Claim Missing Document
Check
Articles

Medication Literacy for Pharmacists: A Review Niken Nur Widyakusuma; Chairun Wiedyaningsih; Fivy Kurniawati
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 9, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.524 KB) | DOI: 10.22146/jmpf.41550

Abstract

The term health literacy has been emerging since the last decades. Poor health literacy had been realized as a main factor for poor health outcomes, higher medical costs, greater risk of death, and poor health status. With the health care system becoming increasingly complicated and the abundance of unclear health information, the ability to understand health information is important for the patients. Health literacy in the context of medicine was also being studied using different terms. It is rather difficult to compile when interventions to improve health literacy is in need of review. At the moment, the term “medication literacy” has been defined internationally by experts. With this definition, medication literacy studies will have the same concept and will be easier in benchmarking between studies. It is very important for pharmacists to recognize and assist patients with limited medication literacy. Although there are several barriers to do improvement in medication literacy, pharmacists can help both individually and through the system. Some of the interventions that can be carried out by pharmacists are assistance with drug information using literacy-sensitive techniques such as repetition, open questions, devices, demonstration on how to use drugs, and using printed materials to ensure patients understand their condition and treatment plans. Unfortunately, practicing pharmacists are lack of knowledge and even interest in medication literacy.
Estimasi Nilai Ekonomi Obat Tidak Digunakan pada Kalangan Rumah Tangga Kota Yogyakarta Bai Athur Ridwan; Susi Ari Kristina; Chairun Wiedyaningsih
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 9, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.948 KB) | DOI: 10.22146/jmpf.42984

Abstract

Pengeluaran untuk obat-obat yang diresepkan dan obat yang dijual bebas merupakan persentase besar dari total biaya perawatan kesehatan. Pasien mungkin tidak dapat menggunakan semua obat yang diperoleh dari pengobatan karena perubahan dosis atau obat-obat yang telah kedaluwarsa. Hal ini diperkirakan memiliki konsekuensi terhadap finansial. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi obat tidak digunakan dan kedaluwarsa pada kalangan rumah tangga Kota Yogyakarta.Jenis Penelitian ini yaitu observatif dengan rancangan studi cross sectional. Responden dipilih secara convenience sampling dan diwawancara langsung dan mendata obat-obat yang disimpan di rumah. Data dianalisis dan dipersentasikan secara deskriptif.Dari 400 responden, hanya 261 (65,2%) yang menyimpan obat terdiri dari obat sedang digunakan dan persediaan, obat tidak digunakan dan obat kedaluwarsa dengan total harga sebesar Rp7.082.556. Total harga obat tidak digunakan sebesar  Rp1.273.921 (18%) dengan rata-rata Rp13.698 per orang sedangkan obat kedaluwarsa hanya berharga Rp140.065 (2%) dengan rata-rata Rp12.733. Berdasarkan kelas terapi, jumlah obat tidak digunakan paling banyak adalah analgesik (28,6%), sistem respirasi (13,7%), dan antimikroba (11,9%), sedangkan obat kedaluwarsa utamanya analgesik, saluran cerna dan antiseptik masing-masing (18,8%). Nilai ekonomi obat tidak digunakan dan kedaluwarsa pada kalangan rumah tangga dari penelitian ini relatif kecil. Penelitian ini dapat berfungsi dalam program edukasi masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan dan penggunaan obat secara tepat dan efisien agar dapat dilakukan penghematan biaya kesehatan yang dikeluarkan.Kata Kunci: Obat tidak digunakan, obat kedaluwarsa, biaya
Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di Kota Denpasar Menggunakan Instrumen EQ-5D-5L Abdillah Mursyid; Restu Nur Hasanah Haris; Dwi Endarti; Chairun Wiedyaningsih; Susi Ari Kristina
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 9, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.507 KB) | DOI: 10.22146/jmpf.47192

Abstract

Breast cancer is the second most common cancer in the world and is one of the biggest causes of cancer deaths every year. Measurement of the quality of life in breast cancer patients could improve treatment and become a prognosic factor along with medical parameters for the patients. This study aims to measure the life quality of breast cancer patients and observe how it affects the life quality based on patient characteristics. The study was conducted on 93 breast cancer patients. Data were collected form patients in several breast cancer comunities in Denpasar which were carried outh within 3 months (January – March 2019). This study used a cross sectional design using a snowball sampling technique involving breast cancer patients in several cancer communities in Denpasar. The patient's life quality data was obtained using the EuroQol-5 Dimension-5 Level (EQ-5D-5L) generic instrument and conversion to health utility (utility) used the Indonesian value set. The entire data was analyzed using the independent t-test and multivariate regression. The results showed that pain/discomfort and anxiety/depression were the most dominant problem in breast cancer patients (82,7%). The utility value of breast cancer patients was 0.821±0.123 and the VAS value was 74.41±11.67. There was a significant difference in utility value based on patient characteristics of occupation (p=0.035), symptoms (p=0,003), and cancer stadium (p=0.015). Affected 20.5% of the quality of life of breast cancer patients in Denpasar city.
The Effect of Based Services Medication Therapy Management on Treatment Adherence and Quality of Life of Diabetes Mellitus Patients Rachma Malina; Nanang Munif Yasin; Chairun Wiedyaningsih
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 10, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.58052

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder that is characterized by hyperglycemia. Diabetes mellitus need appropriate therapeutic management, because it can cause complications. On of the services that can do to improve diabetes control is Medication Therapy Management (MTM). MTM is a new service that will help pharmacist to improve patient adherence and quality of life. This study aims to determine the effect of based services MTM on treatment adherence and quality of life in patients with diabetes mellitus. This study was an experimental study using a quasi-experimental with one group pretest and posttest design which was conducted in Tegalrejo, Jetis and Gedontengen Health Center Yogyakarta City. Variables measured were medication adherence using the Morisky-Green Levine Medication Adherence Scale (MGLS) questionnaire and quality of life using Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire (DQLCTQ) before and after MTM services. The effect of MTM on medication adherence was analyzed using Wilcoxon test and the effect of MTM on quality of life using Paired T-Test. The patients participate in this study were 20 people, with average score of adherences before application of MTM was 2.20±0.410 to 1.80±0.616 after the application of MTM (P=0.005) and the average of the patient's quality of life was 73.82±7.918, increased to 76.42±5,623 after MTM service (P=0.033). Statistically mean, there is a difference in adherence and quality of life before and after MTM services. Therefore, it can be concluded that MTM-based services performed by pharmacists have a significant effect on improving medication adherence and quality of life for DM patients. Moreover, it can facilitate monitoring patient therapy, and identification of problems related to the treatment.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK TERHADAP MANAGEMEN NYERI KANKER DI RSUP Dr. SARDJITO PERIODE OKTOBER 2008-JUNI 2009 Khrisna Heryanti Febti Kurniasar; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.579 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v8i1.24064

Abstract

Masalah nyeri kanker telah menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan bagi kesehatan masyarakat. Nyeri merupakan simptom sakit yang sangatdirasakan bagi pasien dengankanker stadium lanjut. Pengukuran nyeri pada penderita kanker sangat penting dilakukan karena kegagalan dalam penegakan diagnosis dapat mengakibatkan ketidakberhasilan pengobatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur nyeri dan mengevaluasi pengobatannya. Penelitian dilakukan pada pasien kanker di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Oktober 2008-Juni 2009.Sampel dipilih secara purposif terhadap pasien kanker yang bersedia diwawancara yang merasakan nyeri atau yang mendapat terapi analgetik. Pengukuran nyeri kanker dengan Brief Pain Inventory (BPI) untuk mengetahui intensitas nyeri dan gangguan akibat nyeri. Pain Management Index (PMI) digunakan untuk mengevaluasi manajemen nyeri kanker dengan cara membandingkan tingkat nyeri terhadap analgetik yang diresepkan. Hasil penelitian terhadap 42 pasien menunjukkan bahwa intensitas nyeri terburuk selama 24 jam skala berat dialami oleh 10 (23,81%) pasien. Pasien dengan nyeri berat semuanya mengalami gangguan aktivitas fungsional yang berat. Analgetik non opioid yang paling banyak digunakan adalah ketorolak parenteral. Morfin adalah opioid oral yang paling banyak digunakan pada kasus nyeri berat. Ajuvan yang paling banyak digunakan adalah kortikosteroid. Skor negatif PMI terjadi pada 28 (66,67%) pasien, skor nol dan positif terjadi pada14 (33,33%) pasien. Banyaknya skor negatif menunjukkan terapi analgetik untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker di RSUP Dr. Sardjito masih belum tercukupi.
EVALUASI STRUKTUR PELAYANAN PRAKTEK PERACIKAN OBAT DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BADUNG, BALI Dewa Ayu Putu Satrya Dewi; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.58 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v8i2.24070

Abstract

Puskesmas sebagai tempat pelayanan primer perlu menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan pasien, meliputi ketersediaan sarana dan prasarana penyediaan obat. Peracikan obat merupakan bagian yang penting dari pelayanan kefarmasian yang harus menjamin keamanan dan kualitas sediaan racikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran struktur pelayanan praktek peracikan yang dilakukan di puskesmas. Penelitian ini merupakan gabungan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara observasi menggunakan checklist untuk mengetahui gambaran pelayanan peracikan obat di puskesmas. Penelitian kuantitatif dilakukan untuk mendukung penelitian kualitatif tentang pengetahuan tenaga peracik. Penelitian dilakukan pada puskesmas utama yang terletak di Kabupaten Badung, Bali. Data yang diperoleh meliputi sarana dan prasarana peracikan di puskesmas seperti kriteria personel, fasilitas, kebersihan, peralatan, dan dokumentasi. Pengetahuan tenaga peracik dilihat dari pengetahuan tentang timbangan, bahan tambahan, dan sinonim obat. Data kualitatif yang dihasilkan dianalisis secara content analysis, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan sistem skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat apoteker di puskesmas tersebut. Pengetahuan tenaga peracik umunya masih rendah. Meja peracikan pada umumnya tidak dipisah dari aktivitas lainnya sehingga bersifat multifungsi.Alat timbangan di seluruh puskesmas tidak tersedia, karena sediaan racikan dibuat dari sediaan jadi.Perlengkapan personel seperti masker dan sarung tangan tidak digunakan oleh tenaga peracik. Dokumentasi khusus untuk peracikan obat tidak dimiliki oleh seluruh puskesmas. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas sarana prasarana peracikan di puskesmas masih rendah termasuk pengetahuan tenaga peracik.
EVALUASI PROFIL PERESEPAN OBAT RACIKAN DAN KETERSEDIAAN FORMULA OBAT UNTUK ANAK DI PUSKESMAS PROPINSI DIY Ria Widyaswari; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 8, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.96 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v8i3.24079

Abstract

Ketersediaan formula obat untuk anak di Indonesia masih terbatas sehingga pemberian obat racikan, terutama puyer merupakan alternatif pengobatan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola peresepan puyer untuk anak dan ketersediaan formula obat untuk anak yang diresepkan berdasarkan MIMS, ISO 2010/2011, dan daftar generik formula untuk anak di puskesmas di Propinsi DIY periode 2010. Jenis obat yang diresepkan racikan juga dievaluasi berdasar EML for Children 2007 untuk mengetahui persentase obat yang semestinya tersedia formulanya untuk anak. Jenis penelitian ini adalah survei potong lintang dengan pengumpulan data secara retrospektif. Analisis data meliputi gambaran karakteristik subyek penelitian, pola peresepan obat, dan ketersediaan formula obat untuk anak. Hasil menunjukkan bahwa puyer banyak diresepkan untuk anak di bawah lima tahun. Umumnya, sebanyak tiga zat aktif yang diracik dalam satu sediaan puyer (dengan rata-rata 2,8 zat aktif). Obat yang paling sering diracik untuk menjadi sediaan puyer adalah chlorfeniramin maleat, glyceril guaikolat, vitamin C, paracetamol , vitamin B12, dan vitamin B kompleks. Evaluasi terhadap ketersediaan formula obat untuk anak berdasarkan MIMS dan ISO 2010/2011 menunjukkan bahwa sebanyak 62,5% obat yang diracik sebenarnya sudah tersedia formulanya untuk anak meskipun dengan nama dagang. Dari 40 obat yang diracik puyer di puskesmas DIY, ada sebanyak 19 item obat yang semestinya sudah harus tersedia formulanya untuk anak berdasarkan daftar yang termuat dalam EML for Children 2007.
Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Menggunakan Instrumen EQ-5D-5L Nur Hamida; Mursyida Ulfa; Restu Nur Hasanah Haris; Dwi Endarti; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.535 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v15i2.46328

Abstract

Prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) dan hipertensi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencanangkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk mencapai kesehatan yang optimal dan kualitas hidup yang baik pada penyakit DM dan hipertensi. Studi ini bertujuan untuk mengukur kualitas hidup pasien prolanis di puskesmas menggunakan instrumen EQ-5D-5L. Studi dilakukan pada 200 pasien prolanis yang terdiri dari 100 pasien diabetes melitus dan 100 pasien hipertensi. Lokasi pengambilan sampel berada di puskesmas Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah untuk pasien DM dan Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nangroe Aceh Darussalam untuk pasien hipertensi yang dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 2018). Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional study dengan metode convenience/accidental sampling. Kualitas hidup diukur menggunakan instrumen European Quality of Life-5 Dimension-5 Level (EQ-5D-5L) dan konversi health utility (utility) dengan value set Indonesia. Analisis data menggunakan uji independent t-test untuk melihat perbedaan kualitas hidup pada tiap kelompok karakteristik  pasien DM dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan domain rasa sakit/tidak nyaman merupakan domain yang paling banyak dilaporkan terjadi masalah pada pasien DM maupun Hipertensi. Nilai utility pasien DM sebesar 0,843±0,081, sedangkan hipertensi sebesar 0,767±0,154. Terdapat perbedaan signifikan nilai utility berdasarkan karakteristik umur (p=0,001), riwayat penyakit keluarga (p=0,006), lama menderita penyakit (p=0,000) dan frekuensi kontrol (p=0,000) pada pasien hipertensi, sedangkan pada pasien DM hanya pada karakteristik memiliki penyakit lain (p=0,026).
Estimasi Premature Mortality Cost Penyakit Kanker Akibat Rokok di Indonesia Wa Ode Masrida; Susi Ari Kristina; Chairun Wiedyaningsih
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v16i2.49777

Abstract

Merokok merupakan kegiatan yang sering kita jumpai di masyarakat. Meskipun sebagian besar masyarakat mengetahui bahaya merokok, namun kebiasaan merokok tetap banyak dilakukan di masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok terbesar di dunia. Premature Mortality Cost adalah jumlah biaya kematian dini pada suatu penyakit tertentu berdasarkan pendekatan human capital. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan beban penyakit kanker yang disebabkan karena rokok di Indonesia berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur. Hasil dari penelitian ini adalah nilai Premature Mortality Cost pada laki-laki yang tertinggi adalah kanker paru-paru (81.042.604), kemudian diikuti oleh kanker hati (34.006.483), dan kanker kandung kemih (7.897.961), sedangkan pada perempuan nilai Premature Mortality Cost yang tertinggi adalah kanker paru-paru (10.477.350), kemudian diikuti oleh kanker serviks (4.071.864) dan kanker leukemia (1.483.041). Kesimpulannya adalah nilai Premature Mortality Cost penyakit kanker akibat rokok di Indonesia adalah 163.724.911 yang terdiri dari 144.762.584 untuk jenis kelamin laki-laki dan 18.962.327 untuk jenis kelamin perempuan.
Kesiapsiagaan Tenaga Farmasi di Pusat Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana: Studi Kualitatif pada Daerah dengan Potensi Bencana Alam di Gunung Kidul Kiki Yuli Handayani; Chairun Wiedyaningsih; Satibi Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 3 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v1i1.53850

Abstract

Gunung Kidul adalah Kabupaten dengan potensi bencana alam longsor dan banjir yang frekuensi kejadiannya tinggi. Tenaga farmasi berperan untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan sebagai upaya kesiapsiagaan pada tahapan pra bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan tenaga farmasi di Puskesmas sebagai upaya dalam penanggulangan bencana. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara kepada 15 tenaga farmasi dari 8 Puskesmas di Kabupaten Gunung Kidul. Observasi juga dilakukan menggunakan lembar checklist parameter pendukung kesiapsiagaan yang dapat disiapkan oleh tenaga farmasi sebagai upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Pertanyaan wawancara dan lembar checklist terdiri dari 4 domain utama, yaitu domain pengorganisasian, domain Sumber Daya Manusia (SDM), domain obat dan perbekalan kesehatan dan domain perencanaan kesiapsiagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kefarmasian di 8 Puskesmas secara keseluruhan belum memiliki arsip dari parameter-parameter pendukung kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana baik pada domain pengorganisasian, domain SDM, domain obat dan perbekalan kesehatan serta domain perencanaan kesiapsiagaan. Tenaga farmasi di Puskesmas perlu mendapatkan pelatihan/simulasi/gladi baik tentang manajemen kebencanaan maupun manajemen obat dalam penanggulangan bencana sebagai upaya dalam meningkatkan kompetensi serta kesiapsiagaan tenaga farmasi di Puskesmas.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdillah Mursyid Akuba, Jusnita Amna, Shily Rahmatika Anggraini Citra Ryshang Bathari Anna Wahyuni Widayanti Ardiningtyas, Bondan Ardiyatul I. Kelana Ari Dwidayati Azni, Meicella Bai Athur Ridwan Bella Anggelina Dewa Ayu Putu Satrya Dewi Dewi, Mahmud Carica Ekasari, Marlita Putri Endang Yuniarti Fakhriya, Dina Faluti, Dimas Rizki Ferina Septiani Damanik Fita Rahmawati Fita Rahmawati Fivy Kurniawati Ginanti Putri, Ni Putu Vyra Gunawan Pamudji Widodo Haris, Restu Nur Hasanah Harnita Harnita Hasina, Raisya Heni Lutfiyati Heni Lutfiyati, Heni I Dewa Putu Pramantara Indriastuti Cahyaningsih, Indriastuti Iwan Yuwindry Khrisna Heryanti Febti Kurniasar Kiki Yuli Handayani Kristanti, Nugraheni Dwiari Kukihi, Farha Elein Kurniawati, Fivy Lubis, Muammar Mahdiyani, Ulfah Malina, Rachma Marhenta, Yogi Bhakti Meicella Azni Melia Eka Rosita Muh Irham Bakhtiar Mulyagustina Mulyagustina Mulyagustina, Mulyagustina Mursyid, Abdillah Mursyida Ulfa Nanang Munif Yasin Nanang Munif Yasin Nanang Munif Yasin Nananng Munif Yasin Nia Primayani Niken Nur Widyakusuma Nita Trinovitasari Nugraheni Dwiari Kristanti Nur Aini Budiyanti Nur Hamida Nurul Mardiati Nurul Mardiati Nurul Mardiati Oetari . Pramuji Eko Wardani Pratama, I Dewa Putu Probosuseno Probosuseno Probosuseno Probosuseno, Probosuseno Putra, Juniawan Akbar Karisma Rachma Malina Rahmadani . Raisya Hasina Renni Simorangkir Restu Nur Hasanah Haris Ria Widyaswari Rina Mutiara Sampurno Sampurno Sampurno Sampurno Sampurno Sampurno Saskiya, Pingki Arum Satibi Satibi Satibi Satibi Satibi Satibi Setiabudi, I Dewa Putu Pramantara Simanullang, Raymon Sumarni Sumarni Sumarni Sumarni Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Susi Ari Kristina Syifa Indi Wijaya Taufiqurohman Titami, Arina Tri Murti Andayani Tri Murti Andayani Ulfah Mahdiyani Wa Ode Masrida Wahidah, Pujiastuti Wanggol, Agata Christi Febriani Warastuti . Widayanti, MPH., Apt., Ph.D., Anna Wahyuni Widyasari, Leiren Garda Yatminto, Eko Yogi Bhakti Marhenta Yulia Citra Yuwindry, Iwan