Claim Missing Document
Check
Articles

Perubahan Kandungan Protein dan Serat Kasar Kulit Nanas yang Difermentasi dengan Plain Yoghurt Nurhayati N; Nelwida N; Berliana S
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 17 No. 1 (2014): Mei 2014
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.106 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v17i1.2044

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kandungan protein dan serat kasar kulit nanas setelah difermentasi dengan plain yoghurt. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Bahan yang digunakan yaitu kulit nanas sisa pengolahan buah nanas di Desa Tangkit Baru, plain yoghurt dan bahan kimia untuk analisa proksimat. Plain yoghurt yang digunakan mengandung bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor A (level yogurt 0, 3, 6, dan 9 ml/kg bahan) dan faktor B (lama fermentasi 24, 48, dan 72 jam). Setiap perlakuan diulang 5 kali. Peubah yang diamati yaitu kandungan bahan kering, protein, dan serat kasar. Data dianalisis ragam dan pengaruh nyata antar perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level yogurt tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi kandungan bahan kering kulit nanas fermentasi tetapi lama fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05). Level yogurt atau lama fermentasi nyata (P<0,05) mempengaruhi kandungan protein, dan serat kasar kulit nanas fermentasi. Kombinasi level yogurt dan lama fermentasi tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi kandungan bahan kering, protein, dan serat kasar. Penggunaan yogurt pada 3 ml/kg bahan memberikan hasil yang sama baiknya dengan kontrol dan lama fermentasi selama 24 jam memberikan hasil yang sama dengan fermentasi selama 48 jam. Disimpulkan bahwa terjadi perubahan kandungan protein dan serat kasar kulit nanas yang difermentasi dengan plain yoghurt. Kandungan protein dan serat kasar kulit nanas lebih baik didapatkan pada fermentasi menggunakan 3 ml/kg yogurt selama 24 jam.
Kandungan Asam Sianida, Bahan Kering Dan Bahan Organik Tepung Biji Karet Hasil Pengukusan Y Yatno; Rasmi Murni; N Nelwida; Evi Novita Yani
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 18 No 2 (2015): November 2015
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.753 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v18i2.2674

Abstract

Biji karet merupakan salah satu bahan pakan hasil samping berkualitas dari perkebunan karet yang dapat dijadikan pakan ternak unggas maupun ruminansia. Salah satu kelemahan dari bahan pakan tersebut adalah tingginya kandungan asam sianida (HCN) yang dapat menyebabkan keracunan bila dikonsumsi oleh ternak. Salah satu cara untuk mengeliminasi bahkan menghilangkan kandungan antinutrisi tersebut yaitu dengan proses pengukusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama waktu pengukusan terhadap penurunan asam sianida maupun perubahan zat makanan lainnya seperti bahan kering dan bahan organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dilakukan Analisis Ragam, sedangkan uji jarak berganda Duncan digunakan sebagai uji lanjut. Perlakuan yang terapkan adalah; P0 (tepung biji karet tanpa pengukusan sebagai kontrol), P1 (pengukusan tepung biji karet selama 10 menit), P2 (pengukusan tepung biji karet selama 20 menit) dan P3 (pengukusan tepung biji karet selama 30 menit). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama waktu pengukusan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap HCN tepung biji karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukusan semakin signifikan menurunkan kandungan HCN, bahan kering maupun bahan organik tepung biji karet. Dapat disimpulkan bahwa pengukusan tepung biji karet selama 30 menit mampu menurunkan asam sianida 13 kali lebih rendah (9.542 - 0.712%) dibandingkan kontrol
Kandungan Nutrisi Black garlic Hasil Pemanasan dengan Waktu Berbeda: Nutrition content of Black garlic heated in different times Nelwida Nelwida; Berliana Berliana; Nurhayati NURHAYATI
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No. 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.963 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v22i1.6471

Abstract

Garlic as feed additives have been widely used to increase animals performance due to it can help absorption process of nutrients so that it can spur animal growth and produce healthy products. Garlic is crushed or damaged easily and when is broken, some of these bioactive sulfur components produce a strong pungent odor. Black garlic is fresh garlic that has been fermented for a period of time. Black garlic is formed through heating and causing the garlic turn to black because of its browning compounds. Black garlic does not exude a strong off-flavor, like fresh garlic because of changes to the compound allicin, which is responsible for its odor. The study was done to measure the nutritional content on black garlic based on different times of heat treatment at 600C. The research design was complete randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. The treatments were time of heating; P0 (control, 0 day), P1 (15 days), P2 (30 days) and P3 (45 days) 500 g each. Parameters were moisture content, crude protein, ash, fat and carbohydrate. Data were analysed by analysis of variance, the significant effects were tested by Duncan’s multiple range test. To determine the best time of heating would be tested by Polynomial orthogonal. The results showed that different times of heat treatment significantly (P<0.05) affect nutrition of black garlic. Fifteen days of heating significantly incease moisture content but the moisture content decreased when heating was longer such as for 30 and 45 days. Longer time of heating increased significantly (P <0.05) the protein and fat content of black garlic, while the carbohydrate content significantly decreased (P <0.05). Polynomial orthogonal test resulted that the heating of garlic at 600C for 17 days gives the best nutrient content of black garlic. It was concluded that the length heating of garlic to produce the best nutrition content of black garlic was at a temperature of 600C for 17 days.
Efisiensi Protein Ayam Broiler yang Diberi Ampas Tahu Fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (Protein Efficiency of Broiler Chicken Fed fermented Waste Tofu with Saccharomyces cerevisiae) Nurhayati NURHAYATI; Berliana Berliana; Nelwida Nelwida
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 22 No. 2 (2019): Nopember 2019
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.27 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v22i2.6725

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan protein pada ayam broiler yang diberi pakan mengandung ampas tahu hasil fermentasi menggunakan Saccaromyces cerevisae. Ampas tahu difermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 2 % dengan lama waktu fermentasi 72 jam. Setelah dipanen dianalisa kandungan nutrisinya dan diberikan pada ayam broiler sebanyak 200 ekor selama 5 minggu pemeliharaan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuannya yaitu P0= Pakan komersil (kontrol), P1 = Pakan komersil + 10 % ampas tahu fermentasi, P2 = Pakan komersil + 20% ampas tahu fermentasi, P3 = Pakan komersil + 30% ampas tahu dan P4 = Pakan komersil + 40% ampas tahu fermentasi. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan efisiensi penggunaan protein. Data yang diperoleh di analisis ragam dan pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati diuji dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu hasil fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae sampai level 20% tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol, tetapi semakin tinggi penggunaannya (>20%) dalam pakan nyata (P<0.05) menurunkan konsumsi pakan, konsumsi proein. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu fermentasi dalam pakan broiler dapat digunakan sampai 20% untuk memperbaiki efisiensi penggunaan protein.
Kandungan nutrisi ampas tahu yang difermentasi dengan Trichoderma viride,Saccaromyces cerevisiae dan kombinasinya. Nurhayati Nurhayati; Berliana Berliana; Nelwida Nelwida
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 23 No. 2 (2020): Nopember 2020
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.813 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v23i2.12938

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi ampas tahu yang difermentasi dengan Trichoderma viride, Saccaromyces cerevisae dan kombinasinya. Materi yang digunakan adalah ampas tahu, dedak padi Trichoderma viride, dan Sacharomyces cerevisieae. Penelitian ini didisain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga diperoleh perlakuan; P0= ampas tahu tanpa fermentasi (kontrol), P1= ampas tahu difermentasi dengan 5% Trichoderma viride, P2=ampas tahu difermentasi dengan 2% Sacharomyces cerevisieae dan P3= ampas tahu difermentasi dengan 5% Trichoderma + 2% Sacharomyses. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bahan kering, protein kasar, serat kasar, bahan organik dan karbohidrat. Data yang diperoleh akan dianalisa sesuai rancangan yang digunakan dan jika terdapat pengaruh yang nyata akan dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar bahan kering ampas tahu, tetapi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar protein kasar, serat kasar, bahan organik dan karbohidrat. Uji Duncan menunjukkan bahwa penggunaan Trichoderma viride dan Sacharomyces cerevisiae berpengaruh nyata (P<0.05) menghasilkan kandungan protein tertinggi dibanding dengan kombinasi dan kontrol. Trichoderma viride memberikan pengaruh nyata (P<0.05) menghasilkan kadar serat kasar ampas tahu yang paling rendah. Kadar bahan organik dan karbohidrat untuk semua perlakuan nyata (P<0.05) lebih rendah dibanding dengan kontrol. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah fermentasi menggunakan Trichoderma viridedan Sacharomyces cerevisiae lebih mampu meningkatkan kandungan protein kasar ampas tahu, sedangkan untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan menggunakan Trichoderma viride.
Pengaruh Penggunaan Tepung Kunyit Dalam Ransum Yang Mengandung Bawang Hitam (Black Garlic) Terhadap Bobot Karkas Dan Lemak Abdomen Broiler M. Irsyad Zulfikar; Berliana Berliana; Nelwida Nelwida; Nurhayati Nurhayati
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 25 No 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.747 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v25i1.17854

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung bawang hitam (Black Garlic) terhadap Karkas dan lemak abdomen broiler. Penelitian ini menggunakan 200 ekor DOC broiler, tepung bawang hitam (Black garlic) dan tepung kunyit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri P0 = 100% Ransum komersil (Kontrol), P1 = P0 + 3% Black Garlic, P2 = P1 + 0,5% Tepung Kunyit, P3 = P1 + 1% Tepung Kunyit, P4 = P1 + 1,5% Tepung Kunyit. Peubah yang diamati didalam penelitian ini yaitu konsumsi pakan, bobot potong, karkas, dan lemak abdomen. Data diolah menggunakan analisis ragam dan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung bawang hitam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum dan bobot lemak abdomen, namun berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan persentase lemak abdomen. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung 3% bawang hitam mampu meningkatkan konsumsi ransum, namun belum mampu menurunkan lemak abdomen, meningkatkan bobot karkas dan bobot potong pada ayam broiler.
Bobot Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum yang Mengandung Black Garlic Wawan Kuswandi; Berliana Berliana; Nelwida Nelwida; Nurhayati Nurhayati
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 25 No 2 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.666 KB) | DOI: 10.22437/jiiip.v25i2.19271

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui pengaruh Penggunaan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum yang Mengandung Black garlic Terhadap Bobot Organ Pencernaan Broiler. Penelitian ini menggunakan 200 ekor DOC Broiler, Black garlic dan Tepung Kunyit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri P0 = 100% Ransum komersil (Kontrol), P1 = 3% Black Garlic, P2 = P1 + 0,5% Tepung Kunyit, P3 = P1 + 1% Tepung Kunyit, P4 = P1 + 1,5% Tepung Kunyit. Peubah yang diamati didalam penelitian ini yaitu konsumsi ransum, bobot potong dan bobot hati relatif, pankreas relatif serta volume empedu. Data diolah menggunakan analisis ragam dan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung Black garlic berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum namun berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap, bobot potong, bobot hati relatif, pancreas relatif dan volume empedu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung kunyit sampai taraf 1,5% dalam ransum yang mengandung 3% Black garlic tidak mengganggu bobot organ pencernaan broiler.
Comparison of Bottom Gillnet Catches with Different Mesh Sizes in the Waters of Sungai Jambat Village, Sadu District Ardiansyah, Ardiansyah; Nelwida, Nelwida; Sulaksana, Indra; Alwi, Yun; Lisna, Lisna; Farizal, Farizal
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 28, No 3 (2023): October
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jpk.28.3.291-298

Abstract

Sadu District is located in East Tanjung Jabung Regency and consists of 9 villages, one of which is Sungai Jambat Village which is characterized by turbid, wavy, muddy, and sandy waters. The majority of fishermen in Sungai Jambat Village use bottom gillnet fishing gear with a mesh size of 3.5 inches and 4 inches. The purpose of this study was to compare the catches of bottom gillnet with mesh sizes of 3.5 inches and 4 inches in the waters of Sungai Jambat Village. The method used in this research is the experimental fishing method. The data collected includes environmental parameters, catch per species (head), and number of catches (head), weight per species (kg), and the total weight of catch (kg). The data analysis used is the descriptive analysis of an independent sample t-test. The results showed that the 3.5-inch mesh treatment was significantly higher than the 4-inch mesh treatment (p<0.05) in terms of the number and weight of bottom gillnet catches. In the 3.5-inch mesh size, the catch was 3,067 individuals with a weight of 248.40 kg, and the number of catches in the 4-inch mesh size was 2,820 individuals with a weight of 234.60 kg. The highest number of catches was leaftail croaker found in a 3.5-inch mesh size of 1,393 individuals, and mantis shrimp was the heaviest catch in a 3.5-inch mesh size weighing 69 kg. Pomfret is the lowest catch in terms of quantity and weight. The conclusion of this study in terms of the number and weight of catches with a 3.5-inch mesh size is higher than the 4-inch mesh size
Evaluation of Curcuma and Black Garlic Flour on Small Intestine Morphometrics, Carcass Weight, and Abdominal Fat of Broiler Chickens W. Kuswandi; F. Ramadhan; Nurhayati; Nelwida; Berliana
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan
Publisher : Department of Animal Production and Technology, Faculty of Animal Science, IPB University in associated with Animal Scientist's Society of Indonesia (HILPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jipthp.12.2.60-67

Abstract

Curcuma flour and black garlic have potential benefits for chicken digestive health. A healthy digestive tract will help the process of absorbing feed more optimally. This research aimed to evaluate the potential of curcuma flour and black garlic in feed on small intestine morphometrics, carcass weight, and abdominal fat in broiler chickens. The study used 200 broiler chicken day-old chicks (DOC) randomly assigned to 5 treatments with 4 replications, including P0 = 100% commercial ratio (control), P1 = P0 + 2% black garlic, P2 = P1 plus 0.25% curcuma flour, P3 = P1 + 0.50% curcuma flour, and P4 = P1 + 0.75% curcuma flour. The study employed a completely randomized design (CRD), and the data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). Significant differences between treatments were further tested using Duncan’s Multiple Range Test. The results showed that supplementation with Curcuma flour and black garlic in feed did not have a significant effect (P>0.05) on feed consumption, slaughter weight, small intestine morphometrics, carcass weight, carcass percentage, abdominal fat weight, and abdominal fat percentage. The results of this study indicate that the evaluation of Curcuma flour up to 0.75% and black garlic 2% in broiler chicken feed does not affect the activity of the small intestine, broiler carcass, and abdominal fat, as reflected in normal organ weights.
The Use of Marine Mushroom Extract (Nodulisporium sp.) as Feed Additive in the Ration of Native Chickens on Protein Utilisation Ratio Br Surbakti, MO.; Nurhayati; Nelwida
Jurnal Peternakan Integratif Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Peternakan Integratif
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/jpi.v11i3.13596

Abstract

Feed plays an important role in the growth process of native chickens. This research aims to determine the effect of using marine fungi extract (Nodulispolium sp.) as a feed additive in native chicken rations on the protein utilization ratio. This research was a collaboration between the IPB University and Jambi University which used 180 unsexing DOC native chickens and marine fungi extract. The design used was a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments and 4 replications. The treatments were P0 = Basal Ration (control), P1 = P0 + 1 ml marine fungi extract/kg, P2 = P0 + 2 ml marine fungi extract/kg, P3 = P0 + 3 ml marine fungi extract/kg and P4 = P0 + 4 ml marine fungi extract/kg. The variables observed included dry matter consumption, crude protein consumption, body weight gain and protein utilization ratio. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and the differences between treatments, adding were tested using Duncan's Multiple Range Test. The results of analysis of variance showed that the use of marine fungi extract as a feed additive in rations up to 4 ml/kg ration had no significant effect (P>0.05) on dry matter consumption, crude protein consumption, body weight gain and protein utilization ratio. It can be concluded that the use of marine fungi extract as a feed additive in rations up to 4 ml/kg has not been able to increase the protein ratio chickens
Co-Authors A Budiansyah Abdul Azis Abdul Azis Abdul Azis Afriani Afriani Afriani H Alfarizi, Muhammad Andhini, Jessyca Anie Insulistyowati ARDIANSYAH ARDIANSYAH Arfiana, BS Monica Ariyani Tanti Berliana Berliana (Berliana) Berliana Berliana Berliana Berliana Berliana Berliana Berliana S Bibit Bibit Bibit, Bibit Br Surbakti, MO. Darlim Darmawi Darmawan Darmawan Darmawan Darmawan Darmawan Darmawan Dea Tri Ananda Depison Depison Depison Depison Dyah Muji Rahayu Eko Wijayanto Eko Wiyanto Eko Wiyanto, Eko Endri Musnandar Ester Restiana Endang Gelis Evi Novita Yani F. Ramadhan Farhan Ramdhani Farizal Farizal Farizal Farizal Fauzan Ramadan Fauzan Ramadhan Filawati Filawati Filawati Filawati Firmansyah Firmansyah Gunawan, Irvan H Handoko, H Haris Lukman Haris Lukman Hariski, M Haryani, Nova Heru Handoko Heru Handoko Hilman Madian Insani Hutauruk, Tiara Nova Wulandari Ibadillah, Sultonu Indra Sulaksana Indra Sulaksana Jasmine Masyitha Amelia Khusnul Khotimah Lisna Lisna, Lisna Lisna, Lisna M. Abdul Latif M. Afdal M. Afdal M. Afdal, M. Afdal M. Apri Maulana M. Apri Maulana M. Irsyad Zulfikar Maryo Tinambunan Maulana, M. Apri Maulida, Syafira Mawaddah, Prizky Meisy Rian Parwati Mia Andriani Mulawarman Mulawarman Mustika Zahara Nasution, Annio Indah Lestari Noverdiman Noverdiman Nurhayati Nurhayati Nurhayati (Nurhayati) Nurhayati N Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Prizky Nanda Mawaddah R. A. Muthalib Raden Abdul Muthalib Raguati Raguati Ramadhan, Fauzan Ramdhan, Fauzan Rasmi Murni Ren Fitriadi Rita Mutia Rizky Janatul Magwa Septy Heltria Suparjo Suparjo Suparjo Syafril Hadi Syahru Ramadhan Tinambunan, Maryo tussadiah, Arifa W. Kuswandi Wahyuni Wahyuni Wasir Ibrahim Wawan Kuswandi Wulandari Wulandari Yatno Yoppie Wulanda Yun Alwi Zahara, Mustika