Kajian bersifat kualitatif-deskriptif ini menerapkan teori-teori analitik-didaktik. Teknik observasi deskriptif sebagai upaya pemahaman dan interpretasi konten, dan pengumpulan data menggunakan analisis tekstual data kebahasaan (perilaku berbahasa) sebagai dokumenter. Mahasiswa era disrupsi dalam ekosistem multi-perubahan global perilaku-perilaku keterbahasaan, terjadi perombakan signifikan melonjak dari nuansa verbal ke digital. Lahir manusia mahasiswa tergenerasi multi-digital yang bukan sekedar menanyakan terkait visi, misi, multi-arah tujuan akan tetapi sudah pada multi-kepentingan baik bersifat multi-kebutuhan pribadi ataupun untuk orang lain. Perilaku tersebut sejalan dengan berkembangnya kejiwaan yang berpengaruh pada keterampilan berbahasa yang tergunakan. Multi-kedewasaan sebagai aplikatif komunikasi menjadi tolok ukur aspek verbal pada inisiasi digital yang digunakan. Linguis semakin tertantang menentukan tolok ukur dan arah formulasi prinsip/kaidah-kaidah berbahasa sebagai alat strategi komuikasi. Multi-falsafah bagaimana mahasiswa itu terfahamkan tentang bagaimana dirinya harus bertingkah serta berperilaku dalam multi-masyarakat menjadi jurus jitu penentu pola kesantunan berbahasa. Material ini menjadi objek atau bahkan multi-subjek riset linguistik. Hasilnya bahwa pendidik, dosen dituntut mampu memberikan multi-formula yang mampu memberikan jawaban sekaligus tantangan keterampilan berbahasa yang terbutuhkan dengan ancangan yang tepat.