Claim Missing Document
Check
Articles

Performa reproduksi ikan sepat siam (Trichopoduspectoralis Regan 1910) asal Sumatera, Jawa, dan Kalimantan [Reproduction performance of snakeskin gouramy (Trichopodus pectoralis Regan 1910) from Sumatera, Jawa and Kalimantan] M H. Fariduddin Ath-thar; Dinar Tri Soelistyowati; Rudhy Gustiano
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i3.81

Abstract

Trichopodus pectoralis is potential local fish for culture. Population stock declining was the main problem for this species in Indonesia. Domestication as the first step for fish culture is the promising solution for this problem. Reproduction was one of the main aspects for fish domestication. This study was aimed to evaluate snakeskin gourami from Lampung, East Java, and West Kalimantan based on reproductive aspect and early development. Fecundity, fertilization rate, hatching rate, and larvae survival were calculated at once sampling and analyzed descriptively. Early development phase was observed by microscopy method. The result showed that West Kalimantan population gained highest fecundity and larval survival rate. The early development showed no abnormality. Segmentation and hatching phase were critical time on Trichopodus pectoralis early development. Abstrak Ikan sepat siam Trichopodus pectoralis merupakan ikan potensial budi daya. Salah satu masalah utama yang sedang di-hadapi ikan ini adalah adanya penurunan populasi. Domestikasi ikan sepat siam diperlukan agar pengembangbiakan melalui kegiatan budi daya dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan dan menjaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa reproduksi yang merupakan salah satu aspek penting dalam domestikasi. Eva-luasi dilakukan pada ikan sepat siam potensial dari Lampung, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Pemijahan telah dila-kukan secara alami. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor dari bulan September sampai dengan Desember 2013. Karakter reproduksi antara lain: fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan, dan sintasan larva dihitung berdasar satu kali sampling dan dianalisis secara deskriptif. Fase perkembangan awal ikan diamati dengan menggunakan metode mikroskopi. Hasil menunjukkan bahwa fekunditas dan sintasan larva tertinggi didapatkan oleh ikan sepat siam asal Kalimantan Barat. Perkembangan awal menunjukkan tidak adanya keabnormalan. Fase segmentasi dan penetasan merupakan fase kritis pada perkembangan awal ikan sepat siam.
Pemaskulinan belut (Monopterus albus Zuiew 1793) dengan induksi penghambat aromatase untuk penyediaan calon induk jantan Hafif Syahputra; Agus Oman Sudrajat; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v14i2.91

Abstract

Aromatase is an enzyme that functions to change testosterone in the biosynthesis of estrogen. Inhibition of aromatase can stop the synthesis of estradiole in masculinization of fish. This study aimed to evaluate the effects of aromatase inhibitors by injection for masculinization of Asian swamp eel (Monopterus albus Zuiew 1793). The samples of swamp eel consisted of individuals with 24±2 cm length and 6-14 grams/individual weight. The treatments of aromatase inhibitor using imidazole were conducted by injection at doses of 0.001; 0.01; 0.1 mg kg-1 once time a week for four times and the gonad were observed using histology method. The results showed that the injection of imidazole 0.1 mg kg-1 week produced 40% males, while at the less doses were 50-85.72% intersexes, whereas in control was 100% females. The concentration of plasma testosterone inclined when the doses of imidazole increased. The highest concentration of testosterone reached to 1.8 ng mL-1 at dose of aromatase inhibitor 0.1 mg kg-1 or increased three times compared with the control. These results indicated that aromatase inhibitor suppressed the aromatase gene expression that leads the decline of estradiol and increased testosterone. Abstrak Aromatase adalah enzim yang berperan mengubah testosteron dalam proses biosintesis hormon estrogen. Penghambat-an aromatase dapat menghentikan pembentukan estradiol pada pemaskulinan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk meng-evaluasi pengaruh pemberian hormon penghambat aromatase melalui penyuntikan untuk pemaskulinan belut (Monopterus albus Zuiew 1793). Belut yang digunakan berukuran 24±2 cm dengan berat 6-14 g diberi perlakuan penyuntikan hormon penghambat aromatase yaitu imidazole dengan dosis 0,001; 0,01; 0,1 mg kg-1 bobot tubuh sekali tiap minggu sebanyak empat kali dan diamati gonadnya setiap dua minggu secara histologi serta dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hormon imidazole 0,1 mg kg-1 bobot tubuh menghasilkan 40% individu jantan pada minggu ke-6, sedangkan pada dosis yang lebih rendah menghasilkan 50-85,72% individu interseks, dan pada kontrol 100% betina. Konsentrasi testosteron plasma meningkat sejalan dengan peningkatan dosis imidazol. Konsentra-si testosteron plasma yang tertinggi mencapai 1,8 ng mL-1 pada perlakuan 0,1 mg kg-1 bobot tubuh atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa hormon penghambat aromatase menyebabkan ekspresi gen aromatase tertekan sehingga konsentrasi estradiol plasma menurun dan konsentrasi testosteron meningkat.
Ploidy level determination in genetically modified polyploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 based on the number of nucleoli per cell Muhammad Sami Daryanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati Soelistyowati; Rahman Rahman
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.405

Abstract

The variation in the maximum number of nucleoli per cell in diploid and tetraploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 in attempts to verify the validity of nucleoli counting as an indirect method for polyploidy identification in fish. The aims of this research is to determine ploidy level of striped catfish based on maximum number of nucleoli per cell. Diploid striped catfish was produced by fertilizing eggs without thermal-shock and tetraploid fish was obtained by fertilizing eggs and applying thermal-shock induction with 4oC for 25 minutes at zygotic age 28 minutes after fertilization prior to first cleavage stage of zygote. The hatching rate of diploid group and tetraploid group were 81,35±0,73% and 3,39±1,78% and survival rate during 15 days rearing were 88,67±5,25% and 83,33±5,73%, respectively. The frequency of one, two, three, and four nucleoli per cell were counted based on each sample observation of 450-550 cells. Cells of diploid individuals had one, and maximum two nucleoli per cell, while tetraploid there were one, two, three, and maximum four nucleoli per cell. Anomaly in the silver-stained appearance at the maximum number of three nucleoli per cell indicated tetraploid individuals as verified by chromosome counting method. Ploidy level determination of striped catfish using the number of nucleoli per cell has a potential for rapid identification. Abstrak Penentuan variasi jumlah maksimum nukleolus per sel pada individu diploid dan tetraploid patin siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dilakukan dalam upaya verifikasi ketepatan penghitungan nukleolus sebagai metode tidak langsung dalam identifikasi ikan poliploid. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat ploidi ikan patin siam berdasarkan jumlah maksimum nukleolus per sel. Diploid patin siam dihasilkan melalui fertilisasi buatan antara telur dan sperma tanpa kejutan suhu sedangkan tetraploid patin siam dihasilkan melalui fertilisasi antara telur dan sperma serta di induksi menggunakan kejutan suhu 4oC dengan durasi kejutan 25 menit pada umur zigot 28 menit setelah fertilisasi sesaat sebelum mitosis I. Persentase penetasan kelompok perlakuan diploid 81,35±0,73% dan kelompok perlakuan tetraploid 3,39±1,78%. Sintasan kelompok perlakuan diploid 88,67±5,25% dan kelompok tetraploid 83,33±5,73% selama 15 hari pemeliharaan. Frekuensi satu, dua, tiga dan empat nukleoli per sel dihitung berdasarkan pengamatan 450-550 sel setiap individu yang diamati. Sel individu diploid memiliki satu dan maksimum dua nukleoli per sel, sedangkan individu tetraploid memiliki satu, dua, tiga, dan maksimum empat nukleoli per sel. Anomali muncul melalui pewarnaan perak nitrat pada jumlah maksimum tiga nukleoli per sel menunjukkan individu tersebut tetraploid yang diverifikasi menggunakan metode penghitungan kromosom. Penentuan ploidi pada ikan patin siam menggunakan penghitungan jumlah nukleolus per sel memiliki potensi dalam identifikasi secara cepat.
Cold temperature shock tetraploidization of striped catfish Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage, 1878) with different of temperature and age of zygote Alfis Syahril; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 1 (2020): February 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i1.454

Abstract

Striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus) has a relatively slow growth, so the operational cost of production is high and incomparable with the selling price, thus makes the cultivation of striped catfish is inefficient. Genetic quality improvement through polyploidization is to produce sterile triploid fish (3n) that can overcome this problem. The provision of triploid fish is more efficient through tetraploidization. Tetraploidization in striped catfish using cold shock treatment has never been done before. The purpose of this study was to determine the optimum tetra-ploidization condition using cold shock with temperature and different age of zygote in striped catfish. A completely randomized factorial design with two treatments i.e. three level of temperatures (8oC, 12°C, 16oC ) and two different ages of zygote (29 and 31 minutes after fertilisation-maf) and three replications was used. In addition, a control without applying temperature shock treatment was performed, Soaking process was conducted for 30 minutes. Tetraploid identification was done by calculating the maximum total of nucleoli per cell that was confirmed by calculating the total of chromosome. The results showed that the degree of hatching rate and abnormalities has a significantly different effect (P <0.05). Number of nucleoli per cell was 4 and chromosomes was 112 (4n=112) for tetraploid), whereas for diploid fish the maximum number of nucleoli per cell was 2 and the number of chromosomes was 56 (2n=56). The highest tetraploid percentage was obtained at a treatment of 12oC at age of zygote 29 maf. Thus, the optimum condition of tetraploidization in striped catfish is using cold shock treatment of 12oC with the age of zygote of 29 maf. Abstrak Ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) memiliki pertumbuhan yang relatif lambat sehingga biaya operasional produksi tinggi tidak sebanding dengan rendahnya harga jual yang mengakibatkan budidaya ikan patin siam tidak efisien. Perbaikan mutu genetik melalui poliploidisasi yaitu untuk menghasilkan ikan triploid (3n) yang bersifat steril dapat mengatasi masalah tersebut. Penyediaan ikan triploid lebih efisien melalui tetraploidisasi. Tetraploidisasi pada ikan patin siam menggunakan perlakuan kejutan dingin belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum tetraploidisasi menggunakan kejutan dingin dengan suhu dan umur zigot berbeda pada ikan patin siam. Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan, yaitu suhu 8oC, 12oC,16oC dan umur zigot 29 dan 31 msf (menit setelah fertilisasi) dengan perendaman selama 30 menit dan satu perlakuan kontrol (tanpa pemberian kejutan suhu). Identifikasi tetraploid dilakukan dengan menghitung jumlah maksimum nukleolus per sel yang dikonfirmasi dengan penghitungan jumlah kromosom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat penetasan dan abnormalitas berbeda nyata (P<0,05). Hasil pengamatan pada ikan tetraploid diperoleh jumlah maksimum nukleoli adalah 4 per sel dan jumlah kromosom yaitu 112 (4n=112), sedangkan pada ikan diploid adalah 2 per sel dan jumlah kromosom yaitu 56 (2n=56). Persentase tetraploid tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 12oC umur zigot 29 msf. Disimpulkan bahwa kondisi optimum tetraploidisasi pada ikan patin siam menggunakan kejutan dingin pada suhu 12oC dengan umur zigot 29 msf.
Performance of the third generation striped catfish, Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 as results of the selection for bodyweight character in Freshwater Aquaculture Fisheries Center, Sungai Gelam, Jambi Irwan Irwan; Dinar Tri Soelistyowati; Odang Carman; Ronny Rachman Noor
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 3 (2019): October 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i3.469

Abstract

Selective breeding of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878) has been conducted at BPBAT Sungai Gelam to produce a growth line with mass selection method. Until 2018, the selective breeding program has produced three generations. Therefore, it was necessary to evaluate the performance of the third generation growth line (G3Ps) at the reproductive, seed and grow-out phase compared to the second generation the base population (G2Ds). A total of 10 pairs of broodstock (G3Ps and G2Ds) were spawned then the seeds were raised for 120 days in the media with regular water exchange (first treatment: T1) and without water exchange (second treatment: T2). The results showed that the number of eggs per gram of G3Ps (1600±124 eggs g-1) was significantly different from G2Ds (1490±101 eggs g-1). The bodyweight of G3Ps seeds at aged 40 days larger than G2Ds with selection response is 32.25%, while survival and feed efficiency were not significantly different. At the grow-out phase, between treat-ments were not significantly different and there was no interaction between lines and treatments for all the characters measured (p>0.05). The bodyweight of G3Ps was larger than the G2Ds with response selection 18.41% in T1 and 42.6% in T2. The control used was the base population so that the selection response obtained was an accumulation of three generations. Thus the selection response per generation was 6.14% in T1 and 14.20% in T2 measured at 162 days from hatching. It can be concluded that there is an improvement in the character of bodyweight for the third generation of growth line (G3Ps) as results of the selection at BPBAT Sungai Gelam both in good (T1) and bad environment (T2). Abstrak Seleksi ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878) telah dilakukan di BPBAT Sungai Gelam untuk meningkatkan pertumbuhan dengan metode seleksi individu. Sampai tahun 2018, seleksi tersebut telah meng-hasilkan tiga generasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa generasi ketiga galur pertumbuhan (G3Ps) pada tahap reproduksi, pertumbuhan benih, dan ukuran konsumsi dibandingkan dengan populasi dasar gene-rasi kedua (G2Ds). Sebanyak 10 pasang induk G3Ps dan G2Ds dipijahkan kemudian benih yang dihasilkan dibesarkan selama 120 hari pada media dengan pergantian air secara berkala (perlakuan pertama: T1) dan tanpa pergantian air (perlakuan kedua: T2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur per gram adalah 1600±124 butir pada G3Ps, berbeda nyata dengan G2Ds yaitu 1490±101 butir. Benih G3Ps umur 40 hari memiliki bobot tubuh lebih besar diban-dingkan G2Ds dengan respons seleksi sebesar 32,25%, sedangkan sintasan dan efisiensi pakan tidak berbeda nyata. Pada tahap pembesaran ukuran konsumsi, antar perlakuan tidak berbeda nyata dan tidak ada interaksi antargalur dan perlakuan untuk karakter bobot tubuh, panjang baku, sintasan dan efisiensi pakan (p>0,05). Karakter bobot tubuh G3Ps lebih besar dibandingkan dengan G2Ds dengan respons seleksi total untuk tiga generasi sebesar 18,41% pada T1 dan 42,6% pada T2. Dengan demikian respons seleksi per generasi sebesar 6,14% pada T1 dan 14,20% pada T2 yang diukur pada umur 162 hari dari menetas. Disimpulkan bahwa terjadi perbaikan pada karakter bobot tubuh untuk galur pertumbuhan generasi ketiga (G3Ps) hasil program seleksi di BPBAT Sungai Gelam baik pada lingkungan baik (T1) maupun lingkungan buruk (T2).
Supplementation of corn oil Ω-6 fatty acids in feed for reproduction performance of threadfin rainbowfish Iriatherina werneri Meinken, 1974 Rahmadani Rahmadani; Mia Setiawati; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.479

Abstract

Rainbow fish (Iriatherina werneri) is a type of partial spawner fish with the little number of eggs production. The high contain of essential fatty acid (Linoleic acid 18:2 Ω-6) in corn oil was widely used as a source of fatty acid in the broodstock feed. The aim of this study was to evaluate the additional of LA fatty acid in feed for reproduction performance of rainbow fish. This study used a complete random design consists of three treatments and six replicates with different doses of corn oil LA in feed, Ω-6 0%, Ω-6 1%, and Ω-6 2%. Rainbow fish broodstock as sampel test with body weight 0.10-0.18g for females 0.21 ± 0.001 g, were kept separately in each tanks (size 30 cm x 30 cm x 30 cm) with density 15 fish per tanks. Broodstock were given diet three times daily at 08:00 am, 12:00 am and 17:00 pm by at satiation. The trial feed was administrated for 30 days before conducted the mass spawning for seven days with ratio of the male and female broodstock was 1:3. The results showed that treatment without supplementation of Ω-6 corn oil performed highest number of eggs 290 ± 125, hatching rate 55,99 ± 14,80%, survival rate 8,43% and the proportion of vitellogenic cell was more dominant, but the best of larval performance was observed in tretament of Ω-6 1% of highest larval length 3.00 mm and 100% percentage of normal larvae. It can be concluded that the supplementation of 1 % the Ω-6 fatty acid corn oil in the feed to produce reproductive performance was supported by the results of the histology of the eggs and larvae of the best performance in rainbowfish. Abstrak Ikan pelangi (Iriatherina werneri) tergolong jenis ikan pemijah bertahap dengan jumlah telur yang dihasilkan relatif sedikit. Kandungan asam lemak esensial linoleat (18:2Ω-6) yang tinggi dalam minyak jagung banyak digunakan sebagai sumber asam lemak pada pakan induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan asam lemak linoleat Ω-6 minyak jagung dalam pakan terhadap kinerja reproduksi ikan pelangi. Penelitian menggunakan rancang-an acak lengkap yang terdiri atas tiga perlakuan dan tiga ulangan yaitu dosis penambahan asam lemak Ω-6 minyak jagung dalam pakan n-6 0%, n-6 1% dan n-6 2%. Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan pelangi betina dengan kisaran bobot 0,10-0,18 g dan induk jantan 0,21±0,001g, dipelihara secara terpisah di akuarium berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan padat tebar 15 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan uji dengan frekuensi tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 17.00 secara at satiation. Pakan perlakuan diberikan selama 30 hari kemudian dilakukan pemijahan secara massal selama tujuh hari dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:3. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa penambahan Ω-6 minyak jagung menghasilkan jumlah telur 290±125 butir, derajat penetasan telur 55,99±14,80%, sintasan 8,43% tertinggi serta proporsi vitellogenic cell yang lebih dominan, namun performa larva terbaik diperoleh pada perlakuan Ω-6 1% dari panjang larva tertinggi 3,00 mm dan persentasi larva normal 100%. Disimpulkan bahwa penambahan 1% asam lemak Ω-6 minyak jagung dalam pakan menghasilkan performa reproduksi yang didukung oleh hasil histologi telur serta performa larva yang terbaik pada ikan pelangi.
Masculinization of featherfin squeaker Synodontis eupterus Boulenger, 1901 larvae using javanese long pepper extract Piper retrofractum and increased rearing temperature Euis Rakhmawati; Muhammad Zairin Jr; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 2 (2019): June 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i2.482

Abstract

Javanese long pepper (Piper retrofractum) is known to have androgenic effect, could act as phytosteroid and alternative to masculinization. This research aimed to evaluate the optimum dose of the Javanese long pepper extracts combined with increased rearing temperature on featherfin squeaker masculinization through larva immersion. This research was designed using a completely randomized design with 8 treatments consisted of Javanese long pepper extract doses of 0.0625 mg L-1and 0.125 mg L-1, negative control (without both extract and 17α-metiltestosterone) and positive control (2 mg L-117α-metiltestosterone). Each of them consisted of two different temperature treatments, namely, normal (26-27ᴼC) and 32ᴼC. After five hours treatment, larvae were reared until five months age. The fish age four and then five months were dissected and their gonads were taken for acetocarmine and histology preparation. Beside that the percentage of fish survival, body length, weight gain, and specific growth rate were also recorded in certain period. The result showed that the Javanese long pepper extract dose at 0.125 mg L-1 with normal temperature treatment produced the highest male ratio and significantly different compare with control. Giving this dose to larvae did not affect fish survival and growth, meanwhile increased temperature treatment could not increase the effectivity of Javanese long pepper extract. Abstrak Cabe Jawa dikenal memiliki efek androgenik, yang dapat berperan sebagai fitosteroid dan menjadi alternatif untuk penjantanan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dosis optimum ekstrak Piper retrofractum yang dikombinasikan dengan peningkatan suhu terhadap penjantanan sinodontis melalui perendaman larva. Peningkatan suhu pemeliharaan dilakukan guna meningkatkan efektivitas dari perlakuan. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan 8 perlakuan terdiri atas perlakuan ekstrak cabe Jawa dosis 0,0625 mg L-1 dan 0,125 mg L-1, kontrol negatif (tanpa ekstrak dan 17α-metiltestosteron) serta kontrol positif (2 mg L-117α-metiltestosteron). Tiap perlakuan terdiri atas dua perlakuan suhu normal (26-27⁰C) dan suhu yang ditingkatkan (32ᴼC). Setelah perendaman lima jam, larva dipelihara sampai berumur lima bulan. Ikan umur empat dan lima bulan dibedah lalu gonadnya diambil untuk pem-buatan preparat histologis dan asetokarmin. Selain itu persentase sintasan, panjang, bobot, dan laju pertumbuhan harian juga dicatat pada periode tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cabe Jawa dosis 0,125 mg L-1 dalam suhu normal menghasilkan nisbah jantan tertinggi dan berbeda signifikan dengan kontrol. Pem-berian dosis ini tidak memberikan efek negatif terhadap sintasan kan dan pertumbuhan, sedangkan peningkatan suhu tidak dapat meningkatkan efektivitas ekstrak cabe Jawa.
Production of albino slayer through a combination of crossing in brushmouth (Hypostomus plecostomus, Linnaeus 1758) ornamental fish Ahmad Teduh; Dinar Tri Soelistyowati; Odang Carman; Harton Arfah
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 20 No 1 (2020): February 2020
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v20i1.510

Abstract

The objectives of this research was to evaluate the inheritance of albino slayer phenotype in brushmouth (Hypostomus plecostomus, Linn 1758) through the crosses and reproduction performance. The crossing scheme consisted of reciprocal crosses between albino slayer and albino non slayer (SN, NS) and between albino slayer (SS), each spawning in pairs (1:1) with three replications and twice spawning. The fish used in this study were brushmouth fish (Hypostomus sp.) albino Slayer males 9.07 ± 0.5 cm, albino slayer females 8.96 ± 0.4 cm, albino non slayer males 8.87 ± 0.17 cm, and albino non slayer female 8.86 ± 0.16 cm. Slayer phenotype category was identified based on the caudal length fin with 4.43 ± 0.64 cm. Parameters determined included the phenotype distribution of albino slayer, total number of eggs, fertilization rate, hatching rate and survival rate. The results showed that all crossing schemes produced four phenotypes classes including normal slayer, normal non slayer, albino slayer and albino non slayer. The slayer phenotype of albino brushmouth was highest percentage (75%) in crossing with male albino slayer (SN, SS) and highest number of eggs, while the reciprocal crossing with female albino slayer (NS) produced albino slayer 55% and lower egg count. The ratio of tail fin length to body length in albino slayer phenotype was lower than normal phenotype of broom fish. The fertilization and hatching rates were not significantly different in all crosses; however the number of eggs decreased in the second spawning. The similar phenotype cross between albino slayer phenotypes (SS) resulted the best average of survival rate (92%). Abstrak Muncar merupakan salah satu sentra produksi hiu di Pulau Jawa dengan daerah tangkapan di perairan Selat Bali dan sekitarnya. Pendataan secara rutin terhadap hasil tangkapan hiu dan pari dilakukan sejak Bulan Mei 2018 hingga April 2019 di Pasar Ikan Brak dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Banyuwangi untuk mengetahui kom-posisi spesies dan distribusi ukuran hiu dan pari yang tertangkap dari perairan Selat Bali dan sekitarnya. Pengumpulan data dilakukan secara sensus dan hampir seluruh individu diidentifikasi sampai tingkat spesies serta diukur. Tercatat 3.551 individu hiu dan pari yang didaratkan di wilayah tersebut selama kurun waktu penelitian, yang terdiri atas 75 spesies dan 25 famili (49 spesies hiu dan 26 spesies pari). Spesies hiu yang paling umum ditangkap berasal dari famili Carcharhinidae, sedangkan kelompok pari didominasi oleh famili Dasyatidae. Tercatat ada 13 spesies hiu dan pari Apendiks II CITES yang ditangkap oleh nelayan Muncar, yaitu Carcharhinus falciformis, Alopias pelagicus, A. superciliosus, Isurus oxyrinchus, I. paucus, Sphyrna lewini, S. zygaena, Mobula mobular, M. tarapacana, M. thrustoni, Glaucostegus typus, Rhynchobatus australiae dan Rhina ancylostoma. Sebagian besar hiu dan pari yang ditangkap nelayan berada pada ukuran yuwana hingga remaja, yang belum matang kelamin atau sedang menuju dewasa.
PERFORMA GENOTIP IKAN TAMBAKAN Helostoma temminckii (CUVIER, 1829) POPULASI SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) M. H. Fariduddin Ath-thar; Intan Putriana; Dinar Tri Soelistyowati; Rudhy Gustiano
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 1 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.725 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i1.77

Abstract

Genotype performance of Tambakan, Helostoma temminckii (Cuvier, 1829) from Sumatera, Java and Kalimantan Polulation using Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)        Tambakan, kissing gourami (Helostoma temminckii) is well known as a freshwater tropical  species from Southeast Asia. In Indonesia, tambakan is an important commodity. However, total production of tambakan tends to decrease. Therefore, domestication has urgently to be done to solve the problem of Tambakan population. Three different tambakan populations from Sumatera, Java and Kalimantan were observed to find good genetic resources for culture activity. This study aimed to investigate the genetic variation of tambakan especially from West Java, Jambi, and South Kalimantan province using RAPD. The result showed that the highest polymorphism and heterozygosity was from South Kalimantan population among others. The three population observed had the fragment size ranged from 100- 2000 bp. The highest genetic distance was between Sumatera and Kalimantan (0,2877), while the lowest was between Kalimantan and Java (0,1961). Key words: Helostoma temminckii, genetic, heterozigosity, genetic relationship ABSTRAK        Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Di Indonesia ikan tambakan merupakan salah satu ikan komoditas penting. Saat ini, jumlah produksi ikan tambakan cenderung menurun. Sehingga domestikasi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah peneurunan populasi tambakan Tiga populasi ikan tambakan dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan diobeservasi untuk mendapatkan sumber genetic terbaik yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya.. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman genetika populasi ikan tambakan Jambi, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan menggunakan metode RAPD. Hasil menunjukkan bahwa polimorfisme dan heterosigositas tertinggi terdapat pada populasi ikan tambakan Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan populasi ikan tambakan lainnya. Ukuran fragmen DNA teramplifikasi berkisar antara 100-2000 bp. Jarak genetik paling jauh adalah antara populasi tambakan Sumatera dengan Kalimantan (0,2877), sedangkan jarak genetik terendah adalah tambakan Kalimantan dengan Jawa (0,1961).Kata kunci: Helostoma temminckii, genetik, heterosigositas, kekerabatan
KERAGAMAN FENOTIPA IKAN NILA BEST F4,F5 DAN IKAN NILA NIRWANA 2 HASIL SELEKSI DENGAN ANALISIS TRUSS MORFOMETRIK Irin Iriana Kusmini; Dinar Tri Soelistyowati; Rudhy Gustiano; Peni Pitriani; Vitas Atmadi Prakoso
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 2 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.39 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i2.65

Abstract

Phenotype Diversity of BEST Nila Fish of F4, F5 and The Nirwana 2 Nila Fish Using Truss Morphometric Analysis          In the framework of the management of genetic resources for long-term development and sustainability of cultivating nila tilapia fish for the evaluation of population genetic resources needs to be done. The purpose of this research was to know the fish of nila tilapia BEST phenotype diversity of F4, F5 and the nila tilapia fish of Nirwana 2 using Truss Morfometrik. The fish from populations of Tilapia BEST fish of F4, F5 and a Nirwana 2 fish each sample taken as many as 20 tails. The measurement was done by specifying points along the body of the fish assay based on morfometrik truss method. The dots were connected one with the others so retrieved 21 characters measuring results. The analys was done using cluster analysis. The observations indicated levels of similarity of truss morfometrik BEST Fish of F4, F5 and the Nirwana 2 fish tilapia very high character except on B6, B3, A3, B1, C1 and D6 that significantly different (p ≤ 0.05).The results gave an indication of the quantity of fish body that  BEST fish was  shorter and rounder than the fish of Nirwana 2 tilapia. Based on the inter population relationship the fish of Nirwana 2 tilapia separated  from BEST nila of F4 and F5.Keywords : BEST tilapia, Nirwana tilapia, truss morfometrik, diversity ABSTRAK         Dalam rangka pengelolaan sumber genetik jangka panjang dan pengembangan budidaya untuk kelestarian ikan nila maka evaluasi sumber daya genetik populasi perlu dilakukan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ragam fenotipe ikan nila BEST F4, F5 dan ikan nila Nirwana 2menggunakanTruss Morfometrik. Ikan nila dari populasi nila BEST F4,F5 dan nila Nirwana2 masing-masing diambil contoh sebanyak 20 ekor. Pengukuran dilakukan dengan menentukan titik-titikacuan sepanjang tubuh ikan uji berdasarkanmetode Truss Morfometrik. Titik-titik dihubungkan satu dengan lainnyasehingga diperoleh 21 karakter hasil pengukuran. Analisis dilakukan dengan menggunakan cluster analysis. Hasil pengamatan menunjukkan tingkat kemiripan truss morfometrik Ikan nila BEST F4, F5 dan ikan nila Nirwana 2 sangat tinggi kecuali pada karakter B6, B3, B1, A3, C1 dan D6 yang berbeda nyata (p≤0,05).Hasil tersebut memberikan indikasi bahwapola badan ikan nila BEST lebih pendek dan bulat dibandingkan ikan nila Nirwana2 yang lebih panjang. Berdasarkan hubungan interpopulasi ikan nila Nirwana 2 terpisah dengan kelompok nila BEST F4 dan F5.Kata kunci : nila BEST, nila Nirwana, truss morfometrik, keragaman
Co-Authors , Alimuddin , Rahman, , Achmad Sudradjat Agus Oman Sudrajat Ahmad Fahrul Syarif Ahmad Muzaki Ahmad Teduh Akbar, Muhamad Saepul Aldilla Kusumawardhani, Aldilla Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Anang Hari Kristanto Anang Hari Kristanto Aras, Annisa Khairani Arifah Ambarwati Asep Bulkini Bagus Rahmat Basuki Daniel Djokosetiyanto Dendi Hidayatullah, Dendi Deni Radona Deni Radona Dian Hardiantho Dian Hardianto Didik Ariyanto Didik Ariyanto Donny Prariska Eddy Supriyono Edison, Thomas Erlania Erlania Euis Rakhmawati Fajar Maulana . Farah Diana Fauzan, Agung Luthfi Firmansyah, Rodhi Fitriyah Husnul Khotimah Fitriyah Husnul Khotimah Flandrianto S. Palimirmo Gleni Hasan Huwoyon Gleni Hasan Huwoyon Gleni Hasan Huwoyon, Gleni Hasan Gloria I. Satriani Gloria Ika Satriani Gloria Ika Satriani Gunawan, Bambang Kusmayadi Gusti Ngurah Permana Guttifera Hafidah, Riva Hafif Syahputra Hanggara, Yudha Harton Arfah Haryanti Haryanti Haryanti Haryanti Helena Sahusilawane Herjayanto, Muh. Hidayatush Sholihin Ibrahim Satrio Faqih Ibrahim, Yusran Ida Ayu Amarilia Dewi Murni Imron Imron, Imron Indah Mastuti Intan Putriana Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini, Irin Iriana Irwan Irwan Irzal Effendi Iskandariah Iskandariah Iskandariah, Iskandariah Kesit Tisna Wibowo Ketut Mahardika Ketut Sugama Ketut Sugama Komar Sumantadinata Kukuh Nirmala Ligaya I. T. A. Tumbelaka M. H. Fariduddin Ath-thar M. Syukur M. Zairin Junior Mahardhika, Prana Mahdaliana, Mahdaliana Melta Rini Fahmi MH. Fariduddin Ath-thar Mia Setiawati Muh. Herjayanto Muhamad Syukur Muhammad Fadlan Furqon Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar Muhammad Sami Daryanto Muhammad Zairin Jr Muhammad Zairin Jr. Muhmmad Agus Suprayudi Muliari Muliari Mulyasari Mulyasari Nopri Yanto Odang Carman Oktaviani, Tia Peni Pitriani Poppy Dea Bertha, Poppy Dea Prana Mahardhika Prassetyo Dwi Dhany Wijaya Rahmadani Rahmadani Ratu Siti Aliah Raudhatus Sa'adah Rezki, Dinda Wahyu RIDWAN AFFANDI Rinaldi Rinaldi Rini Susilowati Riva Hafidah Rizki Eka Puteri Ronny Rachman Noor Ruby Vidia Kusumah Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Safira Qisthina Ayuningtyas, Safira Qisthina Sahusilawane, Helena Afia Sandra, Aan Aryanti Sari Budi Moria Sembiring Sari Budi Moria Sembiring Selly Ratna Sari Sri Nuryati Sri Sundari Sudarto Sudarto Syahril, Alfis Tia Oktaviani Upmal Deswira Vitas Atmadi Prakoso Wahyutomo Wahyutomo Wahyutomo, Wahyutomo Wicaksono, Aryo Wenang WIDANARNI WIDANARNI Wildan Nurussalam Wiyoto Wiyoto Yeni Elisdiana Yogi Himawan