Claim Missing Document
Check
Articles

التقديم والتأخير عند الآلوسي في تفسيره "روح المعاني في تفسير القرآن العظيم والسبع المثاني" Zakir, Muhammad; Baso Pallawagau; Abdul Rahim Muhammad
Al-Aqwam: Jurnal Studi Al-Quran dan Tafsir Vol. 2 No. 2 (2023): Online Journal
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58194/alaqwam.v2i2.1199

Abstract

Al-Takdi>m and al-Ta’khi>r are considered among the most important aspects of the miracle of the holy Qur’an, as every word in it comes in a distinctive way, and every change in this arrangement becomes a clear defect in the meaning. Despite the many secrets of al-Takdi>m and al-Ta’khi>r and its various types, many commentators did not pay attention to it and did not explain the secrets it has in its meaning. Speech, and most of their care in explaining what was presented was to say: Al-Takdi>m and al-Ta’khi>r are a form of care and attention, and for this reason some scholars blamed those who made the matter of al-Takdi>m easy and his status small; This is because they think that it is sufficient to say about everything that has been presented: it has been brought forward to be taken care of, and because mentioning it is more important. Al-Alusi explained and applied the miracle of the Qur’an, especially the al-Takdi>m and al-Ta’khi>r in its interpretation called the Spirit of Meanings in the Interpretation of the Great Qur’an and the Seven Repeated Verses, a book famous for its author’s interest in the rhetorical aspect of the Holy Qur’an. This research deals with the secrets of al-Takdi>m and al-Ta’khi>r in Al-Alusi’s interpretation, through the inductive approach. Where its secrets are extrapolated in its interpretation; The comparative approach is to compare all the opinions mentioned regarding the secrets of advancement and delay with other exegetical books. At the end of this research, the results come, the most important of which are: the secrets of al-Takdi>m and al-Ta’khi>r: attention to the advance and interest to the latter, specification, and al-Takdi>m because it is included in praise, and the declaration of equality, and al-Takdi>m in existence, and al-Takdi>m of the best, and al-Takdi>m the path of receiving revelation. The secrets of al-Takdi>m and al-Ta’khi>r are considered in the interpretation of Al-Alusi, as an extension of Abd al-Qahir al-Jurjani’s approach to systems theory in his book “Dala’il al-I’jaz”, Al-Alusi distinguished himself from Al-Zamakhshari, Al-Razi, Abu Hayyan, and other commentators who preceded him in many investigations into the secrets of al-Takdi>m and al-Ta’khi>r in the holy Qur’an.
Transformasi An-Naḥt dalam Identitas Linguistik Muslim Multibahasa: Studi Kasus Media Sosial Sari, Maya; Umi Kulsum; Ali Hasan Al Bahar; Ibnu Rawandhy N. Hula; Baso Pallawagau
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 4 (2025): Penulis dari 3 negara (Indonesia, Jerman dan Turki)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i4.7193

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis transformasi an-naḥt sebagai penanda identitas linguistik dalam komunitas Muslim multibahasa di era digital. Awalnya, an-naḥt dalam bahasa Arab merujuk pada pemendekan ungkapan seperti ḥamdalah, namun kini meluas menjadi simbol solidaritas, ekspresi religius, dan gaya hidup Muslim modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui analisis konten digital dan observasi etnografi daring. Data diperoleh dari unggahan di TikTok, Instagram, dan Facebook berupa video, caption, , dan tagar yang mengandung bentuk an-naḥt seperti ḥamdalah, tahlīl, hijabfluencer, mompreneur, dan muslimfluencer.Hasil menunjukkan bahwa an-naḥt digital tidak hanya mempertahankan nilai semantik dan spiritualnya, tetapi juga bertransformasi menjadi ekspresi sosial dan ekonomi. Istilah seperti mompreneur dan muslimfluencer menggambarkan identitas perempuan Muslim produktif serta figur dakwah digital. Kontribusi penelitian ini terletak pada perluasan kajian dinamika bahasa Arab di era kecerdasan buatan dan pada pemahaman baru tentang hubungan antara bahasa, agama, dan ekonomi digital dalam pembentukan identitas global.
Semantik Kata Rahmah Sebagai Kasih Sayang Universal: Relevansi Terhadap Krisis Ekologis Dan Pemanasan Global Ningsih, Surya; Pallawagau, Baso
Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran Vol. 5 No. 3 (2025): Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Publisher : Bale Literasi: Lembaga Riset, Pelatihan & Edukasi, Sosial, Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58218/alinea.v5i3.1894

Abstract

This study examines the semantic meaning of the Qur’anic term rahmah as a concept of universal compassion and its relevance to the ecological crisis and global warming. The modern environmental crisis reflects humanity’s loss of spiritual awareness toward the sanctity of nature as a manifestation of divine mercy (āyāt Allāh). This research applies Seyyed Hossein Nasr’s ecotheological framework, which views nature as the tajallī (manifestation) of divine mercy, using a qualitative descriptive approach through lexical-semantic analysis of Qur’anic verses containing the term rahmah (e.g., QS. Al-Anbiyā’ [21]:107; QS. Al-A‘rāf [7]:156; QS. Ar-Raḥmān [55]:1–13). The analysis was conducted in three stages: lexical, semantic-conceptual (based on Toshihiko Izutsu’s theory), and theological-ecological. Data validity was ensured through source triangulation and expert judgment. The findings reveal four main dimensions of rahmah: theological (rahmah ilāhiyyah), social (rahmah insāniyyah), cosmological (rahmah kauniyyah), and contemporary ecological (rahmah ekologiyyah mu‘āṣirah). These dimensions collectively form the foundation of an Islamic ecological ethic that situates compassion as the core principle in environmental management and preservation. The study concludes that a spiritual approach grounded in the value of rahmah offers an alternative paradigm for addressing ecological crises by emphasizing balance and harmony between God, humanity, and nature.
Makna Semantik Kata Tayyibat: Perspektif Konsumsi Rendah Karbon Dan Gaya Hidup Berkelanjutan Sochra, Siti Dyah Islamiaty; Pallawagau, Baso
Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran Vol. 5 No. 3 (2025): Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Publisher : Bale Literasi: Lembaga Riset, Pelatihan & Edukasi, Sosial, Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58218/alinea.v5i3.1932

Abstract

Kajian ini membahas urgensi pemahaman makna semantik kata ṭayyibāt dalam Al-Qur’an sebagai landasan etis bagi konsumsi rendah karbon dan gaya hidup berkelanjutan. Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap krisis lingkungan dan kebutuhan akan praktik konsumsi yang bertanggung jawab, kajian ini menegaskan bahwa konsep ṭayyibāt tidak hanya mencerminkan kehalalan secara hukum, tetapi juga mengandung dimensi moral, ekologis, dan spiritual. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif interpretatif dengan paradigma konstruktivis-hermeneutik. Data diperoleh melalui studi kepustakaan dan analisis dokumen yang mencakup teks-teks keislaman, jurnal ilmiah, serta literatur tentang praktik halal dan keberlanjutan. Analisis dilakukan menggunakan teori hermeneutik kontekstual dan teori etika keberlanjutan untuk menafsirkan keterkaitan nilai ṭayyibāt dengan prinsip konsumsi berkelanjutan. Hasil kajian menunjukkan bahwa ṭayyibāt mencerminkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan tanggung jawab ekologis, menuntun pada pola konsumsi yang etis, efisien sumber daya, serta ramah lingkungan. Nilai-nilai ṭayyibāt dalam ajaran Islam terbukti selaras dengan prinsip triple bottom line ekonomi, sosial, dan lingkungan yang menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan modern. Dengan demikian, konsep ṭayyibāt dapat dipahami sebagai paradigma konsumsi Islami yang mendukung gaya hidup rendah karbon dan berorientasi pada keberlanjutan bumi.