Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Nisbah Jumlah Daun Terhadap Kualitas Buah Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Evan Yonda Pratama; Slamet Susanto
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 1 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.982 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i1.24405

Abstract

Pamelo merupakan salah satu jenis jeruk yang potensial dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nisbah daun buah terhadap kualitas buah jeruk pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.). Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Dramaga, Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan Januari sampai Juni 2016. Analisis bobot buah, kelunakan buah, Padatan Terlarut Total (PTT) dan Total Asam Tertitrasi (TAT) dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang dicobakan yaitu nisbah jumlah daun:buah yang terdiri dari empat taraf: 50, 100, 200, dan 300 daun. Pengamatan terdiri dari pengamatan diameter buah per minggu, pengamatan bobot akhir buah, pengamatan diameter akhir buah, kelunakan buah, padatan terlarut total serta pengamatan total asam tertitrasi. Nisbah daun buah berpengaruh nyata terhadap diameter buah dan bobot buah. Secara keseluruhan rasio daun buah tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total, total asam tertitrasi dan kelunakan buah.
Perbaikan Teknik Pembrongsongan melalui Aplikasi Pestisida untuk Meningkatkan Kemulusan Buah Jambu Kristal (Psidium guajava L) Yosephine Sista Parameswara; Slamet Susanto
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 1 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.712 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i1.24417

Abstract

Jambu ‘kristal’ merupakan kultivar unggulan jambu biji dan memiliki pasar yang baik di Indonesia. Jambu kristal memiliki rasa yang manis, tekstur renyah, vitamin C, dan kandungan lain yang bermanfaat. Kualitas merupakan masalah utama dalam budidaya jambu ‘kristal’, salah satunya adalah tingkat kemulusan buah. Penelitian ini bertujuan mengetahui  pengaruh bahan aktif pestisida yang digunakan pada teknik pembrongsongan buah terhadap tingkat kemulusan buah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada Bulan Februari 2017 hingga Agustus 2017. Bahan yang digunakan pada teknik pembrongsongan adalah bahan aktif pestisida: Klorpirifos, Abamektin, dan Mankozeb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan aktif pestisida memberikan pengaruh yang sangat nyata pada peubah kemulusan buah. Perlakuan bahan aktif pestisida meningkatkan kemulusan buah hingga dua kali lipat. Perlakuan bahan aktif pestisida tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah diameter, kelunakan, bobot, PTT, dan ATT.
Kualitas Fisik dan Kimia Buah Jambu ‘Kristal’ pada Letak Cabang yang Berbeda Dona Rustani; Slamet Susanto
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 2 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.614 KB) | DOI: 10.29244/agrob.7.2.123-129

Abstract

Jambu biji kultivar kristal merupakan salah satu buah yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Kualitas buah dipengaruhi posisi buah dalam kanopi. Penelititan ini bertujuan untuk mempelajari kualitas fisik dan kimia buah pada tunas yang muncul pada cabang primer, sekunder dan tersier. Percobaan berlokasi di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura dari bulan Februari hingga Juli 2017 menggunakan tanaman jambu ‘Kristal’ berumur 4 tahun. Percobaan ini menggunakan metode Rancangan  Acak  Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu letak buah pada tunas dari cabang primer (C1), cabang sekunder (C2) dan cabang tersier (C3) dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak cabang tidak berpengaruh terhadap semua parameter pengamatan kualitas fisik dan kimia (diameter buah, bobot buah, kelunakan buah, kemulusan buah, PTT dan TAT). Terdapat kecenderungan pada buah yang muncul pada tunas yang muncul dari cabang primer dan cabang sekunder memiliki bobot dan diameter yang lebih tinggi dibandingkan dengan cabang tersier.
Karakterisasi dan Daya Simpan Empat Aksesi Buah Pisang Tanduk (Musa .sp AAB) Retty Nurfazizah; Slamet Susanto; Winarso Drajad Widodo
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 3 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.253 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i3.30202

Abstract

Indonesia memiliki berbagai jenis pisang tanduk dengan karakteristik yang berbeda. Informasi mengenai perbedaan karakteristik dan daya simpan beberapa jenis pisang tanduk masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik dan daya simpan empat aksesi pisang tanduk. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret 2017 hingga Juni 2017. Bahan utama yang digunakan yaitu 4 aksesi pisang tanduk yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu aksesi. Faktor aksesi terdiri atas 4 aksesi dan 4 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aksesi memberikan pengaruh nyata terhadap semua karakter yang diamati (bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan kulit, bobot daging, bobot kulit, kelunakan, BDD, PTT dan ATT) kecuali rasio antara PTT/ATT. Aksesi 1 dan 3 memiliki kualitas fisik (bobot buah, panjang, diameter dan ketebalan kulit) terbaik. Kualitas kimia terbaik terdapat pada Aksesi 3. Susut bobot Aksesi 1 dan 3 merupakan susut bobot terendah dibandingkan Aksesi lainnya. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada semua aksesi tidak aktif. Umur simpan pisang berkisar antara 15 hari sampai dengan hari.
Karakter Morfologi dan Kimia 18 Kultivar Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Berbiji dan Tanpa Biji Slamet Susanto; Arifah Rahayu; Dewi Sukma; Iswari S. Dewi
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 16 No. 1 (2011): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.042 KB)

Abstract

Pamelo is one of the oranges species which have variety of form, size, colour and taste. Most of the pamelo cultivars with seeds, while part of it is seedless. The concumen prefer to chose seedles than with seed because they could consume more. The research proposed to know the morphologycal and chemical characteristics of pamelo with seed and seedless. Characteristication done in RGCI and port harvesting laboratory at IPB to the Pamelo come from Sumedang, Pati, Kudus, Magetan, Aceh and Pangkep (South Sulaewsi) in the period of April 2009 until July 2010. The result of research shown that several pamelo seedless cultivars have pyriform, while other with seed have spheroid form. A few fruit from pamelo seedless cultivars have sweet taste until less taste, with pH of its juice vary from 6.2-6.3, except Jawa cultivar which have pH 4 which its total tertiration acid is 0.47- 0.50 g/g, PTT 9.8- 11.0 ( 0brix), PTT/ATT 19,5-25,3. Vitamine C content 38-48.2 mg/100 g and narigin content from 118,3-1063,2 mg/ml, while pamelo with seed have taste sweet acid, with fruit juice pH 3.7 - 4.7, except "red bali 1", which have pH 6.0, ATT 0,35 - 0,59 g/g, PTT 8.7 - 11.3 ( 0brix), PTT/ATT 16.9 - 24.6, vita mine C content 28.6 - 43.8 and narigin content 55.2 - 461.2 mg/ml. 
The Fruit Characteristics of Ambon Forest Nutmeg (Myristica fatua Houtt) and Banda Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Karmanah Karmanah; Slamet Susanto; Winarso Drajad Widodo; Edi Santosa
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 25 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.604 KB) | DOI: 10.18343/jipi.25.2.292

Abstract

Ambon Forest nutmeg (Myristica fatua Houtt) is one of the endemic plants in Indonesia. The morphological characteristic of Ambon Forest nutmeg is slightly different from that of Banda nutmeg (Myristica fragrans Houtt) i.e., it is not used as spices, but its oil is used as a lamp oil. This study aimed to determine the chemical components and essential oils of Ambon Forest nutmeg derived from its seeds, mace, and flesh compared to Banda nutmeg. Extractions of essential oils were performed using a steam hydro-distillation. Analysis of chemical compositions and contents of essential oil was carried out using a Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS) instrument and SNI 06-2388-2006 method. The essential oil contents in Ambon Forest nutmeg were relatively low, i.e., 0.63% in the seeds, 0.30% in the mace, and 0.04% in the flesh compared to Banda nutmeg i.e., 1% in the seeds, 40% in the mace, and 3.5% in the fruit flesh. The chemical compositions of essential oils showed that M. fatua Houtt contained 12 compounds in the seeds, 24 compounds in the mace, and 17 compounds in the fruit flesh, while for Banda Nutmeg, the contents of essential oils were found 18 compounds in the seeds, 10 compounds in the mace, and 15 compounds in the fruit flesh. M. fatua Houtt contained the highest Copaene, i.e., 28.41% in the seeds, 10.42% in the mace, and 23.33% in the fruit flesh. Myristicin, as the main marker compound of nutmeg oil, was also found in Ambon Forest nutmeg i.e., 1.3% in the seeds, 1.16% in the mace, and 5.19% in the fruit flesh. However, these results showed lower contents when compared to Banda nutmeg with Myristicin contents of 8.72% in the seeds, 10.14% in the mace, and 10.46% in the fruit flesh. Keywords: Essential oil, Myristica fatua Houtt, Myristica fragrans Houtt, Nutmeg
Penggunaan Galur Lemah Chili veinal mottle virus untuk Proteksi Silang Asniwita Asniwita; Sri Hendrastuti Hidayat; Gede Suastika; Slamet Susanto; Sriani Sujiprihati
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 9 No 5 (2013)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.93 KB) | DOI: 10.14692/jfi.9.5.145

Abstract

Inoculation of mild virus strain prior to severe virus strain to protect plant against viral disease is the principle of cross protection. Five mild strains of Chili veinal mottle virus (ChiVMV), i.e. -KAR, -SPR, -SKT, -CSR, and -PGL were used as cross protection agent to protect chili pepper plants against severe strain infection of ChiVMV-CKB. The mild strains were inoculated mechanically prior inoculation of severe strain and the efficiency of cross protection was evaluated by observing symptom development and measuring crop yield. Inoculation of mild strains 7 days prior inoculation of severe stain was not able to protect the plant from infection of severe strain ChiVMV-CKB. Protective effect was observed when mild strains were inoculated at 14, 21, and 28 days prior inoculation of severe strain. Symptom development was suppressed or delayed, and crop yield was not significantly different with healthy plants. It was suggested that to obtain the best protection against severe strain, the mild strain should be applied as early as possible before the occurrence of severe strain infection.
Perbandingan Pola Pita Isoenzim 15 Aksesi Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Berbiji dan Tidak Berbiji dan Hubungan Kekerabatannya Arifah Rahayu; Slamet Susanto; Bambang S. Purwoko; Iswari S. Dewi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.202 KB) | DOI: 10.29244/jhi.3.1.42-48

Abstract

ABSTRACTThere are many pummelo accessions in Indonesia, some of them are seedless. The objective of this work  was  to  compare  isoenzyme  banding  patterns  and to  assess  the  genetic  similarity  of  seeded  and seedless pummelo accessions. Electrophoresis analysis of proteins extracted from leaf tissues was uti lized to detect polymorphisms i.e. five isoenzymes  (esterase (EST), peroxidase (PER), malate dehydrogenase (MDH), acid phosphatase (ACP) and aspartate amino transferase (AAT). Based on principal component analysis, characters having the  main role in classifying pummelo accessions were MDH (Rf 0.14 and Rf 0.27)  and  ACP  (Rf  0.24  and  Rf  0.33). The accessions  showed  high  range  genetic  similarity  (28.6-94.7%), and at similarity coefficient 0.53  they  were classified into seeded and seedless  groups. It was concluded  that  isoenzymes  can  be  used  as  markers  in  differentiating seeded  and  seedless  pummelo accessions.Key words: genetic similarity, electrophoresis, marker, principal component analysis, polymorphismABSTRAKIndonesia memiliki banyak aksesi pamelo, baik yang berbiji maupun tidak berbiji. Penelitian ini bertujuan  untuk  membandingkan  pola  pita  isoenzim dan  mengetahui  keanekaragaman  genetik  antar aksesi  pamelo  berbiji  dan tidak  berbiji.  Analisis  isoenzim untuk  mendeteksi  polimorfisme dilakukan dengan  cara  elektroforesis  menggunakan  lima  sistem  enzim, yaitu  esterase  (EST),  peroksidase  (PER), malat dehidrogenase (MDH), asam fosfatase (ACP) dan aspartat amino transferase (AAT). Hasil analisis komponen utama  menunjukkan  bahwa  karakter  yang  berperan  penting  dalam pengelompokan  aksesi pamelo adalah MDH (Rf 0.14 dan Rf 0.27) dan ACP (Rf 0.24 dan Rf  0.33). Tingkat kesamaan genetik aksesi pamelo berkisar antara 28.6-94.7%, dan pada koefisien kemiripan 0.53 aksesi pamelo dibedakan atas kelompok berbiji dan tidak berbiji.  Dengan demikian isoenzim dapat digunakan sebagai penanda dalam membedakan aksesi pamelo berbiji dan tidak berbiji.Kata kunci: kemiripan genetik, elektroforesis, penanda, analisis komponen utama, polimorfisme
The Effect of Apex Pruning on Vegetative and Generative Growth of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) Slamet Susanto; Titistyas Gusti Aji; Arifah Rahayu
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.885 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.3.150-156

Abstract

ABSTRACTThe  experiment  was  aimed  at  studying  the  effect  of  number  of  branch on  vegetative  and generative growth of roselle. The experiment was conducted at Cikabayan Experimental Farm from February  to June  2009. The  experiment was  arranged  in  randomized  complete  block  design with single factor and consisted  of four levels of pruning: control (without  pruning), apex pruning with 5 branches,  apex  pruning  with  10  branches,  and  apex  pruning  with 15  branches,  each  with  three replications.  The  result  indicated  that pruning  with  different  number  of  branch  gave  effect  on decreasing  on some  variables  of  vegetative  and  generative  growth  of  roselle.  Plants experienced apex pruning with 15 branches did not show any differences on number of primary stems, number of secondary  stems,  number  of  leaves, number  of  flowers,  fresh  and  dry  weight  of  calyxes,  and anthocyanin content  in  calyxes.  Plants  experienced  pruning  with  different  number  of branches tended to have higher  anthocyanin content  than  those  on  control. Generally, plants with 15 primary branches gave the best effect on both vegetative and generative growth of roselle.Keywords: Hibiscus sabdariffa L., pruning, branch, growth ABSTRAKPenelitian  ini  bertujuan  untuk  mempelajari  pengaruh  jumlah  cabang  pada pertumbuhan vegetatif dan generatif rosela. Penelitian dilaksanakan di  Kebun Percobaan Cikabayan pada bulan Februari sampai Juni 2009. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal dan  terdiri  dari  empat tingkat  pemangkasan:  kontrol  (tanpa  pemangkasan),  pemangkasan pucuk dengan  5  cabang,  pemangkasan  pucuk   dengan  10  cabang,  dan pemangkasan  pucuk   dengan  15 cabang,  masing-masing  dengan  tiga ulangan.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  pemangkasan dengan  nomor yang  berbeda  dari  cabang  memberi  efek  pada  penurunan  pada  beberapa variabel pertumbuhan vegetatif dan generatif rosela. Tanaman dengan pemangkasan pucuk pada 15 cabang tidak  menunjukkan  perbedaan  pada jumlah  batang  utama,  jumlah  sekunder  batang,  jumlah  daun, jumlah bunga,  berat  segar  dan  kering  calyxes,  dan  konten  antosianin  di  calyxes. Tanaman mengalami  pemangkasan  dengan  nomor  yang  berbeda  dari cabang  cenderung  memiliki  konten antosianin  lebih  tinggi  dibandingkan pada  kontrol.  Umumnya,  tanaman  dengan  15  cabang  utama memberikan efek terbaik pada kedua pertumbuhan vegetatif dan generatif rosela.Kata kunci: Hibiscus sabdariffa L., pemangkasan, cabang, pertumbuhan
Pemberian Larutan Hara untuk Budidaya Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) Menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) Siti Aisyah Rohmatus Sa’adah; Slamet Susanto
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.678 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.2.75-83

Abstract

ABSTRACTThe  objective  of  this  experiment  was  to  determine  the  effect  of concentration  of  nutrient solution  on  growth  and  yield  of  vetiver (Vetiveria zizanioides  (L.)  Nash)  Verina  2  variety  using Hydroponic Floating System Technology (HFST). This experiment  was  conducted in the greenhouse of Cikabayan Bawah,  Experimental Farm  IPB,  with elevation of 240 m above sea level (asl) from December 2013 until February 2014.  The experiment  was based on a  randomized complete  block design  which consisted  of two experiments: (1) a plant without root  cutting (3 replicates), (2) plants with root cutting (6 replicates), with one factor and three-levels: 200, 400, and 800 nutrient solution concentrations.  The  results  showed  that  the  concentration of  the  nutrient  solution  had  significant effect  on  plant  height, number  of tillers,  number  of  new  saplings,  shoot  dry  weight  in  plants  that have not done cutting the roots, and root fresh weight in plants that have been done cutting the roots. Treatment  of  nutrient  solution  concentration  of  200  ppm resulted  in  poor  growth  plants.  Vetiver plants grown with the provision of nutrient solution concentration between 400 to 800 ppm acquired a better canopy growth and root development, therefore HFST could be applied to the cultivation of vitiver  on  the  concentration  of  the  nutrient  solution  to produce  a  better  canopy  growth  and  root development.Key words: floating system, hydroponic, nutrient solution, vetiver ABSTRAKPenelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  pengaruh  konsentrasi  larutan hara  terhadappertumbuhan  dan  hasil  akar  wangi  (Vetiveria  zizanioides (L.) Nash)  varietas  Verina  2  dengan menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan  dari  penelitian sebelumnya  dan  dilakukan  di  rumah  kaca  Kebun  Penelitian Cikabayan Bawah IPB, dengan elevasi 240 m di atas permukaan laut (dpl) mulai dari bulan  Desember 2013 hingga  bulan  Februari  2014.  Penelitian disusun berdasarkan  rancangan kelompok  lengkap  teracak (RKLT)  yang terdiri  atas  dua  percobaan:  (1)  tanaman  tanpa  pemotongan  akar  (3 ulangan),  (2) tanaman  dengan  pemotongan akar (6 ulangan), dengan satu faktor dan tiga taraf: konsentrasi larutan hara  200,  400,  dan  800  ppm. Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  konsentrasi  larutan  hara berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan baru, dan bobot  kering tajuk pada  tanaman  tanpa  pemotongan  akar,  serta  berpengaruh  nyata terhadap bobot  basah  akar  pada tanaman  dengan  pemotongan  akar. Perlakuan  konsentrasi  larutan  hara  200  ppm  menghasilkan pertumbuhan dan  perkembangan  tanaman  yang  tidak  baik.  Tanaman  akar  wangi  yang ditanam dengan pemberian  konsentrasi  larutan  hara  antara  400  sampai 800 ppm mempunyai  pertumbuhan tajuk dan perkembangan akar tanaman yang lebih baik, oleh karena itu THST dapat diterapkan untuk budi  daya  akar  wangi pada konsentrasi  larutan  hara  tersebut  sehingga  dapat menghasilkan pertumbuhan tajuk dan perakaran yang baik.Kata kunci: sistem terapung, hidroponik, larutan hara, akar wangi
Co-Authors , Hariyadi , Hariyadi3 , Hasnam , Mukhlas , Sakhidin , Setyono . Santosa . Saputera . Strisno . Sutrisno A. S. Abidin Abdullah Bin Arif Abdullah Bin Arif Agus Purwito AHMAD JUNAEDI Ahmad Junaedi Ahmad S. Abidin Aji, Titistyas Gusti Ali Husni Ali Husni Ali Husni Ali Husni Amin Rejo Anas Dinurrohman Susila Ani Kurniawati Antik Siti Latifah Arifah Rahayu Asniwita Asniwita Atika Romalasari Bambang B. Santoso Bambang Budi Santoso Bambang Pramudya Bambang Pramudya Bambang S . Purwoko Bambang S. Purwoko Bambang Sapta Purwoko Bhayu Hartanti Dadang Dadang Dadang Hermansyah Dadang Hermansyah Deden Derajat Matra Delys Inkorisa Dewi Sukma Dewi, Iswari Saraswati Dhika Prita Hapsari DJUMALI DJUMALI DJUMALI DJUMALI, DJUMALI Dona Rustani DWI ANDREAS SANTOSA Dyah Retno Wulandari Dyah Retno Wulandari Edi Minaji Pribadi Edi Santosa Efendi, Darda Endro Priherdityo Erniawati Diningsih Erniawati Diningsih Erniawati Diningsih Evan Yonda Pratama Faqih Udin Fidya Novita Fiki, Ainun Gede Suastika GEDE SUASTIKA Gede Suastika Gede Suastika Giyanto, Giyanto Habibi, Irfan Hadi K. Purwadaria Handian Purwawangsa Hariyadi Hariyadi Harliani Sri Utami Henny Nurpa Anggriani Herik Sugeru Hermansyah, Dadang Hilda Susanti Hulu, Versi Putra Jaya I Wayan Budiastra Indriati Husain Iswari S Dewi Iswari S. Dewi Iswari Saraswati Dewi Jamhari Jamhari Karmanah, Karmanah Kartika Ning Tyas Kartika Ning Tyas Kartika Ning Tyas Ketty Suketi Kikin H Mutaqin Kosmaryadi, Nandi Kristriandiny, Oktiadewi Kudang B Seminar Kudang B. Seminar Leo Mualim M. Wahyudin Nasrulloh, M. Wahyudin Nasrulloh Matra, Deden Derajat Maya Dewi Sulistyningrum Maya Melati Moeljarno Djojomartono Moeljarno Djojomartono Moh Nailun Ni'am MOHAMMAD CHOLID MOHAMMAD CHOLID, MOHAMMAD Muhamad Ramdan Muhammad Syukur Muhammad Thamrin Nafi’ Kurniawan Natalia, Cristina Evi Neni Musyarofah Neni Musyarofah Nurul Khumaida Nurul Khumaida Oktiadewi Kristriandiny Parameswara, Yosephine Sista Pratama, Evan Yonda Priherdityo, Endro Purwoko, Bambang Sapto R. Poerwanto Raden Ajeng Diana Widyastuti Rahayu, Arifah Renaldy Susanto Resti Putri Septyani Resti Putri Septyani Retty Nurfazizah Roedhy Poerwanto Roedy Poerwanto Rustam, Rustam Rustani, Dona Sakhidin Sakhidin Salsabila, Unik Hanifah Sandra A. Aziz Sandra Arifin Azis Sandra Arifin Aziz Santosa Santosa Sintho Wahyuning Ardie Siregar, Shella Elvira Siti Aisyah Rohmatus Sa’adah Siti Mariana Widayanti SRI HENDRASTUTI HIDAYAT Sri Minten Sriani Sujiprihati Sudirman Yahya Sukma, Dewi Suroso Suroso Suryo Wiyono Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno Suyanto Kartosoewarno Thamara, Aria Titistyas Gusti Aji TRI ASMIRA DAMAYANTI Tri Muji Ermayanti Tri Muji Ermayanti Tri Muji Ermayanti Ummu Kalsum Wahyu Fikrinda Widyaswara, Muhammad Heraldi Garda Willy Bayuardi Suwarno Winarso D. Widodo Wulandari, Dyah Retno Yosephine Sista Parameswara Yudi Chadirin Yul Y Nazaruddin