Claim Missing Document
Check
Articles

Triploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus: growth performance and gonadal development Ibrahim, Yusran; Soelistyowati, Dinar Tri; Carman, Odang
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3935.494 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.76-82

Abstract

ABSTRACT  This study was aimed to evaluate the growth performance and gonadal development of diploid and triploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus. Triploids were produced through a heat shock method at 42 °C for two minutes, at two minutes after fertilization. Before treatment performed, group of triploid and diploid were separated through nucleolus counting confirmed cromoseme counting. Five individual of each group at the age of nine months were tagged and reared for two months. Parameter of growth performance, feed conversion ratio, and survival rate were analysed using independent-samples t-test at confidence interval 95%, while gonadosomatic index (GSI) and gonad histology were analysed descriptively. No significant differences were observed between diploid and triploid fish in terms of growth performance, feed conversion ratio, and survival rate (P>0.05) during the two months rearing period, while GSI was higher in diploid (P<0.05) compared to triploid females. Histological observations of triploid female gonads showed early development stage, indicating sterility through symptoms such as oocytes degradation and abnormal development. Meanwhile, male gonad developed faster compared to female as spermatids were found in several lobules. As conclusion, diploid and triploid striped catfish P. hypophthalmus growth performance did not differ up to the age of 11 months, although some sterility symptoms were observed in both male and female. Keywords: diploid, triploid, growth, gonad, Pangasianodon hypophthalmus   ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan patin siam Pangasianodon hypophthalmus diploid dan triploid. Triploid diproduksi dengan kejut suhu panas pada suhu 42 °C selama dua menit, pada dua menit setelah fertilisasi. Sebelum pengujian, kelompok diploid dan triploid dipisahkan dengan menganalisis jumlah nukleolus yang dikonfirmasi dengan penghitungan jumlah kromosom. Masing-masing lima ekor ikan diploid dan triploid pada umur sembilan bulan ditandai dan dipelihara selama dua bulan. Parameter pertumbuhan, rasio konversi pakan, dan kelangsungan hidup dianalisis menggunakan independent-samples t-test pada selang kepercayaan 95% sedangkan gonadosomatik indeks (GSI) dan histologi gonad dianalisis secara deskriptif. Pertumbuhan, rasio konversi pakan, dan kelangsungan hidup antara diploid dan triploid selama dua bulan pemeliharaan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Nilai GSI diploid lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan triploid, baik pada jantan maupun betina. Hasil histologi menunjukkan bahwa gonad ikan patin betina masih pada tahap perkembangan awal. Namun, indikasi steril terlihat dengan adanya degradasi oosit dan perkembangannya yang terganggu. Gonad jantan berkembang lebih cepat dibandingkan betina, dengan ditemukannya spermatid pada beberapa lobule. Gonad jantan triploid menunjukkan adanya gejala sterilitas tetapi tidak permanen, sebagian masih mampu berkembang hingga fase spermatid, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan diploid. Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa pertumbuhan antara ikan patin siam diploid dan triploid hingga umur 11 bulan tidak menunjukkan perbedaan, akan tetapi gejala sterilitas ditemukan baik pada jantan maupun betina triploid. Kata kunci: diploid, triploid, pertumbuhan, gonad, Pangasianodon hypophthalmus
Aromatase gene expression and masculinization of Nile tilapia immersed in water 36 °C containing 17α-methyltestosterone Fauzan, Agung Luthfi; Soelistyowati, Dinar Tri; Junior, Muhammad Zairin; Hardiantho, Dian; Setiawati, Mia; Alimuddin, ,
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3315.516 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.116-123

Abstract

ABSTRACT  Immersion of undifferentiated larval tilapia in high temperature and 17α-methyltestosterone (MT) cab increase the male ratio. However, the effectiveness of immersion in high temperature of water containing MT remains to be evaluated. The purposes of this study were: 1) evaluate the male ratio, growth, and survival of tilapia, and 2) analyze the aromatase brain-type gene expression level in tilapia after immersing in high temperature (36 °C) containing MT at 2 mg/L for four hour with single and double immersion. Aromatase gene expression was analyzed by semi-quantitative RT-PCR (sqRT-PCR) method. The result showed that higher monosex male ratio was obtained by single immersion of MT at 36 °C at room temperature. Gene expression level of aromatase brain-type was lower on single immersion and increased significantly at second immersion compared to control (immersion at room temperature without MT). Immersion using MT and high temperature had no significant effect on fish survival. However the specific growth rate and fish biomass were higher than control. Thus, monosex male tilapia can be produced by single immersion of undifferentiated larvae at 36 °C temperature containing MT. Keywords: male ratio, aromatase, Oreochromis niloticus, temperature, 17α-methyltestosterone  ABSTRAK  Perendaman larva ikan nila yang belum terdeferensiasi kelaminnya dengan suhu tinggi dan hormon 17α-metiltestosteron (MT) dapat meningkatkan nisbah kelamin jantan. Tetapi, efektivitas perendaman menggunakan MT pada suhu tinggi belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengevaluasi nisbah kelamin jantan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup ikan nila, dan 2) menganalisis ekspresi gen aromatase tipe-otak pada ikan direndam menggunakan MT dengan dosis 2 mg/L selama empat jam sebanyak satu dan dua kali perendaman pada suhu 36 °C. Ekspresi gen aromatase dianalisis menggunakan metode RT-PCR semi-kuantitatif (sqRT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perendaman MT satu kali pada suhu 36 °C lebih tinggi menghasilkan ikan nila jantan monoseks dibandingkan perendaman MT satu kali pada suhu ruang. Tingkat ekspresi gen aromatase tipe otak pada perendaman satu kali lebih rendah, dan meningkat secara signifikan pada perendaman kedua dibandingkan dengan kontrol (perendaman pada suhu ruang tanpa MT). Perendaman larva menggunakan MT dan suhu 36 °C tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, tetapi laju pertumbuhan spesifik dan biomassa ikan perlakuan tersebut lebih tinggi daripada kontrol. Dengan demikian, ikan nila jantan monoseks dapat diproduksi dengan perendaman satu kali pada larva yang belum terdeferensiasi jenis kelaminnya menggunakan MT pada suhu 36 °C. Kata kunci: rasio jantan, aromatase, Oreochromis niloticus, suhu, 17α-metiltestosteron
The effects of LED light spectrum manipulation on growth and color performance of giant gourami Osphronemus gouramy Lacepede Padang strain Gunawan, Bambang Kusmayadi; Nirmala, Kukuh; Soelistyowati, Dinar Tri; Djokosetiyanto, Daniel; Nurussalam, Wildan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.21.1.11-21

Abstract

This study aimed to evaluate the effect of light spectrum on growth and color performance of giant giant gourami Padang strain. The experiment used a completely randomized design (RAL) with four light emitting diode (LED) treatments in different emission spectra (white, red, green, and blue) at 550 Lux intensity, compared to the control treatment (light room with white tubular lamp at 50 Lux intensity). The irradiation was carried out for 12 hours of photoperiod. The fish used had the total length of 82.90±4.2 mm and body weight of 9.87 ± 0.99 g. The highest growth performance was found in blue LED treatment with the specific growth rate of 2.73 ± 0.2% and feed efficiency of 86.26 ± 2.71%. The best color performance was found in red LED treatment with the RGB ratio of 44.57 ± 0.62% in dorsal fin, 38.41 ± 1.36% in pectoral fins, and 45.33 ± 2.25% in anal fin with the chromatophore cell concentration at 1.973±58 cells/mm2. Keywords : Osphronemus gouramy, blue LED, spectrum, chromatophore, light ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh spektrum cahaya terhadap kinerja pertumbuhan dan warna ikan gurami strain Padang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan cahaya lampu light emitting diodes (LED) yang memiliki spektrum panjang gelombang berbeda (putih, merah, hijau dan biru) intensitas 550 Lux dan kontrol (cahaya ruang berasal dari lampu tubular putih intensitas 50 Lux). Penyinaran dilakukan selama 12 jam mengikuti fotoperiod. Ikan uji yang digunakan memiliki panjang total 82,90 ± 4,2 mm, dengan bobot 9,87 ± 0,99 g. Kinerja pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan LED biru dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 2,73 ± 0,2% dan efisiensi pakan sebesar 86,26 ± 2,71%. Performa warna terbaik terdapat pada perlakuan LED merah dengan rasio warna merah pada RGB bagian dorsal sebesar 44,57 ± 0,62%, sirip pektoral sebesar 38,41 ± 1,36%, dan sirip anal sebesar 45,33 ± 2,25% dengan jumlah sel kromatofor sebanyak 1973 sel/mm2. Kata kunci : Osphronemus gouramy, LED biru, spektrum, kromatofor, cahaya
The ontogenic study of early life stages of culture-bred Nomorhamphus sp. (Zenarchopteridae) from Lindu, Central Sulawesi Herjayanto, Muh; Carman, Odang; Tri Soelistyowati, Dinar; Alimuddin; Wicaksono, Aryo Wenang; Arfah, Harton
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.22.2.179-186

Abstract

Nomorhamphus sp. is a freshwater fish that has been traded as an ornamental fish. This fish is unique as an endemic species with a halfbeak-like jaw and orange color on the caudal fin. However, this fish culture information needs a further information. Based on this condition, it is necessary to conduct a study as a basis for ornamental fish breeding and growing-out activities through domestication. A crucial problem in this fish is larval rearing, which can be observed through ontogeny studies. The study was conducted on the newly-born larval behavior, morphological development, andropodium development, growth, and survival rate at the early stages, namely larvae to juvenile. The results showed that the newly-born larvae of Nomorhamphus sp. Lindu had a total length of 1.6-1.8 cm. Larvae could swim four hours 22 minutes after birth and feed artemia nauplii with surface feeding type. The initial juvenile stage occurred 25 days of post-birth period with a total length of 2.0-2.2 cm. The water condition of the rearing during the study could support the larval transformation to juvenile. This study is the first report related to the aquaculture success of the early life stage of Nomorhamphus sp. Lindu at the domestication stage. Keywords: andropodium, domestication, endemic halfbeak, larva development, surface feeding ABSTRAK Nomorhamphus sp. adalah ikan air tawar yang telah diperdagangkan sebagai ikan hias. Ikan ini memiliki keunikan pada statusnya sebagai spesies endemik, bentuk mulut menyerupai paruh setengah (halfbeak), dan warna oranye pada sirip ekor. Namun informasi budidayanya belum diketahui dengan baik. Karena itu perlu dilakukan kajian sebagai dasar dalam kegiatan pengembangbiakan dan pembesaran sebagai ikan hias melalui domestikasi. Salah satu kegiatan penting dalam budidaya yaitu pemeliharaan larva yang dapat diamati melalui studi ontogeni. Kajian pada studi awal ini dilakukan pada stadia awal hidup yaitu larva sampai juvenil. Pengamatan dilakukan pada tingkah laku larva pascalahir, perkembangan morfologi, perkembangan andropodium, pertumbuhan dan sintasan pada lingkungan budidaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva Nomorhamphus sp. Lindu yang baru dilahirkan memiliki panjang total 1,6-1,8 cm. Larva telah dapat berenang pada umur empat jam 22 menit pascalahir (pcl) dan bisa makan naupli artemia dengan tipe surface feeding. Stadia awal juvenil terlihat pada umur 25 hari pcl dengan ukuran panjang total 2,0-2,2 cm. Kondisi media pemeliharaan selama penelitian dapat mendukung kehidupan larva sampai juvenil. Penelitian ini merupakan catatan pertama terkait keberhasilan budidaya stadia awal hidup Nomorhamphus sp. Lindu pada tahap domestikasi. Kata kunci: andropodium, domestikasi, ikan endemik, tipe makan permukaan, perkembangan larva
Identification of Kappaphycus alvarezii seaweed based on phylogenetic and carrageenan conten Satriani, Gloria Ika; Tri Soelistyowati, Dinar; Alimuddin; Arfah, Harton; Effendi, Irzal
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.23.1.1-11

Abstract

Increasing seaweed production requires accurate information regarding the genetic sources of seeds used. Identifying the seaweed species Kappaphycus molecular is one of the solutions to ensure seaweed cultivators choose seeds for their cultivation businesses. Molecular identification is essential for the system traceability of seaweed products and the creation of databases regarding species variant information Kappaphycus alvarezii cultivation as potential data collection for developing and genetically breeding seaweed seeds. To date, there is no information on the genetic potential of K. alvarezii cultivated in various seaweed cultivation centers in Indonesia. This study aimed to obtain phylogenetic details based on identification of the genetic source using DNA molecular markers barcoding rbcL and analysis of carrageenan content using the Fourier transform infra-red (FTIR) spectrum. The results of DNA sequencing analysis and FTIR testing of 16 varieties of seaweed seedlings obtained from various cultivation centers in Indonesia showed 99% similarity with K. alvarezii, a producer of kappa carrageenan. Keywords: DNA sequencing, phylogenetics, haplotypes, kappa-carrageenan, rbcL ABSTRAK Peningkatan produksi rumput laut memerlukan informasi yang akurat mengenai kepastian sumber genetik bibit yang digunakan. Identifikasi spesies rumput laut Kappaphycus secara molekuler merupakan salah satu solusi untuk memberikan kepastian pada pembudidaya rumput laut untuk memilih bibit bagi usaha budidaya. Identifikasi molekuler sangat penting dalam sistem traceability produk rumput laut dan pembuatan basis data mengenai informasi varian spesies Kappaphycus alvarezii budidaya sebagai pendataan potensi untuk pengembangan dan pemuliaan bibit rumput laut secara genetis. Sampai saat ini belum tersedia informasi mengenai potensi genetik rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan di berbagai sentra budidaya rumput laut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi filogenetik berdasarkan identifikasi sumber genetiknya menggunakan penanda molekuler DNA barcoding rbcL serta analisis kandungan karaginannya menggunakan spektrum Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dari hasil analisis sekuensing DNA dan pengujian FTIR terhadap 16 varietas bibit rumput laut yang diperoleh di berbagai sentra budidaya di Indonesia menghasilkan 99% kemiripan yang tinggi dengan K. alvarezii penghasil kappa karagenan. Kata kunci: DNA sekuensing, filogenetik, haplotipe, kappa-karagenan, rbcL
Sex determination and acclimation response of dwarf snakehead fish Channa limbata from West Java Tri Soelistyowati, Dinar; Oman Sudrajat, Agus; Arfah, Harton; Alimuddin, Alimuddin; Hafidah, Riva; Hanggara, Yudha; Edison, Thomas
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.23.2.201-211

Abstract

The Channa limbata fish is a type of tropical freshwater fish of the Channidae family which is relatively small as an aquarium ornamental fish with a distinctive color at the tip of its dorsal fin and has a snake-like head (dwarf snakehead). Natural snakehead fishing activities have threatened its sustainability. Breeding C. limbata fish through cultivation can increase its potential for sustainable use. This study aims to evaluate the acclimation response of wild-type dwarf snakehead fish in captivity and its sexual characteristics as a basis for domestication and hatchery technology. The fish samples used were natural catches from rivers in West Java measuring <100 mm to >150 mm of body length then individually acclimated indoors in an aquarium (35×20×20 cm) for 14 days. Snakehead fish live in shallow, slow-flowing river waters with a temperature of 20.2-21.3°C, TDS 16-24 mg/L at neutral pH, while the rearing water temperature and TDS are higher (temperature: 24.9-27.6°C; TDS: 88-110 mg/L). The fish mortality rate during acclimation reached 25% in fish measuring >150 mm of length on tenth day, while fish measuring <150 mm more adaptive with 100% survival. The male fish measuring 100-150 mm have 13-15 pectoral fin rays while female fish have fewer (13-14). The gonad development level of male C. limbata in nature is slower than female fish measuring 100-150 mm with a gonadosomatic index of ovaries reached 10 times higher than testicular. Keywords: acclimation, C. limbata, gonadosomatic index, ovaries ABSTRAK Ikan Channa limbata merupakan jenis ikan air tawar tropis dari famili Channidae yang berukuran relatif kecil sebagai ikan hias akuarium dengan warna yang khas pada ujung sirip punggungnya dan bentuk kepala mirip ular (dwarf snakehead). Aktivitas penangkapan ikan gabus alam telah mengancam kelestariannya. Pembibitan ikan C.limbata melalui budidaya dapat meningkatkan potensi pemanfaatannya secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons aklimatisasi ikan gabus alam di dalam penangkaran dan karakterisasi seksualnya sebagai landasan teknologi pembenihan ikan gabus C. limbata yang tepat. Sampel ikan yang digunakan merupakan hasil tangkapan alam dari sungai di Jawa Barat berukuran <100 mm hingga >150 mm kemudian diaklimasi indoor di akuarium (35×20×20 cm) selama 14 hari. Ikan gabus hidup di perairan sungai yang dangkal berarus lambat dengan suhu 20,2-21,3°C, TDS 16-24 mg/L dan pH netral, sedangkan suhu air pemeliharaan dan TDS lebih tinggi (suhu: 24,9-27,6°C; TDS: 88-110 mg/L). Angka kematian ikan selama aklimatisasi mencapai 25% pada ikan berukuran >150 mm hari ke 10, sedangkan ikan berukuran <150 mm lebih adaptif dengan sintasan 100%. Ikan jantan C.limbata berukuran 100-150 mm memiliki jari-jari sirip pektoral berjumlah 13-15, sedangkan ikan betina lebih sedikit (13-14). Tingkat perkembangan gonad ikan jantan lebih lambat dari pada ikan betina dengan indeks gonadosomatik ovarium mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan testis. Kata kunci: aklimatisasi, Channa limbata, indeks gonadosomatik, ovarium
The Genetic Relationship Analysis of Genus Nomorhamphus from Lindu Lake, Central Sulawesi and Adaptive Responses to Exposure Different Light Wavelengths Riva Hafidah; Dinar Tri Soelistyowati; Agus Oman Sudrajat; Alimuddin
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 16 No. 2 (2024): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v16i2.55837

Abstract

Graphical Abstract Highlight Research Genus Nomorhamphusfrom three river inlets of Lindu Lake, Central Sulawesi was identified as Nomorhamphus with CO1 gene. Green wavelength can accelerate growth and maturation. Wild fish Nomorhamphus can complete life cycles in an aquaculture environment. Domestication level two is completed. Abstract Genus Nomorhamphus is an endemic fish that can be found in Sulawesi, Indonesia. This fish belongs to the halfbeak group and has diverse colors and morphology. It has economic value as an export commodity in the ornamental fish trade. Exploration of the genetic relationship of genus Nomorhamphus in Central Sulawesi is still limited. Nomorhamphus's fulfillment of export demand still comes from wild catches. This study aimed to identify the genetic relationship of genus Nomorhamphus in the inlet rivers of Lake Lindu, Central Sulawesi, and evaluate the adaptation response of genus Nomorhamphus to different wavelengths of light exposure. Caudal fin of six fish from the three inlet rivers of Lake Lindu were preserved in 95% ethanol for DNA extraction purposes. This research used a completely randomized design with three treatment, namely rearing under white (400 nm), green (525 nm), and red (625 nm) light for 60 days. Each treatment had three replications in the form of aquariums, with each aquarium being filled with four fish. A total of 42 fish were utilized in the study. CO1 sequence was amplified with universal primers of FISH-F2 and FISH-R2. The PCR amplification products were then sequenced and performed with phylogenetic tree analysis. The genetic diversity analysis suggests that the genus Nomorhamphus of all three rivers, Lindu Lake, Central Sulawesi is one species as Nomorhamphus sp.. Male and female growth length and gonad maturation were developed faster under green light exposure, while survival rate, blood glucose level, and color quality were not significantly different under different light. Exposure of wild fish to green light Nomorhamphus sp. can accelerate gonad maturation and growth to accelerate domestication.
Induction of reproduction of fish Anasa Nomorhampus sp. endemic Palu, Central Sulawesi orally through hormon bioencapsulation use Chironomus sp. Rezki, Dinda Wahyu; Sudrajat, Agus Oman; Soelistyowati, Dinar Tri; Carman, Odang
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.24.2.220-232

Abstract

Species Nomorhampus sp. with the local name Anasa fish, endemic to Palu, Central Sulawesi, has a unique superior mouth shape, beak-shaped jaws, attractive colors and patterns, becoming an export commodity with high economic value, but currently it cannot be cultivated, domestication efforts are needed to avoid extinction, by carrying out hormonal manipulation that accelerates the domestication process. This study aims to evaluate the effectiveness of Oodev® on the induction of reproduction in the fish Nomorhampus sp. through bioencapsulation using Chironomus sp. which resulted in births, five groups of fish were fed using Oodev® at a dose of 1 mL/kg parent weight and NaCl 1 mL/kg parent weight as a control group, the fish were kept for 60 days. This research focuses on assessing specific weight growth rate (LPBS), specific length growth rate (LPPS), survival rate (TKH), gonadosomatic index (IGS), gonadal histology, birth frequency, number of births, and growth performance. Fish fed Oodev® feed showed higher SGR and IGS (p<0.05), 40% of fish fed Oodev® supplementary feed successfully gave birth with a total of 9 fry, while no birth occurred in control fish. Histological analysis showed faster gonad development in fish fed Oodev®. Hormonal induction with Oodev® can accelerate reproduction in anasa fish in cultivation containers. These findings provide valuable insight for fish farmers regarding the effect of Oodev® on gonad development in anasa fish in both male and female parents. It is hoped that this discovery will speed up the process of domestication of Anasa fish. Keywords: domestication, endemic, Nomorhampus sp., Oodev®, reproduction ABSTRAK Spesies Nomorhampus sp. dengan nama lokal ikan Anasa endemik Palu, Sulawesi Tengah, memiliki keunikan bentuk mulut superior rahang berbentuk paruh, warna dan corak menarik menjadi komoditas ekspor dengan nilai ekonomis yang tinggi, namun saat ini belum dapat dibudidayakan, perlu upaya domestikasi agar tidak terjadi kepunahan, dengan melakukan manipulasi hormormonal yang mempercepat proses domestikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Oodev® terhadap induksi reproduksi ikan Nomorhampus sp. melalui bioenkapsulasi menggunakan Chironomus sp. yang menghasilkan kelahiran, lima kelompok ikan yang diberi pakan menggunakan Oodev® dosis 1 mL/kg bobot induk dan NaCl 1 mL/kg bobot induk sebagai kelompok kontrol, ikan dipelihara selama 60 hari. Penelitian ini fokus pada penilaian laju pertumbuhan bobot spesifik (LPBS), laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS), tingkat kelangsungan hidup (TKH), indeks gonadosomatik (IGS), histologi gonad, frekuensi kelahiran, jumlah kelahiran, dan kinerja pertumbuhan. Ikan yang diberi pakan Oodev® menunjukkan SGR dan IGS yang lebih tinggi (p<0,05), 40% ikan yang diberi pakan tambahan Oodev® berhasil melahirkan dengan jumlah total 9 ekor benih, sementara pada ikan kontrol tidak terjadi kelahiran. Analisa histologi menunjukkan perkembangan gonad yang berkembang lebih cepat pada ikan yang diberi pakan Oodev®. Induksi hormonal dengan Oodev® mampu mempercepat reproduksi pada ikan anasa di wadah budidaya. Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi pembudidaya ikan mengenai pengaruh Oodev® terhadap perkembangan gonad pada ikan anasa baik pada induk jantan maupun betina. Penemuan ini diharapkan dapat mempercepat proses domestikasi ikan Anasa. Kata kunci: domestikasi, endemik, Nomorhampus sp., Oodev®, reproduksi
Induction of maturation gonads the Asian swamp eel Monopterus albus at different sizes with the hormones PMSG + antidopamine and hCG Sandra, Aan Aryanti; Sudrajat, Agus Oman; Arfah, Harton; Soelistyowati, Dinar Tri
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.24.2.274-287

Abstract

Monopterus albus is a protogynous hermaphrodite species that undergoes a unidirectional sex change from female to male. Asian swamp eel cultivation activities face constraints in seeding due to limited mature gonad broodstock. This study aims to evaluate the effect of administering a combination of PMSG + Antidopamine (OodevⓇ) and hCG on the induction of gonad maturation of Asian swamp eels at various body sizes. The research design used was a factorial design consisting of control treatment (without hormone injection), P1 = hCG (dose 20 IU/kg), P2 = OodevⓇ (dose 0.5 ml/kg), and P3 = hCG+OodevⓇ (dose 20 IU+0.5 ml/kg) with body length groups, namely K1 (15–25 cm), K2 (30–40 cm), and K3 (45–55 cm). The results showed that eels in group K1 had the highest body length growth (3.63 ± 0.96 cm), while the highest body weight gain (5.30 ± 1.30 grams) in K3 (P<0.05). Administration of oodevⓇ showed the highest values ​​for GSI = 8.13 ± 0.72% and HSI = 4.36±0.80% in K1 compared to K2 (GSI = 6.95 ± 2.86%; HSI = 3.26 ± 0.68%) with female sex. In contrast, group K3 experienced a decrease in GSI = 0.81 ± 0.11% and HSI = 2.48 ± 1.06% accompanied by masculinization. Administration of oodevⓇ also increased the concentration of estradiol-17β in K1 and K2, while testosterone increased in K3. The conclusion of this study is that administering oodevⓇ to 15-40 cm sized Asian swamp eels can accelerate gonad maturity with female sex status, while at sizes >45 cm it can accelerate masculinization and maturation of male gonads. Keywords: body length size, gonad maturation, masculinization, Monopterus albus, oodevⓇ ABSTRAK Monopterus albus adalah spesies hermaprodit protogini yang mengalami perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan secara searah. Kegiatan budidaya belut sawah menghadapi kendala dalam pembenihan karena keterbatasan induk matang gonad. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian kombinasi PMSG + Antidopamine (OodevⓇ) dan hCG terhadap induksi pematangan gonad belut sawah pada berbagai ukuran tubuh. Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial yang terdiri dari perlakuan kontrol (tanpa injeksi hormon), P1 = hCG (dosis 20 IU/kg), P2 = OodevⓇ (dosis 0,5 ml/kg), dan P3 = hCG+OodevⓇ (dosis 20 IU+0,5 ml/kg) dengan kelompok ukuran panjang tubuh yaitu K1 (15–25 cm), K2 (30–40 cm), dan K3 (45–55 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa belut kelompok K1 memiliki pertumbuhan panjang tubuh tertinggi (3,63 ± 0,96 cm), sementara pertambahan bobot tubuh tertinggi (5,30±1,30 gram) pada K3 (P<0,05). Pemberian oodevⓇ menunjukkan nilai tertinggi untuk GSI = 8,13±0,72% dan HSI = 4,36±0,80% pada K1 dibandingkan dengan K2 (GSI = 6,95±2,86%; HSI = 3,26±0,68%) dengan jenis kelamin betina. Sebaliknya, kelompok K3 mengalami penurunan nilai GSI = 0,81±0,11% dan HSI = 2,48±1,06% disertai dengan maskulinisasi. Pemberian oodevⓇ juga meningkatkan konsentrasi estradiol-17β pada K1 dan K2, sedangkan testosterone meningkat pada K3. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian oodevⓇ pada belut sawah ukuran 15-40 cm dapat mempercepat kematangan gonad dengan status kelamin betina sedangkan pada ukuran >45 cm dapat mempercepat maskulinisasi dan pematangan gonad jantan. Kata kunci: maskulinisasi, Monopterus albus, oodevⓇ, pematangan gonad, ukuran panjang tubuh
Co-Authors , Alimuddin , Rahman, , Achmad Sudradjat Agus Oman Sudrajat Ahmad Fahrul Syarif Ahmad Muzaki Ahmad Teduh Akbar, Muhamad Saepul Aldilla Kusumawardhani, Aldilla Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Alimuddin Anang Hari Kristanto Anang Hari Kristanto Aras, Annisa Khairani Arifah Ambarwati Asep Bulkini Bagus Rahmat Basuki Daniel Djokosetiyanto Dendi Hidayatullah, Dendi Deni Radona Deni Radona Dian Hardiantho Dian Hardianto Didik Ariyanto Didik Ariyanto Donny Prariska Eddy Supriyono Edison, Thomas Erlania Erlania Euis Rakhmawati Fajar Maulana . Farah Diana Fauzan, Agung Luthfi Firmansyah, Rodhi Fitriyah Husnul Khotimah Fitriyah Husnul Khotimah Flandrianto S. Palimirmo Gleni Hasan Huwoyon Gleni Hasan Huwoyon Gleni Hasan Huwoyon, Gleni Hasan Gloria I. Satriani Gloria Ika Satriani Gloria Ika Satriani Gunawan, Bambang Kusmayadi Gusti Ngurah Permana Guttifera Hafidah, Riva Hafif Syahputra Hanggara, Yudha Harton Arfah Haryanti Haryanti Haryanti Haryanti Helena Sahusilawane Herjayanto, Muh. Hidayatush Sholihin Ibrahim Satrio Faqih Ibrahim, Yusran Ida Ayu Amarilia Dewi Murni Imron Imron, Imron Indah Mastuti Intan Putriana Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini Irin Iriana Kusmini, Irin Iriana Irwan Irwan Irzal Effendi Iskandariah Iskandariah Iskandariah, Iskandariah Kesit Tisna Wibowo Ketut Mahardika Ketut Sugama Ketut Sugama Komar Sumantadinata Kukuh Nirmala Ligaya I. T. A. Tumbelaka M. H. Fariduddin Ath-thar M. Syukur M. Zairin Junior Mahardhika, Prana Mahdaliana, Mahdaliana Melta Rini Fahmi MH. Fariduddin Ath-thar Mia Setiawati Muh. Herjayanto Muhamad Syukur Muhammad Fadlan Furqon Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar Muhammad Sami Daryanto Muhammad Zairin Jr Muhammad Zairin Jr. Muhmmad Agus Suprayudi Muliari Muliari Mulyasari Mulyasari Nopri Yanto Odang Carman Oktaviani, Tia Peni Pitriani Poppy Dea Bertha, Poppy Dea Prana Mahardhika Prassetyo Dwi Dhany Wijaya Rahmadani Rahmadani Ratu Siti Aliah Raudhatus Sa'adah Rezki, Dinda Wahyu RIDWAN AFFANDI Rinaldi Rinaldi Rini Susilowati Riva Hafidah Rizki Eka Puteri Ronny Rachman Noor Ruby Vidia Kusumah Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Rudhy Gustiano Safira Qisthina Ayuningtyas, Safira Qisthina Sahusilawane, Helena Afia Sandra, Aan Aryanti Sari Budi Moria Sembiring Sari Budi Moria Sembiring Selly Ratna Sari Sri Nuryati Sri Sundari Sudarto Sudarto Syahril, Alfis Tia Oktaviani Upmal Deswira Vitas Atmadi Prakoso Wahyutomo Wahyutomo Wahyutomo, Wahyutomo Wicaksono, Aryo Wenang WIDANARNI WIDANARNI Wildan Nurussalam Wiyoto Wiyoto Yeni Elisdiana Yogi Himawan