Ilmu etnobotani sangat besar manfaatnya, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan mangrove. Etnobotani berkembang dari pengumpulan 2 informasi, jenis-jenis dan nama lokal dari tumbuhan hingga manfaat tertentu yang ada pada masyarakat. Selain itu dalam etnobotani juga mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat nagari pulubang memanfaatkan tumbuhan mangrove dalam kehidupan seharihari. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan analisis deskriptif. Data primer dikumpulkan melalui observasi dan teknik wawancara semi-terstruktur, hasil dari wawancara terdapat beberapa spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat, 11 spesies dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat seperti Sonneratia caseolaris, Nypa fruticans, Acanthus ebracteatus, Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Hibiscus tiliaceus, Pandanus tectorius, Melastoma candidum, Calophyllum inophyllum, Morinda citrifolia, Wedelia biflora, 4 spesies dapat dikonsumsi seperti Sonneratia caseolaris, Nypa frutican, Melastoma candidum, Ardisia elliptic, 8 spesies dimanfaatkan sebagai keperluan lainnya seperti Nypa fruticans, Derris trifolia, Dolichandrone spathacea, Pandanus tectorius, Cerbera manghas, Glochidion littorale, Calophyllum inophyllum, Flagellaria indica. 4 spesies terdata mempunyai manfaat ganda seperti Sonneratia caseolaris, Nypa fruticans, Melastoma candidum, Calophyllum inophyllum. presentase pemanfaatan mangrove sebagai obat sebesar 48%, pemanfaatan mangrove sebagai kerajinan dan ekonomi sebesar 35%, dan pemanfaatan mangrove sebagai pangan yaitu sebesar 17%.