Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Uji Aktivitas Antibakteri Esktrak N-Heksana, Etil Asetat, dan Etanol Daun Sirih Merah terhadap Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro Teuku Armansyah; Amalia Sutriana; Muhammad Hanif
Buletin Veteriner Udayana Vol. 14 No. 4 August 2022
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.728 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p10

Abstract

Red betel plant (Piper crocatum) is a plant that has benefits in the treatment of various diseases. This study aimed to determine the antibacterial activity of red betel leaf extracted using n-hexane, ethyl acetate, and 96% ethanol as solvents against the growth of Escherichia coli in vitro. In this study, 5 concentrations of red betel extract namely 0%, 10%, 20%, 40%, and 60% were used. Chloramphenicol disc was used as a positive control. Antibacterial activity was examined using Kirby-Bauer method. The data were analyzed. The results showed that no inhibition zone was formed around the discs containing n-hexane and 96% ethanol extract, while the ethyl acetate extract at concentrations of 0%, 10%, 20%, 40%, and 60% showed inhibition zone with average diameter were 0 ± 0.8, 97 ± 0.40; 11.61 ± 0.47; 13.4 ± 0.98; 17.56 ± 0.62, respectively. The ethyl acetate extract is able to inhibit the growth of E. coli while the n-hexane and 96% ethanol extracts are unable to inhibit the growth of E. coli in vitro. Further research is needed to examine the effect of red betel ethyl acetate extract against E. coli in vivo.
LEVEL STEROID SAPI ACEH YANG DIINDUKSI DENGAN PREGNANT MARE’S SERUM GONADOTROPIN (PMSG) DAN FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) Amiruddin A; Tongku Nizwan Siregar; Teuku Armansyah; Hamdan H; Aris munandar; Muhammad Rifki
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.446 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.923

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh induksi superovulasi dengan pregnant mare’s serum gonadothropin (PMSG) dan follicle stimulating hormone (FSH) terhadap peningkatan level steroid sapi aceh. Penelitian ini menggunakan 6 ekor sapi aceh betina dengan status tidak bunting, minimal 2 bulan pasca partus, sudah pernah beranak, dan sehat secara klinis. Sapi dibagi atas dua kelompok, masing-masing 3 ekor untuk tiap kelompok. Pada kelompok I, sapi diinjeksi dengan 1.500 IU PMSG pada hari ke-9 yang diikuti dengan penyuntikan 5 ml prostaglandin pada hari ke-11. Pada kelompok II, hari ke-9 sampai hari ke-12, sapi diinjeksi dengan FSH dua kali sehari (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB) menggunakan dosis bertingkat yakni 3-3, 2-2, 1-1, dan 0,5-0,5 ml. Pada hari ke-11 sapi diinjeksi dengan 2,5 ml prostaglandin (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB). Koleksi darah untuk pemeriksaan estrogen dilakukan ketika sapi memperlihatkan gejala berahi (saat inseminasi) setelah pemberian PMSG dan FSH yang diikuti dengan pemberian prostaglandin (berahi sesudah superovulasi) sedangkan koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi progesteron dilakukan pada hari ke-7 setelah inseminasi. Pengukuran konsentrasi estrogen dan progesteron dilakukan dengan metode enzymelinkedimmunosorbanassay (ELISA). Konsentrasi estrogen pada saat estrus setelah induksi superovulasi dengan PMSG dan FSH masing-masing adalah 89,46±2,46 dan 54,62+9,91 pg/ml sedangkan konsentrasi progesteron pada hari ke-7 setelah inseminasi masing-masing adalah 14,78±2,33 dan 17,40±5,8 ng/ml. Hormon PMSG mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan konsentrasi estrogen pada saat berahi tetapi hormon FSH mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan hormon PMSG dalam meningkatkan konsentrasi progesteron hari ke-7 setelah inseminasi.
SUPLEMEN BUNGKIL INTI SAWIT TEPUNG DAUN KATUK BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA Muslim Akmal; Teuku Reza Ferasyi; Hamdani Budiman; Razali R; Azhari A; Anwar A; Fitra Aji Pamungkas; Saddat Nasution; T. Armansyah; Muhammad Hambal; Syafruddin S; Arman Sayuti
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.641 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2638

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen bungkil inti sawit (BIS), tepung daun katuk (KAT), dan kombinasi bungkil inti sawit dan tepung daun katuk (BISKAT) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan Ettawa (PE). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor kambing jantan PE, berumur 1,5 tahun dengan berat badan antara 15 -20 kg dan dibagi atas empat kelompok yakni P0, P1, P2, dan P3 yang masing-masing diberi akuades, BIS 100 g/hari/ekor, kombinasi BIS 100 g/hari/ekor dan KAT 15 g/hari/ekor, dan KAT 15 g/hari/ekor. Pemberian perlakuan dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-36 dilakukan kastrasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa yang meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT dapat meningkatkan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan menurunkan abnormalitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa kambing PE.
PERBANDINGAN INTENSITAS BERAHI SAPI ACEH YANG DISINKRONISASI DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALFA DAN BERAHI ALAMI Hafizuddin Hafizuddin; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Juli Melia; Husnur rizal; Teuku Armansyah
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.871 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.296

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronisasi berahi dengan prostaglandin F2 alfa (PGF2α) dan berahi alami. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina yang dibagi atas dua kelompok. Kriteria sapi yang digunakan adalah umur 5-8 tahun, mempunyai bobot badan 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Sapi yang digunakan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik, yaitu 3 atau 4 pada skala skor 5. Pada Kelompok I (KI) sapi disinkronisasi berahi mengunakan PGF2α sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular. Pada kelompok II (KII) sapi dibiarkan memperlihatkan gejala berahi alami. Penilaian intensitas berahi dilakukan dengan memberi skor 1, 2, dan 3, berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Kune dan Solihati (2007). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas berahi sapi aceh baik yang disinkronisasi berahi dengan PGF2α dan sapi yang mengalami berahi alami dengan skor intensitas berahi masing-masing adalah 2,40±0,84 dan 2,70±0,48.
ACEH CATTLE FOLLICLE DYNAMIC UNDER ENVIRONMENTAL HEAT STRESS Teuku Armansyah; Tongku Nizwan Siregar; Dwinna Aliza; Juli Melia; Nellita Meutia; Budianto Panjaitan; Hafizuddin Hafizuddin; Mulyadi Adam; Mahdi Abrar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 11, No 3 (2017): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.698 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v11i3.6377

Abstract

The objective of this research is to know Aceh cattle follicle dynamic under environmental heat stress condition. This research was conducted on December 2012 until August 2013. Animals used in this research were 20 Aceh cattle aged 5-8 years old, weighing of 150-250 kg, and had at least 2 regular cycles. All cattle used were clinically in good body condition score. The cattle were divided into two groups of 10, used in two different period of times (December-January and July-August) to examine the effect of environmental heat to their follicle dynamic. Each group is separated into two different keeping management; one group was kept in pens while the others in the pasture, 5 cattle in each management group. Research timing was based on information acquired from Indrapuri Agency for Meteorology, Climatology, and Geophysics (BMKG) which predicted that extreme weather would last from July to August while December to January would be relatively normal in Aceh region. All cattle’s estrous cycle were synchronized by 5 mg/mL of PGF2α intramuscularly (Lutalyse™, Pharmacia Upjohn Company, Pfizer Inc.). Ultrasonography examination was performed to monitor ovary follicle’s growth and dynamic during one cycle. Days during ovulation marked by standing heat was regarded as Day 0 of estrous cycle. Follicular dynamic examination during estrous cycle on December-January and also on July-August, both penned or pastured cattle showed the follicle waves that was 3 follicle growth waves. The size of follicle growth on first wave (1st DF) on cattle kept in pen on July-August and December-January were relatively similar. The size of follicle growth on first wave for cattle kept in pasture on July-August and December-January were relatively similar. To conclude, Aceh cattle’s follicle dynamic is not change during environment heat stress condition and is not affected by different cattle-keeping management.
PENINGKATAN AKTIVITAS LUTEOLITIK SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK VESIKULA SEMINALIS SAPI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Rahmandi r; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Teuku Armansyah; Syafruddin s
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.505 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.576

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak vesikula seminalis terhadap penurunan konsentrasi progesteron serta diameter korpus luteum pada tikus putih. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dewasa, galur Wistar, berumur 3-4 bulan dengan berat badan antara 200-250 g dan dibagi atas dua kelompok (K1 dan K2) masing-masing diberi 25 μg cloprostenol dan 0,2 cc ekstrak vesikula seminalis secara intravaginal pada hari ke-7 kebuntingan. Tiga ekor tikus masing-masing kelompok dibunuh pada jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26. Pemeriksaan progesteron dilakukan menggunakan metode enzymelinkedimmunosorbantassay (ELISA). Konsentrasi progesteron pada kelompok perlakuan PGF2α dan ekstrak vesikula seminalis pada lima periode waktu pengukuran yakni jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26 memperlihatkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter korpus luteum yang ditandai secara mikroskopis dengan berkurangnya vaskularisasi darah menuju ovarium (P0,05). Disimpulkan bahwa ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan PGF2α komersial dalam menurunkan konsentrasi progesteron tikus putih dan mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter CL.
THE EFFECT OF MALACCA LEAVES (Phyllantus emblica) ETHANOLIC EXTRACT ON Plasmodium falciparum GROWTH IN VITRO Nuzul Asmilia; T Armansyah TR; Dwinna Aliza; Juli Melia; Erdiansyah Rahmi; Lingga Surya Maret Daulay
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 12, No 4 (2018): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.356 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v12i4.10215

Abstract

The aim of this research was to find out in vitro antiplasmodium activity of Malacca leaves (Phyllantus emblica) ethanolic extract against Plasmodium falciparum growth. In this study, Plasmodium culture contained 5% parasitemia in ring stage was cultured using candle jar method and antiplasmodial activity test was carried out using microculture. The treatments were divided into 7 groups with four repetitions. K1 as negative control group was given Roswell Park Memorial Institute (RPMI), while K2 as positive control group was given artesdiaquine. Groups K3, K4, K5, K6, and K7 group was added with 100 µg/mL, 75 µg/mL, 50 µg/mL, 25 µg/mL, and 5 µg/mL of Malacca leaves ethanolic extract, respectively. Antiplasmodial activity was determined by inhibition concentration of 50% parasite growth (IC50). The data were analyzed using ANOVA and followed by Duncan test. The average of parasitemia level in group K1, K2, K3, K4, K5, K6, and K7 were 55.25±15.62, 8.50±2.52, 8.50±3.00, 9.25±0.95, 9.00±2.70, 9.79±2.06, and 10.75±2.22, respectively. The average of inhibition percentage in group K1, K2; K3; K4; K5; K6; and K7 were 0.00±0.00%, 84.62±4.55%; 84.62±5.43%; 83.26±1.73%; 83.71±4,90%; 82.35±3,73%; and 80.54±6.83%, respectively (P0.01). The results showed that the administration of malacca leaves ethanolic extract significantly affect (P0.01) the inhibition of Plasmodium growth as compared to group K1 (negative control). Probit analysis reveals the IC50 value was 3.889 µg/mL. In conclusion, all doses of malacca leaves ethanolic extract used in this study was able to inhibit Plasmodium falciparum growth with IC50 value was 3.889 µg/mL.
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN MALAKA (Phyllantus emblica) TERHADAP MENCIT (Mus musculus). (Acute Toxicity Test of Ethanolic Extract of Malaka (Phyllantus emblica) Leaves on Mice (Mus musculus)) T. Armansyah TR; Sudi Indriany; Amalia Sutriana; Rosmaidar Rosmaidar; Nuzul Asmilia; Budianto Panjaitan; Dwinna Aliza; Hamdan Hamdan
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 2 (2016): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.831 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i2.5137

Abstract

ABSTRACT The aim of this research was to asses the acute toxicity of ethanolic extract of malaka leaves using lethal dose 50 (LD50) on mice (Mus musculus). Twenty male mice weighing between 20-30 g were randomly divided into 4 groups (group K1-K4) of 5 mice each. All mice in group K1, K2, K3, and K4 were administered ethanolic extract of malaka leaves with the dose of 2, 4, 8, and 16 g/kg bw, respectively. Single dose of ethanolic extract of malaka leaves were given by oral gavage prior to clinical observation . The observation period was 14 days post administration, for sign of toxicity symptom, weight loss, and mortality. The result showed that no mortality was observed in the experimental animals during this study. Slight reduction of body weight was observed in group K2, K3, and K4, and no toxicity sign was found during fourteen days of observation. The LD50 of ethanolic extract of malaka leaves was higher than 16 g/kg body weight, thus, the substance was practically non toxic substance.
LEVEL STEROID SAPI ACEH YANG DIINDUKSI DENGAN PREGNANT MARE’S SERUM GONADOTROPIN (PMSG) DAN FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) Amiruddin A; Tongku Nizwan Siregar; Teuku Armansyah; Hamdan H; Aris munandar; Muhammad Rifki
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 2 (2013): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i2.923

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh induksi superovulasi dengan pregnant mare’s serum gonadothropin (PMSG) dan follicle stimulating hormone (FSH) terhadap peningkatan level steroid sapi aceh. Penelitian ini menggunakan 6 ekor sapi aceh betina dengan status tidak bunting, minimal 2 bulan pasca partus, sudah pernah beranak, dan sehat secara klinis. Sapi dibagi atas dua kelompok, masing-masing 3 ekor untuk tiap kelompok. Pada kelompok I, sapi diinjeksi dengan 1.500 IU PMSG pada hari ke-9 yang diikuti dengan penyuntikan 5 ml prostaglandin pada hari ke-11. Pada kelompok II, hari ke-9 sampai hari ke-12, sapi diinjeksi dengan FSH dua kali sehari (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB) menggunakan dosis bertingkat yakni 3-3, 2-2, 1-1, dan 0,5-0,5 ml. Pada hari ke-11 sapi diinjeksi dengan 2,5 ml prostaglandin (pagi dan sore, 08.00 dan 16.00 WIB). Koleksi darah untuk pemeriksaan estrogen dilakukan ketika sapi memperlihatkan gejala berahi (saat inseminasi) setelah pemberian PMSG dan FSH yang diikuti dengan pemberian prostaglandin (berahi sesudah superovulasi) sedangkan koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi progesteron dilakukan pada hari ke-7 setelah inseminasi. Pengukuran konsentrasi estrogen dan progesteron dilakukan dengan metode enzymelinkedimmunosorbanassay (ELISA). Konsentrasi estrogen pada saat estrus setelah induksi superovulasi dengan PMSG dan FSH masing-masing adalah 89,46±2,46 dan 54,62+9,91 pg/ml sedangkan konsentrasi progesteron pada hari ke-7 setelah inseminasi masing-masing adalah 14,78±2,33 dan 17,40±5,8 ng/ml. Hormon PMSG mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan konsentrasi estrogen pada saat berahi tetapi hormon FSH mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan hormon PMSG dalam meningkatkan konsentrasi progesteron hari ke-7 setelah inseminasi.
SUPLEMEN BUNGKIL INTI SAWIT TEPUNG DAUN KATUK BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA Muslim Akmal; Teuku Reza Ferasyi; Hamdani Budiman; Razali R; Azhari A; Anwar A; Fitra Aji Pamungkas; Saddat Nasution; T. Armansyah; Muhammad Hambal; Syafruddin S; Arman Sayuti
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2638

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen bungkil inti sawit (BIS), tepung daun katuk (KAT), dan kombinasi bungkil inti sawit dan tepung daun katuk (BISKAT) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan Ettawa (PE). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor kambing jantan PE, berumur 1,5 tahun dengan berat badan antara 15 -20 kg dan dibagi atas empat kelompok yakni P0, P1, P2, dan P3 yang masing-masing diberi akuades, BIS 100 g/hari/ekor, kombinasi BIS 100 g/hari/ekor dan KAT 15 g/hari/ekor, dan KAT 15 g/hari/ekor. Pemberian perlakuan dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-36 dilakukan kastrasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa yang meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT dapat meningkatkan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan menurunkan abnormalitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa kambing PE.