Claim Missing Document
Check
Articles

EFEKTIVITAS KEMOTERAPI KOMBINASI PAKLITAKSEL-KARBOPLATIN BERDASARKAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR A ( VEGF-A ) SERUM PADA KANKER OVARIUM TIPE EPITEL Suriani Rosida; Rizal Sanif; Amirah Novaliani; Theodorus Theodorus
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/JKK.V7I2.9775

Abstract

Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi terbanyak ketiga penyebab kematian perempuan di Indonesia, menempati urutan ke-18 di dunia tahun 2018, histopatologi terbanyak merupakan tipe epitel. Tatalaksana pasien kanker ovarium stadium lanjut terdiri dari kombinasi operasi surgical staging atau sitoreduksi dengan kemoterapi. Penelitian ini akan menilai respons pengobatan pasien kanker ovarium tipe epitel yang menjalani kemoterapi kombinasi paklitaksel-karboplatin di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang berdasarkan kadar VEGF-A serum. Penelitian ini merupakan uji klinik acak tanpa pembanding. Sampel penelitian adalah semua pasien kanker ovarium tipe epitel di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang yang mendapat kemoterapi pada bulan Desember 2018 sampai dengan Mei 2019 sejumlah 30 pasien.  Karakteristik umum subyek penelitian ini yaitu usia terbanyak >48 tahun (53,3%), 20 sampel berdomisili di luar kota (66,7%). Pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 14 orang (46,7%). 21 orang (66,7%) merupakan multipara, stadium terbanyak adalah IIIC (56,7%). Didapatkan penurunan bermakna kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi (p=0.000). Rerata kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi adalah 840,60 dan 472,02. Rerata kadar VEGF-A serum sebelum kemoterapi adalah 806,03 dan menurun menjadi 703,5 setelah kemoterapi tetapi tidak bermakna secara statistik (p=0,082). 20 pasien (71,43%) dengan respons kemoterapi positif mengalami penurunan kadar VEGF-A namun tidak bermakna secara statistik (p=0,517). Hasil penelitian didapatkan penurunan kadar VEGF-A pada 70% pasien paska kemoterapi paklitaksel-karboplatin 3 seri tetapi tidak bermakna secara statistik. Kadar VEGF-A serum belum efektif untuk menilai respon kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada pasien kanker ovarium tipe epitel.
Single Nucleotide Polymorphism rs1800497 in Risperidone and Aripiprazole Therapy for Schizophrenia Patients Benedictus Wicaksono Widodo; Mgs. M. Irsan Saleh; Theodorus Theodorus
Jurnal Pharmascience Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v8i2.10514

Abstract

Schizophrenia is a variable of psychopathologic syndrome involving cognition, emotion, perception, and other behavioral aspects. Therapies on schizophrenia is solely based on history of mental illnesses and mental status. Schizophrenia affecting 1.1 million persons globally in 2017; 70.8% of them happened in 25-55 years old. This study was conducted in mental hospital in Palembang, Indonesia. Blood samples was taken from clinically diagnosed schizophrenia patients (20 patients taking aripiprazole and 60 patients taking risperidone) under therapy. DNA was extracted using Chelex 100 method and digested using Taq1 enzyme. DNA was electrophoresized and visualized. CC allele was found in 10% of patients taking aripiprazole and 11.67% patients taking risperidone. CT allele was found in 70% patients taking aripiprazole and 76.67% patients taking risperidone. TT allele was found in 20% patients taking aripiprazole and 11.67% patients taking risperidone. ANKK1 Taq1A polymorphism in schizophrenia patients shows different therapeutic response with worse therapeutic response compared to patients with normal allele.
THE EFFECTIVITY OF BELIMBING WULUH FRUIT ETHANOLIC EXTRACT ON DECREASING 2-HOUR POST PRANDIAL BLOOD GLUCOSE LEVELS OF DIABETIC MALE RATS Devy Octarina; M Kamaluddin; Theodorus -
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 1 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/mks.v53i1.13086

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by blood glucose levels greater than normal - hyperglycemia (fasting blood glucose ? 126 mg / dl or post prandial blood glucose ? 200 mg / dl or blood glucose ? 200 mg / dl) caused by insulin deficiency and or insulin resistance. One way to control blood glucose levels can be done in a traditional way using natural ingredients. Belimbing wuluh fruits (Averrhoa bilimbi Lin.) has been widely used by the community because containing many active substances, including flavonoids. Flavonoids found in Belimbing wuluh fruit are dihydromyricetin. The purpose of this study was to assess the effectivity of belimbing wuluh fruit ethanolic extract on decreasing 2-hour post prandial blood glucose of male rats compared to acarbose. This type of study is in vivo laboratory experimental (pre and posttest only). The research was done from July to September 2020 in the Biochemistry Laboratory, Biotechnology Laboratory and Animal House, Faculty of Medicine, Sriwijaya University, Palembang. The population of study were white male rats. Statistical data analysis used SPSS version 22. Based on the results of the study, it was concluded that the ethanolic extract of belimbing wuluh fruit (Averrhoa bilimbi Linn.) was effective on decreasing 2-hour post prandial blood glucose levels of diabetic male white rats.
Pengaruh Suplementasi Seng dan Vitamin A Terhadap Kejadian ISPA dan Diare pada Anak Fita Asfianti; H.M. Nazir; Syarif Husin; Theodorus Theodorus
Sari Pediatri Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.2.2013.93-8

Abstract

Latar belakang. Salah satu faktor yang memengaruhi tingginya angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare adalah defisiensi vitamin A. Walaupun di Indonesia telah didapat program pembe- dapat program pembe- program pemberian vitamin A, tetapi masih banyak anak dengan defisiensi vitamin A karena defisiensi seng.Suplementasi seng dan vitamin A diharapkan dapat meningkatkan kadar seng dan vitamin A pada anak sehingga dapat menurunkan angka kejadian ISPA dan diare.Tujuan.Mengetahui pengaruh suplementasi seng dan vitamin A terhadap kejadian ISPA dan diare.Metode. Penelitian kohort dilakukan selama bulan Agustus 2009-Februari 2010. Sampel anak usia 12-60 bulan diambil dari 5 Posyandu di Puskesmas Talang Ratu, Palembang. Pemeriksaan kadar seng dan vitamin A dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah suplementasi seng (200 mg per hari selama dua minggu) dan vitamin A (200 000 IU). Pemeriksaan kadar seng menggunakan Atomic Absorbtion Spectroscope(AAS), dan kadar vitamin A dengan spektrofotometer. Uji bivariat dan multivariat dianalisis dengan SPSS 15, dengan p<0,05.Hasil. Didapatkan 88 subjek penelitian, terdiri dari 45 (51,1%) laki-laki dan 43 (48,9%) perempuan.. Rerata umur 28,44 ±12,34 bulan. Terdapat perbedaan rerata kadar seng dan vitamin A pada anak sebelum dan setelah diberikan suplementasi seng dan vitamin A 60,61±31,36 µg/dL vs 84,76±22,87 µg/dL (p<0,05), dan 19,73±5,96 µg/dL vs 23,54±5,88 µg/dL (p<0,05). Angka kejadian ISPA setelah suplementasi menurun dari 61,4% menjadi 22,7%, dan diare dari 28,4% menjadi 26,1%. Kadar seng dan vitamin A berpengaruh terhadap kejadian ISPA dan diare (p<0,05).Kesimpulan. Terdapat pengaruh suplementasi seng dan vitamin A terhadap penurunan angka kejadian ISPA dan diare.
Hubungan Acute Kidney Injury dan Skor Pelod pada Pasien Penyakit Kritis Risa Vera; Silvia Triratna; Dahler Bahrun; Theodorus Theodorus
Sari Pediatri Vol 15, No 3 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.3.2013.181-5

Abstract

Latar belakang. Insiden dan mortalitas acute kidney injury (AKI) pada pasien penyakit kritis cukup tinggi, diperlukan penilaian secara objektif menggunakan skor prognostik dalam menentukan prognosis pasien yang disertai AKI.Tujuan. Mengetahui hubungan antara AKI dan skor PELOD pada pasien penyakit kritis.Metode. Penelitian dilakukan di UPIA RS Moh. Hoesin Palembang selama bulan November 2011-Maret 2012, sampel dipilih secara konsekutif. Hubungan antara AKI dan skor PELOD dianalisis dengan uji Kai Kuadrat, Fisher, dan Mann-Whitney. Kesintasan dianalisis dengan uji Kaplan Meier.Hasil. Subjek penelitian terdiri dari 113 anak, prevalensi AKI sebesar 60,2%, AKI risk 41,2%, injury 25%, dan failure 33,8%. Prevalensi kematian pasien AKI 57,4%, risk 39,3%, injury 47,1%, failure 87%. Skor PELOD lebih tinggi pada pasien AKI (19,7±1,62 vs 6,8±1,31). Analisis korelasi dan regresi antara kadar kreatinin serum dan skor PELOD didapatkan r=0,518 dan r2=0,256.Kesimpulan. Acute kidney injury dan skor PELOD memiliki hubungan positif, dan kontribusi AKI terhadap variasi skor PELOD 25,6% menjelaskan bahwa pasien penyakit kritis dengan skor PELOD rendah akan tetap memiliki prognosis yang buruk jika pasien tersebut mengalami AKI.
Efektifitas Asuhan Nutrisi Pediatrik Per oral untuk Mencegah Malnutrisi Rumah Sakit Rogatianus Bagus Pratignyo; Julius Anzar; H.M. Nazir; Theodorus Theodorus
Sari Pediatri Vol 15, No 4 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.4.2013.264-8

Abstract

Latar belakang. Prevalensi malnutrisi rumah sakit (MRS) masih cukup tinggi, yaitu antara 6,1%-51,6% oleh sebab itu dikembangkanlah asuhan nutrisi pediatrik (ANP).Tujuan. Mengetahui efektifitas pemberian asuhan nutrisi pediatrik per oral dalam mencegah MRS pada setiap kelompok risiko nutrisi.Metode. Uji klinik dalam bentuk berpasangan yang dilakukan sejak November 2011 sampai Januari 2012 di bangsal rawat Inap Departemen Kesehatan Anak RSMH Palembang. Sampel dipilih secara consecutive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan skoring simple pediatrics nutritional risk score (SPNRS) dan dilakukan intervensi ANP per oral. Data penelitian diolah dengan menggunakan SPSS 16.Hasil. Dari 105 subjek penelitian didapatkan kejadian MRS pada risiko nutrisi tinggi 74,3%, nutrisi sedang 31,4% dan nutrisi rendah 20%. Kecukupan asupan energi risiko nutrisi rendah 82,9%, nutrisi sedang 62,9% dan nutrisi tinggi 31,4%. Kecukupan asupan protein risiko nutrisi rendah 74,3%, nutrisi sedang 71,4%, dan nutrisi tinggi 45,7%. Faktor yang memengaruhi kejadian MRS adalah asupan energi p=0,003 (OR=6,41), asupan protein p=0,009 (OR=5,42), dan SPNRS p=0,090 (OR=2,87).Kesimpulan. Asuhan nutrisi pediatrik per oral efektif untuk kelompok risiko nutrisi ringan, tetapi tidak efektif pada kelompok risiko nutrisi sedang dan risiko nutrisi tinggi untuk mengurangi kejadian MRS.
Perbandingan Efektivitas Kombinasi Ceftazidime + Amikasin dan Ceftazidime sebagai Antibiotik Empiris Demam Neutropenia pada Keganasan Agustinus William; Rini Purnamasari; Yulia Iriani; Theodorus Theodorus
Sari Pediatri Vol 16, No 4 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.488 KB) | DOI: 10.14238/sp16.4.2014.241-7

Abstract

Latar belakang. Terapi antibiotik empiris spektrum luas merupakan standar pengobatan demam neutropeniapada keganasan karena morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan sepsis bakterial. Pilihanantibiotik empiris awal, tetapi tetap kontroversial.Tujuan. Membandingkan efektivitas kombinasi ceftazidim + amikasin dan ceftazidime dalam mengatasidemam neutropenia pada keganasan di RSMH Palembang.Metode. Uji klinis acak buta ganda dilakukan sejak Desember 2012 hingga Juli 2013 di Bangsal HematologiAnak RSMH Palembang. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat ceftazidime+ amikacin dan ceftazidime. Pada anak dengan keganasan yang mengalami suhu aksila >38,00C disertaiabsolute neutrophil count <1000/μL, periode bebas demam dalam 3 x 24 jam setelah pemberian regimenantibiotik awal dievaluasi untuk menilai efektivitas terapi. Data dianalisis dengan uji kai kuadrat dan Fisherexact, serta program SPSS 18.0.Hasil. Tigapuluh satu anak berusia 1-15 tahun dengan keganasan yang mengalami 46 episode demamneutropenia terdistribusi homogen pada setiap kelompok (masing-masing 23 episode). Microbiologicallydocumented infection, clinically documented infection dan unexplained fever ditemukan pada 29, 6, dan 11episode demam neutropenia. Proporsi keberhasilan pemberian ceftazidime + amikacin dalam mengatasidemam hingga hari ketiga pemantauan adalah 82,6%, sedangkan ceftazidime 56,5% (p=0,055; IK 95%:0,975-2,190).Kesimpulan. Pemberian kombinasi ceftazidime + amikacin memiliki angka keberhasilan yang lebih baikdibandingkan ceftazidim dalam menurunkan demam hingga hari ketiga, meskipun secara statistik tidak berbedabermakna.
Hubungan Kadar Seng dan vitamin A dengan Kejadian ISPA dan Diare pada Anak Fedriyansyah Fedriyansyah; HM Nazir Hz; Theodorus Theodorus; Syarif Husin
Sari Pediatri Vol 12, No 4 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.848 KB) | DOI: 10.14238/sp12.4.2010.241-6

Abstract

Latar belakang. Rendahnya sistem imunitas dianggap turut berpengaruh terhadap kejadian ISPA dandiare. Beberapa penelitan menyatakan bahwa kadar seng dan vitamin A dalam serum yang rendah jugaberpengaruh terhadap sistim imun.Tujuan.Untuk mengetahui hubungan antara status seng dan vitamin A dengan kejadian ISPA dan diarepada anak.Metode. Penelitian kohort selama enam bulan di lima posyandu di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu,Palembang. Subjek penelitian adalah anak berumur 12-60 bulan yang datang ke Posyandu pada bulanFebruari 2009. Kadar seng dan vitamin A diperiksa, serta mendapat vitamin A sesuai program pemerintah.Data ISPA dan diare dari subjek, dikumpulkan selama 6 bulan dan selanjutnya dianalisis dengan programSPSS 15.Hasil. Terdapat 100 subjek ikut dalam penelitian, namun 8 subjek tidak melanjutkan, sehingga terdapat 92subjek. Ditemukan 62% mengalami defisiensi seng dan 68,5% defisiensi vitamin A. Didapatkan hubunganyang bermakna antara defisiensi seng dan vitamin A (RR=5,833;KI 95%:2,816-12,085). Selama 6 bulandidapatkan 62% subjek menderita ISPA dan 30,4% menderita diare. Terdapat hubungan yang bermaknakejadian ISPA dengan anak defisiensi seng dan atau vitamin A (RR=2,455;KI 95%:1,403-4,297). Ditemukanjuga hubungan yang bermakna pada kejadian diare dengan anak defisiensi seng dan atau vitamin A(RR=5,984;KI 95%:1,522-23,534).Kesimpulan. Status seng dan vitamin A merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA dan diarepada anak.
Perbandingan efektivitas berbagai obat kumur terhadap kadar Imunoglobulin A pada saliva penderita kariesComparison of mouthwashes effectiveness to the level of salivary immunoglobulin A in caries patients Siti Rusdiana Puspa Dewi; Abu Bakar Lutfi; Veronita Veronita; Fahma Alfarizqy Amarel; Tissa Indira; Debby Handayani Harahap; Theodorus Theodorus; Billy Sujatmiko
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 30, No 2 (2018): Agustus
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.893 KB) | DOI: 10.24198/jkg.v30i2.17063

Abstract

Pendahuluan: Berbagai obat kumur banyak ditemukan di pasaran diantaranya klorheksidin, povidon iodin, cethylpiridinium chloride (CPC), dan oxygenating agent yang telah terbukti memiliki sifat antibakteri. Di dalam rongga mulut, Imunoglobulin A (IgA) pada saliva berfungsi sebagai pertahanan lokal melawan patogen mulut, sehingga mampu mencegah perkembangan karies. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan efektivitas berbagai obat kumur terhadap kadar Imunoglobulin A pada saliva penderita karies. Metode: Penelitian yang dilakukan penelitian Randomized controlled trial (Uji klinik acak berpembanding), paralel dalam bentuk single blind. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya yang menderita karies. Responden dipilih berdasarkan kriteria akan dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok 1 berkumur dengan akuades (sebagai kelompok kontrol), kelompok 2 berkumur menggunakan klorheksidin 0,2%, kelompok 3 berkumur dengan povidon iodin 1%, kelompok 4 berkumur dengan cetylpyridinium chloride 0,05%, dan kelompok 5 berkumur dengan dengan oxygenating agent 0,4%. Data dianalisa dengan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan. Hasil: Hasil uji t tidak berpasangan dilihat bahwa semua kelompok pengguna obat kumur efektif dalam meningkatkan kadar IgA pada saliva penderita karies secara signifikan (p< 0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan kadar IgA tertinggi adalah pada kelompok yang berkumur dengan CPC, diikuti dengan berkumur klorheksidin, povidon iodin, dan  oxigenating agent. Simpulan: Obat kumur klorheksidin, povidon iodin, cethylpiridinium chloride, dan oxygenating agent efektif dapat meningkatkan kadar IgA pada saliva penderita karies.Kata kunci: Imunoglobulin A, karies, obat kumur. ABSTRACTIntroduction: Various mouthwashes are circulating in the markets including chlorhexidine, povidone iodine, cethylpiridinium chloride (CPC), and oxygenating agent that have been shown to have antibacterial properties. In the oral cavity, salivary immunoglobulin A (IgA) serves as local defense againts oral pathogents, thus preventing caries development. This study was aimed to compared various mouthwashes on the level of salivary IgA in caries patients. Methods: This study was randomized controlled trial, paralleled in the form of single blind. Population of this study was as much as 100 students of Dentistry Study Program of Sriwijaya University with dental caries. Respondents were divided into 5 groups; group 1 was gargled with aquadest (control group), group 2 with 0.2% chlorhexidine, group 3 with 1% povidone iodine, group 4 with 0.05% CPC, and group 5 with 0.4% oxygenating agent. Data were analyzed by the paired t-test and independent t-test. Result: The results of unpaired t-test showed that all mouthwashes were effective in increasing the IgA levels of caries patients significantly (p < 0.05) compared to the control group. The highest IgA level increase was was found in the CPC group, followed by chlorhexidine, povidone iodine, and oxygenating agent. Conclusion: Chlorhexidine, povidone iodine, cethylpiridinium chloride (CPC), and oxygenating agent contained mouthwashes were able to increase the salivary IgA level of caries patients. Keywords: Immunoglobulin A, caries, mouthwash.
Evaluation of Rationality in Prescribing Metformin (Biguanide Group) at Dr. Mohammad Hoesin General Hospital Palembang Nita Parisa; Dwi Tantri Marylin; Theodorus
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 3 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i3.471

Abstract

Backgrounds. It is very important to evaluate and assess the rationality of the use of antidiabetic drugs, especially the biguanide (metformin) group to maintain the quality and quality of diabetes mellitus drug administration so that the target of diabetes mellitus control can be optimized. This study aims to evaluate the rationality of prescribing metformin oral antidiabetic at Dr. Mohammad Hoesin General Hospital Palembang. Methods. The research design is a descriptive study using secondary data from medical records in the medical records section of Dr. Moh Hoesin Hospital Palembang. The object of research is all medical records of patients with type 2 diabetes mellitus who used metformin at RSMH Palembang in the period July 1st, 2019-July 31st, 2020, with complete medical record data and without serious comorbidities. The rationality for using metformin that was assessed in this study was the frequency of use, drug dose, route of administration, duration of administration, and drug interactions. The frequency of drug use is assessed by how many times the drug is taken in one day. Results. The most age group of patients who received a prescription for metformin were 51-60 years old and 61-70 years old with a total of 17 patients (35.4%). The majority of patients were female as much as 60.4%. Drug interactions with metformin are still quite common, although the majority are synergistic and potentiating interactions. There are still 2 cases or 4.2 percent who experience antagonistic interactions. Conclusion. The rationality for using metformin in patients with type 2 diabetes mellitus is based on the criteria for the right dose (100%), the right frequency of drug administration (100%), the right time for giving the drug (100%), the right way of giving the drug (100%), and the right drug interaction. (95.8%).
Co-Authors Abrar Arbhiwa Tanguirsyaf Siregar Abu Bakar Lutfi Adenan Abadi Adenan Abadi admin Adnan Abadi Asnawi Adnan Abadi, Adnan Afifa Ramadanti Agustina Br. Haloho Agustinus William Agustria Z. Saleh Amarel, Fahma Alfarizqy Amir Fauzi Amirah Novaliani Anak Agung Gede Sugianthara Anang Tribowo Andriani, R.A. Linda Andriansyah, Yulius Andrina, Hana Anugrah Onie Awan Nurtjahyo Awan Nurtjahyo Azhar Susanto Azhari Azhari Azhari Rozali B, Firmansyah Benedictus Wicaksono Widodo Bernolian, N Bernolian, N Billy Sujatmiko D Saputra, Akbar N D.Y. Riyanto, D.Y. Dahler Bahrun Daniatiek, Soneta Dastamuar, Shalita Debby Handayani Harahap Debby Handayati Harahap Devy Octarina Ditto Ruldifar Pribadi Doni Kurniawan Dwi Tantri Marylin Ellen Callista Angelica Elvi Widiastuti Elza Iskandar, Elza Evi Lusiana F, Amir Fahma Alfarizqy Amarel Fakhrudit, Emir Fatimah Syakirah Fauzit, Amir Fedriyansyah Fedriyansyah Ferdi, Roni Ferry Yusrizal Firmansyah Basir Fita Asfianti Forbes, Darlin Gita Dwi Prasasty H.M. Nazir H.M. Nazir Haidar Ali Hamzah Harahap, Debby Handayani Heriansyah, Jhon Hidayat, Syarief Taufik Hilmawan, Bagus HM Nazir Hz Ika Kartika Indira, Tissa Ismail Bastomi, Ismail Julius Anzar Kamaluddin Kamaluddin Kamaluddin, MT Kamaluddin, MT Khrismawan Khrismawan Kiagus Ahmad Imanuddin Kms Yusuf Effendi Kms Yusuf Effendy Kusuma Harimin Leni Wijaya, Leni Lestari, Mayang Indah Lorenza, Geofanny Lutfi, Abu Bakar M Kamaluddin M. T. Kamaluddin Mahacakri, Eke P Mahadika, Febrinata Manan, Heriyadi Marta Hendry, Marta Martadiansyah, Abarham Maulani, H Maulani, H Maulani, Henni Mgs. Irsan Saleh, Mgs. Irsan Mgs. M. Irsan Saleh Muhammad Despriansyah Romadhan Muhammad Hafidh Komar Muhammad Irsan Saleh Muhammad Totong Kamaluddin Mulawan Umar Muzakkie Muzakkie, Muzakkie Nadhif, Aufa Muhammad Nita Parisa Nopriansyah Darwin Novianesari, Putri H Novianty, Novianty Nugraha, M Daffa Nugroho, Achmadi S Nur Qodir Nurul Islamy Nuswil Bernolian Octarina, Bertha Oktariana, Desi Pangemanan, W T Pangemanan, W T Pangemanan, Wim T PATIYUS AGUSTIANSYAH, PATIYUS Puspita, Yusni Putri Mahirah Afladhanti Putri Mirani Raden Ayu Kusuma Andini Rafiyandi Rafiyandi Rahima Rahima Renny Apliza Nasution Resiana Resiana Riani Erna Rika Saputri Rini Purnamasari Risa Vera Rizal Sanif Rizani Amran Rogatianus Bagus Pratignyo Rose Mafiana Rostika Flora Rostika Flora Rusydi, Syakroni D Sabrina, Tia Safa Nabila Putri Sahab, Abdullah Saleh, Masagus Irsan Salni Sari Octarina Piko Sastradinata, Irawan Shaleh, Agustria Z Silvana, Rista Silvia Triratna Siti Rusdiana Puspa Dewi Sonlimar mangunsong Stevanny, Bella Sudarto Sudarto Sujatmiko, Billy Sulbahri, Robby P. Suriani Rosida Sutomo Tanzil Syarif Husin Syarif Husin Tahany, Hanifah Tanzil, Sutomo Tindar, Mirzah Tissa Indira Usman, Fatimah Veronita Veronita Veronita, Veronita Wahyu Pranata, Wahyu Pranata Yohanes Febrianto Yulia Iriani, Yulia Yuliana Yuliana Yundari, Yundari Yusuf, Kemas Zainal, Rizal Zanaria, Rima Zulkifli Zulkifli