Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Gambaran Histopatologi Ginjal Babi Hutan (Sus scrofa) yang Terinfeksi Parasit Internal di Kawasan Lhoknga, Aceh Besar (HISTOPATHOLOGY OF WILD SWINE (Sus scrofa) KIDNEY INFECTED BY INTERNAL PARASITE IN LHOKNGA REGION, ACEH BESAR) Rhoza Indra; Muttaqien Muttaqien; Ummu Balqis; Winaruddin Winaruddin; Cut Dahlia Iskandar; Triva Murtina Lubis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1157.988 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9050

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi ginjal babi hutan (Sus scrofa) yang terinfeksi parasit internal. Sampel penelitian menggunakan 3 ekor babi hutan dengan kriteria terinfeksi parasit internal. Babi hutan (Sus scrofa) di eutanasia dan dilakukan pemeriksaan darah dan feses lalu dinekropsi untuk mengambil ginjalnya. Beberapa bagian dari ginjal diambil untuk diperiksa secara patologi anatomi (PA), setelah itu dibuat sediaan secara histopatologi (HP) dengan menggunakan pewarnaan Haemotoksilin Eosin  (HE). Pembuatan sediaan histopatologi diawali dari fiksasi, stopping point, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, penanaman dan pemotongan dengan ketebalan 5 µm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemeriksaan darah babi pertama (B1) anakan jantan terinfeksi Anaplasma marginalis, pemeriksaan PA tidak ada perubahan dan secara HP mengalami nekrosis tubulus, infiltrasi sel radang dalam glomerulus, penyempitan lumen tubulus dan infiltrasi leukosit. Pada pemeriksaan feses babi kedua (B2) anakan jantan ditemukan telur cacing Strongyloides ransomi, pemeriksaan PA tidak ada perubahan dan secara HP mengalami infiltrasi sel radang dalam glomerulus, kapsula bowman mulai menipis, piknotis, kariolisis, karioreksis, dan infiltrasi leukosit. Sementara hasil pemeriksaan pada babi ketiga (B3) anakan jantan tidak terinfeksi parasit namun pada pemeriksaan HP terdapat infiltrasi sel radang.Kata kunci : Babi hutan, Ginjal, Parasit internal,  Anaplasma marginalis, Strongyloides ransomi. ABSTRACT                This study aims to determine the histopathological picture of wild swine (Sus scrofa) kidney infected with internal parasites. The study sample used 3 wild swine with criteria for infection with internal parasites. Wild swine (Sus scrofa) is euthanized and blood and feces are examined and then decanted to take the kidney. Some parts of the kidneys were taken for anatomical pathology (PA), after which histopathology (HP) was prepared using Haemotoxicillin Eosin (HE) staining. The preparation of histopathological preparations begins with fixation, stopping points, dehydration, purification, infiltration, planting and cutting with a thickness of 5 µm. The results showed that in the first pig blood examination (B1), male tillers were infected with Anaplasma marginalis, PA examination had no change and HP had tubular necrosis, glomerular inflammation in the cell infiltration, narrowing of the tubular lumen and leukocyte infiltration. On the second pig stool examination (B2), male tillers were found on Strongyloides ransomi worm eggs, PA examination had no changes and HP had inflammatory cell infiltration in the glomerulus, the bowman capsule began to thin, picnosis, kariolysis, karioreksis, and leukocyte infiltration. While the results of the examination on the third pig (B3) male tillers were not infected with parasites but on HP examination there was an infiltration of inflammatory cells.Keywords : Wild swine, kindey, internal parasite, Anaplasma marginalis, Strongyloides ransomi
GAMBARAN HISTOLOGIS TIMUS AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus) PADA UMUR BERBEDA Mardhiah Abdian; Hamdani Budiman; Cut Dahlia Iskandar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 3 (2017): MEI - JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.716 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i3.4147

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histologis timus pada ayam kampung (Gallus gallus domesticus). Hewan yang digunakan adalah ayam kampung (Gallus gallus domesticus) berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan masing-masing tiga ekor. Jaringan timus masing-masing hewan diambil dan diproses secara mikroteknik dengan pewarnaan hemaktosilin-eosin (HE), kemudian diamati di bawah mikroskop elektrik. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan struktur timus dari ketiga umur tersebut. Bagian korteks pada umur 2 bulan tampak lebih tebal dibandingkan dengan ayam kampung umur 1 bulan dan 3 bulan. Diameter medula paling panjang pada ayam kampung umur 3 bulan dibandingkan dengan umur 1 bulan dan 2 bulan. Sebaran badan Hassal’s mengalami peningkatan pada setiap tingkatan umur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin bertambahnya umur maka ketebalan korteks semakin mengalami penurunan dan diameter medula semakin panjang pada umur 3 bulan.The aim of this research was to determine about histology finding of local chicken (Gallus gallusdomesticus) thymus at different age. Animal used were local chicken (Gallus gallusdomesticus) age 1 month, 2 months, and 3 months, each were three chicken hematoxylin-eosin (HE) stain, then observed under electric microscope. This result showed there were differences in thymus histology structure among three age. Cortex thickness has increased at age 2 months and then has decreased at age 3 months. Diameter of the medulla has longest on local chicken age 3 month then followed age 2 month and 1 month. Distribusion of Hassal’s bodies has increased every levels age. The conclusion of this study is the increasing age of then the cortex thickness has decreased at 3 months meanwhile  diameter of the medulla getting longer.
HUBUNGAN ANTARA DRIP LOSS (The correlation between drip loss ) DENGAN ANGKA LEMPENG TOTAL (with total plate count ) MUSCULUS LONGISSIMUS DORSI (the musculus longisimus dorsi) TERHADAP DAYA SIMPAN DAGING SAPI ACEH (on the shelf life of aceh beef) Ade widya yunanda; Razali Razali; Fadli A Gani; Cut Dahlia Iskandar; Ismail Ismail; Muslim Akmal
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 4, No 3 (2020): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v4i3.15152

Abstract

ABSTRAKMusculus Longissimus dorsi merupakan otot yang memiliki kadar lemak tinggi namun kadar protein rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai hubungan drip loss dengan Angka Lempeng Total (ALT) pada Musculus Longissimus dorsi terhadap daya simpan daging sapi aceh. Sampel yang digunakan 7 karkas sapi aceh jantan bagian Musculus Longissimus dorsi yang diambil pada pagi hari dimasukkan kedalam plastik steril dan dibawa ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala untuk diperiksa drip loss dan ALT pada hari yang sama. Hasil penelitian menunjukkan nilai drip loss masing-masing 7,3; 10,3; 7,1; 7,2; 11,3; 14,6; 19,7 % dan ALT masing-masing 8 x ; 4 x ; 2,9 x; 3,2 x ; 3,3 x ; 4,1 x ; 7 x cfu/gram. Disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai drip loss maka semakin tinggi ALT yang didapatkan pada Musculus Longissimus dorsi sapi aceh, sehingga penurunan daya simpan.Kata Kunci: Sapi aceh, Musculus Longissimus dorsi, Drip Loss, Angka Lempeng Total (ALT)ABSTRACT             Musculus Longissimus dorsi is a muscle that has high fat content but low protein content. The aim of this research was to obtain scientific information about the relationship between drip loss with Total Plate Count (ALT) Musculus Longissimus dorsi on the shelf life of aceh beef. Samples used were 7 carcasses of aceh male cow in the part of Musculus Longissimus dorsi which were taken in the morning were put into sterile plastic and were brought to the Veterinary Public Health Laboratory of the Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University to be examined for drip loss and ALT on the same day. The results showed the value of each drip loss 7,3; 10,3; 7,1; 7,2; 11,3; 14,6; 19,7% and ALT respectively 8 x ; 4 x ; 3,2 x; 2,9 x ; 3,3 x ; 4,1 x ; 7 x cfu/gram. It was concluded that the higher the value of drip loss, the higher the ALT obtained in Musculus Longissimus dorsi of aceh beef, thereby decreasing its shelf life.Keywords: Aceh cow, Musculus Longissimus dorsi, Drip Loss, Total Plate Count (ALT)
MORFOLOGI DAN HISTOLOGIS ESOFAGUS, LAMBUNG DAN USUS BELUT (Monopterus albus) (Morphological and Histological Esophagus, Stomach and Intestines of Eel (Monopterus albus)) febri ramadana; zainuddin zainuddin; cut dahlia iskandar; dian masyitha; winaruddin winaruddin; ummu balqis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2783.781 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.7616

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi dan histologis esofagus, lambung dan usus belut (Monopterus albus). Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis menggunakan tiga ekor belut. Secara makroskopis belut diamati dan diukur panjang tubuh, berat tubuh dan panjang saluran pencernaan. Esofagus, lambung dan usus dibuat menjadi preparat histologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) dan diamati di bawah mikroskop. Rata-rata panjang total tubuh belut 43,6 cm, berat tubuh rata-rata 53,9 g dan panjang saluran pencernaan rata-rata 23 cm yang merupakan belut dalam fase interseks. Esofagus terdapat di bagian belakang rongga mulut berbentuk tabung panjang yang menyempit dibagian ujungnya. Lambung terdiri dari bagian kardiak, fundus dan pilorus. Usus terbagi menjadi menjadi dua segmen yaitu usus proksimal dan distal. Histologis esofagus, lambung dan usus sama seperti ikan umumnya terdiri dari empat lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Tunika mukosa esofagus terdapat sel goblet berukuran besar. Lambung memiliki tunika muskularis yang tebal. Tunika mukosa usus memiliki lipatan vili panjang menuju lumen. Tunika mukosa esofagus belut berbeda dengan ikan umumnya yaitu terdiri dari epitel silindris selapis. (This research aimed to study the morphological and histological of esophagus, stomach, and intestine of eel (Monopterus albus). The observations were done macroscopic and microscopic by using three eels. Macroscopic the eel was observed and measured the body length, the body weight and the length of the gastrointestinal tract. The esophagus, stomach, and intestine were made into histologic preparations using Hematoxylin-Eosin (HE) staining and observed under a microscope. The average total length of the eel body was 43.6 cm, the mean body weight was 53.9 g and the average gastrointestinal length was 23 cm which was indicated the eel in the intersex phase. The esophagus was located at the back of the long tubular cavity narrowed at the end. The stomach consisted of cardiac, fundus and pylorus. The intestine was divided into two segments the proximal and distal colon. The Histology of esophagus, stomach, and intestine was similar with histology of fish that generally consist of four layers, i.e. mucosal tunica, submucosal tunica, muscular tunic and serous tunica. There was a large goblet cell in the tunica mucosa of the esophagus. The stomach had a thick muscularis tunica. The tunica mucosa of intestine had a long fold of villi to the lumen. Tunica mucosa of eel’s esophagus was different from the fish that generally consist of a cylindrical epithelial layer.)
Prediksi Kadar Protein dan Lemak Daging Sapi Aceh Menggunakan Aplikasi Near Infrared Reflectunce Spectroscopy (NIRS) Nirma Rotua; Teuku Reza Ferasyi; Cut Dahlia Iskandar; Zuhrawati Zuhrawati; Herrialfian Herrialfian; Teuku Zahrial Helmi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 4 (2017): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.826 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i4.4773

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  kemampuan teknologi NIRS guna memprediksi kadar lemak dan protein daging sapi aceh. Penentuan kadar protein dan lemak daging sapi aceh dilakukan pada regio Longissimus dorsi. Sampel diperoleh dari pasar Peunayong dan Lambaro, meliputi 2 sampel daging dengan masing-masing daging 3 kali pengulangan. Penelitian ini  menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk menentukan kandungan protein dan lemak daging sapi aceh  Hasil penelitian ini menunjukan  bahwa nilai aktual laboratorium dengan nilai prediksi NIRS memperoleh nilai yang akurat ditunjukkan dengan masing-masing R-square prediksi kadar protein dan lemak daging sapi aceh 0,99 dan 0,99 yaitu variabel prediksi terbaik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah NIRS mampu memprediksi kadar protein dan lemak daging sapi aceh dengan sangat baik karena diperoleh nilai aktual dengan nilai prediksi dan metode NIRS dapat memprediksi kadar protein dan lemak daging sapi aceh secara akurat, karena diperoleh nilai R² = 0,99.This study aims to know the ability of NIRS technology to predicted  of fat  and protein content of aceh beef. Determination of protein and  fat content of aceh beef  was done in the Longissimus dorsi region. This research used Principal Component Analysis (PCA) method to determine protein  and  fat content of aceh beef. Samples were obtained from Peunayong and Lambaro markets. Sampled beef consisted of beef 2 samples with 3 repetition. The results of this study showed that the actual value of the laboratory with a predicted value of NIRS obtained an accurate value indicated by each R-square prediction protein  and fat content of aceh beef aceh  of 0.99 and 0.99 was the best predictive variable. It can be concluded that NIRS was able to predict the levels of protein and fat of beef as accurately. The conclusion of this study were that NIRS was able to predicted the protein and fat content of aceh beef very well because it was obtained by the actual value with prediction value and the NIRS method can predict the protein and fat content of beef aceh accurately, because the value of  R² = 0,99.  
JUMLAH SEL GOBLET DAN KELENJAR LIBERKUHN PADA USUS HALUS SAPI ACEH (The Amount Of Goblet Cells And Liberkuhn Glands Of Small Intestine Of Aceh Cattle) sariati latif; dian masyithah; zainuddin zainuddin; fitriani Fitriani; ummu balqis; cut dahlia iskandar; cut nila thasmi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 3, No 2 (2019): FEBRUARI-APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.817 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v3i2.11086

Abstract

ABSTRAKSel Goblet dan kelenjar Liberkuhn berfungsi mensekresikan mukus untuk melumasi dan melindungi mukosa usus dari kerusakan yang disebabkan oleh makan, sekresi pencernaan dan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel goblet dan kelenjar liberkuhn pada usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) sapi aceh. Sampel penelitian diambil dari 3 ekor sapi aceh yang telah dewasa dan berjenis kelamin jantan yang dipotong di Rumah Potong Hewan Lambaro Aceh Besar. Terhadap sampel penelitian dilakukan proses mikroteknik untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan Hematoksilin-eosin (HE). Data jumlah sel Goblet dan kelenjar Liberkuhn dianalisis menggunakan uji ANOVA dan dilanjukan dengan uji Duncan. Jumlah Sel Goblet pada duodenum, jejunum, dan ileum sapi aceh menunjukkan perbedaan sangat nyata (p0,01) dan kelenjar Liberkuhn pada duodenum, jejunum, dan ileum menunjukkan perbedaan sangat nyata (p0,01). Rata-rata dan simpangan baku baku jumlah sel Goblet pada duodenum 25,53±1,30; jejunum 17,06±0,41; dan ileum 35,46±4,57. Rata-rata dan simpangan baku jumlah kelenjar Liberkuhn pada duodenum 29,06±1,55; jejunum 21,33±0.64; dan ileum 38,40±4,21. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah sel Goblet pada duodenum, jejunum, dan ileum sapi aceh berbeda sangat nyata (p0,01). Jumlah kelenjar Liberkuhn pada duodenum, jejunum, dan ileum sapi aceh berbeda sangat nyata (p0,01). Sel Goblet dan kelenjar Liberkuhn lebih banyak pada ileum, kemudian duodenum dan jejunum. Ketebalan tunika mukosa dan fungsi dari usus berpengaruh terhadap jumlah sel Goblet dan kelenjar Liberkuhn.Kata kunci : Sel Goblet, kelenjar Liberkuhn, usus halus, sapi aceh ABSTRACTGoblet cells dan Liberkuhn glands were secreted mucous use lubricate and protect intestine mucosal from damage caused by food, digestive secretions, and microorganisms.  This research was to determine the amount of goblet cells and liberkuhn glands in the small intestine (duodenum, jejunum, and ileum) of Aceh cattle. The samples were collected from three male Aceh cattle in Lambaro abbatoir, Aceh Besar. The samples were procesed by microtechnique and hematoksilin eosin dyning. Data on the amount of Goblet cells and Liberkuhn glands were analyzed using ANOVA test and followed by Duncan test. The amount of Goblet cells in the duodenum, jejunum, and ileum showed very significant differences (p0.01) and the Liberkuhn gland in the duodenum, jejunum, and ileum showed very significant differences (p0.01). The average and standard deviation of the amount of Goblet cells in the duodenum was 25.53±1.30; jejunum 17.06±0.41; and ileum 35.46±4.57. The average and standard deviation of the amount of Liberkuhn glands in the duodenum is 29.06±1.55; jejunum 21.33±0.64; and ileum 38.40±4.21. From the results of the study it can be concluded that the amount of Goblet cells in the duodenum, jejunum, and ileum of Aceh cattle were very different (p0.01). Liberkuhn glands in the duodenum, jejunum, and ileum of Aceh cattle were very different (p0.01). Goblet cells and Liberkuhn glands were more in ileum, then duodenum and jejunum. The thickness of the mucosa tunica and the function of the intestine affect the amount of Goblet cells and Liberkuhn glands.Keywords : Goblet cells, Lieberkuhn glands, small intestine, aceh cattle
KADAR LEMAK IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) SEGAR DAN KUKUS Winafri Itma Ana; Rastina Rastina; Cut Dahlia Iskandar; Muhammad Isa; Razali Daud; Muhammad Hanafiah
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.19400

Abstract

Ikan kakap putih merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan manusia karena mengandung asam amino esensial seperti lisin, metionin dan histidin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kadar lemak ikan kakap putih (Lates calcarifer) segar dan kukus. Penelitian ini menggunakan sampel ikan kakap segar yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu segar dan dikukus. Uji Laboratorium yang dilakukan adalah menghitung jumlah kadar lemak menggunakan metode Soxhlet. Hasil penelitian dianalisa menggunakan independent sampel T tes, analisa statistik menunjukkan perbedaan nyata antara kadar lemak ikan kakap putih segar dengan ikan kakap putih kukus. Berdasarkan penelitian ini lemak yang terkandung dalam ikan kakap putih yang kukus adalah 1,27 ± 0,09 dan segar 1,78 ± 0,08. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar lemak ikan kakap putih segar lebih tinggi daripada kadar lemak ikan kakap kukus.Kata kunci: Ikan kakap putih, kadar lemak, soxhlet
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Salmonella Sp. Pada Daging Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) Di Pasar Lampulo Banda Aceh Nucha Nabila Nur; Fakhrurrazi Fakhrurrazi; Cut Dahlia Iskandar; Faisal Jamin; Roslizawaty Roslizawaty; Ginta Riady
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 4 (2022): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i4.21510

Abstract

ABSTRAKIkan kuniran merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki sumber protein tinggi, mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Kondisi pasar lampulo yang ramai dan kurangnya higienitas dari tempat penjualan ikan, merupakan penyebab ikan terkontaminasi oleh bakteri Salmonella. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya cemaran bakteri Salmonella sp. pada daging ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di Pasar Lampulo Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode Carter. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 8 sampel yang diambil menggunakan metode observasional. Ikan kuniran diambil sebanyak 1 gram/sampel, lalu digerus dan ditanam pada media SCB (Salmonella Cystine Broth) dan diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Bakteri yang tumbuh ditanam pada media SSA (Salmonella Shigella Agar) dan diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pewarnaan Gram dan penanaman bakteri pada media NA miring. Media NA miring diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam lalu dilakukan uji biokimia. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Dapat disimpulkan bahwa ikan kuniran positif tercemar oleh bakteri Salmonella sp. berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi.ABSTRACTKuniran fish is one of the foodstuffs that has a high protein source, containing essential amino acids needed by the body. The crowded conditions of the Lampulo market and the lack of hygiene from fish selling places are the causes of fish being contaminated by Salmonella bacteria. This    study     aims     to     detect     the     presence     of   Salmonella     sp.     on     the     flesh of kuniran fish (Upeneus sulphureus) at the Lampulo Market, Banda Aceh. This study uses the Carter method. The sample used in the study amounted to 8 samples taken using the observational method. Kuniran fish were taken as much as 1 gram/sample, then planted on SCB (Salmonella Cystine Broth) media and incubated at 37oC for 24 hours. The bacteria that grew were grown on SSA (Salmonella Shigella Agar) media and incubated at 37oC for 24 hours. After that, Gram staining and bacteria were planted on slanted NA media. The inclined NA medium was incubated at 37ºC for 24 hours and then a biochemical test was performed. The results of the study were analyzed descriptively and the data was presented in the form of pictures and tables. It can be concluded that the positive kuniran fish contaminated by Salmonella sp. based on microbiological examination.
Gambaran Histologi dan Histomorfometri Ginjal Kalkun (Meleagris gallopavo) pada Tingkatan Umur Berbeda Zainuddin Zainuddin; Fachreza Oktavian Syahputri; Dian Masyitha; Siti Aisyah; Cut Dahlia Iskandar; Erdiansyah Rahmi; Lian Varis Riandi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.17388

Abstract

ABSTRAKGinjal adalah organ ekskresi utama yang memiliki peran penting dalam proses pengeluaran sisa metabolisme. Organ ginjal memiliki perkembangan seiring dengan pertambahan umur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi dan histomorfometri ginjal kalkun (Meleagris gallopavo) pada tingkatan umur yang berbeda. Jumlah total sampel yang diamati adalah 18 sampel ginjal kalkun jantan yang dibagi ke dalam tiga kelompok umur yaitu 8, 16, dan 24 minggu dengan masing-masing kelompok umur terdapat enam ekor kalkun. Ginjal kemudian diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan 3µm, selanjutnya diwarnai menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan struktur histologi ginjal pada tiap kelompok umur. Organ pada sistem urinaria unggas terutama ginjal sudah terbentuk dan sudah menjalankan fungsinya dengan sempurna setelah menetas. Data histomorfometri ginjal kalkun yang telah dianalisis menunjukan hasil berbeda nyata (P0,05) antara ukuran diameter glomerulus dan tubulus-tubulus ginjal dari berbagai tingkatan umur. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan ginjal kalkun baik secara histologi maupun secara histomorfometri antara umur 8, 16 dan 24 minggu.Kata kunci: Ginjal, histologi, histomorfometri, kalkun (Meleagris gallopavo)ABSTRACTKidneys are the main excretory organs that have an important role in the process of eliminating metabolic waste. Kidneys develop along with the age. This study aimesd to observed the histological and histomorphometric features of the kidney of turkey (Meleagris gallopavo) at different age levels. Total of samples observed were 18 samples of male turkey kidneys which were divided into three age groups, namely 8, 16, and 24 weeks with six turkeys in each age group. The kidneys were then processed into a histology preparation with a thickness of 3µm, then stained using Hematoxylin-Eosin (HE) staining. Based on the results of the study it was found that there were differences in the histological structure of the kidneys in each age group. The organs in the poultry urinary system, especially the kidneys, have been formed and have performed their functions perfectly after hatching. The histomorphometric data of turkey kidneys that have been analyzed showed significantly different results (P0.05) between the diameters of the glomeruli and kidney tubules from various age levels. It can be concluded that there are differences in the development of turkey kidneys both histologically and histomorphometrically between the ages of 8, 16 and 24 weeks.Keyword: Histological, histomorfometry, kidneys, turkey (Meleagris gallopavo)
HISTOMORPHOMETRY OF SEMINIFEROUS TUBULES OF LOCAL GOATS FIXED WITH DIFFERENT FIXATIVES Fitriani Fitriani; Sri Wahyuni; Muslim Akmal; Dasrul Dasrul; Cut Dahlia Iskandar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 12, No 3 (2018): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.595 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v12i3.11139

Abstract

The aim of this study was to further understand the histomorphometry of seminiferous tubules from local goat testicles that were fixed with different fixatives. Nine testicles were randomly chosen, each fixed with 10% formalin, 10% neutral buffered formalin (NBF), and 4% paraformaldehyde (PFA) solutions. The sample was then proceeded to histology preparation and stained with haematoxylin eosin (HE). Observation of the tissue was carried out using microscope and the data obtained was analyzed statistically. The results showed that there was a significant difference (P0.05) on each fixative in tubular diameter and membrane, and very significant difference (P0.01) on germinal cell and staining absorbability. Duncan test result on tubular diameter showed that the use of PFA fixative was significantly different (P0.05) compared to formalin fixative while the use of NBF fixative had no significant difference (P0.05) compared to PFA fixative. In addition, the measurement of interstitial membrane of seminiferous tubules showed no significant difference (P0.05) among three fixatives. To conclude, formalin, NBF, and PFA fixatives affect seminiferous tubules, basal membrane structure, and germinal cell appearance inside tubular lumen. Type of tissues and fixative must be considered in selecting the suitable fixative.
Co-Authors . Muttaqien Abdul Hamzah Abdul Harris Abdul Harris Abdul Harris Ade widya yunanda Agus Arip Munawar Aliman Irfandi Amiruddin A Anggi Dwiyana Nosa Anka Rahmi Ade Utami Anugrah Septian Arman Sayuti Ayu Agita Ginting Azhari Azhari Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Cut Nila Thasmi Darmawi Darmawi Darmawi Darmawi Dasrul Dasrul Debby Novita ayumi Dedi Fazriansyah Putra Dian Masyitha Dian Masyitha Dian Masyitha Dian Masyitha dian masyithah Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Fachreza Oktavian Syahputri Fadli A Gani Faisal Jamin Fakhrurrazi Fakhrurrazi Farida Athaillah febri ramadana Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Gholib Gholib Ginta Riady Ginta Riady Hamdan Hamdan Hamdani Budiman Hamny Sofyan Hennivanda Hennivanda Herrialfian Herrialfian Hidayati Hidayati Ismail Ismail Joharsyah J Lian Varis Riandi M Nur Salim M. Hasan M. Jalaluddin M. Nur Salim M. Nur Salim M. Nur Salim Mardhiah Abdian Mita Nasuha Risky Muhammad Hambal Muhammad Hambal Muhammad Hanafiah muhammad isa Muhammad Jalaluddin Mulyadi Adam Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Mustafa Sabri Mustafa Sabri Muttaqien Muttaqien Nabila Latifa Hafizsha Nanda Afrizan Ningrum, Aulia Putri Wahyu Nirma Rotua Nucha Nabila Nur Nurjannah Annah Nursalim, M Nurul Armita Nurul Fajar nurul nazmi annisa Nuzul Asmilia Rastina Rastina Rastina Rastina Razali Daud Razali Razali Rhoza Indra Rina Aulia Barus Rinidar R Risfi Febrina Tri Utami Emha Roslizawaty R Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty Roslizawaty sariati latif Siti Aisyah Siti Rani Ayuti Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sugito Sugito Suriadi S Syafruddin S T. Armansyah T. Fadrial Karmil T. Reza Ferasyi Teuku Reza Ferasyi Teuku Zahrial Helmi Tongku N Siregar Tongku Nizwan Siregar Triva Murtina Lubis Triva Murtina Lubis Ummu Balqis Utami, Cut Suraiya Wahyuni Vina Veronica wanti dessi dana Widya Wati Winafri Itma Ana Winaruddin Winaruddin Yoana Sukma Yunita Nanda Z Zainuddin Zainuddin Z Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin Zainuddin, Zainuddin Zuhrawati Zuhrawati