Penelitian ini mengeksplorasi tantangan dan peluang bangunan cagar budaya di kawasan komersial perkotaan Indonesia melalui studi kasus SD Netral C (Sekolah Dasar Netral C) Yogyakarta—sebuah sekolah bersejarah yang didirikan pada era kolonial dan masih mempertahankan fungsi aslinya di tengah tekanan komersial kawasan Malioboro. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi keseimbangan antara pelestarian cagar budaya dengan viabilitas ekonomi melalui penerapan adaptive reuse sebagai sebuah strategi. Melalui pendekatan studi kasus eksploratif, data dikumpulkan dari observasi lapangan, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil menunjukkan SD Netral C memiliki nilai cagar budaya yang unik (bertahan selama 113 tahun, berkarakter inklusif, dan berstatus Sultan Ground), namun menghadapi ancaman penurunan jumlah siswa akibat gentrifikasi. Dua skenario adaptive reuse dikembangkan: Heritage School Plus (intervensi minimal dengan program cagar budaya tambahan) dan Community Heritage Hub (mixed-use sebagai fungsi pendidikan-komunitas-komersial). Observasi mengungkap perbedaan antargenerasi dalam merespons perubahan—generasi tua lebih mendukung preservasi maksimal, sementara generasi muda lebih adaptif. Penelitian ini merekomendasikan pendekatan bertahap dimulai dengan intervensi minimal untuk membangun kepercayaan sebelum transformasi lebih lanjut.