Claim Missing Document
Check
Articles

Correlation of Water Quality Against Prevalence of Ectoparasites in Tilapia (Oreochromis niloticus) in the Floating Net Cages Urban Farming Program in Surabaya, East Java Cintia Larasati; Gunanti Mahasri; Kusnoto kusnoto
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 No. 1 (2020): FEBRUARY
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.164 KB) | DOI: 10.20473/jmcs.v9i1.20756

Abstract

The main obstacle to the cultivation of tilapia (Oreochromis niloticus) in the KJA Urban Farming Program in Surabaya is unstable water quality. This is because the reservoirs and bozem used are waters whose water quality depends on the water source so that if the environment experiences a decrease in water quality, the activity of disease agents such as parasites will increase and the health condition of fish will decrease. This condition allows fish to be more susceptible to ectoparasite infestations. This study aims to determine the correlation of water quality with the prevalence of ectoparasites in tilapia in the KJA Urban Farming Program in Surabaya. The method used is a survey method. The results of measurements of water quality parameters indicate that the temperature ranges between 29-30C, pH 7-8.5, brightness 18-30 cm, dissolved oxygen 4.8-5.3 mg / l, nitrite <0.043-2.213 mg / l, nitrate <0.008-7.781 mg / l and ammonia 0.063-0.35 mg / l. The results of the average prevalence of Trichodina ectoparasites were 73.85% and Dactylogyrus ectoparasites were 2.85%. There is a positive correlation between temperature, pH, nitrate, nitrite with the prevalence of Trichodina, and temperature, pH, and nitrate with the prevalence of Dactylogyrus. There is a negative correlation between brightness, dissolved oxygen and ammonia with the prevalence of Trichodina, and brightness, nitrite, dissolved oxygen, and ammonia with the prevalence of Dactylogyrus.
Analysis Critical Control Point (CCP) in Frozen Surimi Production in PT. Bintang Karya Laut, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah Nur Fais; Gunanti Mahasri
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 8 No. 3 (2019): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.42 KB) | DOI: 10.20473/jmcs.v8i3.21159

Abstract

Indonesia has vast water area (5,8 million km2) as well as abundant fisheries production (10,83 million tones in 2010). This needs to be balanced with the proper processing of diversivication, one of wich is surimi. Surimi is intermediet product in the form of minced meat wich has undergone washing, pressing, and freezing. Surimi has inherent limitations prone to degradation affected by characteristics raw material as well as errors in the production process. Hazard analysis critical control point (HACCP) management system can be applied to prevent damage due to improper production process. One of the principles of hazard analysis critical control point (HACCP) is the analysis of the critical control poin (CCP),which focuses on hazard mitigation at the critical point of a production process. The methods used in the field practice is descriptive method. Data collection method involves collecting primary data and secondary. Primary data in the form of interviews, observation, and active participation. Surimi productions process in PT. Bintang Karya Laut consists of the receipt of raw materials, washing I, weeding, washing II, the separation of meat, leaching, filtering and pressing, mixing, printing and packaging, freezing, metal detecting, packing and labeling, and storage of frozen. Frozen surimi production in PT. Bintang Karya Laut is ± 7.500 tons/year of row material 30.000 tons. Based on hazard analysis, critical control point (CCP) on the production process of frozen surimi in PT. Bintang Karya Laut are on the three stages : receipt of raw materials, metal detection, and frozen storage. Problems that become obstacles in the process of analysis critical control point (CCP) in PT. Bintang Karya Laut is the limited tools to detect danger at any point of the critical control point (CCP).
Aplikasi Sistem Imuno-Probiosirkulasi pada Tambak Udang pola Tradisional Di Desa Jenu, Kabupaten Jenu Sudarno Sudarno; Gunanti Mahasri; Rahayu Kusdarwati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 1 (2018): JAFH Vol. 7 No. 1 Februari 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.988 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v7i1.11239

Abstract

Udang galah (Penaeus monodon Fab) merupakan salah satu udang yang penting secara ekonomi, sampai tahun 1992 menjadi komoditi ekspor non migas yang paling penting dari sektor perikanan. Sejak akhir tahun 1993 sampai sekarang, tingkat kematian Penaeus monodon Fab relatif tinggi dan karena keadaan ini telah menyebabkan banyak tambak roboh sehingga produksi udang menurun secara dramatis dari tahun ke tahun. Kabupaten Jenu merupakan salah satu daerah Tuban yang memiliki potensi perikanan besar, terutama untuk kolam air pemecah gelombang, yang paling top sebagai kabupaten lainnya. Ada banyak kasus mati udang sampai sekarang. Tapi, agar 80% kolam pemecah air pecah dan tidak operasional. Tujuan dari kegiatan pelayanan masyarakat ini adalah menerapkan teknologi kultur udang Imuno-Probiokulasi dengan metode tradisional plus (SI-PBR), meningkatkan produksi udang di Kabupaten Jenu, Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi / konseling, perencanaan dan panduan penerapan teknologi SI-PBR dalam satu periode (tiga bulan). Hasil ini menunjukkan indikasi positif. Ada pengetahuan petani yang berhenti melalui sosialisasi, namun juga menerapkan teknologi budidaya udang. Ada juga yang menunjukkan bahwa model SI-PBR dapat menurunkan produksi udang dari 272,43 kg / ha menjadi 854,66 kg / ha, artinya meningkat 313%. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah model SI-PBR dapat meningkatkan produksi udang dan dapat diaplikasikan di daerah yang lebih luas di wilayah Tuban. 
Infestasi Ektoparait pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipelihara dengan Menggunakan Sistem Akuaponik dan Tanpa Akuaponik Ewang Mahendra Putra; Gunanti Mahasri; Luthfiana Aprilianita Sari
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No. 1 (2018): JAFH Vol. 7 No. 1 Februari 2018
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.818 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v7i1.11242

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ektoparasit dan perbedaan infestasi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara pada sistem akuaponik dan tanpa akuaponik. Metode penelitian rnenggunakan kuasi eksperimen intact-group comparison dengan terdapat dua perlakuan. Hewan uji menggunakan ikan nila dengan bobot 6-7 g/ekor. Hewan uji dipelihara di akuarium kaca berukuran 40cmx30cmx30cm yang diisi air sebanyak 15 liter. Perlakuan yang diberikan berupa pemeliharaan ikan nila dengan menggunakan sistem akuaponik dan pemeliharaan ikan nila tanpa menggunakan sistem akuaponik. Parameter yang diamati adalah jenis ektoparasit dan infestasi ektoparasit pada ikan nila. Jenis parasit yang ditemukan menginfestasi ikan nila (Oreochromis niloticus) pada pemeliharaan dengan menggunakan akuaponik maupun tanpa akuaponik adalah Argulus sp. Terdapat perbedaan yang nyata antara infestasi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dengan sistem akuaponik dan tanpa akuaponik. 
PENGARUH PEMBERIAN V AKSIN WHOLE CELL Aeromonas hydrophilla DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN TOTAL LEUKOSIT IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Linnya Prima Agustin; Rahayu Kusdarwati; Gunanti Mahasri
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 1 (2017): JAFH Vol. 6 No. 1 Februari 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.155 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i1.11270

Abstract

Budidaya ikan gurami telah menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sentra budidaya ikan gurami tidak hanya di Jawa tetapi juga di luar Jawa. Salah satu kendala dalam budidaya ikan gurami adalah menurunnya jumlah produksi yang disebabkan oleh penyakit bakterial. Salah satu penyebab penyakit pada ikan gurami adalah bakteri A. hydrophila. Penyakit ini dapat menyebabkan wabah pada budidaya ikan air tawar dengan tingkat kematian yang tinggi berkisar 80-100% dalam kurun waktu 1-2 minggu. Pencegahan yang efektif terhadap penyakit tersebut adalah vaksinasi. Vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan terhadap suatu patogen tertentu, sehingga angka kematian dapat ditekan sekecil mungkin. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis vaksin whole cell A. hydrophilla terhadap kelulushidupan ikan gurami, total leukosit ikan gurami, dan dosis optimum vaksin. Metode penelitian mengunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap dengan enam perlakuan serta tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan dosis vaksin A (Kontrol -), B (Kontrol +), C (105 sel/ml), D (106 sel/ml), E (107 sel/ml), dan F (108 sel/ml). Parameter utama yang diamati adalah kelulushidupan, total leukosit dan gejala klinis. Parameter pendukung adalah kualitas air pada media pemeliharaan. Perhitungan kelulushidupan dilakukan pada akhir penelitian. Perhitungan total leukosit dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Pengamatan gejala klinis dilakukan setelah uji tantang selama satu minggu. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan dosis vaksin berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kelulushidupan dan total leukosit ikan. Kelulushidupan tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 54,17%. Total leukosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D (20,43x103 sel/mm3). Perlakuan D dengan dosis vaksin 106 sel/ml memberikan hasil optimum pada kelulushidupan dan total leukosit ikan, meskipun total leukosit antara perlakuan D, E, dan F tidak berbeda nyata tetapi tingkat kelulushidupan ikan tertinggi pada perlakuan D. Gejala klinis ikan kontrol lebih nampak dibandingkan gejala klinis pada ikan yang telah divaksinasi. 
PENGARUH KOMBINASI NaOH DAN SUHU BERBEDA TERHADAP NILAI DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG KAMPAK (Atrina pectinata) Anggun Nurani Citrowati; Woro Hastuti Satyantini; Gunanti Mahasri
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 2 (2017): JAFH Vol. 6 No. 2 Juni 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.376 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i2.11279

Abstract

Kerang kampak (Atrina pectinata) adalah jenis kerang komoditas perikanan Indonesia yang mengalami kenaikan permintaan tiap tahun. Kerang kampak yang dikonsumsi akan menghasilkan limbah padat berupa cangkang. Secara umum, limbah cangkang kerang memiliki kandungan kitin yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk bernilai tinggi yaitu kitosan. Salah satu paramerter penentu kualitas kitosan adalah nilai derajat deasetilasi. Nilai derajat deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH dan suhu yang digunakan pada proses deasetilasi. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan suhu yang digunakan, semakin tinggi nilai derajat deasetilasi. Akan tetapi, konsentrasi alkali dan suhu yang terlalu tinggi dapat menurunkan rendemen kitosan serta menyebabkan depolimerasi dan degradasi polimer. Kombinasi konsentrasi NaOH dan suhu proses yang tepat akan menghasilkan kitosan dengan nilai derajat deasetilasi yang tinggi dan mutu yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dan perlakuan terbaik dari kombinasi NaOH dan suhu berbeda terhadap nilai derajat deasetilasi kitosan yang dihasilkan dari cangkang kerang kampak. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua kombinansi faktor perlakuan yaitu konsentrasi NaOH (50%, 55% dan 60%) dan suhu (100oC dan 130oC) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi NaOH dan suhu pada proses deasetilasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai derajat deasetilasi kitosan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa deasetilasi menggunakan perlakuan kombinasi NaOH 55% dan suhu 100oC merupakan perlakuan yang cukup baik untuk menghasilkan kitosan dari cangkang kerang kampak yang menghasilkan nilai derajat deasetilasi sebesar 71,70%, rendemen sebesar 47,25%, kadar abu sebesar 84,32% dan kadar air sebesar 0,25%. 
INFESTASI Argulus PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio, L.) DI DASAR KOLAM TANAH DAN BETON, KECAMATAN MUNTILAN DAN MUNGKID, KABUPATEN MAGELANG Arika Juniarsih; Gunanti Mahasri; Kismiyati Kismiyati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 2 (2017): JAFH Vol. 6 No. 2 Juni 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.888 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i2.11282

Abstract

Usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia merupakan salah satu sektor usaha perikanan yang sangat potensial, salah satu usaha budidaya ikan air tawar yang mudah dan ekonomis dikembangkan adalah budidaya ikan mas (Cyprinus carpio, L.). Permasalahan yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat produksi ikan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti parasit, bakteri, jamur, dan virus, serta agen non infeksi seperti kualitas pakan yang buruk dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kehidupan ikan. Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan menimbulkan kerugian pada inangnya. Salah satu jenis parasit yang umum menginfestasi budidaya ikan mas (Cyprinus carpio, L.) adalah parasit Argulus, yang merupakan salah satu ektoparasit obligat dari kelas Branchiura. Parasit ini menginfestasi ikan pada bagian sirip, permukaan tubuh, dan insang. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ikan mas (Cyprinus carpio, L.) adalah penyediaan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan ikan, kolam merupakan tempat tinggal untuk ikan, sehingga proses pembuatan kolam harus diperhatikan. Dasar kolam dalam budidaya terdapat dua dasar kolam yaitu dasar kolam tanah dan beton. Dasar kolam tanah merupakan dasar kolam yang terbuat dari tanah, tanah yang baik digunakan adalah jenis tanah lempung dan tidak berporos, karena jenis tanah tersebut dapat menahan air dalam jumlah besar. Dasar kolam beton merupakan dasar kolam yang terbuat dari semen, keuntungan dari dasar kolam ini adalah tidak mudah terkikis oleh air. 
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT PADA IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN Ferry Dwi Firmansyah Liananda; Kismiyati Kismiyati; Gunanti Mahasri; Putri Desi Wulan Sari
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 6 No. 3 (2017): JAFH Vol. 6 No. 3 September 2017
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.591 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v6i3.11288

Abstract

Ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) merupakan salah satu jenis ikan laut yang memiliki kandungan protein sebesar 83,4%. Harga Ikan swanggi (P. macracanthus) mencapai Rp.9.000/kg merupakan ikan yang memiliki permintaan pasar tinggi. Ikan swanggi (P. macracanthus) yang dikonsumsi oleh masyarakat masih berasal dari tangkapan alam, dimana kualitas airnya tidak terkontrol sehingga ikan mudah terserang parasit. Penyakit yang menyerang Ikan swanggi (P. macracanthus) kemungkinan disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga menurunkan daya tahan tubuh, menyebabkan ikan mudah terinfeksi oleh cacing endoparasit seperti Anisakis simplex. Cacing ini bersifat zoonosis dan dapat menginfeksi manusia, oleh karena itu dilakukan identifikasi dan prevalensi cacing endoparasit pada ikan swanggi (P. macracanthus). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk identifikasi dan mengetahui prevalensi spesies cacing endoparasit apa saja yang menginfeksi ikan swanggi (P. macracanthus) dari hasil tangkapan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui pengambilan sampel pada lokasi secara langsung. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan cara sengaja atau dengan metode purposive sampling (Silalahi, 2003). Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) terhadap ikan swanggi (P. macracanthus) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan. Hasil penelitian ditemukan Cacing A. simplex pada organ otot dinding dalam abdomen, lambung, ginjal, hati, usus, dan gonad ikan swanggi (P. macracanthus). Faktor yang mempengaruhi ditemukannya Larva stadium tiga A. simplex ialah makanan dari ikan swanggi (P. macracanthus). Umumnya ikan swanggi (P. macracanthus) yang merupakan ikan karnivora memakan invertebrata (copepods atau crustacea) yang mengandung Larva stadium dua Anisakis simplex, cacing ini bersifat zoonosis. Total prevalensi cacing A. simplex yang ditemukan pada ikan swanggi (P. macracanthus) adalah 90 ekor ikan (74,99%).dan termasuk dalam kategori usually. 
POTENSI TERTULARNYA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) UMUR YANG BERBEDA TERHADAP Myxobolus koi PADA INFEKSI BUATAN DENGAN METODE TABUR SPORA Arya Witantama; Gunanti Mahasri; Sri Subekti
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 1 (2016): JAFH Vol. 5 No. 1 Februari 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.785 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i1.11316

Abstract

Masalah terbesar yang sering menjadi penghambat budidaya ikan mas adalah munculnya serangan penyakit. Salah satu jenis parasit yang sering menyerang benih ikan mas adalah Myxobolus koi. Myxobolus koi sering menyerang pada ikan stadia benih. Infeksi Myxobolus koi dapat menyebabkan kematian sekitar 50% dari populasi. Gejala klinis ikan yang terserang Myxobolus koi adalah terdapat nodul yang berisi spora pada organ insang sehingga bagian operculum tidak bisa tertutup dengan sempurna. Pencegahan menjadi jalan terbaik untuk menanggulangi Myxobolusis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tertularnya ikan mas terhadap Myxobolus koi serta mengetahui potensi tertularnya ikan mas pada umur yang berbeda terhadap Myxobolus koi pada infeksi buatan dengan metode tabur spora. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, dengan menginfeksi spora Myxobolus koi dengan metode tabur spora pada ikan mas berumur 30 hari, 60 hari dan 90 hari. Setelah pemeliharan selama 7 hari dilakukan penghitungan spora pada saluran pencernaan ikan. Analisis statistik hasil penelitian menggunakan Analysis of Varian (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Hasil rata-rata jumlah spora Myxobolus koi di dalam saluran pencernaan ikan didapat pada umur 30 hari 93,5 spora/ml, 60 hari 85,8 spora/ml dan 90 hari 86,7 spora/ml. Hasil analisis varian diperoleh tidak adanya perbedaan nyata antara umur ikan mas terhadap jumlah spora di dalam saluran pencernaan ikan. Dapat disimpulkan bahwa semua stadia umur ikan mas mempunyai potensi tertular Myxobolus koi serta perbedaan umur ikan mas tidak mempunyai potensi yang berbeda tertular Myxobolus koi. 
PREVALENSI EKTOPARASIT PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN PADAT TEBAR YANG BERBEDA DI TEMPAT PENGGELONDONGAN DI KABUPATEN GRESIK Gunanti Mahasri; Ardilas Heryamin; Kismiyati Kismiyati
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 5 No. 2 (2016): JAFH Vol. 5 No. 2 Juni 2016
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.362 KB) | DOI: 10.20473/jafh.v5i2.11322

Abstract

Gelondongan udang vaname adalah benih udang vaname yang didapatkan dari suatu hatchery yang memiliki stadia PL12-PL15 dan dipelihara oleh pembudidaya selama 5-7 hari sehingga umur gelondongan udang vaname berkisar PL20-PL22. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penggelondongan udang vaname adalah padat tebar. Padat tebar yang tinggi akan meningkatkan kandungan bahan organik akibat penumpukan sisa pakan dan sisa metabolisme sehingga udang akan stres dan mudah terinfestasi ektoparasit. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui prevalensi ektoparasit pada udang vaname dan mengetahui hubungan korelasi antara prevalensi ektoparasit pada udang vaname dengan padat tebar yang berbeda di tempat penggelondongan di Kabupaten Gresik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui pengambilan sampel. Tempat pengambilan sampel ditentukan dengan kriteria tertentu (purposive sampling) yaitu sentra yang terbesar pada setiap wilayahnya dan memiliki petakan paling banyak. Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah padat tebar dan prevalensi ektoparasit. Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah kualitas air pada tambak penggelondongan udang vaname meliputi suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut, salinitas, amonia, nitrit dan nitrat. Hasil penelitian didapatkan tiga jenis ektoparasit yang menginfestasi gelondongan udang vaname yaitu Zoothamnium, Vorticella dan Epistylis. Prevalensi ektoparasit pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan padat tebar yang berbeda di tempat penggelondongan di Kabupaten Gresik adalah sebesar 80,74%, artinya secara keseluruhan 80,74% gelondongan udang vaname di Kabupaten Gresik positif terinfestasi ektoparasit. Terdapat hubungan yang sangat erat antara prevalensi ektoparasit pada udang vaname dengan padat tebar yang berbeda di tempat penggelondongan sehingga semakin tinggi padat tebar maka semakin tinggi tingkat prevalensi ektoparasit pada gelondongan udang vaname (Litopenaeus vannamei). 
Co-Authors A. Shofy Mubarak Abdul Manan Abdul Manan Abdul Manan Abyan Farras Adamu Ayubu Mwendolwa Adamu Ayubu Mwendolwa Adiacahya, Eren Aditya Gita Rohmatullah Adriana Monica Sahidu Agung Pamuji Rahayu Agus Nazarudin Yahya Akhmad Taufiq Mukti Alanosi Noor Muhammad Alfan Prianggara Alfin Tauhid Alim Isnansetyo Almira Fardani Lahay Alvira Febrianti Pratiwi Anggun Khoirun Nikmah Anggun Nurani Citrowati Anisa, Hosia Anord Charles Nkuba Apri Supii Ardilas Heryamin Arika Juniarsih Arya Witantama Bahtiar, Sadida Anindya Berliana A Bernathdo Mahendra Robbi Putra Bidayatul Afifah Boedi S. Rahardja Boedi Setya Rahardja Browijoyo Santanamurti Cintia Larasati DARMAWAN SETIA BUDI Desak Ketut Sekar Cempaka Putri Dewi, Nina Nurmalia Dheani Nur Ahadya Syifa Chaerunissa Dieswinta Hardika Aris dika dika Dita Wisudyawati Eka Saputra Elangga Sony Widiharsono Elangga Sony Widiharsono Elisabeth Benita Indarmastuti Endah Sih Prihatini Endah Sih Prihatini Endah Sih Prihatini Endang Dewi Masithah Era Insivitawati Ewang Mahendra Putra Fahdi Putra Utama Faisol Mas&#039;ud Faisol Masud Farid Nur Salim Farizka Vinka Trinendyah Ferry Dwi Firmansyah Liananda Firly Waliani Rahma Fuad Fuquh Rahmat Shaleh Fuquh Rahmat Shaleh Fuquh Rahmat Shaleh Fuquh Rahmat Shaleh Gian Suryanatha Hartawan Hari Suprapto Heru Suryanto Ika Purnamasari Ikmalia A Ikmalia Amali Indah Hidayati Imani Iqbal Ghazali Irvansyah Irvansyah Isroni, Wahyu Kadek Racmawati Karunia, Fitria Kenconojati, Hapsari Kismiyati , Koesnoto Koesnoto Kusnoto Kusnoto Lailatul Lutfiyah, Lailatul Laksmi Sulmartiwi Laksmi Surmartiwi Larasati, Anastasya Dewi Lestari Wilujeng Lia Oktavia Ika Putri Lia Oktavia Ika Putri Lia Oktavia Ika Putri Lia Oktavia Ika Putri Lilis Cahaya Septiana Lilis Cahaya Septiana Linnya Prima Agustin Lucia Tri Suwanti, Lucia Tri Luthfiana Aprilianita Sari Lyla Wulandari M Ervany Eshmat M Iqbal Satria M. Khairul; Anam M. Muhtar Mandele Mayangsari, Cholivia Melinda Kusuma Ningrum Miftakhul Munir Moch Saad Mochammad Dwi Hardhianto Mohamad Yusuf Mohammad Faizal Ulkhaq Mufasirin Muhamad Amin Muhamad Amin Muhammad Amin Muhammad Arief Muhammad Herman Muhammad Hilmy Maulana Muhammad Musa N. Juni Triastuti Nafis Putra Laksana Cholil Nanuk Qomariyah Nedi Nedi Netty Sreani Nico Rahman Caesar Niluh Suwasanti Norma Isnawati Nugroho, Sefilia Adhi Nunuk Dyah Retno Lastuti Nur Fais Nurlita Abdulgani Nurul Kumalasari Permata Jelita, Chelsea Prayogo Prayogo Pristita Widyastuti Puguh Yugo Wijanarko Rachma Woro Anggarani Rahayu Kusdarwati Ridwansyah Ririn Agustiya Riris Ulfiana Riza Aryani Romziah Sidik Rozi Rozi Rr. Juni Triastuti Salman Aldo Alfaresi Salman Aldo Alfaresi Salman Aldo AlFaresi Samara, Syifania Hanifah Santanumurti, Muhammad Browijoyo Sapto Andriyono Sari, Putri Desi Wulan Saroso, Heri Setiawan Koesdarto Shandy Sulistyoningrum Sherly Ochtavia Siti Hamidah Sri Mulyati Sri Subekti Sri Subekti Sri Subekti Sudarno Sudarno Sudarno Sudarno Sudarno Sudarno Suzanita Utama Titom Gusmana Putra Perdana Ulia Fajriah Veryl Hasan W. Angan Indrawan Widodo, Langgeng Wijanarko, Puguh Yugo Wiwin Sumiati Wiwin Sumiati Woro Hastuti Satyantini Woro Hastuti Satyantini Woro Hastuti Setyantini Wurlina, W Yanuhar, Uun Yudi Cahyoko Yunifar Amad