The purpose of this study is to examine the function and outlook of the Sundanese people as reflected in the Sundanese babasan and paribasa containing hydrological aspects. This study uses a qualitative descriptive method with content analysis to identify and interpret the meanings contained in the babasan and paribasa expressions. The results show that Sundanese babasan and paribasa related to water (hydrology) not only function as a means of communication, but also as a guide to morals, ethics, and a philosophy of life. Various proverbs such as "cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok" which means water dripping continuously on a stone eventually becomes a hollow, reflect the Sundanese people's understanding of perseverance, patience, adaptation, and sustainability. These expressions also describe the harmonious relationship between humans and nature, especially water, which is considered a source of life and a symbol of purity. Thus, Sundanese babasan and paribasa with hydrological elements function as heirs of local wisdom that shape the character and perspective of the Sundanese people towards life, nature, and social values. Understanding these aspects is important for preserving cultural heritage and understanding the roots of Sundanese thought. Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji fungsi dan pandangan hidup masyarakat Sunda yang tercermin dalam babasan dan paribasa Sunda yang mengandung aspek hidrologis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis isi untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi makna-makna yang terkandung dalam ungkapan babasan dan paribasa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa babasan dan paribasa Sunda yang berkaitan dengan air (hidrologi) tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai panduan moral, etika, dan filosofi hidup. Berbagai peribahasa seperti “cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok” yang artinya air menetes terus-menerus pada batu lama-lama menjadi cekungan, merefleksikan pemahaman masyarakat Sunda tentang ketekunan, kesabaran, adaptasi, dan keberlanjutan. Ungkapan-ungkapan ini juga menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, khususnya air, yang dianggap sebagai sumber kehidupan dan simbol kesucian. Dengan demikian, babasan dan paribasa Sunda yang berunsur hidrologis berfungsi sebagai pewaris kearifan lokal yang membentuk karakter dan cara pandang masyarakat Sunda terhadap kehidupan, alam, serta nilai-nilai sosial. Pemahaman terhadap aspek-aspek ini penting untuk melestarikan warisan budaya dan memahami akar pemikiran masyarakat Sunda.