Latar Belakang: Penyakit jantung dan pembuluh darah menyebabkan kematian paling tinggi di seluruh dunia. Penyakit jantung koroner seringkali secara cepat merenggut nyawa. Berbagai tatalaksana mulai dari terapi obat hingga bedah pintas koroner dapat dilakukan. Bedah pintas koroner seringkali menjadi opsi final ketika intervensi koroner perkutan belum berhasil merevaskularisasi infark miokard. Banyak hal yang harus pasien dan keluarga pertimbangkan dalam informed consent tindakan ini. Pengkajian keperawatan komprehensif mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, peran, dan interdependensi melalui pendekatan Model Adaptasi Roy (MAR) sangat dibutuhkan untuk mendapatkan data pasien secara lengkap dan menegakan diagnosis keperawatan yang tepat. Deskripsi Kasus : Pasien Tn. A, laki-laki, 66 tahun dengan datang dengan keluhan nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya pasien dilakukan kateterisasi koroner dan didapatkan Coronary Artery Disease with 3 Vessels Disease post failed Percutaneous Coronary Intervention in Left Anterior Descending with Chronic Total Occlusion (CAD-3VD Failed PCI LAD CTO) dan direncanakan tindakan lanjut operasi bedah pintas koroner (CABG). Kesimpulan: Hasil pengkajian menunjukkan data fungsi fisiologis dan ketiga fungsi psikososial pasien beserta stimulus fokal, kontekstual, dan residual, sehingga didapatkan 17 diagnosis keperawatan. Pengkajian keperawatan dengan pendekatan MAR membantu perawat dalam menegakkan diagnosis berpusat pada pasien dan keluarga. Di masa mendatang pengembangan digitalisasi pengkajian MAR dengan peningkatan kecerdasan buatan dapat memfasilitasi perawatan pasien secara utuh.