Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik, pengalaman memimpin, kondisi fisik dan psikologis, serta kesejahteraan dan dukungan institusional wasit sepak bola di Aceh sebagai dasar pengembangan standar perwasitan. Metode yang digunakan adalah kombinasi pendekatan kuantitatif deskriptif melalui survei terhadap 60 wasit aktif berlisensi C1, serta pendekatan kualitatif melalui wawancara dengan komite wasit di beberapa kabupaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara demografis mayoritas wasit berusia produktif, berpendidikan menengah hingga diploma, dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari aspek pengalaman, sebagian besar responden (85%) berada pada kategori cukup, sementara hanya sebagian kecil yang masuk kategori baik. Kondisi fisik dan psikologis mayoritas juga berada pada tingkat cukup (78,3%), dengan hanya 21,7% pada kategori baik. Aspek kesejahteraan dan dukungan institusional sebagian besar dinilai cukup (56,7%), disusul kategori baik dan kurang dengan proporsi yang sama (21,7%). Temuan kualitatif menegaskan bahwa keterbatasan pelatihan berkelanjutan, ketidakmerataan rotasi penugasan, tekanan sosial dan psikologis, honorarium rendah, serta minimnya fasilitas evaluasi menjadi faktor dominan yang memengaruhi kualitas wasit. Simpulan penelitian ini menekankan bahwa mayoritas wasit sepak bola di Aceh berada pada tingkat kompetensi menengah, sehingga diperlukan strategi pembinaan yang lebih komprehensif melalui program peningkatan kebugaran fisik, pelatihan mental, perbaikan sistem rotasi penugasan, serta penguatan kesejahteraan dan dukungan kelembagaan. Upaya tersebut menjadi prasyarat penting dalam merancang standar perwasitan yang profesional dan berkelanjutan di Aceh.