Claim Missing Document
Check
Articles

Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring Dolly Irfandy; Dolly Irfandy; Sukri Rahman
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.310

Abstract

Abstrak Laring berperan dalam koordinasi fungsi saluran aerodigestif atas seperti bernafas, berbicara dan menelan.Laring terbagi tiga yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Laring merupakan daerah tersering kedua untuk kasuskarsinoma sel skuamosa kepala-leher, biasanya berhubungan dengan tembakau dan alkohol. Lebih dari 95% kasustumor ganas laring adalah karsinoma sel skuamosa. Pasien tumor ganas laring datang dengan berbagai keluhanseperti disfonia, obstruksi jalan napas, disfagia, odinofagi dan hemoptisis. Diagnosis tumor ganas laring ditegakkanberdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis menggunakan endoskopi kaku, serat optik dan biopsi. Penatalaksanaantumor ganas laring tergantung stadium dengan modalitas berupa operasi, kemoterapi, radiasi atau terapi kombinasi.Dilaporkan kasus laki-laki 53 tahun dengan karsinoma glotis stadium III (T3N0M0) squamous cell ca keratinized welldifferentiated. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan melakukan laringektomi total.Kata kunci: Tumor ganas laring, karsinoma, laringektomi, tembakau Abstract Larynx plays a certain role in coordinating functions of the upper aerodigestive tract, such as respiration,speech, and swallowing. The larynx is divided into three region; supraglottic, glottic, and subglottic. Larynx is thesecond most common site for squamous cell carcinoma in the head and neck and usually related to tobacco andalcohol exposure. Primary malignant tumors of the larynx are squamous cell carcinomas can found more than 95% ofcases. Patients with laryngeal tumors usually present with complaints of hoarseness, respiratory obstruction,dysphagia, odynophagia and hemoptysis. Diagnosis of laryngeal cancer is made by medical history, clinicalexamination using a rigid or fiberoptic endoscope and biopsy. Management of laryngeal tumour depends on stadiumwith various modality included surgery, chemotheraphy, radiotheraphy or combined therapy. Reported case of 53years old male with Glottic carcinoma of the larynx stage III (T3N0M0) squamous cell ca keratinized well differentiatedis presented. The treatment undergoes with total laryngectomy.Keywords:  Laryngeal cancer, carcinoma, laryngectomy, tobacco
Gambaran Klinis dan Histolopatologis Pasien Karsinoma Kavum Nasal dan Sinus Paranasal di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016 – 2018 Melita Husna; Sukri Rahman; Erlina Rustam
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 3 (2019): Online September 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i3.1030

Abstract

Karsinoma kavum nasal dan sinus paranasal merupakan keganasan yang jarang terjadi namun bersifat agresif. Kelangkaan kasus keganasan ini menyebabkan sebagian besar pasien datang pada stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis dan histopatologis karsinoma kavum nasal dan sinus paranasal di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medis dengan teknik total sampling. Sampel penelitian sebanyak 51 pasien yang didiagnosis karsinoma kavum nasal dan sinus paranasal di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016 – 2018. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien adalah pria (60,78%), kelompok usia 41 – 50 tahun (35,29%), dan bekerja sebagai petani (37,25%). Keluhan utama dan gejala klinis terbanyak adalah hidung tersumbat yaitu sebanyak (45,09%) dan (86,27%). Lokasi tersering ditemukan pada kavum nasal (62,74%). Pasien datang pada stadium III dan IV, dengan tipe histopatologi terbanyak adalah squamous cell carcinoma (58,82%). Kesimpulan penelitian ini bahwa pasien paling banyak ditemukan jenis kelamin laki-laki dengan keluhan utama dan gejala klinis terbanyak yang dialami adalah hidung tersumbat berlokasi di kavum nasal datang pada stadium III dan IV dengan tipe histopatologi squamous cell carcinoma.
Penatalaksanaan Karsinoma Mukoepidermoid Kelenjar Parotis Adrian Erindra; Sukri Rahman; Al Hafiz
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.816

Abstract

Angka kejadian tumor kelenjar liur adalah sekitar 3-4 % dari semua tumor di kepala dan leher. Karsinoma mukoepidermoid dapat melibatkan kelenjar parotis. Sering terjadi pada orang dewasa, wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Metode terapi utama dalam pengobatan karsinoma mucoepidermoid adalah reseksi bedah. Terapi radiasi tanpa kemoterapi telah terbukti efektif sebagai modalitas tambahan terapi setelah terapi bedah. Dilaporkan suatu kasus karsinoma mukoepidermoid pada seorang perempuan usia 18 tahun dengan keluhan bengkak yang mengeluarkan cairan di bawah telinga kiri sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan histopatologi dikonfirmasi adalah suatu karsinoma mukoepidermoid. Ditatalaksana dengan parotidektomi superfisial dan dilanjutkan dengan ajuvan radioterapi. Karsinoma mukoepidermoid adalah suatu karsinoma pada kelenjar liur dengan gejala berupa benjolan yang dirasakan tanpa gejala. Reseksi bedah adalah terapi utama pada karsinoma mukoepidermoid, radioterapi tanpa kemoterapi adalah terapi ajuvan untuk karsinoma mukoepidermoid.
Karakteristik Klinis dan Patologis Karsinoma Nasofaring di Bagian THT-KL RSUP Dr.M.Djamil Padang Shofi Faiza; Sukri Rahman; Aswiyanti Asri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.450

Abstract

AbstrakKarsinoma nasofaring banyak terjadi di Cina dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sering didiagnosis pada keadaan lanjut dan memiliki prognosis yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi epidemiologi, karakteristik klinis, dan tipe histopatologi pada pasien karsinoma nasofaring di Bagian THT-KL. Metodologi penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan data rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang selama Juni 2010 sampai Juli 2013 dan data hasil pemeriksaan histopatologi sebagai konfirmasi.  Didapatkan sebanyak 44 kasus yang lengkap pada periode tersebut, yang mana 52,27% penderita adalah laki-laki dan 47,22% perempuan, perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1,2 : 1. Sebaran umur penderita dari 17 sampai 75 tahun dengan insiden puncak pada umur 41- 65 tahun. Gejala klinis terdiri atas massa di leher 93,17%, diikuti dengan obstruksi nasal 79,55%, dan gangguan pendengaran 79,55% sedangkan tanda klinis terdiri atas pembesaran kelenjar getah bening leher 90,91%, diikuti dengan tuli 79,55%, cranial nerve palsy  dan perluasan kelenjar getah bening ke fossa supraklavikula masing-masing 15,8%. Sebagian besar pasien berada pada stadium IV 83,16%, dengan derajat tumor terbanyak T4N2M0 15,91%. Tipe histopatologi yang terbanyak adalah nonkeratinizing carcinoma, undifferentiated type 75%, diikuti keratinizing SCC 13,64%, dan nonkeratinizing carcinoma - differentiated type 11,36%.Kata kunci: karsinoma nasofaring, karakteristik klinis, histopatologi, padang AbstractNasopharyngeal carcinoma  is more frequent in China and Southeast Asia, including Indonesia, commonly with advance stages at diagnosis and has a poor prognosis.  The objective of this study was to evaluate epidemiology, clinical characteristic and histopathology types of patients with nasopharyngeal carcinoma in the department of Otorhinolaryngology - Head and Neck Surgery.This is a descriptive study that used data from medical record of Dr. M. Djamil General Hospital in Padang during June 2010 to July 2013 and histopathology examination as confirmation. The result demonstrated 44 cases found on that period, of which 52,27% was male and 47,72% was female, hence the male and female ratio was 1,2 : 1.  The age-range from 17 to 75 years old with incidence peak between 41 - 65 years old. Clinical symptoms were neck mass 93,17%, followed by nasal obstruction 79,55 %, and audiological complaints 79,55% while clinical sign were cervical lymphadenopathy 90,91%, followed by hearing loss 79,55%, cranial nerve palsy and lymphadenopathy metastases to fossa supraclavicular each subject 15,8%. Most of patients were classified as stage IV 83,16%, with T4N2M0 15,91%.  The histopathology type were nonkeratinizing carcinoma, undifferentiated type had percentage 75%, followed by keratinizing SCC 13,64%, and nonkeratinizing carcinoma - differentiated type 11,36%. Keywords: nasopharyngeal carcinoma, clinical characteristic, histopathology types, padang
Maksilektomi Inferior pada Karsinoma Sel Skuamosa Palatum Durum Sukri Rahman; Bestari Jaka Budiman; Irwan Triansyah; Heru Kurniawan Anwar Kurniawan Anwar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.483

Abstract

Abstrak          Karsinoma Palatum Durum adalah keganasan daerah kepala dan leher yang jarang terjadi dimana setengah diantaranya merupakan Karsinoma Sel Skuamosa. Pada fase awal keganasan ini dapat bersifat asimptomatis namun dapat juga menimbulkan gejala berupa ulkus yang terasa nyeri pada perkembangan penyakitnya. Operasi maksilektomi inferior merupakan salah satu pilihan tindakan yang dapat dilakukan dalam tatalaksana kasus ini, diikuti oleh pemberian radioterapi. Kasus ini dibuat untuk memahami penatalaksanaan karsinoma palatum durum. Dilaporkan kasus seorang laki-laki 45 tahun dengan diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa Palatum Durum (Well to Moderately Differentiated Keratinized) stadium IVa (T4aN0M0) dilakukan operasi maksilektomi inferior, namun tidak diikuti dengan radioterapi karena pasien menolak. Maksilektomi inferior merupakan pilihan pembedahan pada tumor yang terbatas pada palatum, lantai sinus maksila dan kavum nasi. Prognosis karsinoma sel skuamosa palatum durum cukup baik dan angka harapan hidup lima tahun akan bertambah bila dilakukan operasi diikuti dengan pemberian radioterapi. Kata kunci: Karsinoma sel skuamosa, maksilektomi inferior, radioterapi AbstractCarcinoma of the hard palate is a rare head and neck cancer in which half of it was Squamous Cell Carcinoma. In the initial phase of this malignancy may be asymptomatic, but can also cause symptoms such as painful ulcers in the development of the disease. Inferior maxillectomy is one of the choice of operation that can be performed, followed by radiotherapy to understand the management of carcinoma of the hard palate. Reported one case of a man 45 years old with diagnosis Squamous Cell Carcinoma of hard palate (Well to Moderately Differentiated Keratinized) stage IVa (T4aN0M0) treated by inferior maxillectomy surgery, but not followed by radiotherapy because the patient refused. Inferior Maksilektomi is a surgical option in tumor that limited to the palate, floor of the maxillary sinus and the nasal cavity. Prognosis of the squamous cell carcinoma of the hard palate is good and the five-year survival rate will increase if surgery followed by radiotherapy. Keywords:  Squamous cell carcinoma, inferior maxillectomy, radiotherapy
Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Glotis Stadium Dini Sukri Rahman; Bestari Jaka Budiman; Delva Swanda
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i2.544

Abstract

Abstrak           Karsinoma laring merupakan tumor ganas kepala leher yang banyak dijumpai. Lebih dari 90% dari seluruh tumor ganas laring adalah karsinoma sel skuamosa, jika terdeteksi lebih dini maka angka keberhasilan pengobatan menjadi lebih baik. Radioterapi merupakan modalitas pilihan pada penatalaksanaan karsinoma laring stadium dini untuk mempreservasi organ dan suara. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan patologi anatomi. Dilaporkan satu kasus laki-laki berusia 61 tahun dengan diagnosis karsinoma sel skuamosa glotis keratin berdiferensiasi baik stadium IB (T1bN0M0) yang ditatalaksana dengan radioterapi.                                                                                                                                               Kata kunci: Karsinoma sel skuamosa glotis, stadium dini, radioterapi. AbstractLaryngeal carsinoma is the common head and neck cancer. More than 90% of laryngeal cancers are squamous cell carcinoma, if the early detected the cure rate can the better. Radiotherapy is the modality for treatment of laryngeal carcinoma in the early stages to preserve the organ and voice of the patient. The clinical diagnosis is made based on history of illness, physical examination and anatomical pathology examination. Reported One case, man 61 year old, diagnosed with laryngeal squamous cell carcinoma keratinized well differiamted stage IB (T1bN0M0) treated by radiotherapy. Keywords:  Glottic squamous cell carsinoma, early stage, radiotherapy.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Low Risk Papillary Thyroid Carcinoma Lorensia Fitra Dwita; Sukri Rahman; Hera Novianti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 2 (2020): Online June 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i2.1298

Abstract

Papillary Thyroid Carcinoma (PTC) adalah jenis tumor ganas kelenjar tiroid yang sering terjadi dengan pola pertumbuhan yang papiler. Standar baku penegakkan diagnosis PTC adalah dengan gambaran histopatologi dan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). Penatalaksanaan sesuai dengan indikasinya dapat berupa ismolobektomi ataupun total tiroidektomi. Dilaporkan kasus perempuan berusia 29 tahun dengan diagnosis low risk papillary thyroid carcinoma stadium II (T2N0M0) dan dilakukan ismolobektomi sinistra. Diagnosis low risk papillary thyroid carcinoma ditegakkan dengan pemeriksaan FNAB dan histopatologis. PTC unilateral ditatalaksana dengan ismolobektomi. Sebagian besar PTC memiliki prognosis yang baik,namun tetap dibutuhkan kontrol secara periodik pasca tindakan operatif.Kata kunci: FNAB, ismolobektomi, PTC, resiko rendah
Giant Parotid Pleomorphic Adenoma Involving Parapharyngeal Space Sukri Rahman; Bestari J Budiman; Yurni Yurni
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.170

Abstract

AbstrakLatar belakang: Pleomorfik adenoma parotis merupakan tumor jinak kelenjar liur yang paling sering ditemukan, namun pleomorfik adenoma parotis yang sangat besar sehingga melibatkan ruang parafaring (RPF) sangat jarang. Diagnosis ini sulit ditegakkan karena gejala klinisnya tidak khas. Penatalaksanaanya harus hati-hati mengingat banyak struktur vital yang beresiko mengalami trauma. Tujuan: Bagaimana menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pleomorfik adenoma parotis yang melibatkan RPF. Kasus: Seorang pasien perempuan 27 tahun ditegakkan diagnosis pleomorfik adenoma parotis kanan dengan melibatkan RPF. Terdapat pembengkakan pada leher yang bersifat asimtomatis dan gejala pendorongan faring dan laring yang menyebabkan disfonia, disfagia, dan defisit saraf kranial IX,X,XII. Penatalaksanaan: Pasien telah dilakukan operasi parotidektomi pendekatan transervikal–transparotid dengan preservasi arteri karotis eksterna dan saraf fasialis. Kesimpulan: Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) dan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting untuk menegakkan diagnosis. Penatalaksanaan pleomorfik adenoma parotis yang melibatkan RPF adalah bedah ekstirpasi komplit dengan beberapa pendekatan. .Kata kunci: tumor jinak kelenjar liur, pleomorfik adenoma, ruang parafaringAbstractBackground: Parotid pleomorphic adenoma is the most common benign salivary gland tumor, while giant parotid pleomorphic adenoma involving the parapharyngeal space (PPS) is rare. It was difficult to diagnose because the clinical presentation of this tumor can be subtle. The management must be performed carefully due to anatomy relation to complex vital structure lead to traumatic injury highrisk. Purposes: How to make diagnosis and management parotid pleomorphic adenoma involving PPS. Case: A female 27 years old with diagnosis was giant parotid pleomorphic adenoma involving PPS. There was asymptomatic swelling of the neck and presence of pushing the pharynx and larynx medially causes dysphonia, dysphagia, and IX,X,XII cranial nerves deficit. Management: The patient has been performed parotidectomy with transcervical-transparotid approaches by preservation of the external carotid artery and facial nerve. Conclusion: Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) and imaging are essential for diagnostic. The management of parotid pleomorphic adenoma involving PPS is surgical complete extirpation with various approaches.Keywords:benign salivary gland tumor, pleomorphic adenoma, parapharyngeal space
Rekonstruksi Defek 1/3 Medial Daun Telinga dengan Flap Dieffenbach Dolly Irfandy; Irwandanon Irwandanon; Al Hafiz; Sukri Rahman; Dolly Irfandy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i3.901

Abstract

Telinga dapat mengalami defek baik karena pasca pengangkatan tumor atau trauma. Berbagai teknik dapat digunakan untuk menutup defek pada telinga. Flap Dieffenbach merupakan salah satu teknik untuk merekonstruksi 1/3 medial daun telinga. Dilaporkan satu kasus seorang perempuan 48 tahun dengan keratosis seboroik pada 1/3 medial daun telinga yang kemudian dilakukan eksisi dan defek ditutup dengan flap Dieffenbach. Eksisi tumor daun telinga dapat menimbulkan defek pada telinga yang memerlukan rekonstruksi. Flap Dieffenbach dapat digunakan untuk menutup defek pada 1/3 medial daun telinga dengan hasil yang sangat baik dan memuaskan.
Penatalaksanaan Kista Teratoid Leher Nadya Dwi Karsa; Sukri Rahman
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 2 (2020): Online June 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i2.1297

Abstract

Kista dermoid merupakan massa kistik subkutan yang terdiri dari epitel dan struktur adneksa. Secara histopatologi terdiri dari tiga jenis yaitu kista epidermoid, dermoid sejati dan teratoid. Kista teratoid merupakan variasi jarang dari kista dermoid. Kista teratoid timbul dari diferensiasi ektodermal sel multipotensial sepanjang proses fusi embrionik. Kista ini lebih sering terjadi pada laki-laki pada usia dekade kedua dan ketiga. Kista dapat terjadi di seluruh tubuh. Dilaporkan kasus seorang laki-laki usia 49 tahun dengan benjolan di leher yang membesar secara perlahan sejak 1 bulan dan hasil Computed Tomography (CT) Scan tiroid dan leher dicurigai sebagai kista tiroglosus dan didiagnosis banding dengan kista dermoid. Dilakukan penatalaksanaan dengan eksisi kista dalam anestesi umum dan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi dengan hasil kista teratoid. Kista teratoid dapat berkembang di bagian tubuh manapun, namun sangat jarang pada kepala dan leher. Jika kista teratoid dapat terdiagnosis lebih awal dan ditatalaksana dengan eksisi kista secara komplit, maka prognosisnya lebih baik. Dari ketiga variasi kista dermoid, hanya kista teratoid yang dapat mengalami perubahan kearah keganasan.Kata kunci: eksisi kista, histopatologi, kista teratoid
Co-Authors Ade Asyari Ade Chandra Ade Chandra Adnani, Syahredi Syaiful Adrian Erindra Afriwardi Afriwardi Ahmad, Baihaqi Al Hafiz Al Hafiz Al Hafiz Al Hafiz Aladin Aladin Almurdi Almurdi Amellya Sucieta Arif Fahmi Arrahman, Salsabilah Astri Sentyaningrum Aswiyanti Asri Aswiyanti Asri Bambang hermani Beni Indra, Beni Bestari J Budiman Bestari Jaka Budiman Bestari Jaka Budiman Cahyono, Arie Cimi Ilmiawati, Cimi Danuwirya, Muhammad Reko Debby Apri Grecwin Debby Apri Grecwin Deddy Saputra Delva Swanda Desmawati Desmawati Dolly Irfandy Effy Huriyati Efrida Efrida Efrida Eka Nofita Elmatris Elmatris Erlina Rustam Ermayanti, Sabrina Eti Yerizel Eva Decroli Fachzi Fitri Febri Arius Sari Firdawati, Firdawati Fitra Dwita, Lorensia Grecwin, Debby Apri Gusti Revilla Hadjat, Fachri Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hakikah, Tika Hanifatryevi Hanifatryevi Hasmiwati Hera Novianti Heru Kurniawan Anwar Kurniawan Anwar Hirowati Ali, Hirowati Histawara Subroto Histawara Subroto I Nyoman Adi Putra Ilmiawati, Ilmiawati Irwan Triansyah Irwandanon Irwandanon Jacky Munilson Jacky Munilson Javandi, Muhammad Rayhan Abiyyu Jenny Tri Yuspita Sari Karsa, Nadya Dwi Khotimah, Rifqoh Lili Irawati Lorensia Fitra Dwita M. Abduh Firdaus M. Adib Farhan Malinda Meinapuri Masnadi, Nice Rachmawati Mayetti Mayetti Megawati, Melsi Melita Husna Melsi Megawati Mohamad Reza Muina Muina Nadhifa Naura Reyani Nadya Dwi Karsa Nadya Dwi Karsa Nirza Warto Novialdi . Novianti, Hera Nur Afrainin Syah Nur Indrawaty Lipoeto Nuzulia Irawati Pamelia Mayorita Prima Astuti Handayani Putri Rahmawati Putri, Rahmi Novira Rahmadona Rahmadona Rahman, Rifna Alya Raina Maghri Jodie Restu Susanti Rizanda Machmud Rizki Saputra Rizki Saputra Roslaili Rasyid Rossy Rosalinda Salmiah Agus Sari, Jenny Tri Yuspita Selfi Renita Rusjdi Shofi Faiza Siti Nurhajjah Syahredi Syaiful Adnani Syamel Muhammad Tofrizal Tri Yuspitasari, Jenny Udiana Wahyu Deviantari Widayat Alviandi Yan Edward yandika, kevin rayhan Yayan Akhyar Yenita . Yolanda, Meuthia Yolazenia Yolazenia Yuliarni Syafrita Yusri, Elfira Yuwono Yuwono