Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : The Journal of Experimental Life Sciences (JELS)

Penggunaan Kultur Starter Bakteri Asam Laktat pada Pengolahan Sosis Fermentasi Ikan Lele Dumbo yang Diinfeksi Listeria monocytogenes ATCC-1194 Happy Nursyam
The Journal of Experimental Life Science Vol. 1 No. 2 (2011)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.347 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2011.001.02.05

Abstract

Penggunaan biopreservatif bakteri asam laktat pada bahan makanan sangat efektif dalam mengontrol pertumbuhan bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat pada produk fermentasi, selain berperan sebagai biopreservatif juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas nutrisi bahan mentah yang difermentasi.  Penelitian ini merupakan kajian tentang penggunaan kultur starter Pediococcus acidilactici; Lactobacillus casei; dan kombinasi Pediococcus acidilactici dan Lactobacillus casei; serta tanpa starter kultur sebagai kontrol, terhadap karakter biopreservatif sosis fermentasi ikan lele dumbo yang diinfeksi Listeria monocytogenes selama pematangan 28 hari pada suhu inkubasi 15-22°C.  Berdasarkan hasil penelitian diketahui komponen biopreservatif yang dihasilkan didominasi oleh senyawa alkohol, keton, asam-asam lemak, ester dari asam lemak, fenol, benzene, dan senyawa volatil lain. Fenol merupakan senyawa yang terbanyak. Semakin besar rasio C15:0/C17:0 dalam sosis fermentasi ikan lele dumbo, pertumbuhan Listeria monocytogenes makin sedikit. Sosis yang difermentasi menggunakan kombinasi Pediococcus acidilactici dan Lactobacillus casei starter memiliki rasio C15:0/C17:0 terbesar, dan mampu mematikan pertumbuhan Listeria monocytogenes. Rasio C15:0/C17:0 dengan nilai 79,84 merupakan dosis yang mematikan bagi Listeria monocytogenes pada suhu inkubasi 15-21,2°C secara in vitro. Kata kunci: BAL, biopreservatif, Ikan Lele Dumbo, Listeria monocytogenes
Chaetoceros ceratosporum Diatomae in Feed Formula To Increase Growth and Post Larvae Immunity of Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fab.) to Vibrio harveyi infection Arning Wilujeng Ekawati; Happy Nursyam; Edi Widjayanto; Marsoedi Marsoedi
The Journal of Experimental Life Science Vol. 3 No. 1 (2013)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.769 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2013.003.01.06

Abstract

This experiment aims to determine the effect and the best dose of Chaetoceros ceratosporum diatomae utilization in feed formula for post larvae of tiger shrimp (Penaeus monodon Fab.) growth and immunity to Vibrio harveyi infection. This research applied Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. The treatment use Chaetoceros ceratosporum diatomae in feed formula (iso protein 39.02% and iso energy 3.58 kcal/g diet) in different doses, i.e. treatment  A = 0 %; B = 3.04 %; C = 6.0 8%; D = 9.12 %. Observed parameters were Survival Rate, Growth Rate, Food Conversion Ratio (FCR) and Protein Efficiency Ratio (PER). Result showed that Chaetoceros ceratosporum diatomae utilization in feed formula affect the increase of growth and immunity of post larvae of tiger shrimp (Penaeus monodon Fab.) to Vibrio harveyi infection. The best dose in feed formula ranged from 5,75% - 5,95%. Key words: Chaetoceros ceratosporum, balance energy, feed conversion, protein efficiency, Vibrio harveyi, tiger shrimp
Kajian Penggunaan Ciprofloxacin terhadap Histologi Insang dan Hati Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Sukarni Sukarni; Maftuch Maftuch; Happy Nursyam
The Journal of Experimental Life Science Vol. 2 No. 1 (2012)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1118.574 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2012.002.01.02

Abstract

Aeromonas hydrophila mampu menyebabkan terjadinya infeksi dan kematian ikan botia dalam waktu yang relatif singkat pada konsentrasi yang tinggi, terbukti dengan konsentrasi 108 selml-1 menyebabkan 50% ikan uji mati. Hasil pengamatan histopatologi pada ikan terinfeksi menunjukkan ginjal yang mengalami degenerasi hyaline, munculnyavakuola yang disebabkan lisis pada glomerulus dan kemudian hancur, nekrosis pada glomerulus, terdapat banyak koloni bakteri A.hydrophila didalam ginjal, serta terjadi infiltrasi limfosit. Sel hati tidak terlihat jelas karena tertutup infiltrasi limfosit dan koloni bakteri A.hydrophila yang sangat banyak, nekrosis yang menyebabkan vakuola, terdapat infeksi sekunder bakteri yang belum teridentifikasi, serta terjadi cloudy swelling. Pada bagian insang, nekrosis lamela primer menyebabkan munculnya vakuola, kongesti pada lamela primer dan edema pada lamela sekunder, infiltrasi limfosit, poliferasi sel/fusi lamela serta hyperplasia pada lamela primer. Sementara itu pada ikan botia yang terinfeksi A.hydrophila tetapi kemudian diobati, ginjal mengalami perbaikan glomerulus dan kapsula bowman sehingga terlihat jelas, tubuli berbentuk seperti donat dengan corak titik dan garis, tidak ada lagi nekrosis dan vakuola, tidak ditemukan lagi koloni bakteri, terjadi perbaikan hyaline yang mengalami degenerasi, jaringan hematopoietic (pembentuk sel-seldarah merah) terlihat jelas dengan inti yang bulat. Pada bagian hati, tidak ditemukan lagi koloni bakteri A.hydrophila dan bakteri sekunder lainnya sehingga hepatosit terlihat jelas dengan bentuk polyhedral dengan inti 1-2, jumlah eritrosit terlihat normal, karena tidak ada lagi infiltrasi limfosit. Akan tetapi masih terdapat penyumbatan pada vena centralis yang dipenuhi oleh eritrosit. Pada insang tidak ada lagi nekrosis dan vakuola pada lamela primer sehingga jaringan terlihat solid, namun ditemukan infeksi sekunder parasit Monogenea sp. Tidak ada lagi infiltrasi limfosit, lapisan epithelium terlihat 1-2 lapis, tidak ada lagi edema dan fusi lamela sehingga lamela tampak jelas dengan ukuran panjang yang bervariasi. Kata Kunci : histopatologi, Aeromonas hydrophila, Ikan Botia
Diatomae Chaetoceros ceratosporum dalam Formula Pakan Meningkatkan Respon Imun Seluler Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Arning Wilujeng Ekawati; Happy Nursyam; Edi Widjayanto; Marsoedi Marsoedi
The Journal of Experimental Life Science Vol. 2 No. 1 (2012)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1049.923 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2012.002.01.04

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis yang terbaik pada pemanfaatan diatomae Chaetoceros ceratosporum dalam formula pakan terhadap peningkatan respon imun seluler udang windu (Penaeus monodon Fab.). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah pemanfaatan Chaetoceros ceratosporum dalam formula pakan iso protein 39,02% dan iso energy 3,58 kkal g pakan dengan dosis yang berbeda yaitu: A (0%), B (3,04%), C (6,08%) dan D (9,12%). Parameter yang diamati adalah total hemosit, total diferensial hemosit (hyaline, semi granular dan granular), dan aktivitas vibriocidal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan diatomae Chaetoceros ceratosporum dalam formula pakan dapat meningkatkan respon imun seluler, dan dosis terbaik berkisar 5,15% - 6,51%. Kata kunci: Chaetoceros ceratosporum, respon imun seluler, udang windu (Penaeus monodon Fab.)
Regenerasi Kalus Berfilamen Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Pada berbagai Perbandingan Zat Pengatur Tumbuh Auksin (Indole Acetic Acid) dan Sitokinin (Kinetin, Zeatin) Sri Redjeki Hesti Mulyaningrum; Andi Parenrengi; Yenny Risjani; Happy Nursyam
The Journal of Experimental Life Science Vol. 2 No. 1 (2012)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.749 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2012.002.01.05

Abstract

Interaksi auksin-sitokinin dianggap penting untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan dalam jaringan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi auksin dan sitokinin yang tepat untuk regenerasi filamen kalus rumput laut K. alvarezii. Kultur filamen kalus dilakukan pada media cair dengan formulasi ZPT indole acetic acid (IAA) : kinetin : zeatin, dengan komposisi konsentrasi sebagai berikut : A (0,4:0:1) ppm; B (0,4:0,25:0,75) ppm; C (0,4:0,5:0,5) ppm; D (0,4:0,75:0,25) ppm; E (0,4:1:0) ppm; kontrol (tanpa ZPT). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan pengulangan masing-masing perlakuan 3 kali. Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan harian, sintasan, kecepatan regenerasi, panjang tunas dan perkembangan morfologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa formula ZPT terbaik adalah formula A dengan laju pertumbuhan harian 1,929%/hari, sintasan 83,33%, kecepatan regenerasi 41,67% dan rata-rata panjang tunas 44,59 µm. Tunas mulai terbentuk pada 15 hari masa kultur. Kata kunci: formula zat pengatur tumbuh, auksin-sitokinin, K. alvarezii, mikropropagasi
Kajian Penggunaan Ciprofloxacin terhadap Hematologi Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Maftuch Maftuch; Happy Nursyam; Sukarni Sukarni
The Journal of Experimental Life Science Vol. 2 No. 2 (2012)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.242 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2012.002.02.02

Abstract

Uji hematologi sangat bermanfaat sebagai alat diagnostik didalam menetapkan status kesehatan ikan. Salah satu aspek dari infeksi adalah terjadinya perubahan gambaran darah. Pemeriksaan darah dapat digunakan sebagai indikator keparahan suatu penyakit tertentu. Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi pada darah meliputi jumlah leukosit, deferensial leukosit, eritrosit. Dari hasil penelitian diketahui jumlah rata-rata sel darah merah dalam darah ikan botia sehat pada masing-masing perlakuan K-, K+, A, B, C, D berturut-turut adalah 2.470.000, 2.500.000, 2.560.000, 2.350.000, 2.440.000, dan 2.430.000. Sementara itu pada ikan botia yang terinfeksi bakteri A.hydrophila diketahui jumlah rata-rata eritrosit pada masing-masing perlakuan K-, K+, A, B, C, dan D berturut-turut adalah 2.420.0000, 1.770.000, 1.780.000, 1.890.000, 1.780.000, dan 1.870.000. jumlah rata-rata eritrosit ikan botia yang terinfeksi bakteri A.hydrophila, dan kemudian diobati dengan ciprofloxacin pada masing-masing perlakuan K-, K+,A, B, C, dan D berturut-turut adalah 2.420.000, 1.630.000, 2.090.000, 2.280.000, 2.500.000, dah 2.540.000. Sementara jumlah rata-rata sel darah putih dalam darah ikan botia yang sehat pada masing-masing perlakuan K-, K+, A, B, C, D berturut-turut adalah 97.000, 90.000, 88.000, 87.000, 93.000 dan 88.000. Sementara itu jumlah rata-rata sel darah putih pada ikan botia yang terinfeksi bakteri A.hydrophila, pada masing-masing perlakuan K-, K+, A, B, C, D berturut-turut adalah 97.000, 174.000, 174.000, 179.000, 185.000 dan 185.000. Sedangkan dari hasil penelitian terhadap ikan botia yang terinfeksi A.hydrophila dan kemudian diobati dengan ciprofloxacin diperoleh hasil perhitungan rata-rata leukosit pada masing-masing perlakuan berturut-turut adalah sebagai berikut  980.000, 189.000, 125.000, 137.000, 133.000, dan 136.000. Kata Kunci : Aeromonas hydrophila, eritrosit, hemotologi, ikan botia, leukosit
The Influence of Fermentation Time in the Physical and Chemical Composition of Fermented Soybean Husk by Using Aspergillus niger on the Quality of Raw Feed Materials Muhammad Ikhwan Ihtifazhuddin; Happy Nursyam; Arning Wilujeng Ekawati
The Journal of Experimental Life Science Vol. 6 No. 1 (2016)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.278 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2016.006.01.12

Abstract

Soybean husk (Glycine max L. Merrill) a soybean processing waste as raw material for tempe obtained after the process of boiling and soaking soybeans. The main problem in the use of soybean husk (Glycine max L. Merrill) as feed material is its crude fiber content which is fairly high. This study aimed to observe the fermented soybean husk using Aspergillus niger to improve the quality of the raw feed materials. This was conducted by using completely randomized design (CRD) analysis and repeated three times; the time optimization of Aspergillus niger in 2, 4, and 6 days based on chemical analyses (moisture, protein, fat, ash, crude fiber and feed containing carbohydrates (NFE) and physical assessment fermentation (smell, texture, moisture and hyphae) were analyzed descriptive qualitatively. The results showed that 4 days fermentation of soybean husk using A. niger is successful gives the highest score based on physical characteristics texture, aroma, moisture, and the formed hyphae and the most effective treatment for decrease in crude fiber is 13% and increase in NFE contained in the largest on 4 days fermented soybean husk by Aspergillus niger with a long time 4 days. Keywords: Aspergillus niger, fermentation, soybean husk.
Proximate Composition of Some Common Alternative Flour as Fish Feed Ingredient Arrum Nurjannah Herdiyanti; Happy Nursyam; Arning Wilujeng Ekawati
The Journal of Experimental Life Science Vol. 8 No. 3 (2018)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.483 KB) | DOI: 10.21776/ub.jels.2018.008.03.12

Abstract

Indonesia has very large territorial water, so it supports the development of the economy in the field of fisheries, one of which is through aquaculture. Recently fish meal has become the most expensive protein ingredient in aquaculture feeds. We aim to proximately analysis of some common alternative flour as fish feed ingredient i.e. fish flour, shrimp head flour, soybean flour, and bran flour to get best-recommended flour for type cultured fish. Fish flour, shrimp head flour, soybean flour, and bran flour was purchased from the fish farmer in Malang who use alternative fish feed flour for their aquaculture. Proximate analysis carried out by protein content, Moisture content, Fat and Fiber. Proximate analysis was conducted in the Fishery Products Engineering laboratory, Brawijaya University on April 2018. The results showed that shrimp head flour had higher protein content than others flour that is about 48.71%, fat and carbohydrate content about 7.99%, and 18.34% respectively. Soybean flour contains protein, fat and carbohydrate about 31.29%, 20.75%, and 30.45% respectively. Carnivorous fish culture can use high protein flour as an alternative ingredient for feed such as fish flour and shrimp head flour; balance proximate composition for omnivorous fish cultures such as soy flour and high carbo flour such as bran flour for herbivorous fish culture.Keywords: Bran flour, Shrimp head flour, Soybean flour, Proximate analysis.
Co-Authors A'yunin, Qurrota A.P.W Marhendra Achmad Poernomo Aida Sartimbul Anam, C Andi Parenrengi Andi Parenrengi Andi Rahmad Rahim Apri Arisandi Apri Arisandi Apri Arisandi Ardianti, Belinda Putri Aris Sri Widati Arning Wilujeng Ekawati Arning Wilujeng Ekawati Arning Wilujeng Ekawati Arning Wilujeng Ekawati Arning Wilujeng Ekawati Arrum Nurjannah Herdiyanti Asep Awaludin Prihanto Ash-Syufi, Abdillah Hanan Asriati Djonu Asriaty Djonu Astuti, Retno Tri Asus Maizar Suryanto H Ating Yuniarti Audina I. Pratiwi Ayu Azkiyah Azizah Belinda Putri Ardianti C Anam Citra Satrya Utama Dewi Deny Meitasari Dewa Gede Raka Wiadnya Dewa Gede Raka Wiadnya Dewi Seswita Zilda Dewi, Citra Satrya Utama Dharma, Syahrizal Bima Satya Diana Arfiati Djalal Rosyidi Djonu, Asriati Dwi Setijawati Dwi Setijawati Eddy Suprayitno Eddy Suprayitno Eddy Suprayitno Edi Widjayanto Edi Widjayanto Ekki Windi Endang Yuli Herawati Fahrul Fahrul Febriansyah, Zulfikri Firmani, Ummul Fitriadi, Ren G.B, Jessica Della Hardoko Hardoko Hardoko Hardoko Hardoko Hardoko Hardoko Hardoko Hariati, Anik Martinah Hefti Salis Yufidasari Hefti Salis Yufidasari Hussein, Naufal Amirudin Indra Kristiana Jatayu, Diklawati Jessica Della G.B Kartikaningsih, Hartati Kuntowibisono, Eduardus Lebrina Ivantry Boikh Lilik Eka Radiati Lukman Mile M Marsoedi Maftuch Maftuch Maftuch Maftuch Maghfirotin Marta Banin Marhendra, A.P.W Marsoed Marsoed Marsoedi Marsoedi Marsoedi Marsoedi Marsoedi Marsoedi Marwulan Marwulan Melkhianus Hendrik Pentury Mirna Zena Tuarita MOHAMAD FADJAR Mohamad Fadjar Muammar Kadhafi Muhammad Ikhwan Ihtifazhuddin Ni Nyoman Dian Martini Nuddin Harahap Nur Maulida Safitri Nursinah Amir, Nursinah Putra, Azriel Zharif Adha Ekta Rahmi Nurdiani Raihannisa, Widi Retno Tri astuti Rizal Akbar Hutagalung Sembiring, Dariyus DC Seomarno Soemarno Septiansyah, Farhan Amar Soemarno Soemarno Sofiatul Sri Andayani Sri Intan Anggraini Sri Redjeki Hesti Mulyaningrum Sri Redjeki Hesti Mulyaningrum Sry Andayani Sukandar Sukandar Sukarni Sukarni Sulistiyati , Titik Dwi Titik Dwi Sulistiyati Titik Dwi Sulistiyati Wahyu Wira Pratama Wike andre Septian Yahya . Yahya Yahya Yahya Yahya Yahya Yahya Yenny Risjani Yufidasari, Hefti Salis Yuni Kilawati Yusro Nuri Fawzya