the teacher to choose or design a better model of learning which can improve the students’ pragmatic competence.
Peran Semantis Subjek dalam Klausa Bahasa Muna Made Sri Satyawati
MOZAIK HUMANIORA Vol. 16 No. 2 (2016): MOZAIK HUMANIORA VOL. 16 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.816 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v16i2.5861

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini mengkaji beberapa peran semantis subjek dalam klausa bahasa Muna. Dalam berbagai bahasa, klausanya dimungkinkan memiliki sejumlah peran semantis. Begitu pula dengan bahasa Muna. Dalam tuturan sehari-hari, klausa merupakan unsur terpenting karena mengandung predikasi. Predikat sebagai penentu maksud pembicaraan. Di dalam klausa tersebut, subjeknya dapat saja berupa agen atau pasien. Dalam teori Role and Reference Grammar (RRG), agen dan pasien dikatakan sebagai peran umum, yaitu ACTOR dan UNDERGOER. Kedua peran semantis ini dapat saja hadir dalam satu klausa atau pun dapat hadir dalam satu klausa sekaligus. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena sumber data yang berupa data lisan berasal dari penutur atau informan. Penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap dengan teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik rekam atau teknik catat, serta teknik pemancingan. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode agih dan metode padan dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL) sehingga analisis peran semantis subjek terlihat jelas. Analisis peran semantis subjek dalam klausa bahasa Muna mengacu pada teori Role and Reference Grammar (RRG). Hasil yang ditemukan, klausa bahasa Muna memiliki tiga peran semantis subjek, yaitu (1) klausa dengan SUBJEK memiliki peran semantis ACTOR, (2) klausa dengan SUBJEK memiliki peran semantis UNDERGOER, dan (3) klausa dengan SUBJEK memiliki peran semantis ACTOR sekaligus UNDERGOER. Klausa dengan peran semantis ACTOR sekaligus UNDERGOER dapat berupa klausa refleksif dan klausa resiprokal.Argumen UNDERGOER sebagai SUBJEK klausa dapat berupa entitas [-human] dan [+human]. Kata kunci: bahasa Muna, klausa, peran semantis subjek ABSTRACTThis study concerns particular semantical roles of a subject in the clauses of Munansese language. In the Munanese language, the clause may have  a number of semantical roles. In daily utterances,  the clause is a constitute primary element because it has a predicate. The predicate determines the speaker’s intended meaning in one conversation. In the clause, the subject can be an agent or patient. In Role and Reference Grammar theory, the agent and the patient can be called as an ACTOR  and UNDERGOER. These semantical roles can be present at the same time in the  clause. The study using a qualitative descriptive approach is a field research. The data were collected from the speakers’ and informants’ utterances. To collect the data,  the methods included a close observation and conversation using a hidden recorder, taking some notes, and giving an improptu statement that needed an immediate response. The data were analyzed by directly dividing the elements of the clause named BUL (Bagi Unsur Langsung), so that the semantical roles of the subject could be identified.  The results of the study show that the Munanese language clause has three semantical roles of the subject; (1) clauses with SUBJECT as ACTOR, (2) clauses with SUBJECT as UNDERGOER, and (3) clauses with SUBJECT as ACTOR  andUNDERGOER. The clause having ACTOR  and UNDERGOER as the semantic roles at the same time is reflexive and reciprocal clause. The argument, UNDERGOER,  as SUBJECT may have such features as [-human] and[+human].  Keywords: clauses, Munanese language, semantical role of subject
Bentuk dan Fungsi Operator Bahasa Bima Made Sri Satyawati
MOZAIK HUMANIORA Vol. 14 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.15 KB) | DOI: 10.20473/mozaik.v14i2.7814

Abstract

Persoalan yang dikaji dalam tulisan ini difokuskan pada operator Bahasa Bima, yaitu bentuk danfungsi operator bahasa Bima. Secara lintas bahasa, operator dikenal sebagai unsur-unsur yang tidakdilekatkan pada unsur lain, seperti did dan not dalam bahasa Inggris dan ka, pemarkah tanya, dalamBahasa Jepang. Wujudnya beragam, misalnya afiks, klitik, atau kata bergantung pada tipe-tipe bahasaitu sendiri. Hasil penelitian yang mengkaji operator Bahasa Bima masih belum banyak dilakukansehingga sebagai penelitian awal dan untuk menambah wawasan kelinguistikan, kajian ini sangatmenarik untuk dibicarakan. Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitianlinguistik lapangan, metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode elisitasi,metode perekaman, dan metode observasi. Ketiga metode itu dibantu dengan teknik catat. Analisispenelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep yang diperkenalkan oleh Van Valin dan LaPolla dalam teori Role and Reference Grammar. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode padandan distribusional dengan teknik lanjutan teknik hubung banding, teknik lesap, dan teknik subsitusisehingga unsur-unsur yang dinamai operator dapat dengan mudah dikenali. Pada hasil analisis data,diketahui bahwa operator dalam bahasa Bima dimarkahi dengan klitik dan kata seperti 1) klitikseperti ku-, na-, dan mu- dan 2) preposisi seperti kai dan labo. Selain itu, diketahui pula Bahasa Bimamemiliki operator berupa aspek dan penegasi.
Ekspresi Semantis Verba dan Pelibatan Argumen dalam Klausa Bahasa Bima Made Sri Satyawati; Ketut Widya Purnawati; I Nyoman Kardana
MOZAIK HUMANIORA Vol. 19 No. 2 (2019): MOZAIK HUMANIORA VOL. 19 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v19i2.14918

Abstract

Bimanese language is an Austronesian, Malayo Polinesian Language (Arafik 2005). In 1986, Jonker conducted a research on this language. His reseach focused on sintactic structure of the language. Jonker’s analisis (1896) looked similar with Owens’ analisis (2000) that stated there are two common features of the Bimanese as one of the Austronesian language, they are affixing and compounding. With the base features, Owens considered that Bimanese at least has one of the features or even both features as well. His work focused on verb expression and bound arguments in Bimanese clauses. The two problems were analyzed based on Functional Lexical Grammar theory proposed by Kroeger (2005). The theory contains three sintactic aspects, such as functional structure, constituent structure, and argument structure. Data were collected through elicitation and observation method. Elicitation was applied to obtain spoken data while observation method was used to collect written data from texts. Both methods were supported by note taking technique and recording. The collected data were analyzed by substitution and immediate constituent technique. The result shows that Bimanese verbs can express their arguments syntactically by using verb semantic meaning and preposition like labo, kai, wea, and ba-. It was also found that the obligatory arguments in a clause are generally marked with the four markers. 
Fungsi Semantis Lokasi dalam Struktur Klausa Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Ketut Widya Purnawati; Made Sri Satyawati; Ketut Artawa
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.24623

Abstract

Setiap bahasa memiliki sistem pemarkahannya sendiri untuk menunjukkan fungsi semantis tertentu dalam suatu klausa. Sistem pemarkahannya bisa sangat sederhana atau sangat kompleks. ‘Lokasi’ sebagai salah satu fungsi semantis memiliki tiga subtipe, yaitu sumber, tujuan, dan lintasan. Dengan ketiga subtipenya tersebut, fungsi semantis ini paling tidak memiliki empat buah pemarkah yang berbeda. Dalam penelitian ini dipaparkan bagaimana sistem pemarkahanfungsi semantis ‘lokasi’ dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Data yang diambil dari korpus data Corpora Leipzig dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode agih dan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemarkahan ‘lokasi’ bahasa Jepang lebih kompleks daripada bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, sebuah subtipe bisa memiliki tiga jenis pemarkah yang berbeda. Namun, tidak demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang memiliki sistem pemarkahan jauh lebih sederhana. Baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, fungsi semantis lokasi tidak selalu menduduki fungsi gramatikal yang sama. Fungsi semantis lintasan yang menduduki fungsi oblik dalam bahasa Jepang, ternyata menduduki fungsi objek dalam bahasa Indonesia.
Transitivitas dalam Teks Peradilan Indonesia: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik Nidya Fitri; Ketut Artawa; Made Sri Satyawati; Sawirman Sawirman
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.661 KB) | DOI: 10.30872/diglosia.v4i2.116

Abstract

This article analyzes transitivity in Indonesian judicial texts, particularly Jessica-Mirna's judicial texts. Functional Systemic Linguistic (FSL) theory is used as an analytical tool. The data were collected through document recording with a qualitative descriptive method through the trial process from YouTube. The results of the trial process were transcribed into written data in the form of text. The data were analyzed in stages, namely, (1) classification of judicial text based on the content of the text; (2) text characteristics; (3) analysis using the LSF model. The results showed that the material process was obtained as much as 5,822 (45%) as the first order. The second place is occupied by mental processes obtained as much as 2,064 (15%). The third place is occupied by the forming process, obtained as much as 1,616 (11%). Based on the results of this study, the actions and deeds of the perpetrator were realized through the transitivity of Jessica-Mirna's judicial texts.
Co-Authors A.A. Putu Suari Alimah Fadhilah Can Anak Agung Putu Putra Anak Agung Putu Putra Anggie Ray Salvatore Antari, Ni Made Suwari Aron Meko Mbete Aron Meko Mbete Asako Shiohara Bintang Suryaningsih, A.A. Istri Agung CHOIRUN NISA Dewa Ayu Widiasri Dewa Gede Agung Aditya . Gusti Nyoman Ayu Sukerti Hanny Hafiar I Gde Nyana Kesuma I Gede Budasi I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi I Gusti Ayu Gede Sosiowati I Gusti Made Sutjaja I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa I Ketut Artawa I Ketut Darma Laksana I Ketut Oka Ribawa I Made Beni Wrihatnala I Made Budiarsa I Nengah Sudipa I Nyoman Kardana I Nyoman Sedeng I NYOMAN SUPARWA I Nyoman Udayana I WAYAN PASTIKA I Wayan Simpen I Wayan Simplen Ida Bagus Putra Yadnya Johandi Sinaga Kadek Ayu Winda Winanda Kesuma, I Gde Nyana Ketut rtawa Ketut Widya Purnawati La Yani Laksono Trisnantoro Lien Darlina Maryanti E. Mokoagouw Muliawan, Made Sani Damayanthi Nazara, Wa’özisökhi Ni Ketut Ratna Erawati Ni Ketut Sri Rahayuni NI MADE AYU SULASMINI . Ni Made Dhanawaty Ni Made Sri Maharani Ni Nyoman Dewi Astari Putri Ni Wayan Kencanawati Ni Wayan Sri Darmayani Nidya Fitri Nidya Fitri Novita Mulyana Nyoman Putra Sastra Paramarta, I Made Suta Puronami Sarah Stefany Putri, Ni Nyoman Dewi Astari Putu Agus Bratayadnya, Putu Agus Putu Ayu Prabawati Sudana Putu Eka Dambayana Suputra Said, Rahmat Sawirman Sawirman Sukardi Sukardi Syufi, Yafet Togasa, Shotaro Wayan Yuni Antari Wa’özisökhi Nazara Widiasri, Dewa Ayu Widiatmika, Putu Wahyu Yafed Syufi Yafet Syufi Yendra Yusuf Parri Akbar