Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Hubungan Akses Media Sosial oleh Ibu dengan Cakupan Imunisasi Dasar pada Balita di Indonesia (Analisa Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Nufus, Hayatun; Abdullah, Asnawi; Zakaria, Radhiah
NASUWAKES: Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol. 13 No. 2 (2020): Nopember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2017 masih terdapat 6% anak belum pernah mendapatkan imunisasi dasar di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya informasi tentang imunisasi. Salah satu informasi yang mudah diakses saat ini adalah sosial media, dimana hampir 77,6% wanita di Indonesia mengakses media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan akses media sosial oleh ibu terhadap cakupan imunisasi dasar pada balita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan desain Cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 49.627 Wanita Usia Subur usia 15-49 tahun dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 18.562 wanita usia subur usia 15-49 tahun yang memiliki balita dan sudah pernah menikah. Unit analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mendapatkan imunisasi lengkap 43,43% dan ibu yang pernah mengakses media sosial 57,32%, dari hasil analisa bivariat terdapat hubungan yang signifikan antara akses sosial media oleh ibu dengan cakupan imunisasi dasar pada balita (OR=1,51, 95% CI=1,42-1,60, P Value=0,0001), artinya ibu yang tidak pernah mengakses sosial media memiliki peluang 1,51 kali untuk tidak lengkap cakupan imunisasi dasar pada balita dibandingkan dengan ibu yang pernah akses sosial media. Akses sosial media oleh ibu memiliki pengaruh positif terhadap cakupan imunisasi dasar balita, dimana ibu yang pernah akses media sosial memiliki peluang 1,51 kali untuk kelengkapan imunisasi dasar pada balita. Maka diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan evaluasi dan monitoring informasi negatif terkait imunisasi yang ada di media sosial, sehingga dapat mengurangi persepsi negatif masyarakat tentang imunisasi.
Analysis of Determinants of Bullying Tendencies among Urban and Rural Adolescents Mushaddiq, Muhammad; Abdullah, Asnawi; Fahdhienie, Farrah; Marthoenis, Marthoenis; Zakaria, Radhiah
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 5 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i5.6772

Abstract

Bullying is a serious issue that threatens adolescent mental health and shows a high prevalence in Indonesia. This behavior is influenced by various internal and external factors, yet few studies have comprehensively compared bullying tendencies between adolescents in urban and rural settings. Objective: This study aims to analyze the main determinants influencing bullying tendencies among adolescents aged 12–15 years and to examine interregional differences. A quantitative approach with a cross-sectional design was used. A total of 167 students were selected through cluster random sampling from SMP Negeri 1 Banda Aceh and MTsN 6 Montasik. Data were analyzed using logistic regression and multinomial logistic regression tests. The results showed that parenting style, gender, and self-esteem were significantly associated with bullying tendencies. Authoritarian parenting showed the highest influence (Odds Ratio [OR] = 13.78; p = 0.001), followed by permissive parenting (OR = 6.15; p = 0.043), and self-esteem (OR = 8.81; p = 0.001). Gender also contributed, with males having a higher tendency to engage in bullying than females (OR = 2.54; p = 0.085). In contrast, ethnicity, socioeconomic status, nutritional status (BMI), social skills and popularity, and academic achievement showed no statistically significant associations. The study also found that students in MTsN 6 Montasik (rural area) had higher bullying behavior (25.61%) compared to those in SMP Negeri 1 Banda Aceh (urban area) at 12.94%. These findings affirm the importance of appropriate parenting, healthy self-esteem, and sensitivity to gender differences as key elements in bullying prevention efforts.
EVALUASI PROGRAM HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIRAIT, SAMOSIR: STUDI LOGIC MODEL TAHUN 2022-2024 Karsa, Muhammad Ghifari; Marhamah, Marhamah; Nana Wildana; Baharuddin, Dharina; Zakaria, Radhiah
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48925

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang dikenal sebagai silent killer karena gejalanya sering tidak disadari, namun berisiko menimbulkan komplikasi berat. Di Indonesia, prevalensi hipertensi meningkat signifikan setiap tahun, termasuk di Kabupaten Samosir. Metode: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program hipertensi di Puskesmas Sirait menggunakan pendekatan logic model, menilai efektivitas, mengidentifikasi kendala, serta memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan desain evaluasi deskriptif dengan pendekatan campuran. Data dikumpulkan dari laporan tahunan program hipertensi tahun 2022–2024, wawancara kepada penanggung jawab program, serta observasi langsung. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil: Penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sirait mencapai 15–29%, namun cakupan layanan hanya 15,26–25,40%. Terdapat kendala dalam ketersediaan SDM, alokasi anggaran, keterbatasan pelatihan, serta belum optimalnya distribusi dan edukasi. Tidak terdapat data pasti mengenai kepatuhan terapi, perubahan gaya hidup, dan penurunan tekanan darah. Outcome dan impact program belum menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan prevalensi dan komplikasi yang terus meningkat. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program hipertensi di Puskesmas Sirait telah berjalan, namun belum efektif dalam menurunkan prevalensi dan meningkatkan capaian layanan. Diperlukan evaluasi berkala, pendataan lebih rinci, peningkatan SDM, serta integrasi pelayanan dan edukasi berbasis komunitas untuk meningkatkan efektivitas program. Kata kunci: Evaluasi program, hipertensi, model logika ABSTRACT Background: Hypertension is a global health issue known as a silent killer due to its often unnoticed symptoms, which can lead to severe complications. In Indonesia, the prevalence of hypertension has significantly increased annually, including in Samosir Regency. Method: This study aims to evaluate the implementation of the hypertension program at Puskesmas Sirait using a logic model approach, assess its effectiveness, identify obstacles, and provide recommendations for improvement. This research employed a descriptive evaluation design with a mixed-method approach. Data were collected from annual hypertension program reports from 2022 to 2024, interviews with the program officer, and direct observations. Data analysis was conducted descriptively using both quantitative and qualitative methods. Results: Showed that hypertension prevalence in the working area of Puskesmas Sirait reached 15–29%, but service coverage only ranged from 15.26–25.40%. Constraints were identified in human resources, budget allocation, limited training, and suboptimal distribution and education efforts. No specific data were available regarding treatment adherence, lifestyle changes, or blood pressure reduction. Program outcomes and impacts have not yielded satisfactory results, with both prevalence and complications continuing to increase. Conclusion: The hypertension program at Puskesmas Sirait has been implemented, it has not yet been effective in reducing prevalence and improving service coverage. Periodic evaluations, detailed data recording, increased human resources, and community-based integrated services and education are needed to improve program effectiveness. Keywords: Hypertension, logic model, program evaluation
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA USIA 30-40 TAHUN DI PUSKESMAS TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN Yandira, Nabilla; Zakaria, Radhiah; Wardiati, Wardiati
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49137

Abstract

Penyakit tidak menular sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan serius di usia 30-40 tahun akibat perubahan metabolisme dan gaya hidup. DM dapat memicu komplikasi berat seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, gangren, dan stroke. Tujuan Penelitian mengetahui faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada usia 30-40 tahun di Wilayah Kerja Pusksmas Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM usia 30-40 tahun yang tercatat di Pusksmas Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 125 orang. Pengambilan sampel menggunakan random sampling diperoleh sampel kasus sebanyak 56 sampel dan sampel control sebanyak 56 sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui wawancara. Analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian univariat diperoleh 50% responden risiko DM, 50% pasien tidak risiko DM, 65,2% pola makan baik, 64,3% tidak ada riwayat DM keluarga, 56,3% aktifitas fisik sedang dan 52,7% status gizi normal. Secara bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan pola makan (P = 0,047 ; OR= 2,477)  dengan kejadian risiko DM pada usia 30-40 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga  (P = 0,069 ; OR= 2,268), aktifitas fisik (P = 0,080 ; OR= 1,855) dan status gizi (P = 0,084; OR= 0,2,204) dengan kejadian risiko DM pada usia 30-40 tahun di Wilayah Kerja Pusksmas Tapaktuan. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor yang memiliki risiko DM adalah variabel pola makan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan tahun 2023.
Analysis of the Relationship Between Environmental Health Factors and Stunting Incidence in Indonesia Ismardiani, Yossi; Ichwansyah, Fahmi; Ahmad, Aripin; Abdullah, Asnawi; Zakaria, Radhiah
Jurnal Ners Vol. 9 No. 4 (2025): OKTOBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i4.48960

Abstract

Indonesia ranks fifth globally in stunting prevalence, with approximately 30.8% or 23 million children affected. Stunting can impair physical growth, brain development, metabolism, and intelligence, thereby reducing the quality of Indonesia’s human resources. One of the key contributing factors is poor nutrition, which is closely linked to inadequate access to safe drinking water and poor sanitation. This study aimed to analyze the relationship between environmental health factors and stunting in Indonesia using secondary data from the Indonesian Health Profile (2015–2020), covering all 34 provinces. The research applied a descriptive-analytic approach with a cross-sectional design and quantitative analysis using linear regression. The analysis included three models: (1) unadjusted, (2) adjusted for year and province, and (3) adjusted for year, province, poverty, and HDI. The findings showed that the national stunting rate declined from 22.76% in 2015 to 12.70% in 2020, with East Nusa Tenggara (NTT) consistently reporting the highest rates. Bivariate analysis revealed that access to safe drinking water, proper sanitation, community-based sanitation (STBM), TPM compliance, poverty, adequate housing, and HDI were significantly associated with stunting (p < 0.05). After adjusting for confounders, the most influential variables were access to safe drinking water, TPM compliance, and adequate housing. Among these, access to safe drinking water explained the highest variation in stunting rates (21.08%). These results suggest that environmental health—particularly clean water access, food hygiene, and proper housing—plays a crucial role in addressing stunting. Therefore, strengthening basic infrastructure and promoting clean and healthy living behavior (PHBS) are essential for stunting prevention in Indonesia.Keywords: Stunting, Safe Drinking Water, Sanitation, Environmental Health, Linear Regression.
Peningkatan Pengetahuan Lansia Dengan Edukasi Gizi Penyakit Hipertensi Yuliana, Yesi; Iqbal, Muhammad; Achmad, Asmawati; Zakaria, Radhiah
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1: November 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v5i1.10720

Abstract

Lansia termasuk kelompok umur yang rentan dan berisiko tinggi mengalami berbagai gangguan kesehatan seiring bertambahnya usia. Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia adalah hipertensi, yang erat kaitannya dengan pola makan yang kurang teratur dan seimbang. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman lansia tentang hipertensi serta pentingnya menjaga pola makan yang sehat melalui edukasi dan penyuluhan Kegiatan ini diikuti oleh 24 orang lansia, yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan (87,5%) dan mayoritas berusia di atas 50 tahun (62,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan, lebih dari setengah peserta telah menyelesaikan pendidikan tingkat SMP (58,3%). Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan sebagian besar peserta berada pada kategori prahipertensi (54,2%) dan hipertensi (29,1%), sedangkan hanya sebagian kecil yang memiliki tekanan darah normal (16,7%). Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan setelah edukasi. Sebelum edukasi, sebagian besar peserta memiliki pengetahuan rendah (41,7%) dan sedang (33,3%), sedangkan yang memiliki pengetahuan tinggi hanya 25,0%. Setelah edukasi kesehatan, proporsi peserta dengan pengetahuan tinggi naik menjadi 54,1% sedangkan kategori rendah menurun menjadi 16,7%. Temuan ini membuktikan bahwa pemberian edukasi kesehatan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan lansia mengenai pola makan yang mendukung upaya pencegahan hipertensi.