Claim Missing Document
Check
Articles

PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH Rukiyati Rukiyati
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 17, No 1 (2017): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v17i1.23119

Abstract

Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untukmembangun generasi bangsa yang berkualitas. Walaupun peran utama untuk mendidikmoral anak adalah di tangan orang tua mereka, guru di sekolah juga berperan besar untukmewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah, dan masyarakatbersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baiksekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulahtujuan utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral disekolah harus dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi,metode, dan evaluasi sehingga hasilnya diharapkan akan optimal. Moral education in schools needs to be carried out seriously to build a qualitygeneration of the nation. Although the main role of educating children's morals is in thehands of their parents, teachers in schools also play a major role in realizing the moral ofthe students they should be. Families, schools, and communities are jointly responsible foreducating young people to be morally good and intellectually smart so that they excel as ahuman being. That is the main purpose of education as stated by Aristotle. Moraleducation in schools must be designed comprehensively covering various aspects, namely:educators, materials, methods, and evaluations so that the results are expected to beoptimal.
PERCIKAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN HUMANIS RELIGIUS Rukiyati - -
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 13, No 1 (2013): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v13i1.3325

Abstract

Abstrak : Terminologi pendidikan humanis religius diperkenalkan akhir-akhir inisebagai konsep pendidikan yang menarik dibincangkan lebih lanjut, setidaknyakarena dipandang sesuai dengan dasar falsafah pendidikan di Indonesia: Pancasila.Walaupun demikian, secara konseptual belum banyak ahli yang membahasnya.Penjernihan konsep pendidikan humanis religius perlu dilakukan sebagai upayamerumuskan teori pendidikan yang khas Indonesia. Merujuk pada tujuan pendidikannasional, dapat diketahui bahwa pendidikan di Indonesia sedikit banyak dilandasioleh konsep pendidikan humanis religius. Pemaparan lebih lanjut merupakanpercikan pemikiran penulis dengan metode analisis-sintesis mencoba menarikmakna yang terkandung di dalam konsep pendidikan humanis religius, dan landasanontologis yang mendasarinya. Di samping itu, juga dilakukan refleksi atas fenomenapendidikan yang terjadi di Yogyakarta dilihat dari perspektif pendidikan humanisreligius.Kata kunci: Refleksi Pemikiran, Pendidikan, Humanis-Religius.
Tujuan pendidikan nasional dalam perspektif Pancasila Rukiyati Rukiyati
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19, No 1 (2019): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v19i1.30160

Abstract

The educational objectives contained in Act Number 20 of 2003 concerning theNational Education System in Indonesia is to develop multidimensional and holistichuman nature. The relationship between the components of the goal as an integral wholeand there is a hierarchy of values in the achievement of goals. The natural aspects ofhumanity are seen as a potential that needs to be developed so that humans reach personalqualities as human beings who have noble character, both when dealing with the Creatorin terms of faith and piety (believe in one God) and when dealing with fellow creatures inworld life (humanity, unity, democracy, and social justice). The purpose of education isactually the values of Pancasila in another formulation because, in fact, the foundation ofIndonesia's national education philosophy is Pancasila.
Front Rukiyati Rukiyati
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 17, No 1 (2017): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v17i1.23118

Abstract

Halaman Judul, susunan redaksi, kata pengantar, daftar isi
LANDASAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA Rukiyati Rukiyati
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 12, No 1 (2012): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v12i1.3651

Abstract

Pendidikan multikultural adalah sebuah ide, pendekatan untuk perbaikan sekolah dan gerakan kesetaraan, keadilan sosial  dan demokrasi. Pendidikan multikultural menekankan komponen dan kelompok budaya yang beragam, tetapi dapat dibangun konsensus berupa penghargaan pada prinsip-prinsip utama, konsep-konsep dan tujuan. Tujuan utama pendidikan multikultural adalah untuk merestrukturisasi sekolah sehingga semua siswa memperoleh pengetahuan, sikap  dan keahlian yang dibutuhkan dalam memfungsikan bangsa dan dunia yang secara etnis dan ras berbeda. Kata kunci: pendidikan multikultural, sekolah.
Penanaman nilai-nilai moral melalui kegiatan bercerita pada anak usia 5 tahun Narendradewi Kusumastuti; R. Rukiyati
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 5, No 2 (2017): December
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.118 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v5i2.14830

Abstract

Penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang proses penanaman nilai-nilai moral melalui kegiatan bercerita di RA Plus Darussalam Bojonegoro, meliputi: (1) nilai-nilai moral yang ditanamkan; (2) pelaksanaan; (3) faktor penghambat dan faktor pendukung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Subjek penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru, dan anak. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah (1) nilai-nilai moral yang ditanamkan religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatifitas, kemandirian, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab; (2) proses terdiri dari (a) adanya perencanaan sebelum kegiatan bercerita yang tertuang dalam bentuk RPPM dan RPPH; (b) media yang digunakan buku pilar, buku cerita, boneka tangan, menggambar menggunakan spidol, dan video; (c) evaluasi yang digunakan penilaian formatif yaitu observasi (pengamatan), percakapan, dan unjuk kerja; (d) hasilnya adalah pengetahuan anak menjadi lebih luas, anak bisa membedakan baik buruk, anak menceritakan kembali isi cerita, perilaku anak setelah dibacakan cerita menjadi baik mencontoh dari cerita yang sebelumnya disampaikan guru; (3) faktor penghambat yaitu keras lemahnya dan tinggi nada suara saat guru bercerita belum terlihat, kekayaan bahasa yang dimiliki guru masih kurang, adanya dua kelas yang dijadikan satu; (4) faktor pendukungyaitu anak mendapatkan cerita dari rumah, guru diberikan berbagai macam pelatihan termasuk pelatihan mendongeng, tersedianya berbagai macam buku cerita, perilaku guru menjadi teladan yang baik bagi anak.Kata kunci: moral, bercerita, anak usia dini  CULTIVATING MORAL VALUES THROUGH STORYTELLING ACTIVITYAbstractThis study aimed to describe the cultivation of moral values through storytelling in RA Plus Darussalam Bojonegoro, including: (1) the moral values inculcated; (2) implementation; (3) inhibiting factors and supporting factors.This research is a qualitative case study. The subjects of this study consisted of principals, teachers, and children. The collection of data is through observation, interviews, and documentation.The results of research moral values inculcated (1) religious, honesty, tolerance, discipline, hard work, creativity, independence, democratic, curiosity, respect for the achievements, friendly/communicative, love peace, likes to read, care for the environment, social care, responsibility; (2)the process consists of (a) there is availability of planning before telling a story in the forms of RPPM and RPPH; (b) the implementation tells the media used there are five kindspillars book, story books, puppets, drawing using markers, and video; (c) evaluation used is formative assessment, that is observation, conversation, and performance;(d)The result of the planting of moral values through the activity of storytelling is the knowledge of the child becomes more widespread, the child differentiate good bad, the children recount the contents of the story, the child's behavior after being read the story to be well modeled from the previous story submitted by the teacher;(3) inhibiting factors include loud weakness and high tone of voice when the teacher told the story has not been seen, the richness of the language owned by the teacher is still lacking and just reading the book only; the existence of two classes that are combined into one; (4) the supporting factorschildren get stories from home, the teachers have been given a wide range of training including training of storytelling, the availability of various story books; (d) the behavior of the teachers in being a good example for the children.Keywords: moral, storytelling, early childhood
Pembelajaran ethnosciences di era revolusi industri 4.0 sebagai pemacu Higher Order Thinking Skills (HOTS) Ani Widyawati; Siti Irene Astuti Dwiningrum; Rukiyati Rukiyati
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 9, No 1 (2021): June
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jppfa.v9i1.38049

Abstract

Pembelajaran di era industri 4.0 menuntut siswa agar mampu memiliki ketrampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif dalam perilaku hidup sehari-hari. Keempat kemampuan tersebut membutuhkan proses berpikir tingkat tinggi (HOTS) yang menjadi bagian dari ketrampilan abad ke-21. Ketrampilan abad ke-21 ini membutuhkan adanya proses berlatih yang teratur dengan materi yang kontekstual. Pembelajaran yang mengajak siswa belajar dari kondisi real di lingkungan dan diajak untuk mampu menyelesaikan masalah yang terjadi. Penelitian ini bersifat library research dengan metode analisis kualitatif deskriptif. Tahapan penelitian diawali dengan mengumpulkan artikel ilmiah yang relevan berdasarkan kedekatan topik yang terbita dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang selanjutnya akan dikaji dan dianalisis. Tujuan penelitian ini untuk mengupas tentang pembelajaran etnosains dalam kaitannya untuk melatihkan ketrampilan berpikir tingkkat tinggi pada peserta didik. Hasil kajian literasi diperoleh bahwa etnosains sangat sesuai diterapkan di era revolusi industri 4.0 yang harus menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka dengan tetap mengkaji budaya masyarakat yang bersifat ilmiah. Etnosains dapat meningkatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi untuk sukses menghadapi kemajuan dunia di abad ke-21.AbstractLearning in the industrial era 4.0 requires students to have critical, creative, communicative, and collaborative thinking skills in their daily life behavior. These four skills are skills that need higher-order thinking processes (HOTS) which are part of 21st-century skills. These 21st-century skills require regular practice processes with contextual material. Learning invites students to learn from actual conditions in the environment and is invited to be able to solve problems that occur. This research is library research with a descriptive qualitative analysis method. The research stage begins with collecting relevant scientific articles based on the proximity of the topics published in the last ten years, which will then be studied and analyzed. This study aims to explore ethnoscience learning about practicing high-level thinking skills in students. The results of the literacy study show that ethnoscience is very suitable to be applied in the era of the industrial revolution 4.0, which must produce meaningful learning and facilitate students to construct their knowledge while still studying the scientific culture of society. Ethnoscience can improve higher-order thinking skills to successfully face the progress of the world in the 21st century.
PERANAN PENDIDIKAN BAGI PENGEMBANGAN PERADABAN DALAM PANDANGAN FUKUZAWA YUKICHI Rukiyati Rukiyati
Jurnal Kependidikan Vol 30, No 1: Edisi Dies 2000
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8847.514 KB) | DOI: 10.21831/jk.v30i1.19446

Abstract

The study was designed to describe the philosophical concept of education according ta Fukuzawa, especially his thought about the role of education  for  development of civilization. This study was a library research by high lighting a concept  from  a prominent  The data consisted of both the primary and secondary data. The primary data were Fulauawa's writing taken from  figure. this three boola: An Encouragement of Learning; Fulanawa Yudchi on Education: elected Worla; and An Outline of a Theory of Civilization. Secondary data were taken  from others expert's worlcs qbout Fuhtzawa. The method of this study was the philosophical hermeneutic method with interpretation, holistic, descriptive elements. The conclusion of this study are: (I) the role of education according to Fulauawa is the main way to reach the civilized of modern societli (2) the civilization spirit in identified by Fulauawa as the spirit to pursue and appreciate lmowledge and science and to realize virtue's value.
THE DIFFUSION OF VALUE EDUCATION MODEL IN EARLY CHILDHOOD THROUGH TRADITIONAL SONGS AND GAMES Mami Hajaroh; Rukiyati Rukiyati; Joko Pamungkas
Jurnal Kependidikan Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.508 KB) | DOI: 10.21831/jk.v3i1.21385

Abstract

This study was aimed at diffusing the value education model through traditional songs and games for kindergarten teachers in Yogyakarta. This model is an early childhood learning innovation for value education. Diffusion research is a study to disseminate models to teachers; therefore the research subjects were kindergarten teachers. The subject of this study in Kindergarten Schools in DIY included 15 kindergarten schools in Bantul, Sleman, Kulonprogo, Bantul and Yogyakarta city regencies involving 32 teachers. The data were gathered using focus group discussions and questionnaires. The data then analyzed using mixed descriptive qualitative and quantitative methods. This study proves that the model of value education in early childhood through traditional songs and games has five characteristics as innovations which have the advantages of relative, compatibility, complexity, can be tested and can be observed. In addition, in the process of disseminating to the teacher through five stages of diffusion, namely: knowledge, persuasion, decision, implementation, and confirmation. Teachers also tend to use traditional songs and games to inculcate religious values which are the school's peculiarities.DIFUSI MODEL PENDIDIKAN NILAI PADA ANAK USIA DINI MELALUI LAGU DAN PERMAINAN TRADISIONALPenelitian ini bertujuan untuk mendifusikan model pendidikan nilai melalui lagu dan permainan (dolanan) tradisional pada guru taman kanak-kanak ‘Aisyiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Model ini merupakan inovasi pembelajaran anak usia dini untuk pendidikan nilai. Penelitian difusi merupakan penelitian untuk menyebarluaskan model kepada para guru; oleh karena itu subyek penelitian adalah guru taman kanak-kanak. Subjek penelitian ini di Sekolah Taman Kanak-kanak di DIY meliputi 15 sekolah Taman-Kanak-kanak di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo, Bantul dan Kota Yogyakarta melibatkan 32 orang guru. Pengumpulan data menggunakan focus group discussion dan kuisioner. Analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini membuktikan bahwa model pendidikan nilai pada anak usia dini melalui lagu dan dolanan memiliki lima karakterisik sebagai inovasi yakni memiliki keunggulan relative, kompatibilitas, kompleksitas, dapat diujicoba dan dapat diamati. Selain itu dalam proses penyebarluasan kepada guru melewati lima tahap difusi yakni: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Guru juga cenderung menggunakan lagu dan permainan tradisional untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang merupakan kekhasan sekolah.
KEBIJAKAN SISTEM ZONASI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN Gunarti Ika Pradewi; Rukiyati Rukiyati
JMSP (Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan) Vol 4, No 1 (2019): Vol. 4 No. 1 November 2019
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um025v4i12019p028

Abstract

Abstract: The purpose of this study was to find out about school attendance zones system policies in the educational perspective in Indonesia. This is a qualitative research using phenomenology method. The perspective in this study is the perspective of teachers and principals from a favorite and unfavorite school. The results of the study show the perspectives of the teachers and principals about school attendance zones are: (1) facilitating access to education services; (2) equalizing school quality; (3) reducing school quality; (4) it is not suitable at high school level; ( 5) restricting students from choosing schools; (6) zoning policies must be accompanied by equal distribution of educational facilities and infrastructure; and (7) damaging diversity. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tentang kebijakan sistem zonasi dalam perspektif pendidikan di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, metode fenomenologi. Perspektif yang diangkat ialah perspektif guru dan kepala sekolah dari SMA favorit dan tidak favorit. Hasil penelitian menunjukkan perspektif para guru dan kepala sekolah tentang zonasi meliputi: (1) zonasi memudahkan akses layanan pendidikan; (2) zonasi memeratakan kualitas sekolah; (3) zonasi menurunkan kualitas sekolah; (4) zonasi tidak cocok ditetapkan di tingkat SMA; (5) sistem zonasi membatasi siswa memilih sekolah; (6) kebijakan zonasi harus disertai pemerataan sarana dan prasarana pendidikan; dan (7) zonasi merusak kebhinekaan.