Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Sikap Ormas-Ormas Islam Lokal Di Pamekasan Terhadap Radikalisme Agama Ibnu Ali; Mujiburrahman Mujiburrahman
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 5 No. 2 (2020): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35127/kbl.v5i2.4117

Abstract

ABSTRAK Term radikalisme agama merupakan pembahasan yang sensitif dan dinilai berpotensi mendiskreditkan kelompok tertentu. Di kalangan pemikir belum ada kesepatan terminologis tentang radikalisme agama. Penelitian ini bertujuan mencari tahu bagaimana sikap ormas-ormas Islam lokal di Pamekasan terhadap radikalisme agama. Peneliti memfokuskan objek penelitian pada ormas-ormas Islam lokal di Pamekasan yaitu NU, Muhammadiyah, SI, Persis, Hidayatullah, dan FPI. Dengan metode kualitatif, data diambil melalui wawancara secara terstruktur terhadap sample yang diambil dari ormas, baik secara acak atau secara kolektif. Hasilnya, sikap ormas tersebut dapat dipahami dalam tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konasi. Secara kognitif, ormas-ormas tersebut memberikan pandangan yang berbeda-beda tentang term radikalisme agama. Ada yang mendefinisikan dengan jelas, baik secara luas maupun sempit. Ada yang tidak memberikan definisinya. Secara afektif, mayoritas menganggap persoalan ini sebagai isu dan stigma sehingga mayoritas mereka tidak setuju dengan term radikalisme agama. Dan secara konasi semua ormas Islam mengambil peran dalam menghadapi persoalan tersebut meski dengan intensitas yang berbeda. Kata Kunci: Sikap ormas, radikalisme ABSRACT The term religious radicalism is a sensitive discussion and is considered to have the potential to discredit certain groups. There is no terminological agreement among thinkers about religious radicalism. This study aims to find out how the attitudes of local Islamic organizations in Pamekasan towards religious radicalism. Researchers focused on the object of research on local Islamic organizations in Pamekasan, namely NU, Muhammadiyah, SI (Syarikat Islam), Persis, Hidayatullah, and FPI. With a qualitative method, data were collected through structured interviews with samples taken from mass organizations, either randomly or collectively. The planned output is an accredited national journal, while the additional quotation is just books.As a result, the attitudes of these organizations can be understood in terms of three components, namely cognitive, affective, and conative. Cognitively, these mass organizations provide different views on the term religious radicalism. There are those who define it clearly, both broadly and narrowly. Some didn't give the definition. Affectively, the majority considered this issue as an issue and a stigma so that the majority of them did not agree with religious radicalism. And conventionally all Islamic mass organizations take a role in dealing with these problems even though with different intensities. Keywords: the attitude of local Islamic organization, Radicalism
METODE AL-KHAZIN DALAM TAFSIR ‚LUBAB AL-TA'WIL FI MA'ANIAL-TANZIL Mojirrohman Mojiburrohman
AHSANA MEDIA:  Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.714 KB) | DOI: 10.31102/ahsana..5.2.2019.44-51

Abstract

Reviewing the paper the books of Tafsir to find the true form and its type. Absolutely, it is not far from the scientific characteristics owned by the author himself. Therefore, the study in the writing of this paper is more focus on reading the first creator, it will automatically provide on what works have been produced and distributed in social life.characteristics of Al-Kha > Zin in the Luba > b Al-Ta'wi > L fi > Ma'a > Ni > Al-Tanzi > L are part of the component in discovering and determining the tendency found in the work. Based on the quantity of an al-Kha > Zin by pointing to the history of the personality of his life, the interpretation will be assessed by one aspect, which will then be concentrated on the subjective value. However, if it is based on the quality of al-Kha > Zin with a composition of the science that is quite a portion of course the value contained in the work is more regarded as objective by holding on to methodical and theoretical analysis.
AL-DAKHIL DALAM RA’YI DAN MA’TSUR mujiburrohman mujiburrohman
AHSANA MEDIA:  Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1240.297 KB) | DOI: 10.31102/ahsana..6.1.2020.81-90

Abstract

Pada awal perkembangan islam, polemik dakhil dan israiliyyat dalam tafsir sangat erat kaitannya dengan masuknya ahlul kitab dalam Islam, dan pengaruh perang jamal dan siffin sebagai awal timbulnya fitnah dan firqah dalam tubuh ummat Islam, yang banyak membuat hadist palsu. Ka’ab ibn Al-Ahbar dan Abdullah ibn Salam adalah pendeta Yahudi yang memeluk Islam dan menjadi rujukan ajaran agama Yahudi. Ada yang sesuai dengan al-Qur`an ada juga yang bersebrangan. Yang bersebrangan inilah yang berdampak negatif pada umat Islam. i`rab, tarjih pendapat, bahkan riwayat isra’iliyat. Fase ini merupakan pintu awal masuknya Dakhil dan isra’iliyat dalam tafsir al-Qur’an. Dalam perkembangannya, kemunculan Al-Dakhil berawal dari perhatian ilmiyah kesarjanaan Barat terhadap al-Qur’an yang bermula dengan kunjungan Petrus Venerabilis, Kepala Biara Cluny, ke Toledo pada perempat kedua abad ke-12. Dengan pertimbangan utama membasmi kepercayaan heretik yakni yahudi dan Islam dan membela keyakinan kristiani. Dari kunjungan ini menghasilan buah karya yang dikenal sebagai “Cluniac Corpus. Ad-dakhil dibagi menjadi dua macam, Pertama; dakhil fi al-manqul (ma’thur). Kedua; dakhil fi al-Ra’yi yang bersumber dari akal yang fasid (rusak). Al-Dakhil dengan beragam variannya sangat jelas telah menimbulkan efek negatif terhadap dunia penafsiran. Diantara efek negatif yang dapat ditimbulkan adalah munculnya penafsiran-penafsiran yang menyimpang dan bertolak belakang dari kaidah-kaidah yang shahih. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, sudah seharusnya menolak Al-Dakhil sebagai sebuah metode penafsiran, serta tetap berpegang teguh kepada sumber penafsiran yang otentik, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits serta riwayat-riwayat yang dapat diterima kebenarannya, dan senantiasa berpijak pada kaidah-kaidah penafsiran al-Qur’an yang telah disepakati Jumhur al-Mufassirin.
KAJIAN AL-QUR’AN TENTANG TAJHIZUL JANAZAH ERA PANDEMI COVID-19 DI MASYARAKAT Mujiburrahman Mujiburrahman; Umar faruq
AHSANA MEDIA:  Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ahsana Media: Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.586 KB) | DOI: 10.31102/am..7.1.2021.63-71

Abstract

This article has been discussed about the study of the Qur'an on tajhizul Jenazah which is attacked by COVID-19 virus. The analysis of this article is the Qur'an’s verses that have been discussed about the tajhizul Jenazah. The method used by the author is conceptual thematic; the author collects data of the sourced from the Qur'an (primary) related to tajhizul Jenazah that occurred in the community during the covid-19 pandemic, as well as referring to books used as literature related to the theme of discussion. Allah Swt said about His respect to Adam and His noble who is given to thim, dnd mentions that He created them in the best form. Islamic rules regarding tajhizul Jenazah show that Islam greatly glorifies mankind, not only when its lifetime, when it has died, jenazah must be treated properly. Tajhizul Jenazah is one of the fiqh studies that must be quasi by the younger generation so that it is formed in the current of globalization era that can still increase the knowledge and can be applied in society.
PENDIDIKAN KARAKTER QUR’ANI REAKTUALISASI PENDIDIKAN KARAKTER QUR’ANI (SEJARAH DAN TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL) Mujiburrahman Moh. Subhan; umar faruq
AHSANA MEDIA:  Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman Vol 7 No 02 (2021): AHSANA MEDIA: Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.25 KB) | DOI: 10.31102/ahsanamedia.7.02.2021.01-10

Abstract

Character education itself was once heralded as one of the priority programs of the leadership of President Joko Widodo who was still accompanied by Jusuf Kalla as vice president. The idea of PPK (Strengthening Character Education) was formulated and then rolled out in 2016. This is an effort to improve and solution to the condition of education in Indonesia. In fact, the Qur'an is the main source of reference to Islamic teachings therefore, during the construction of Islamic religious education in Makkah the Prophet taught the Qur'an. From the flashback of historical facts above we know the Prophet Muhammad SAW only by capitalizing on the Qur'an as learning material managed to change the character of the Arab nation that was previously very synonymous with deviations into a cultured, civilized and institutionalized nation and society. The education of qur'ani character in general contains three main values that are oriented on aspects of morality, among others: Morality towards God, fellow human beings and the universe. The three aspects of morality become the core of the Qur'an character education.
RADIKALISME DARI TERMINOLOGI KE FENOMENA Ibnu Ali; Mujiburrahman Mujiburrahman
AHSANA MEDIA:  Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman Vol 8 No 1 (2022): Ahsana Media: Jurnal Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Radikalisme telah jadi objek yang ramai dibahas dalam kajian, terutama pasca peristiwa 11 september 2001 di Amerika serikat. Sebuah fenomena baru yang mengarah pada dunia Islam muncul yang disebut dengan terorisme dan fenomena-fenomena yang melatar belakanginya disebut radikalisme. Antara definisi istilah ini dengan apa saja fenomenanya masih abstrak. Sehingga banyak publik terjebak dalam opini yang keliru dalam memahami radikalisme. Selain karena term yang ambigu, radikalisme dipakai untuk menunjuk fenomena tanpa melihat bagamana konsep yang sebanarnya. Bahkan bergeser dari suatu fenomena ke fenomena lain yang dihasilkan dari pandangan secara subjektif. Disini pemahaman banyak orang menjadi simpang siur. Tulisan ini menggunakan metode library research, untuk menelusuri akar istilah dan sejarah penggunaannya dengan menelusuri sumber terkait, baik sumber primer maupun sekunder. Sumber primernya berupa buku yang secara langsung membahas terminologi radikalisme, dan data sekunder berupa sumber pendukung seperti jurnal yang relevan dan fenomena-fenomenanya. Dengan menggunakan pendekatan historis, data kemudian diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan. Hasilnya, terdapat makna dasar dan konsep penggunaannya dalam sejarah yang terus mengalami perkembangan dan pergeseran. Pada akhirnya radikalisme dapat dilihat konsep terminologisnya dalam fenomena keagamaan yang bisa berbeda dengan fenomena negara, khususnya Indonesia. Sehingga radikal dalam fenomena keagamaan belum tentu radikal dalam fenomena kenegaraan, dan sebaliknya. Namun bisa saja keduanya bersamaan.
QIYAM AL-LAIL DALAM PERSPEKTIF RASULULLAH (Tuntunan Shalat Malam Ala Rasulullah SAW Serta Urgensinya Dalam Kehidupan Umat Manusia) Mujiburrohman Mujiburrohman
Jurnal Al-Ulum : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ke-Islaman Vol 1 No 1 (2014): Jurnal al- Ulum: Jurnal Pemikiran dan Penelitian ke-Islaman
Publisher : Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31102/alulum.1.1.2014.59-72

Abstract

Qiyam al-Lail is the plural form of the word (idafah) in Arabic consisting of words and Qiyam al-Lail, whose meaning is the popularity of evening prayer. Qiyam al-Lail itself is a prayer which is done at night until dawn with nature, kaifiyat and certain cycles in accordance with the guidance of Allah and His Messenger. Qiyam al-Lail Included is the Witr prayer, praying tahajjud and tarawih prayers. Advocated Prophet Qiyam al-Lail implement, because the night prayer there are many benefits, among them draw closer to God Almighty, eraser ugliness and prevention of acts of sin. In addition, the evening prayer is also a major prayer after the obligatory prayer, where the presence of God in the middle of the night closer to his servant. This paper attempts to describe a comprehensive understanding of Qiyam al-Lail "style" of the Prophet Muhammad.
MANUSIA BERKUALITAS DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN Mujiburrohman Mujiburrohman
Jurnal Al-Ulum : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ke-Islaman Vol 5 No 2 (2018): Jurnal al- Ulum: Jurnal Pemikiran dan Penelitian ke-Islaman
Publisher : Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.848 KB) | DOI: 10.31102/alulum.5.2.2018.84-94

Abstract

Humans are the most fascinating creatures, unique, multi-dimensional creatures, all-encompassing, open-minded, and have great potential. Therefore, Karen Horny (Psychology expert), said that "quality people are people who have been able to balance the impulses in themselves, as to realize harmonious behavior. He is able to connect with his environment, able to create safe and harmonious. He is not aggressive, does not alienate himself from his environment, and his life does not depend on others. "In the Qur'an, humans are repeatedly elevated because of the positive actualization of their minds; Al-Qur'an says that human beings are "hanif" which is inclined to the truth, monotheism of God, and other noble values. The verses of Al-Qur’an which explain humanity are of very high quality. The terms or verses are interrelated and explain each other. So, if you take one of the terms of the terms used by Al-Qur’an, then the description will complement each other and be characteristic of the others. It can be said that the concepts and characteristics of human quality are not single, but are comprehensive and complementary.
SISTEMATIKA MUSHAF AL-QUR’AN Mujiburrohman Mujiburrohman
REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur'`an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : IAIN Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/revelatia.v1i1.3202

Abstract

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang absolut kebenarannya. Namun,  tentang sistematika atau susunan tertib peletakan surah-surahnya, terdapat perbedaan dalam urutannya. Diantara sahabat ada yang menyusun  sesuai dengan masa turunnya dan ada yang menulis mulai dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas seperti pada mushaf Utsmani. Beberapa mufassir dalam menjawab permasalahan tersebut, mengacu kepada hadis nabi saw., dan sejarah yang berlaku dikalangan para sahabat atau menjawab dengan menelaah dari keduanya, sehingga terjadi tiga perbedaan pendapat. Golongan pertama menyatakan bahwa sistematika mushaf Al-Qur’an bersifat tauqifi . Kedua, mereka yang lebih mempertimbangkan pada sejarah para sahabat, menganggap bahwa mushaf Al-Qur’an merupakan ijtihadi. Sedangkan golongan ketiga memandang bahwa sistematika mushaf Al-Qur’an sebagian bersifat tauqifi dan sebagian lagi bersifat ijtihadi. Golongan yang nomor tiga ini berpendapat bahwa penempatan surah-surah dalam mushaf Al-Qur’an hanya sebagian saja yang ditunjukkan oleh nabi saw (tauqifi). Sedangkan sebagian yang lain merupakan hasil ijtihad para sahabat. Indikasi itu dapat dilihat dengan adanya perbedaan catatan Al-Qur’an yang dimiliki oleh beberapa sahabat. Dari alasan ini, golongan ketiga menyatakan, bahwa sistematika mushaf Al-Qur’an adalah tauqifi dan ijtihadi. Kesimpulan, sistematika mushaf Al-Qur’an bersifat tauqifi berdasarkan dalil nash.
SAHABAT YANG DITERIMA RIWAYATNYA: Kajian tentang Kualitas Pribadi dan Kapasitas Intelektual (Ke-dlabit-an dan ‘Adalat al-Shahabah) MUjiburrohman Mujiburrohman
Kariman: Jurnal Pendidikan dan Keislaman Vol. 5 No. 2 (2017): Pendidikan dan Keislaman
Publisher : Institut Kariman Wirayudha Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.824 KB) | DOI: 10.52185/kariman.v5i2.20

Abstract

Tulisan ini menggunakan metode penelitian pustaka (libraray research) dan bertujuan untuk mengungkap para shahabat yang diterima riwayatnya: kajian tentang kualitas pribadi dan kapasitas intelektual (ke-dlabit-an dan ‘Adalat al-Shahabah) Dalam hadis, dijelaskan tentang urgensi sahabat berkaitan dengan rangkaian periwayatan hadis. Yang mana, sahabat mempunyai peranan penting dalam upaya mentransfer informasi relegius pada priode selanjutnya, sehingga dapat dikatakan, tanpa sahabat maka informasi agama tidak akan sampai pada priode selanjutnya, bahkan sampai saat ini. Dalam kajian ini menyimpulkan adanya dua pandangan besar dalam periwayatan hadis. Pertama menganggap bahwa sahabat mempunyai kualitas pribadi yang sangat mumpuni yang tidak bisa diragukan dengan apapun. Sedangkan yang kedua, adanya klasifikasi serta klarisifikasi tingkat kualitas pribadi sahabat yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Kualitas hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat bukan hanya beracuan pada kualitas pribadi (‘adil) saja, namun kapasitas pribadi (dhabith) seorang perawi menjadi sesuatu yang sangat urgen demi implementasi sebuah ajaran yang benar dan bertanggung jawab.