Claim Missing Document
Check
Articles

Menulis Bagi Guru Sekolah Dasar di Makassar Citra Rosalyn Anwar; Farida Febriati; Dian Ismidiati Idil; Muhajir Muhajir; Nurul Septiani
DEDIKASI Vol 23, No 2 (2021): Jurnal Dedikasi
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/dedikasi.v23i2.26398

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Masyarakat- (PKM) ini adalah Guru-guru Sekolah Dasar di Kota Makassar  bekerjasama dengan FKKG Kota Makassar. Masalahnya adalah: (1) Menulis adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru Sekolah dasar  (2) Publikasi Artikel baik karya tulis ilmiah maupun artikel popular wajib bagi guru di sekolah dasar (3) Menulis dan Publikasi membutuhkan pemahaman dan latihan.  Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan mitra pendamping yang dilakukan secara luring. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pengetahuan pentingnya menulis dan publikasi karya tulis ilmiah (2) mitra mampu menulis dan mempublikasi artikel ilmiah dan populer  (3) mitra memiliki Buku berISBN kumpulan tulisan peserta. Kata kunci: Artikel, Penulisan, Guru, Makassar.
Kecakapan Digital Guru MTs Muhammadiyah Balassuka Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan Arnidah Arnidah; Citra Rosalyn Anwar
DEDIKASI Vol 23, No 2 (2021): Jurnal Dedikasi
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/dedikasi.v23i2.27798

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah Guru-guru MTs Muhammadiyah Balassuka. Masalahnya adalah: (1) Tingkat pemahaman guru dalam mengidentifikasi hoaks, disinformasi dan misinformasi (2) Pentingnya Guru menanamkan berpikir kritis (3) Menerapkan Kurikulum Tular Nalar di masa pembelajaran daring yang membutuhkan kreativitas guru. (4) Kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi. Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan mitra pendamping yang dilakukan secara luring. Hasil yang dicapai adalah (1) Guru memiliki pemahaman dalam mengidentifikasi hoaks, disinformasi, misinformasi dan malinformasi, (2) Guru mampu menanamkan pentingnya berpikir kritis (3) Penerapan Kurikulum Tular Nalar di masa pembelajaran daring dan  (4) mitra memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi. Kata kunci: Guru, Kecakapan, literasi, digital. Kurikulum, Gowa
Mahasiswa dan K-POP Dr. Citra Rosalyn Anwar
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1 No 1 (2018): Komunikasi dan Budaya Urban
Publisher : Progdi Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jkom.v1i1.12

Abstract

K-Pop adalah bagian dari K-Wave atau gelombang Korea atau Hallyu, trend ini juga sudah merebak dan berkembang di Makassar terbukti dengan fandom (fanbase) sudah ada di Makassar. Penelitian ini meletakkan fokus pada mahasiswa yang menggemari K-Pop, atau yang dikenal dengan K-Popers (diluar Drama korea ataupun penggemar keduanya). Artikel ini menampilkan hasil penelitian Konsep diri Mahasiswa K-Popers (penggemar K-POP) memaknai simbolisasi yang dibawa oleh K-Pop. Tujuannya untuk memberikan gambaran feomena K-Pop dari para mahasiswa terutama dengan gencarnya stereotype negative K-Pop di Masyarakat. Pemaknaan ini penting untuk dipaparkan sebab, label negative yang dilekatkan pada K-Pop, membuat para K-Popers terutama mahasiswa yang masih terbilang remaja, mengalami ‘pembullyan’hingga pertentangan dalam keluarga. Melalui penelitian ini ditampilkan bagaimana makna yang dimiliki oleh para mahasiswa K-Popers. Bagaimana mahasiswa memaknai Idolnya, K-Pop, dan melekatkan makna tersebut pada konsep dirinya dan bagaimana mereka menghadapi stereotype negative yang dilekatkan pada K-Pop. Pendekatan yang digunakan menggunakan penelitian kualitatif, bersandar pada paradigma konstruktivis. Subjek Kajian pada Mahasiswa K-Popers di Makassar dengan menggunakan wawancara mendalam, pengamatan dan studi literatur. Mereka menggambarkan makna K-Pop bagi mereka dan konsep diri mereka sebagai K-Popers, sehingga sangatlah tepat bila dibahas menggunakan Interaksi simbolik dari George H.Mead dan Herbert Blumer. Kata Kunci ; Makna, K-Pop, Korean Wave, Mahasiswa, Makassar, Interaksi Simbolik
Pengembangan E-Modul Sex Education sebagai penguatan pendidikan karakter pada mahasiswa Asnur Lidayni; A. Arnidah; Citra Rosalyn Anwar
Inovasi Kurikulum Vol 19, No 2 (2022): Inovasi Kurikulum, August 2022
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v19i2.45411

Abstract

The results of the initial observation of an online survey of students from the faculty of education representing the class of 2021 showed that when they hear the word sex, they are only introduced to their surroundings and get a lot of information about sex education via the internet. Of the 45 respondents from various media that were offered, they agreed that sex education could be taught through e-modules, and many did not even realize that sexual behavior reflects our character education. Researchers want to make e-modules (text, images, videos), and sex education must be equipped with character education. There has been no research on sex education as strengthening character education or in the form of E-Modules. The purpose of sexual education is not to arouse curiosity and want to try sexual relations between adolescents but to prepare adolescents about sexuality and its consequences if it is done without complying with the rules of law, religion, and customs as well as one's mental and material readiness. This development research refers to the steps of the development model S. Thiagarajan et al., 3D models, which consist of three stages: definition, design, and development. AbstrakHasil observasi awal survei online mahasiswa fakultas ilmu pendidikan perwakilan angkatan 2021 bahwa dalam mendengar kata sex hanya diperkenalkan oleh lingkungan sekitar dan banyak mendapatkan informasi mengenai sex education melalui internet. Dari 45 responden berbagai media yang ditawarkan menyetujui sex education dapat diajarkan melalui e-modul bahkan banyak yang belum menyadari bahwa perilaku seksual mencerminkan pendidikan karakter kita. Peneliti ingin membuat dalam bentuk e-modul (teks, gambar, video) dan sex education harus dilengkapi dengan pendidikan karakter dikarenakan sebelumnya belum ada membuat penelitian sex education sebagai penguatan pendidikan karakter maupun dalam bentuk E-Modul. Tujuan dari pendidikan seksual bukan untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi untuk mempersiapkan Remaja mengetahui tentang seksualitas dan konsekuensinya jika dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta mental dan materi kesiapan seseorang, Penelitian pengembangan ini mengacu pada langkah-langkah model pengembangan S. Thiagarajan, et.al., model 3D yang terdiri atas tiga tahap yaitu: pendefinisian (define), tahap Perancangan (design), dan tahap pengembangan (development).Kata Kunci: Pendidikan karakter; pendidikan seks; perguruan tinggi; sumber belajar.
Cyberbullying among teenage K-pop fans Andriani Andriani; Citra Rosalyn Anwar; Nur Fitriani Akram; Nur Aeni Alimuddin
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling Volume 6 Number 2 December 2020
Publisher : Program Studi bimbingan Konseling PPs UNM Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.638 KB) | DOI: 10.26858/jppk.v6i2.16696

Abstract

This study aims to discuss how teenage K-pop fans need a proper approach to be introduced to the forms of cyberbullying, to describe how to recognize and overcome cyberbullying, and to discuss K-pop as media literacy for K-pop fans. This study was a library research with a qualitative approach. Data were collected through questionnaire and observation. The results of observation indicated that the easy access to the internet and the unlimited use of social media have contributed to the popularity of K-pop in Indonesia. K-pop fans can easily access their idols’ songs, music videos, activities, etc. Social media, which have been widely used thanks to the convenience and affordability of internet access, have posed positive and negative impacts. One of the most alarming negative impacts of social media is cyberbullying. The results of the study showed that: 1) there were different forms of cyberbullying experienced by K-pop fans, and 2) there were different sources of cyberbullying experienced by teenage K-pop fans, including inside, internal, and external sources.
Membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui pelatihan soal-soal berbasis HOTS pada guru-guru di Kabupaten Barru Arnidah Arnidah; Citra Rosalyn Anwar
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat PROSIDING EDISI 10: SEMNAS 2020
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.252 KB)

Abstract

Abstrak. Pendidikan sebagai aktivitas belajar mengajar, esensinya terletak pada kemampuan berpikir. Berdasarkan tingkatannya, kemampuan berpikir dibedakan menjadi dua jenis yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang biasa disebut dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan kemampuan berpikir tingkat rendah yang disebut dengan Lower Order Thinking Skills (LOTS). HOTS merupakan aktivitas berpikir yang tidak sekadar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang telah diketahui, tetapi juga kemampuan mengonstruksi, memahami, dan mengubah pengalaman untuk memecahkan permasalahan. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di kabiupaten barru, pada guru-guru dengan mengenalkan soal-soal dalam bentuk HOTS unutk membangun kemampuan berpikir siswa. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk mendukung kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam hal penyusunan soal HOTS. Pendekatan yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh berupa pengamatan dan literature research yang disampaikan dalam sebuah deskripsi. Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah Guru-guru di Kabupaten Barru. Fenomenanya  adalah: (1) Pentingnya membangun kemampuan berpikir kritis pada siswa  (2) Guru memiliki peran yang sangat besar unutk membangun kemampuan berpikir pada siswa melalui soal-soal berbasis HOTS Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan mitra pendamping yang dilakukan secara daring, sebab kendala pandemi covid 19. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pengetahuan dalam menyusun soal-soal berbasis HOTS, (2) mitra mampu membangun proses pembelajaran yang menyenangkan dan  (3) mitra memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi Kata kunci: Berpikir kritis, HOTS, Guru, Ujian, Barru 
Ragam Media Presentasi bagi Guru di Sulawesi Barat Citra Rosalyn Anwar; Abdul Haling; Abdul Hakim
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat PROSIDING EDISI 10: SEMNAS 2020
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.523 KB)

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah Guru-guru di Sulawesi barat dengan bekerjasama LPMP Sulawesi Barat. Masalahnya adalah: (1) Banyaknya aplikasi unutk media presentasi  (2) membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan Media presentasi yang beragam  (3) Penggunaan teknologi di masa pembelajaran daring yang membutuhkan kreativitas  Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan mitra pendamping yang dilakukan secara daring, sebab kendala pandemi covid 19. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pengetahuan dalam membuat media presentasi yang menarik dan beragam, (2) mitra mampu membangun proses pembelajaran yang menyenangkan dan  (3) mitra memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi Kata kunci: Media, presentasi, guru, sulawesi barat, pengabdian
Media Pembelajaran Bagi Guru SMK Negeri 3 Gowa Citra Rosalyn Anwar; Arnidah Arnidah; Merrisa Monoarfa
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2022:PROSIDING EDISI 5
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Peningkatan Kompetensi guru terutama dalam penyediaan media dalam proses belajar dan pembelajaran menjadi perhatian yang sangat penting. Hal tersebut menjadi sangat dibutuhkan terutama pada masa pandemi di mana siswa dihadapkan pada tantangan untuk belajar mandiri sehingga guru diharapkan mampu menyediakan media pembelajaran yang interaktif dan menarik. Kebutuhan kompetensi tersebut sangat dibutuhkan terutama pada guru SMK Negeri 3 Gowa, bedasarkan hasil observasi awal yang menunjukkan bahwa guru-guru SMK Negeri 3 Gowa masih memerlukan kompetensi tambahan dalam merancang media pembelajaran khususnya dalam mendesain bahan ajar. Lokasi pelaksnaan pelatihan yakni SMK Negeri 3 Kabupaten Gowa. Proses Pelatihan berlangsung selama satu hari, dengan diikuti oleh 28 guru SMK Negeri 3 Gowa, sebelumnya melalui pretest untuk mengetahui kompetensi guru sebelum diadakan pelatihan dan diakhiri dengan posttest setelah pelatihan, serta menunjukkan media yang telah dibuat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selama pelatihan pembuatan media pembelajaran dilaksanakan guru-guru mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan dalam membuat dan mendesain sebuah media pembelajaran dengan menggunakan aplikasi canva. Selain itu juga diberikan informasi mengenai literasi digital dalam memngembangkan media pembelajaran terutama saat menggunakan dan mengambil berbagai materi dan informasi yang ada di internet..Kata kunci: Media Pembelajaran, Canva, Kompetensi Guru, literasi digital
Pendidik, Pelajar dan Orangtua, Ketika Kelas Berada dalam Genggaman Citra Rosalyn Anwar; Rita Gani; Andriani; Nur Fitriani Arkam
Jurnal Riset Public Relations Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Public Relations (JRPR)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpr.vi.1356

Abstract

Abstract. Studying from home has become an inevitable choice since the pandemic in early 2020. Classrooms have moved from school buildings to flat screens, both smartphones and laptops. Students, teachers, parents and schools as organizers and important parts of the teaching and learning process, they all have different sides of the story. Technological readiness has not been directly proportional to the readiness of human resources. The “Tular Nalar” Program, which offers solutions to build digital competencies and educators' critical thinking, still has several obstacles. Digital literacy is a mandatory requirement for all parents, educators, schools and students in carrying out learning process from home. This article aims to provide an overview of the teaching and learning process during a pandemic, tular nalar’s role, technology’s role as a new classroom and digital literacy as a necessity for activities in cyberspace. Parents’ readiness is not only in terms of providing learning tools but also understanding devices’ function to complete their position as children’s learning companion at home. On the other hand, educators are also expected to have sensitivity in choosing the most suitable application for each lesson and student's abilities, as well as sufficient digital literacy competence to run maya classes. This article is based on a literature search as a reference and field observations and interviews conducted during the pandemic and the process of “Tular Nalar” program for educators. This article shows the unpreparedness of various parties in carrying out learning from home, both the readiness of infrastructure (networks and devices) and learning tools. Readiness to use available learning applications, and limited digital literacy. Abstrak. Belajar dari rumah menjadi pilihan yang tidak terelakkan sejak pandemi awal tahun 2020. Ruang kelas berpindah dari gedung sekolah ke layar datar baik telepon selular maupun laptop. Siswa, guru, orangtua dan sekolah sebagai penyelenggara dan bagian penting dalam proses belajar mengajar, memiliki sisi cerita yang berbeda. Kesiapan Teknologi belum berbanding lurus dengan kesiapan sumber daya manusia. Program Tular nalar yang menawarkan solusi untuk membangun kompetensi digital dan berpikir kritis pendidik, masih memiliki beberapa kendala. Literasi digital menjadi syarat wajib bagi semua pihak orangtua, pendidik, sekolah dan anak dalam menjalankan proses belajar dari rumah. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran proses belajar mengajar di masa pandemi, peran tular nalar, peran teknologi sebagai ruang kelas baru dan literasi digital sebagai sebuah keharusan beraktivitas di dunia maya. Kesiapan orangtua tidak hanya dari sisi penyediaan perangkat pembelajaran tapi pemahaman penggunaan perangkat hingga posisi sebagai pendamping belajar anak di rumah. Sebaliknya pendidik juga diminta memiliki kepekaan memilih aplikasi yang paling sesuai untuk setiap pelajaran dan kemampuan siswa, serta kompetensi literasi digital yang cukup untuk menjalankan kelas dunia maya. Artikel ini berdasarkan pada penelusuran kepustakaan sebagai referensi dan pengamatan lapangan dan wawancara yang dilakukan selama masa pandemi dan proses berjalannya program tular nalar pada pendidik. Artikel ini menunjukkan ketidaksiapan berbagai pihak dalam menjalankan belajar dari rumah, baik kesiapan dari infrastuktur (jaringan dan perangkat) maupun alat belajar. kesiapan penggunaan aplikasi pembelajaran yang tersedia, serta literasi digital yang masih terbatas,
Nyaman dan Aman ketika Bermain di Ruang Digital Rita Gani; Citra Rosalyn Anwar
Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital Volume 2, No. 2, Desember 2022 Jurnal Riset Jurnalistik dan Media Digital (JRJMD)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrjmd.v2i2.1365

Abstract

Abstract. The digital space promises a lot of "toys" for human life today, especially since 2020 when the Covid 19 pandemic hit the country because many activities have shifted to the virtual world, which relies on the internet network. The development of internet penetration in the country figures shows a significant number to prove the current high internet users. The We Are Social Hootsuite data released last January 2021 revealed that currently there are around 274.9 million internet users in Indonesia, and 170 million people are media users, social. However, not all internet users behave well in the digital world and do not even have the critical power to choose what to share in the public sphere. This lack of awareness has led to many crimes in the digital world, in some cases due to uploading personal data in public spaces such as social media. Therefore, it is necessary to protect personal data and other digital, because it is part of the concept of Empowering the Internet that is one of the themes of the Contagious Reason Program. With a descriptive method that emphasizes the process of data exposure and observation, this paper can be part of the knowledge of internet users, especially regarding the protection of personal data. Abstrak. Ruang digital menjanjikan banyak “mainan” untuk kehidupan manusia saat ini, terutama semenjak tahun 2020 lalu saat pandemic Covid 19 melanda negeri, karena banyak aktivitas yang berpindah ke dunia virtual, yang mengandalkan jaringan internet. Perkembangan angka penetrasi internet di tanah airpun menunjukkan angka yang signifikan untuk membuktikan tingginya pengguna internet saat ini setidaknya data hotsuit we are social yang dirilis Januari 2021 lalu mengungkap bahwa saat ini ada sekitar 274,9 juta pengguna internet di Indonesia dan 170 juta jiwa merupakan pengguna media sosial. Namun tidak semua pengguna internet berperilaku baik di dunia digital, bahkan tidak mempunyai daya kritis untuk memilih apa saja yang harus dibagikan di ruang publik. Kurangnya kesadaran ini memicubanyaknya tindak kejahatan di dunia digital, beberapa kasus karena unggahan data pribadi di ruang publik seperti media sosial. Karena itu, melindungi data pribadi dan data digital lainnya menjadi perlu dilakukan, karena bagian dari konsep Berdaya Internet yang menjadi salah satu tema dari Program Tular Nalar. Dengan metode deskriptif yang menekankan pada proses paparan data dan pengamatan, maka tulisan ini bisa menjadi bagian pengetahuan dari pengguna internet, khususnya terkait perlindungan data pribadi.